BAB I PENDAHULUAN. (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan bahasa,f yaitu: (1) kemampuan menyimak (listening competence); (2)

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. memahami dengan benar apa yang mereka baca. Salah satu kegiatan membaca adalah membaca pemahaman.

TEKS WAWANCARA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan. jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISISISWA KELAS VI SD ISLAM QURROTA A YUN NGUNUTMELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang lainnya. Selain itu, pembelajar juga harus aktif dalam

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SUWANGSIH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatkanya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia harus diarahkan pada hakikat Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai sarana komunikasi. Pembelajaran Bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat, persetujuan, keinginan, menyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan kemampuan memperluas wawasan. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Ketrampilan berbahasa atau (laungage arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi yaitu keterampilan menyimak atau mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills) (Tarigan, 1994: 1). Dalam memperoleh keterampilan berbahasa maka biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa kecil kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis kita pelajari di sekolah. 1

2 Pada dasarnya keempat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan, merupakan catur-tunggal. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan amat penting dalam kehidupan seseorang. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasannya. Menyadari pentingnya keterampilan berbahasa tersebut, pembelajaran menulis dikenalkan sejak pendidikan dasar. Metode pembelajaran yang diterapkan guru pun bermacam-macam. Di sisi lain, hasil pembelajaran bahasa masih belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Siswa belum dapat dikatakan mampu berbahasa Indonesia secara baik dan benar, baik lisan maupun tulisan, pada setiap jenjang sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum. Sukirno (2009: 3) mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis perlu dilakukan karena pada umumnya siswa belum mampu membuat tulisan atau karangan. Hal itu disebabkan oleh: (a) kurangnya minat dan pemahaman siswa terhadap aktivitas menulis, (b) kurangnya aktivitas siswa dalam melakukan penjelajahan terhadap tulisan melalui membaca atau menyimak secara langsung, (c) kurangnya kesempatan untuk mengidentifikasi unsur-unsur tulisan dalam diskusi kelompok, (d) kurangnya kesempatan siswa memdemonstrasikan atau melukiskan karyanya secara langsung dan mendiskusikan dengan teman-teman dan guru, (e) kurangnya kesempatan

3 siswa untuk memperbaiki kembali karyanya, dan (f) kurangnya pengakuan hasil kerja keras siswa dari teman-teman dan guru. Akibatnya, (a) siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan pikiran dan perasaan dalam tulisannya, (b) siswa sulit menuangkan ide secara cepat, (c) siswa sulit mengembangkan ide menjadi tulisan, (d) siswa sulit mengembangkan kerangka tulisan menjadi tulisan jadi, (e) siswa sulit memanfaatkan berbagai pengalaman dengan teman sejawat maupun guru dalam belajar menulis. Padahal, dengan keterampilan menulis, siswa diharapkan dapat menambah bekal dan rasa percaya diri untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mengingat pentingnya pembelajaran membaca dan menulis, maka tidak heran jika menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dipelajari siswa dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Bahkan, pada saat menempuh pendidikan tingkat SMP dan SMA, siswa diwajibkan menyusun karya tulis, makalah, maupun tugas akhir sebagai syarat kelulusan atau syarat mengikuti ujian akhir nasional. Tidak jarang pula dijumpai adanya ajang penggalian potensi kreativitas siswa melalui karya tulis siswa tingkat SMP dan SMA. Kondisi ini menampakkan adanya posisi penting dari kegiatan menulis. Keterampilan menulis sangat penting karena salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran dan perasaan yang dimiliki. Selain itu dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis. Menulis merupakan suatu keterampilan

4 berbahasa yang produktif dan ekspresif. Dengan menulis seseorang akan lebih mengenali potensi dan kemampuan dirinya dalam berpikir, bernalar, berpengetahuan, mengembangkan gagasan dan menyerap berbagai informasi serta memperluas cakrawala keilmuan. Selain itu bagi yang rajin menulis akan terlatih dalam memperluas gagasan secara sistematis dan logis. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan dan aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atau empat kategori, yaitu: karangan narasi, eksposisi, deskripsi dan argumentasi. Eksposisi bisa disebut juga pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang. Eksposisi merupakan tulisan yang sering digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, atau artikel. Menulis merupakan kegiatan manusia ketika hendak mengekspresikan atau menuangkan pikirannya ke dalam kalimat. Keterampilan berbahasa yang berupa kegiatan produktif dan espresif membutuhkan kesabaran, keuletan, dan kejelian tersendiri. Dalam kegiatan menulis seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan

5 merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Beberapa sumber informasi menyimpulkan bahwa keterampilan menulis siswa masih sangat rendah dibandingkan keterampilan berbahasa lainnya. Tarigan (1994: 4) berpendapat bahwa keterampilan menulis dapat dikuasai dan diperoleh dengan jalan praktek dan latihan yang sistematis. Kemampuan seseorang dalam menulis tidak terlepas dari kegiatan membaca. Membaca dan menulis terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita melukiskan sesuatu, kita pada prinsipnya ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain, paling sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain. Demikianlah hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan antara penulis dan pembaca. Tulisan yang baik akan menggairahkan para pembaca. Pembaca yang baik selalu merindukan tulisan yang bermutu. Oleh karena itu terlihat jelas betapa eratnya hubungan antara menulis dan membaca. Disadari atau tidak dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, sebenarnya kemampuan siswa dalam membaca dan menulis sangatlah penting. Dengan kegiatan membaca kita banyak memperoleh informasi yang dapat kita gunakan dalam kegiatan menulis. Semakin banyak kita membaca semakin banyak pula kosakata dan informasi yang dimiliki untuk mengorganisasikan karangan atau tulisan yang akan kita buat. Keterampilan menulis masih perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan untuk melatih siswa berpikir kritis dan menanggapi segala sesuatu. Dalam silabes bahasa Indonesia kelas X, menulis eksposisi menjadi salah satu kompetensi dasar yang wajib dikuasai. Praktik pembalajaran Bahasa Indonesia

6 termasuk keterampilan menulis tidak lepas dari hambatan baik dari diri siswa, guru, ataupun lingkungan. Beberapa hal berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia dan beberapa siswa kelas X bahwa keterampilan menulis belum optimal, indikator belum tercapai sehingga hasil evaluasi akhir belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Siswa belum mampu menulis dengan benar. Masih banyak kita temui siswa menulis dengan ejaan yang salah, pilihan kata tidak tepat serta sistematika belum benar dan tidak baku. Selain itu minat baca yang mendukung kemampuan untuk menulis masih terbatas dan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang baik masih sangat kurang sehingga hasil tulisan siswa masih kurang efektif atau masih rendah. Hambatan lainnya adalah kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran yang itu-itu saja dan keterlibatan siswa dalam prosesnya sangat minim. Atas dasar realita yang terjadi diatas perlu kiranya ditanggapi dan diperhatikan, yaitu dengan mencari dan menemukan solusi yang tepat sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal. Guru merupakan aktor utama yang menjadi kunci keberhasilan di lapangan. Kemampuan guru merencanakan dan memilih metode pembelajaran keterampilan menulis yang sesuai dengan teks dan konteks siswa menjadi sebuah keharusan. Metode pembelajaran Quantum Learning adalah satu metode pembelajaran yang dianggap mampu untuk meningkatkan kreatifitas pembelajaran siswa. Di dalam hal ini terdapat dua kelebihan utama dari metode Quantum Learning yakni sebagai berikut.

7 Pertama, metode Quantum Learning merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada konteks latar kegiatan KBM yaitu penataan dan desain ruang karena semua itu dinilai dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, sebaiknya tidak hanya memperhatikan pada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, tempat belajar yang teratur, atau belajar di luar kelas. Kedua, metode Quantum Learning mampu menumbuhkan situasi yang positif. Istilah situasi positif di dalam hal ini mengacu pada beberapa kriteria yaitu: (1) tidak tertekan, (2) bebas berpendapat (3) tidak ngantuk (4) bebas mencari objek (5) tidak jemu (6) berani berpendapat (7) belajar sambil bermain (8) banyak ide (9) santai tapi serius (serius tapi santai); (10) dapat berkomunikasi dengan orang lain (11) tidak merasa canggung (12) belajar di alam bebas dan (13) tidak takut. Belajar Quantum atau belajar dipercepat diambil dari Quantum Learning ( DePorter dan Hernacki, 2003 ), Accelerated Learning ( Rose dan Nicholl, 2003 ), dan How to Learn Anything Quickly ( Linksman, 2004 ). DePorter (2013: 86) menjelaskan bahwa quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah yang efektif untuk semua umur. Quantum Learning merupakan gabungan yang sangat seimbang antara kerja dan bermain, antara rangsangan internal dan eksternal, dan waktu yang dihabiskan dalam zona aman. Quantum merupakan salah satu pembelajaran yang dilakukan dengan

8 adanya pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan di sekitar situasi belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesusksesan belajar siswa. Interaksi-interaksi antar masing-masing komponen pendidikan akan mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi kesuksesan belajar yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya. Quantum dalam pembelajaran berusaha meyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan sengaja dan terencana dengan menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian dan keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Quantum learning didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika quantum, energi adalah masa kali kecepatan cahaya kuadrat. Tubuh manusia secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, belajar bertujuan untuk meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi hubungan inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (DePorter, 2013: 16). Dalam proses pembelajaran berupaya seoptimal mungkin memberdayakan seluruh potensi (energi) siswa untuk meraih belajar yang optimal. Sejalan dengan itu, guru diharapkan mempunyai kemampuan dan ketrampilan untuk menumbuhkan minat baca dan kemampuan menulis pada diri siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Untuk menumbuhkan kemampuan menulis siswa, guru dapat menyajikan pembelajaran secara bervariasi misalnya dengan menggunakan media pembelajaran secara efektif. Penerapan pendekatan pembelajaran secara efektif dapat digunakan sebagai

9 salah satu strategi pembelajaran yang bermanfaat untuk merangsang anak agar dapat menulis dengan baik. Selain itu siswa akan lebih mudah mempelajari konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga dapat mendukung tercapainya efektifitas pembelajaran. Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, maka diperlukan penelitian mengenai : Pengaruh Penerapan Metode Quantum Learning Terhadap Minat Baca dan Kemampuan Memproduksi Teks Eksposisi (Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kroya Tahun 2015 Kabupaten Cilacap). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah pengaruh metode Quantum Learning terhadap minat baca pada kelas X SMA Negeri 2 Kroya? 2. Adakah pengaruh metode Quantum Learning dalam meningkatkan kemampuan memproduksi teks eksposisi pada kelas X SMA Negeri 2 Kroya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk: 1. Mendeskripsikan pengaruh metode Quantum Learning terhadap minat baca pada kelas X SMA Negeri 2 Kroya? 2. Mendeskripsikan pengaruh metode Quantum Learning dalam meningkatkan kemampuan memproduksi teks eksposisi pada kelas X SMA Negeri 2 Kroya?

10 D. Manfaat Penelitian Penulis berharap makalah ini berguna atau bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam permasalahan ini baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Dapat memperkaya khasanah keilmuan dan menambah pengetahuan dalam hal pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. b. Mendapat pengetahuan lebih mendalam mengenai teori dan langkahlangkah penerapan metode Quantum Learning dalam pembelajaran menulis. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Siswa 1) Meningkatkan keterampilan menulis melalui metode Quantum Learning. 2) Melatih siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif. 3) Menumbuhkan kesadaran akan minat baca bagi siswa. b. Manfaat bagi Guru 1) Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran inovatif dan kreatif. 2 Menerapkan metode Quantum Learning khususnya dalam pembelajaran menulis. 3) Memperluas pengetahuan dan pemahaman terhadap pembelajaran keterampilan.

11 c. Manfaat bagi Sekolah 1) Meningkatkan kerjasama dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan 2) Memberikan umpan balik dan ditindak lanjuti oleh sekolah dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan. d. Manfaat bagi Peneliti 1) Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian mengenai pembelajaran terutama dalam pembelajaran menulis eksposisi. 2) Peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran menulis teks eksposisi dengan metode Quantum Learning.