BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Tentang Pembelajaran Pelajaran IPA Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut juga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS XI SMA TUT WURI HANDAYANI CIMAHI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE SELF DIRECT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PRAKTIKUM MATERI SISTEM PENCERNAAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya sekedar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning. suatu pendekatan metode dan teknik pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya. Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) mengatakan tujuan belajar adalah

BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Build the world with studying..

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar menurut kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB II KAJIAN TEORI. dalam konteks pembelajaran di kelas menyatakan bahwa Partisipasi

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

ZULFA SAFITRI A54F100040

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pengertian IPA IPA adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. IPA dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Sains adalah suatu cara atau metode untuk mendapatkan pengetahuan dengan mengamati sesuatu yang ada di dunia ini dan pengetahuan yang diperoleh tersebut dapat diuji kembali kebenarannya melalui metode ilmiah. Untuk memahami IPA haruslah melalui berbagai pemahaman, yaitu: IPA sebagai institusi diartikan sebagai suatu kelembagaan imajiner, kelembagaan dari bidang profesi tertentu seperti: bidang profesi hukum, bidang kedokteran, bidang pendidikan dan sebagainya. IPA sebagai suatu metode yaitu sebagai suatu proses yang masih terus berkembang/berubah. Metode IPA terdiri dari sejumlah kegiatan baik mental muapun manual, termasuk observasi, eksperimen, klasifikasi, pengukuran dan sebagainya. IPA sebagai kumpulan pengetahuan: Pengetahuan IPA merupakan kumpulan kebenaran yang tidak mutlak dan jumlahnyapun selalu berkembang karena kebenarannya dapat diperiksa setiap saat oleh orang lain ataupun diulang observasinya. IPA sebagai faktor pengembang produksi. IPA sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan dan sikap. Pengertian IPA ternyata mengalami perkemangan dari zaman ke zaman. Pada mulanya IPA merupakan pengetahuan biasa, lambat laun pengertiannya berubah menjadi pengetahuan yang rasional lepas dari takhayul, dan 5

6 kepercayaan seperti pada zaman Yunani, kemudian berkembang lagi menjadi pengetahuan yang didapat dari metode ilmiah. Namun metode ilmiah itupun nampaknya bekembang pula pengertiannya. Pada mulanya dikatakan ilmiah asalkan berkembanya pula pengertiannya. Pada mulanya dikatakan ilmiah asalkan yang masuk akal (rasional) dan sesuai dengan obyeknya. Namun kemudian persyaratannya bertambah yaitu syarat kuantitatif bahkan pada zaman sekarang persyaratan itu ditambah lagi yaitu haruslah bersifat pragmatis. IPA mempunyai banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilainilai yang terkandung dalam sains adalah sebagai berikut; nilai-nilai sosial dari sains terdiri dari nilai etika dan estika, nilai moral, humanoria, nilai ekonomi. Nilai-nilai pedagogik/psikologis dari IPA terdiri dari sikap mencintai kebenaran, sikap tidak purbasangka, menyadari kebenaran ilmu tidak mutlak, keyakinan bahwa tatanan alam bersifat teratur, bersifat toleran terhadap orang lain, bersikap ulet, sikap teliti dan hati-hati, sikap ingin tahu, sikap optimis. 2. Hakikat Belajar Ada beberapa konsep tentang belajar yang didefinisikan oleh para pakar psikologi, antara lain: a. Menurut Gagne and Berliner (1989:255) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. b. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil praktik atau pengalaman. c. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan perubahan invidu yang disebabkan oleh pengalaman. d. Menurut Gagne (1977: 3) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung

7 selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu: a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen. Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Anni, Tri Catharina, 2004: 3). Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72 76; Gagne dan Berliner, 1984: 57 56) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: a. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori: pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian. b. Ranah Afektif Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl dkk, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan sikap, minat, dan nlai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang berentengan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. c. Ranah Psikomotorik Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.

8 Maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran. 3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah nilai sebagai rumusan akhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu (http://ridwan202). Prestasi belajar diartikan sebagai bukti usaha yang dicapai. Dalam hal ini prestasi belajar adalah keberhasilan usaha mencapai hasil belajar yang merupakan suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu. Berdasarkan uraian pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu perolehan atau perubahan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi belajar merupakan hasil evaluasi belajar yang diperoleh atau dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Bentuk konkrit prestasi belajar adalah dalam bentuk skor akhir dari evaluasi yang dimasukkan dalam nilai raport. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, dilakukan evaluasi. Prestasi belajar merupakan wujud yang menggambarkan usaha belajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa, ataupun orang lain dan lingkungannya. Dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melalui proses belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka, huruf ataupun tindakan yang mencerminkan prestasi anak dalam periode tertentu dalam belajar. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Belajar merupakan proses yang menimbulkan terjadinya perubahan dalam tingkah laku atau kecepatan. Jadi berhasil tidaknya seseorang dalam proses belajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut (http:/ridwan202) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

9 belajar dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1) Faktor ekstern Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa. Faktor-faktor ekstern itu antara lain: a) Latar belakang pendidikan orang tua. Latar belakang pendidikan orang tua paling mempengaruhi prestasi belajar. Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka anak dituntut harus lebih berprestasi dengan berbagai cara dalam pengembangan prestasi belajar anak. b) Status ekonomi sosial orang tua. Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kuang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, belajar anak juga terganggu. c) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah. Sarana dan prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan dan sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah harus mempunyai ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang kepalasekolah. Sedangkan di rumah diperlukan tempat belajar dan bermain, agar anak dapat berkreasi sesuai apa yang diinginkan. Semua tujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik. d) Media yang dipakai guru Media digunakan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan disekolah tergantung dari baik tidaknya media yang digunakan dalam pendidikan yang dirancang. Bervariasi potensi yang tersedia melahirkan media yang baik dalam pendidikan yang berlainan untuk setiap sekolah.

10 2) Faktor Intern Adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor-faktor intern itu antara lain: a) Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemapuan belajar. Siswa yang kesehatannya baik akan lebih mudah dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang kondisi kesehatannya kurang baik, sehingga hasil belajarnya juga akan lebih naik. b) Kecerdaarn/intelegensia Kecerdasan/intelegensia besar pengaruhnya dalam menentukan seseorang dalam mencapai keberhasilan. Seseorang yang memiliki intelegensia yang tinggi akan lebih cepat dalam menghadapi dan memecahkan masalah dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensia rendah. Dengan demikian intelegensia memegang peranan dalam keberhasilan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Demikian pula dalam prestasi belajar, siswa yang memiliki intelegensia tinggi prestasi belajarnya juga akan tinggi sementara siswa yang memiliki intelegensia rendah maka prestasi yang diperoleh juga akan rendah. c) Cara belajar Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. d) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Siswa yang belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar di luar bakatnya.

11 e) Minat Seseorang siswa yang belajar dengan minat tinggi maka hasil yang akan dicapai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat dalam belajar. f) Motivasi Motivasi sebagai faktor intern berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Dengan adanya motivasi, maka siswa akan memiliki prestasi yang baik, begitu pula sebaliknya. 4. Pembelajaran Kontekstual a. Hakikat Pembelajaran Kontekstual Dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru supaya siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran yang diajarkan khususnya pelajaran IPA. Dengan adanya minat belajar yang tinggi, diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang optimal. Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah dengan menggunakan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL adalah konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara pokok bahasan yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: 1) Konstruktivisme (Constructivism) Konstrukstivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan manusia dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Sehingga, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata maupun keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.

12 Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru (Nurhadi, 2002: 10). 2) Bertanya (Questioning) Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Menurut Nasution (2004: 161), bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk: a) Mendorong anak berfikir untuk memecahkan suatu soal. b) Membangkitkan pengertian yang lama maupun yang baru. c) Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran. d) Membangkitkan minat untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk mempelajarinya. e) Mendorong anak untuk menginterpretasi dan mengorganisasi pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk prinsip/generalisasi yang lebih luas. f) Menyelidiki kepandaian, minat, kematangan, dan latar belajang anak-anak. g) Menarik perhatian anak atau kelas. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuri. Adapun penerapannya dalam kelas, hampir semua aktivitas belajar, kegiatan bertanya dapat diterapkan, antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. 3) Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL (Nurhadi, 2002: 12). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-

13 fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Adapun siklus dalam kegiatan inkuri adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, mengumpulkan data dan menyimpulkan. Adapun langkah-langkah dalam keiatan inkuiri adalah: a) Rumusan masalah hipotesis. b) Mengamati atau melakukan observasi pengumpulan data. c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan lain-lain. d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, guru atau audiens yang lain. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Metode pembelajaran dengan teknik learning community sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen yaitu ada yang pandai dan ada yang kurang pandai supaya dapat terjadi komunikasi dua arah (Nurhadi, 2002: 15). 5) Permodelan (Modelling) Permodelan adalah suatu kegiatan pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu yang dalam pelaksanaannya terdapat model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seseorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh temannya tentang kegiatan yang akan dilakukan. Ada kalanya siswa lebih paham apabila diberi contoh oleh temannya (Nurhadi, 2002: 16). 6) Refleksi (Reflection) Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu.

14 Selain itu, refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Kunci dari semua itu adalah adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Pada kahir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi (Nurhadi, 2002: 18). 7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesement) Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberkan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah mencari informasi tentang belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran (Nurhadi, 2002: 19). Menurut Nurhadi (2002: 10), sebuah kelas dikatakan menggunakan pembelajaran CTL jika menerapkan komponenkomponen tersebut di atas dalam pembelajarannya. Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut. a) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b) Melaksanakan sejauh mungkin pengetahuan dan keterampilan barunya c) Mengembangkan sifat ingin tahun siswa dengan bertanya. d) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompokkelompok). e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

15 f) Melakukan refleksi di akhir pertemuan. g) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran CTL khususnya pada materi bagian-bagian tumbuhan bagi siswak kelas IV dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA, karena ilmu dan pengalaman yang diperoleh siswa dari menemukan sendiri, siswa dapat bertanya maupun mengajukan pendapat tentang materi yang diajarkan, siswa dapat melakukan kerja kelompok melalui masyarakat belajar, guru dapat melakukan permodelan, dan dilakukan penilaian yang sebenarnya dari kegiatan yang sudah dilakukan siswa. b. Penilaian Pembelajaran Kontekstual Dalam pembelajaran kontekstual harus menggunakan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesement). Assesement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penilaian yang sebenarnya adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil berbagai instrumen penilaian. Ciri-ciri penilaian autentik adalah: 1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran, proses, kinerja dan produk. 2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. 3) Menggunakan berbagai cara dan sumber. 4) Tes hanya salah satu cara alat pengumpul data penilaian. 5) Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagianbagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari. 6) Penilaian harus menekankan ke dalam pengetahuan dan keahlian siswa.

16 Sementara itu karakteristik authentic assesement adalah sebagai berikut: 1) Dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung. 2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. 3) Yang diukur keterampilan dan performen, bukan mengingat fakta. 4) Berkesinambungan dan terintegrasi. 5) Dapat digunakan sebagai feed back. Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah sebagai berikut: 1) Proyek/kegiatan dan laporannya. 2) Hasil tes tertulis. 3) Portofolio (kumpulan karya siswa selama satu semester atau satu tahun). 4) Pekerjaan rumah. 5) Kuis. 6) Karya tulis. 7) Presentasi atau penampilan siswa. 8) Demonstrasi. 9) Laporan. 10) Jurnal. 11) Kelompok diskusi. 12) Wawancara (Kunandar, 2007: 292 294).