BAB V PEMBAHASAN. sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini, dan untuk menjawab fokus. satu persatu untuk menjawab fokus masalah yang ada.

dokumen-dokumen yang mirip
keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. SWT kepada nabi Muhammad SAW. Fungsi dari Al-Qur an ialah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci penyempurna dari kitab-kitab yang diturunkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. dalam berbagai dimensi kehidupan.sudah sangat jelas bahwa dalam Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

PENERAPAN METODE SOROGAN DALAM MENGHAFAL AL-QUR AN

BAB 1 PENDAHULUAN. bukunya Praktikum Qira at adalah Kalam Allah yang mengandung mukjizat

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. Syaikh Sulaiman bin Husain bin Muhammad al Jamzury Tuhfatul Athfal, Toha Putra, Semarang, 1381 H, hal. 1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9).

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2005), hlm. 23. Penerbit Diponegoro, 2008), hlm Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, (Jakarta: Bumi

Cece Abdulwaly. Diterbitkan oleh: melalui:

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE THORIQATU TAKRIRY

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan dapat beragama Islam dengan mudah tanpa melalui pendidikan, yaitu

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE MENGHAFAL DAN PROBLEMATIKANYA DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS BESERTA SOLUSI ALTERNATIFNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 3. Ibid., hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB III SYARAT MENGHAFAL ALQURAN DAN GAMBARAN METODE MENGHAFAL ALQURAN YANG DIGUNAKAN OLEH KH. AHMAD NUR SYAMSI BAGI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak anak-anak kita yang belum dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. 1. Fitri Amalia, 2014, Efektivitas Metode Sima an Sebagai Solusi Alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur yaitu

BAB IV ANALISIS PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP PROGRAM PEMBELAJARAN BTQ DI SMP NEGERI 12 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR AN DI PONDOK PESANTREN RAUDLATUL FALAH BERMI GEMBONG PATI

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB IV. A. Analisis Ta zir di Pondok Pesantren Roudhotut Tholibin

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya orang yang meyakini dan menganut ajaran Islam memiliki kepribadian

2016 EFEKTIVITAS METODE TALAQQI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR AN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi komitmen yang sangan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 15 TAHUN 2005 T E N T A N G GERAKAN BEBAS BUTA AKSARA DAN PANDAI BACA ALQURAN DALAM WILAYAH KABUPATEN MAROS

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. istilah tersebut adalah pendidikan dan pengajaran. Pengajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. ini yang berjudul Pelaksanaan Metode Tasmi dan Muraja ah dalam. Menghafal Al-Qur an di SD Islam Al-Azhaar Kedungwaru

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

BAB VI PENUTUP. Qur an dalam meningkatkan kualitas baca Al-Qur an di MTs Negeri 2 Kota. Blitar, maka penulis simpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEBERAGAMAAN SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYYAH AL MUNAWIR GEMAH PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

Alquran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia dan menjadi pedoman

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul Djalal dalam bukunya menjelaskan, Al-Qur an. dan memelihara Al-Qur an oleh sebagian umat Islam terus berlanjut dari

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-anas. 1

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNAGRAHITA

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Aktualisasi Nilai-nilai Keagamaan pada Santri TPQ Al-Asyhar

(Studi Kasus : SMA Muhammadiyah 8 )

BAB I PENDAHULUAN. asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-Qur an. yang dampaknya akan menghancurkannya umat islam.

BAB IV ANALISA DATA. menguntungkan. Dimanapun dan kapanpun manusia itu menjalani proses

BAB I PENDAHULUAN. yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Nabi mulia Muhammad SAW. Kitab suci

BAB I PENDAHULUAN. dan batin baik di dunia maupun di akhirat. Sejak diturunkan kepada nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Al-Qur an. Oleh karena itu, beruntunglah bagi orang-orang yang dapat menjaga

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam

BAB IV PENERAPAN METODE QIRA ATI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR AN DI TPQ BINTANG KECIL 02 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara formal pendidikan yang diselenggarakan disekolah biasa

PANDUAN BELAJAR CARA MEMBACA AL-QUR AN (TAJWID) BERBASIS MACROMEDIA FLASH 8

PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA PONDOK PESANTREN HAMALATUL QUR AN. Pada Penelitian Tentang:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MPENAJAM PASER UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. muslimin di seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagian

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pada proses pembelajaran baca tulis Al-Qur an tersebut adalah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang keberadaannya masih eksis hingga

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari temuan sebelumnya dengan teori temuan saat penelitian. Menggabungkan antara pola-pola yang ada dalam teori sebelumnya dan kenyataan yang ada di lapangan. Terkadang apa yang di teoritik tidak sama dengan kenyataanya, atau sebaliknya. Keadaan inilah yang perlu dikaji secara mendalam. Perlu penjelasan lebih lanjut antara teori yang ada dan buktikan dengan kenyataan yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini, dan untuk menjawab fokus masalah yang telah tercantum pada bab awal, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu untuk menjawab fokus masalah yang ada. 1. Pembelajaran membaca Al-Qur an melalui metode sorogan di MTsN 2 Kota Blitar Belajar membaca Al-Qur an ini untuk menghantarkan siswa menguasai konsep-konsep membaca Al-Qur an dengan lancar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sekedar tahu dan hafal Al-Qur an, melainkan harus menjadikan mengerti dan memahami serta mengamalkan isi kandungan Al-Qur an dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini selaras dengan tujuan pembelajaran Al-Qur an di sekolah yang disampaikan oleh Zamakhsyari, yaitu: 1. Meningkatkan kualitas membaca, menulis, menghafal, dan memahami Al-Qur an 2. Meningkatkan semangat ibadah 121

122 3. Membentuk akhlakul karimah 4. Meningkatkan lulusan yang berkualitas 5. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman terhadap Al-Qur an 1 a. Tujuan Penggunaan Metode Sorogan Penggunaan metode sorogan dalam pembelajaran membaca Al- Qur an adalah untuk menambah kedekatan antara guru dan siswa, sehingga terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dan murid. 2 Guru dapat mengetahui kemampuan dari masing-masing siswa, serta guru akan lebih mudah membenarkan jika terdapat bacaan siswa yang salah dalam membaca. Maka dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya. b. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Sorogan Dalam mengimplementasikan metode ini perlu melalui beberapa tahapan. Di mana tahapan yang pertama adalah tahap persiapan. Pada tahap ini siswa mempersiapkan dirinya sebelum melakukan sorogan dihadapan guru. Sesuai dengan hasil wawancara dan dibuktikan dengan hasil observasi peneliti, bahwa persiapan siswa sebelum melakukan sorogan harus bersuci (wudhu) terlebih dahulu, kemudian masuk kelas dan mencari tempat yang menurutnya nyaman, dan yang paling penting adalah nderes Al-Qur an terlebih dahulu sebelum melakukan sorogan. 1 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1983), hal. 26 2 Sugiati. 2016. JURNAL QATHRUNÂ Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni) Implementasi Metode Sorogan pada Pembelajaran Tahsin dan Tahfidz Pondok Pesantren, hal. 145

123 Dalam persiapan hal-hal terkait dengan nderes semua siswa yang mengikuti bengkel Al-Qur an memanfaatkan waktu sebelum berangkat sorogan kepada guru. Menurut peneliti persiapan yang dilakukan siswa sudah cukup baik, dengan dilakukan nderes terlebih dahulu sebelum sorogan, maka kesalahan siswa dalam membaca Al-Qur an akan berkurang dan membacanya akan lebih lancar. Tetapi alangkah baiknya jika nderes dilakukan juga dirumah sehingga disekolah siswa tinggal mengulangi kembali supaya hasilnya lebih maksimal. Dalam pelaksanaan metode sorogan secara umum terdapat dua cara, yaitu: pertama: bagi siswa pemula, mereka mendengarkan guru yang akan membacakan dan siswa menirukan. Kedua: bagi siswa senior, mereka mendatangi seorang guru supaya guru mendengarkan sekaligus memberikan koreksi terhadap bacaan siswa. Hal tersebut sesuai pendapat Sugiati bahwa: Tehnik penyampaian materi dalam metode sorogan adalah sekelompok santri satu persatu secara bergantian menghadap kyai, mereka masing-masing membawa kitab yang akan dipelajari, disodorkan kepada kyai. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai pelajarannya. 3 Pembelajaran membaca Al-Qur an dengan metode sorogan merupakan pembelajaran yang memudahkan seorang guru mengetahui kekurangan dan kelebihan seorang siswa membaca Al-Quran tersebut. Mulai dari bacaan tajwidnya, kefasihannya, makhrojnya, seorang guru bisa mengoreksi bacaan siswa yang salah secara langsung. Maka dari 3 Ibid., hal.146

124 itu menurut penulis metode sorogan sangat cocok digunakan dalam membaca Al-Qur an. Melalui metode sorogan, perkembangan intelektual santri dapat dipantau guru secara utuh, ustadz juga dapat memberikan bimbingan dengan penuh kejiwaan, sehingga dapat memberikan tekanan pengajaran kepada santri-santri tertentu atas dasar observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas mereka. Dengan mengetahui observasi langsung dari ustadz, metode sorogan menuntut kesabaran dan keuletan pengajar juga mengutamakan kematangan, perhatian dan kecakapan santri dan juga disiplin yang tinggi dari seorang santri, karena metode ini membutuhkan waktu lama, yang berarti pemborosan, kurang efektif dan efisien dalam pembelajarannya. 4 Meskipun banyak orang yang menganggap metode ini sebagai metode klasik dan ketinggalan zaman, namun sampai saat ini metode tersebut masih dipertahankan dalam pembelajaran Al-Qur an baik di pesantren maupun di lembaga pendidikan formal, ini merupakan bukti bahwa metode ini memiliki kekhasan tersendiri sebagai bentuk metode yang cakupannya tidak hanya pada pencapaian target keberhasilan belajar, melainkan pada proses pembelajaran melalui keaktifan belajar para siswa. Kenyataan ini sebenarnya sudah sangat umum dipahami oleh para peneliti atau pengkaji sistem pendidikan, seperti yang dikatakan 4 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 145

125 Abdurrahman Wahid, bahwa keunikan pengajaran dapat ditemui pada cara pemberian pelajarannya, dan kemudian pada penggunaan materi yang telah diajarkan dan dikuasai oleh santri. Materi yang diberikan dalam pengajian yang berbentuk seperti kuliah terbuka, dimana sang kyai membaca dan menerjemahkan, kemudian santri membaca ulang, mempelajarinya di luar waktu, atau mendiskusikannya dengan teman sekelasnya. 5 Dalam pelaksanaan setiap pembelajarannya, kurangnya keistiqamahan para siswa untuk melakukan sorogan. Masih ada beberapa siswa yang tidak masuk tanpa keterangan sehingga kemampuannya membaca pun masih sangat kurang. Seorang guru tidak menentukan banyaknya ayat yang harus disorogkan kepada guru, tetapi yang terpenting mereka bisa istiqamah meskipun hanya sedikit yang disorogkan. Sehingga sedikit demi sedikit kelanyahan dan kefasihan akan semakin meningkat. Menurut penulis, istiqamah dalam mengaji sangat dibutuhan. Akan tetapi istiqamah tanpa adanya kesadaran dalam diri masingmasing siswa, maka semuanya akan sia-sia dengan begitu saja. Pada tahap selanjutnya yaitu evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan ketika siswa sorogan kepada guru yaitu dengan membawa bukti laporan prestasi bengkel Al-Qur an. Jadi setelah siswa selesai membaca guru memberikan nilai sesuai kemampuan siswa. Evaluasi juga dilakukan tiga bulan sekali yaitu 5 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: LkiS. 2010), Cet. Ke-3, hal. 6

126 dengan diadakan tes untuk menentukan bahwa anak ini nanti selanjutnya diikutkan kembali apa boleh belajar mandiri. c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sorogan Dalam suatu metode pembelajaran tentunya ada kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan metode sorogan ini antara lain siswa dapat dibimbing dan diarahkan secara langsung, terkontrolnya perkembangan dan kemampuan diri siswa, dan ketertarikan antara siswa dengan guru karena berinteraksi secara langsung sehingga terjalinnya keakraban antara diantara mereka. Semua ini memungkinkan guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai materi. 6 Sedangkan kekurangannya adalah membuat siswa cepat bosan karena metode ini menuntut kesabarn dan kedisiplinan pribadi karena dalam pembelajarannya metode ini membutuhkan waktu yang lama. 2. Pembelajaran menghafal Al-Qur an melalui metode takrir di MTsN 2 Kepanjenkidul Blitar Pembelajaran menghafal Al-Qur an bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar mempunyai tameng untuk melindungi dirinya maupun orang lain dari berbagai godaan, masalah, dan tantangan tersebut. Salah satunya, semakin mendekatkan diri pada Allah SWT yaitu dengan meningkatkan ketaqwaan kepadanya, dengan memantapkan ibadah, beramal shaleh, dan 6 Sugiati. 2016. JURNAL QATHRUNÂ Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni) Implementasi Metode Sorogan pada Pembelajaran Tahsin dan Tahfidz Pondok Pesantren, hal. 145

127 berpegang teguh pada Al-Qur an dan sinah Rasul. Salah satu cara memantakan ibadah adalah dengan terus menghafal Al-Qur an. a. Tujuan Penggunaan Metode Takrir Secara garis besar penerapan metode takrir dalam menghafal Al- Qur an adalah: pertama, diterapkan dalam memuat hafalan-hafalan baru. Kedua, pengulangan pada hafalan yang telah diperoleh agar dapat melekat dalam ingatan. Pemeliharaan hafalan Al-Qur an mempunyai cara tertentu sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, sahabat dan para penghafal lainnya sebagaimana pada masa sekarang ini. Pada masa Nabi Muhammad SAW pemeliharaan Al-Qur an dilakukan dengan cara takrir, yaitu mengulangi bacaan yang telah diperoleh dengan diperdengarkan kepada malaikat Jibril. 7 Menghafal Al-Qur an merupakan suatu pekerjaan yang sangat mulia, baik dihadapan manusia, terutama dihadapan Allah SWT. Banyak keutamaan yang diperolehnya di dunia maupun diakhirat kelak. Disamping itu pula seorang penghafal Al-Qur an sangat memegang peranan penting dalam menjaga kemurnian dan keaslian Al-Qur an hingga akhir zaman. b. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Takrir Dalam pembelajarannya dengan menggunakan metode takrir melalui beberapa tahapan, yang pertama tahap persiapan yaitu dalam persiapannya siswa menyiapkan Al-Qur an pojok, menentukan target materi yang akan dihafalkan, menghafalkan ayat tersebut dengan cara 7 Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, Ed. I, Cet, III, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 86

128 membacanya berulang-ulang, kemudian apabila sudah hafal maka di tasmi kan atau di setorkan kepada guru yang membimbingnya. Hal ini selaras dengan strategi membentuk kesan dalam ingatan terhadap ayatayat yang dihafal yang disampaikan oleh Ahsin al-hafidh: a. Strategi pengulangan ganda. b. Tidak pernah beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal benar-benar terhafal. c. Menghafal urutan-urutan yang dihafalnya dalam satu kesatuan jumlah setelah benar-benar hafal ayatnya. d. Menggunakan satu jenis mushaf saja. e. Memahami ayat-ayat yang dihafalkan. f. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa. g. Disetorkan pada seseorang yang mampu menghafal Al-Quran. 8 Persiapan yang dilakukan siswa ini ketika nanti mereka menyetorkan hafalannya dihadapan seorang guru berharap akan lebih lancar dan tidak mudah lupa sehingga akan menghasilkan kualitas hafalan yang tinggi. Mengenai tahap yang kedua, yaitu pelaksanaan. Di mana pada tahap ini siswa menyetorkan hafalannya dihadapan guru yang biasa disebut takrir dihadapan guru. Takrir dihadapan guru ini setelah siswa mempersiapkan hafalannya kemudian mereka mentasmi kan hafalannya kepada guru yang membimbingnya secara individu. Seseorang yang menghafal Al-Qur an harus selalu menghadap guru untuk takrir hafalan yang sudah diajukan. 9 Namun, selain itu guru tidak lupa menyuruh siswanya untuk mentakrir sendiri hafalannya dirumah. Seseorang yang menghafal harus bisa memanfaatkan waktu untuk takrir atau untuk 8 Ahsin al-hafidh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur an, Ed. I, Cet, III, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 56 9 Sa dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), hal. 48

129 menambah hafalan. 10 Hal ini dimaksudkan untuk menjaga Al-Qur an itu agar tidak lepas dari ingatan. Seorang yang menghafal harus bisa memanfaatkan waktu untuk takrir atau untuk menambah hafalan. Hafalan yang baru harus selalu di takrir minimal setiap hari dua kali dalam jangka waktu satu minggu. Sedangkan hafalan yang lama harus di takrir setiap hari. 11 Hal ini dimaksudkan untuk menjaga Al-Qur an itu agar tidak lepas dari ingatan. Metode takrir ini pada prinsipnya bersifat lebih santai, tanpa harus lebih mencurahkan seluruh pikiran. Oleh sebab ini sebelum memulai menghafal Al-Qur an, perlu dibaca secara berulang-ulang ayatayat yang akan dihafal. Jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan. Sebagian penghafal melakukannya sebanyak 35 kali pengulangan, setelah itu baru mulai dihafal. Bagi kalangan anak-anak, guru mengulang-ulang bacaan, sedangkan anak-anak atau murid menirukannya kata per kata dan kalimat per kalimat, juga secara berulang-ulang sehingga benar-benar terampil dan benar. 12 Cara yang demikian memberikan kemudahan khusus dalam merekam ayat-ayat tersebut. Meski demikian, cara ini juga memerlukan kesabaran ekstra karena akan memakan waktu yang sangat banyak. Memperbanyak ulangan terhadap ayat-ayat yang telah di hafal menjadi alternatif utama untuk tetap dapat menjaga hafalan Al-Qur an dalam ingatan. Pada dasarnya hafalan itu terjadi karena kebiasaan atau 54 10 Ibid., hal. 66 11 Sa dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Gema Insani, 2008), hal. 12 Abdul Aziz ar-rauf al-hafidh, Kiat Sukses Menjadi Hafidh Al-Qur an, (Bandung: Syamil, 2004), hal. 51

130 terbiasanya lisan mengucapkan kalimat-kalimat tertentu, dalam hal ini adalah ayat-ayat Al-Qur an. Oleh karena itu mengulang-ulang, menghafal nash-nash Al-Qur an dengan membacanya secara teratur akan meneguhkan konsentrasi relatif lebih lama. Tahapan yang ketiga adalah evaluasi, setelah pembelajaran berlangsung perlu adanya evaluasi guna mengetahui hasil dari pembelajaran tersebut. Pada pembelajaran menghafal Al-Qur an ini evaluasi dilakukan ketika siswa selesai mentakrir hafalannya dihadapan guru kemudian guru memberikan nilai dibuku prestasi sesuai kemampuan siswa masing-masing. Evaluasi pembelajaran adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan mengukur sampai dimana tingkat kemampuan dan pemahaman peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian evaluasi menepati posisi yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena dengan adanya evaluasi keberhasilan pembelajaran dapat diketahui 13. 13 Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran..., hal.27