BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai lambang bunyi yang arbitrer digunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Harimurti Kridalaksana, 1994:24). Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaaan dan pengalamannya kepada orang lain. Tanpa bahasa manusia akan lumpuh dalam komunikasi maupun interaksi antara individu maupun kelompok. Dengan demikian, manusia tidak dapat terlepas dari bahasa karena pentingnya fungsi bahasa dalam kehidupannya. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang informasi yang dituturkan oleh komunikator memiliki maksud terselubung. Oleh karena itu, setiap manusia harus memahami maksud dan makna tuturan yang diucapkan oleh lawan tuturnya. Dalam hal ini tidak hanya sekedar mengerti apa yang telah diujarkan oleh si penutur, tetapi juga konteks yang digunakan dalam ujaran tersebut harus dipahami. Kegiatan semacam ini akan dapat dianalisis dan dipelajari dengan pragmatik. Pragmatik merupakan subdisiplin linguistik interdisipliner yang tidak hanya terbatas pada kerangka teori saja namun merupakan ilmu yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Pragmatik cenderung mengkaji fungsi ujaran atau fungsi bahasa daripada bentuk atau strukturnya. Dengan kata lain, pragmatik lebih cenderung ke fungsionalisme daripada ke arah formalisme. Penerapan pragmatik dalam kehidupan sehari-hari
dapat diketahui dengan menganalisis bentuk-bentuk penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulisan yang berwujud tuturan. Dalam kajian ilmu pragmatik juga dibahas tentang implikatur. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah implikatur dalam wacana kampanye politik. Implikatur adalah ujaran atau pernyataan yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Dilihat dari sudut pandang pragmatik, dalam kampanye politik banyak implikatur di balik janji-janji yang disampaikan kepada rakyat. Pada dasarnya wacana kampanye politik ini lekat dengan situasi politik partai yang terkait dengan dukung- mendukung. Hal ini dijumpai ketika adanya pemilihan umum baik pemilihan presiden dan wakilnya, calon legislatif, dan pemilihan umum kepala daerah. Tahun 2010 memiliki arti penting bagi seluruh masyarakat Medan karena tahun tersebut diadakan pemilihan umum calon walikota dan wakil walikota yang diadakan tanggal 9 Juli 2010 yang diawali dengan kampanye yang sangat menarik. Namanama pasangan calon Walikota dan wakil Walikota Medan yang terpilih adalah: No. urut 1 pasangan Dr. H. Sjahrial R. Anas - Drs. H. Yahya Sumardi. No. urut 2 pasangan Sigit Pramono Asri, S.E. - Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M.Sc. No. urut 3 pasangan Indra Sakti Harahap, S.T., M.Sc. - Dr. Delyuzar, S.P., PA(K). No. urut 4 pasangan H. Bahdin Nur Tanjung, S.E., M.M. - Drs. H. Kasim Siyo. No. urut 5 pasangan Drs. H. Joko Susilo - Amir Mirza Hutagalung, S.E. No. urut 6 pasangan H. Rahudman Harahap - H. Djulmi Eldin. No. urut 7 pasangan Prof. Dr. H.M. Arif Nasution, M.A. - H. Supratikno W.S., S.E. No. urut 8 pasangan Ir. H. Maulana Pohan, M.M. - H. Ahmad Arif, S.E., M.M. No. urut 9 pasangan H. Ajib
Shah - Dr. Ir. Binsar Situmorang, M.Si. No. urut 10 pasangan dr. Sofyan Tan - Nelly Armayanti, S.P., M.Sp. Perubahan sistem pemilihan yang ditetapkan melalui putusan Mahkamah Konstitusi yang berbasis pada perolehan suara telah membuat para caleg mengubah strategi. Sistem perolehan suara terbanyak mau tidak mau membawa atmosfer kompetisi yang semakin ketat. Tidak hanya dengan partai lawan, tetapi juga dengan rekan separtai kekuatan figur menjadi sangat penting. Salah satu cara memperkenalkan figur tersebut melalui berbagai atribut kampanye yang dianggap simbol reprentasi calon legislatif. Meskipun tidak memberikan pengaruh signifikan, nyatanya baliho digunakan para caleg untuk mencitrakan dirinya dengan menggunakan kata-kata atau gambar yang unik. Strategi berkomunikasi untuk menyampaikan pesan dan menarik perhatian rakyat menjadi prioritas utama bagi para juru kampanye. Kajian implikatur dianggap penting karena terikat konteks untuk menjelaskan maksud implisit dari tindak tutur penuturnya. Dengan demikian praanggapan lawan tutur bermacam-macam bergantung pada referensi dan pemahaman konteks yang dimilikinya untuk membuat inferensi terhadap implikatur dari seseorang penutur. Untuk memahami bentuk-bentuk bahasa yang implikatif perlu adanya pengkajian dan analisis yang mendalam. Selain itu, dalam mengkaji dan menganalisis diperlukan kepekaan dengan konteks yang melingkupi peristiwa kebahasaan itu, supaya maksud terselubung di balik wacana kampanye politik benar-benar dimengerti oleh masyarakat. Dengan melihat secara khusus teks-teks yang digunakan dalam wacana kampanye politik saat ini, kita dapat membangun kesimpulan tentang kedudukan
bahasa dalam kampanye tersebut. Bahasa-bahasa dalam wacana kampanye politik tersebut berdiri sebagai sesuatu yang harus dibaca dan dilihat. Kata-kata tersebut memberi kita ide dan visi baru yang mempengaruhi cara berpikir kita. Untuk dapat mempengaruhi pembaca, wacana kampanye politik biasanya ditampilkan dengan suatu gaya pengungkapan yang khas. Kekhasan dari wacana kampanye itu sangat menarik. Dalam memahami implikatur dalam wacana kampanye politik pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015 ini, pembaca sangat terbantu dengan adanya ilustrasi gambar dengan berbagai karakter, ukuran dan penguatan kata-kata. Kedudukan gambar cukup penting dalam menarik perhatian khalayak karena lebih mudah diingat daripada kata-kata yang mempunyai banyak maksud yang bisa digali di dalamnya. Dan salah satu kekhasan gambar adalah sebagai alat ungkap pesan secara visual menawarkan kesempatan luas untuk didayagunakan sebagai alat memperjelas pesan, mudah dimengerti, menarik perhatian dalam rangka mengajak sesuatu maksud atau gagasan kepada khalayak. Dengan demikian, aspek desain komunikasi visual dalam rangkaian wacana kampanye politik pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015 merupakan upaya persuasif bersifat mengajak, menginformasikan, menegaskan, dan menyuruh atau memerintah sedangkan tujuannya adalah untuk mempengaruhi pembaca, merangsang perhatian, menimbulkan tindakan, merangsang tindakan, supaya memilih sesuai dengan kehendak pembaca.
Grice (1967 dalam Soemarmo, 1988:170) mengemukakan bahwa untuk menggunakan bahasa secara efektif dan efisien diperlukan kaidah penggunaan bahasa. Kaidah ini terdiri dari 2 pokok, yaitu: (1) prinsip koperatif yang menyatakan katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu. (2) empat maksim percakapan yang terdiri dari maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Beliau juga menyatakan apabila salah satu dari empat maksim tersebut tidak dipatuhi berarti si pembaca bermaksud menyatakan sesuatu di balik yang diucapkannya. Dengan demikian, ucapan tersebut mempunyai implikatur karena mempunyai maksud di balik ucapan itu (Lubis, 1993: 74) Wacana kampanye politik ini jelas mengandung implikatur dan hal ini sangat menarik. Untuk menemukan implikatur yang terdapat pada suatu ujaran dibutuhkan kaidah pertuturan. Kaidah tersebut terdiri dari: (1) penentuan makna dasar dari ucapan itu, (2) penentuan implikaturnya yang terdiri dari penganutan prinsip kooperatifnya, nilai evaluatifnya dan kemungkinan kesimpulannya (Siregar, 1997:39) Bentuk wacana kampanye politik pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015 pada media luar ruang seperti baliho juga tidak terlepas dari tindak tutur. Dalam menelaah implikatur harus benar-benar disadari pentingnya konteks ucapan tuturan. Tuturan wacana kampanye politik pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015 memiliki keunikan tersendiri dan sangat menarik untuk diteliti karena banyak pesan-pesan yang dapat diungkapkan di dalamnya. Dengan alasan inilah peneliti tertarik untuk
mengangkat Implikatur dalam Wacana Kampanye Politik Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Periode 2010-2015 sebagai judul penelitian. 1.2 Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, adapun masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Implikatur apakah yang terdapat dalam wacana kampanye politik pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015? 2. Tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam Wacana Kampanye Politik Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015? 1.2.1 Batasan Masalah Suatu penelitian harus dibatasi supaya terarah dan tujuannya tercapai. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis pragmatik yang meliputi implikatur dan tindak tutur yang terdapat dalam wacana kampanye politik pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah wacana kampanye politik yang penulis batasi hanya pada media cetak khususnya baliho sedangkan data yang digunakan untuk analisis, penulis batasi mulai rangkaian periode tahun 2010.
1.3 Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Menentukan implikatur yang terdapat dalam Wacana Kampanye Politik Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015. 2. Menentukan dan menganalisis jenis-jenis tindak tutur dalam Wacana Kampanye Politik Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Periode 2010-2015. 1.4 Manfaat Penelitian ini memiliki manfaat baik untuk diri peneliti sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Memberikan pengalaman tersendiri bagi peneliti dengan mengetahui implikatur dalam wacana kampanye politik pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010 2015. 2. Menambah sumber bacaan, memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan kepada peneliti-peneliti lainnya yang ingin menganalisis tentang implikatur dalam sebuah wacana kampanye politik. 3. Memberikan sumbangan pikiran untuk pengajaran Pragmatik Indonesia, khususnya bidang implikatur dalam sebuah wacana kampanye politik.