PROFIL SIKAP ILMIAH SISWA MTS PADA PEMBELAJARAN KARAKTERISTIK ZAT MELALUI METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

PENERAPAN PENDEKATAN DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR PROSES SAINS SISWA

ANALISIS KEMAMPUAN INKUIRI SISWA SMP, SMA DAN SMK DALAM PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY PADA PEMBELAJARAN FISIKA

Unnes Physics Education Journal

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 02, Mei 2015, ISSN:

Sherli Malinda, Nyoman Rohadi dan Rosane Medriati

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMP PADA KONSEP GERAK

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar 90224

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF BERBASIS INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KONSEP METABOLISME PADA SISWA KELAS XII SMA ANGKASA BANDUNG.

Kata kunci : Multi representasi, kemampuan kognitif, kemampuan pemecahan masalah

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

: RANI PURWATI K

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

TANGGAPAN SISWA TERHADAP MODEL PEBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI FOTOSINTESIS DI SMP NEGERI 8 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI SUHU DAN KALOR BERBASIS SCIENTIFIC METHOD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

Unnes Physics Education Journal

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

PENGEMBANGAN ASESMEN PEMBELAJARAN SESUAI TUNTUTAN KURIKULUM 2013 PADA MATERI FOTOSINTESIS DI SMP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

Abstrak. : Desi Hartinah, Dr. Insih Wilujeng, dan Purwanti Widhy H, M. Pd, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, 2) Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Pengembangan Alat Praktikum Gelombang Stasioner untuk Melatihkan Keterampilan Proses Siswa SMA Kelas XI

Hasil Uji Validitas Buku Siswa Berbasis Inkuiri pada Pembelajaran IPA untuk Siswa Kelas VIII SMP

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 MAJENE

STUDENT ACADEMIC SKILLS THROUGH PROJECT BASED LEARNING IN CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL BABUSSALAM

Unnes Physics Education Journal

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

1) Prodi Pendidikan IPA, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh. Ni Wayan Purni Lestari,

Efektivitas Model Pembelajaran POGIL Menggunakan Brainstorming untuk Meningkatkan Kemampuan Inferensi Logika Siswa

Joyful Learning Journal

Unnes Physics Education Journal

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume 1 No 4, Oktober 2015

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 1, pp Januari 2014

DEVELOPMENT OF PHYSICS-ORIENTED LEARNING DEVICE INQUIRY APPROACH ON THERMODYNAMIC MATERIALS OF CLASS XI SMA BASED ON CURRICULUM 2013

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

BIOLOGY EDUCATION FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION UNIVERSITY OF RIAU

E-journal Prodi Edisi 1

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

Keywords: inquiry learning, science process skills, learning outcomes, the light

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA TEMA MATA DI SMP NEGERI 1 MADURAN LAMONGAN. Alfin Nofi Rohmawati

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENINGKATAN KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA KELAS X MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY ROLE APPROACH BERBASIS LESSON STUDY DI SMA N 16 SEMARANG

Jurnal Scientia Indonesia

Edu Elektrika Journal

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 3 September 2012 Halaman 73-80

PENGGUNAAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, ISSN:

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU

Keefektifan Lembar Kegiatan Siswa Materi Pemisahan Campuran untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelas VII SMP

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

Oleh : Indri Frastiyanti dan Sukardiyono ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENTIFIC INQUIRY AND SCIENCE ISSUES PADA KETERCAPAIAN 3 RANAH HASIL BELAJAR SISWA SMP ARTIKEL SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES IPA DAN PSIKOMOTOR SISWA KELAS VI SDN 011 KERUMUTAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI POKOK ASAM-BASA DI KELAS XI SMAN 1 BOJONEGORO

PERWUJUDAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENGEMBANGKAN KNOWLEDGE, SKILL, DAN ATTITUDE PESERTA DIDIK SMA

PENGARUH KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Diana Puspitasari, Eko Swistoro dan Eko Risdianto

p-issn : e-issn :

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA TEMA PEMANASAN GLOBAL UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS

TINJAUAN KESIAPAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM IPA DI SMP NEGERI SE- KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL ILMIAH

Transkripsi:

Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 22 Juli 2017 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PROFIL SIKAP ILMIAH SISWA MTS PADA PEMBELAJARAN KARAKTERISTIK ZAT MELALUI METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF MAHFUDIN INDRA WIJAYA *, IYON SUYANA, HENI RUSNAYATI Program studi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 401543 Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran sikap ilmiah siswa pada pembelajaran karakteristik zat menggunakan metode Demonstrasi Interaktif. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan angket untuk mengukur pengetahuan sikap siswa pada awal dan akhir treatment serta observasi untuk mengukur keterampilan sikap siswa pada saat treatment menggunakan metode Demonstrasi Interaktif berlangsung. Sampel terdiri dari 30 siswa dari salah satu MTs di kota Bandung. Data angket di olah dengan pengolahan skala Likert sementara observasi diolah dengan menghitung skor siswa. Skor yang diperoleh kemudian di analisis dengan cara menentukan nilai rata-rata yang di capai oleh kelas pada masing-masing indikator sikap ilmiah lalu di interpretasikan ke dalam kategori sikap ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing aspek sikap ilmiah cenderung mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran menggunakan Demonstrasi Interaktif. Sikap ilmiah siswa pada ranah konatif (keterampilan sikap) menunjukkan bahwa sikap jujur merupakan sikap dengan pencapaian tertinggi. Sikap tanggung jawab dan sikap jujur siswa berada pada kategori baik sekali. Sedangkan sikap ingin tahu siswa berada pada kategori cukup, namun menunjukkan peningkatan terbesar. Sementara itu, sikap ilmiah pada ranah kognitif (pengetahuan sikap) menunjukkan bahwa sikap tanggung jawab merupakan sikap dengan pencapaian dan peningkatan terbesar. Kata kunci : Sikap ilmiah, Demonstrasi Interaktif Abstract. The purpose of this research was to get profile about students scientific attitude on learning characteristics of substances using Interactive Demonstration method. The research was conducted by giving a questionnaire to measure students attitude knowledge at the beginning and end of treatment as well as observation to measure students attitude skill during treatment using Interactive Demonstration method. The sample consists of 30 students from one junior high school (MTs) in Bandung. Questionnaire in though with Likert scale processing while observation processed by calculating student score. Scores obtained later in the analysis by determining the average value achieved by the class on each indicator of scientific attitude and then interpreted into the category of scientific attitudes. The results showed that each aspect of scientific attitude tended to increase after learning using Interactive Demonstration. The students scientific attitude in the conative domain (attitude skills) shows that honest attitude is the attitude with the highest attainment. The attitude of responsibility and honest attitude of the students is in very good category. While the student s curiosity is in enough category, but shows the greatest improvement. Meanwhile, the scientific attitude in the cognitive domain (attitude knowledge) shows that the attitude of responsibility is the attitude with the greatest achievement and improvement. Keywords : Scientific Attitude, Interactive demonstration 1. Pendahuluan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga * email : mahfudiniw@gmail.com 135

136 Mahfudin Indra Wijaya dkk merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah [1]. Hal ini mengartikan bahwa dalam pembelajaran IPA, sikap ilmiah siswa menjadi salah satu tujuan pembelajaran yang perlu di kembangkan di sekolah. Pada kurikulum 2013, sikap ilmiah siswa bahkan menjadi salah satu kompetensi inti. Beberapa sikap ilmiah yang perlu dikembangkan melalui kompetensi inti untuk peserta didik kelas VII dan VIII di madrasah tsanawiyah antara lain : rasa ingin tahu, logis, kritis, analitis, jujur, dan tanggung jawab [2]. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan melalui observasi di salah satu SMP di kota Bandung. Diperoleh data bahwa pada kegiatan praktikum suhu campuran yang dilakukan, tiga dari enam kelompok siswa terlambat bergabung ke dalam kelompok kelompok praktikum. Satu kelompok siswa bermain-main dengan alat dan bahan praktikum seperti batang statif dan spiritus selama kegiatan praktikum berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki tanggung jawab yang kurang dalam pembelajaran IPA. Selama kegiatan praktikum, hanya satu sampai dua siswa pada tiap kelompok yang aktif mengajukan pertanyaan pada guru ataupun asisten lab, sebagian besar siswa lebih memilih untuk diam dan mengikuti rekan mereka yang aktif. Hal ini menunjukkan bahwa rasa ingin tahu siswa masih kurang. Pada kegiatan praktikum, dua kelompok siswa juga teramati mengubah data massa dan suhu selama percobaan. Ketika siswa di hadapkan pada perhitungan yang kurang tepat di lembar kerja siswa, kedua kelompok ini memilih mengubah data percobaan agar hasil perhitungan sesuai dengan yang mereka harapkan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tergolong memiliki sikap jujur yang kurang. Dari paparan di atas, bisa disimpulkan bahwa sikap ilmiah siswa masih kurang untuk sikap tanggung jawab, rasa ingin tahu, dan sikap jujur. Berkaitan dengan pengembangan sikap ilmiah, Akporehwe mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan sikap ilmiah, siswa perlu di berikan pengalaman langsung [3]. Sulistyorini dalam Riyanto, mengungkapkan bahwa sikap ilmiah ini bisa dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan [4]. Sementara itu, Amien mengungkapkan bahwa untuk menjadi ilmiah, seorang harus terbiasa mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, serta mengumpulkan dan menganalisis data [5]. Berdasarkan uraian di atas, pada dasarnya sikap bisa dikembangkan di kelas dan laboratorium dengan menggunakan berbagai aktivitas yang melibatkan siswa secara langsung, terutama aktivitas yang melibatkan metode ilmiah. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan metode ilmiah di dalamnya adalah Demonstrasi Interaktif. Demonstrasi Interaktif merupakan demonstrasi yang dilakukan guru, yang kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan penyelidikan tentang apa yang akan terjadi (prediction), bagaimana atau mengapa sesuatu telah terjadi (Explanation) [6]. Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk memperoleh gambaran sikap ilmiah siswa pada pembelajaran materi pokok karakteristik zat melalui metode Demonstrasi Interaktif. 2. Metode Penelitian Penelitian dilakukan terhadap sampel kelas VII yang terdiri dari 30 siswa di salah satu MTs kota Bandung. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan angket untuk mengukur pengetahuan sikap siswa pada awal dan akhir treatment serta

ISSN : 2477-0477 137 observasi untuk mengukur keterampilan sikap siswa pada saat treatment menggunakan metode Demonstrasi Interaktif berlangsung. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan untuk observasi adalah sebagai berikut : (1) memberikan skor pada tiap aktivitas yang dilakukan dan tidak dilakukan siswa, (2) mengubah skor yang diperoleh masing-masing siswa ke dalam bentuk nilai berskala seratus, (3) menghitung nilai rata-rata sikap untuk seluruh kelas, (4) nilai rata-rata sikap untuk seluruh kelas diinterpretasikan ke dalam kategori baik sekali, baik, cukup, kurang, dan gagal. Sedangkan angket diolah dengan pengolahan skala Likert. 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu MTs kota Bandung mengenai profil sikap ilmiah siswa pada pembelajaran materi karakteristik zat melalui metode Demonstrasi Interaktif di dapatkan data dan pembahasan sebagai berikut : a. Sikap ilmiah siswa pada ranah konatif Data sikap ilmiah pada ranah konatif (keterampilan sikap) diperoleh melalui observasi. Selama kegiatan penelitian, observasi sikap ilmiah dilakukan sebanyak 3 kali. Sikap ilmiah siswa pada tiap pertemuan diukur dengan lembar observasi yang sama, mengukur aspek sikap yang sama, yaitu sikap tanggung jawab, sikap ingin tahu, dan sikap jujur. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama kegiatan pembelajaran, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 1. Rekapitulasi hasil observasi sikap ilmiah siswa No. Kode Siswa Nilai Sikap Tanggung Jawab Nilai Sikap Ingin Tahu Nilai Sikap Jujur Pert. Pert. Pert. Pert. Pert. Pert. Pert. Pert. Pert. ke-1 ke-2 ke-3 ke-1 ke-2 ke-3 ke-1 ke-2 ke-3 1 A1 100,00 100,00 100,00 75,00 75,00 50,00 100,00 100,00 100,00 2 A5 100,00 100,00 100,00 75,00 50,00 50,00 100,00 100,00 100,00 3 B1 100,00 100,00 100,00 50,00 75,00 50,00 100,00 100,00 100,00 4 B2 100,00 100,00 100,00 50,00 75,00 50,00 100,00 100,00 100,00 5 B4 100,00 100,00 100,00 50,00 75,00 50,00 100,00 100,00 100,00 6 B5 100,00 100,00 100,00 75,00 75,00 75,00 100,00 100,00 100,00 7 C2 100,00 100,00 100,00 75,00 75,00 50,00 100,00 100,00 100,00 8 C3 100,00 100,00 100,00 75,00 75,00 50,00 100,00 100,00 100,00

138 Mahfudin Indra Wijaya dkk 9 C4 100,00 100,00 100,00 75,00 75,00 50,00 100,00 100,00 100,00 10 C5 100,00 100,00 100,00 100,00 75,00 50,00 100,00 100,00 100,00 11 D1 100,00 33,33 100,00 50,00 0,00 50,00 100,00 33,33 100,00 12 D2 100,00 66,67 100,00 50,00 0,00 50,00 100,00 100,00 100,00 13 D3 100,00 100,00 100,00 25,00 50,00 50,00 100,00 100,00 100,00 14 D4 100,00 66,67 100,00 25,00 0,00 50,00 100,00 100,00 100,00 15 D5 100,00 33,33 100,00 50,00 75,00 50,00 100,00 100,00 100,00 16 E2 100,00 100,00 100,00 50,00 75,00 100,00 100,00 100,00 100,00 17 E3 100,00 100,00 100,00 75,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 18 E5 100,00 100,00 100,00 50,00 75,00 100,00 100,00 100,00 100,00 19 F1 100,00 100,00 100,00 50,00 50,00 100,00 100,00 100,00 100,00 20 F2 100,00 100,00 100,00 50,00 50,00 100,00 100,00 100,00 100,00 21 F3 100,00 100,00 100,00 50,00 75,00 100,00 100,00 100,00 100,00 22 F4 100,00 100,00 100,00 75,00 75,00 100,00 100,00 100,00 100,00 23 F5 100,00 100,00 100,00 75,00 75,00 100,00 100,00 100,00 100,00 24 G3 100,00 100,00 100,00 50,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 25 G4 100,00 100,00 100,00 50,00 75,00 100,00 100,00 100,00 100,00 26 G5 100,00 100,00 100,00 50,00 75,00 100,00 100,00 100,00 100,00 27 H1 66,67 100,00 100,00 50,00 75,00 100,00 100,00 100,00 100,00 28 H2 33,33 100,00 66,67 75,00 75,00 75,00 100,00 100,00 66,67 29 H3 66,67 100,00 100,00 50,00 50,00 100,00 100,00 66,67 100,00 30 H5 100,00 100,00 100,00 75,00 50,00 100,00 100,00 33,33 100,00 Rata-Rata 95,56 93,33 98,89 59,17 64,17 75,00 100,00 94,44 98,89 Kategori Sekali Sekali Cukup Cukup Sekali Sekali Sekali Sekali Keterangan : Pert. (Pertemuan Pembelajaran) Berdasarkan rekapitulasi hasil observasi sikap ilmiah pada Tabel 1, tampak bahwa keterampilan sikap ilmiah untuk sikap tanggung jawab dan sikap jujur cenderung berada pada kategori baik sekali. Pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga nilai rata-rata sikap untuk seluruh kelas di tiap pertemuan mengalami perubahanperubahan, namun kategori sikap tanggung jawab dan sikap jujur masih selalu di kategori yang sama. Sementara itu, keterampilan sikap ingin tahu memiliki kategori yang beragam untuk tiga pertemuan. Sikap ingin tahu berada pada kategori cukup untuk pertemuan pertama dan kedua, lalu berubah menjadi kategori yang lebih tinggi pada pertemuan ketiga, yaitu kategori baik. Jika rekapitulasi hasil observasi sikap ilmiah pada tabel 1, di ubah ke dalam bentuk gambar diagram, maka keterampilan sikap ilmiah siswa pada tiap sikap untuk tiap pertemuan, terlihat seperti gambar 1 berikut

ISSN : 2477-0477 139 Sikap Ilmiah Gambar 1. Diagram nilai rata-rata sikap ilmiah berdasarkan observasi Dari ketiga sikap yang diteliti, sikap jujur merupakan sikap dengan pencapaian terbesar. Pada setiap pertemuan, sikap jujur menunjukkan nilai yang cenderung lebih tinggi di bandingkan dengan sikap-sikap yang lain. Pada pertemuan pertama, nilai sikap jujur mencapai 100,00, sementara nilai sikap yang lain hanya 95,56 dan 59,17. Pada pertemuan kedua, nilai sikap jujur mengalami sedikit penurunan, namun masih tetap lebih besar dibandingkan dengan sikap tanggung jawab dan sikap ingin tahu. Menurunnya sikap jujur di pertemuan kedua dikarenakan tiga orang siswa teramati tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang menjadi indikator di sikap jujur. Ketiga siswa tersebut adalah D1, H3, dan H5. Siswa D1 dan H5 tidak menunjukkan 2 indikator sikap jujur, sementara siswa H3 tidak menunjukkan 1 Indikator. Pada pertemuan ketiga, nilai sikap jujur kembali naik hingga mencapai 98,89. Ketiga siswa bermasalah di pertemuan kedua mampu menunjukkan seluruh aktivitas yang menjadi indikator sikap jujur. Namun, siswa lain yang tidak bermasalah di pertemuan kedua, yaitu siswa H2 justru tidak menunjukkan 1 indikator sikap jujur pada pertemuan ketiga. Diagram pada gambar 1, memperlihatkan dengan lebih jelas peningkatan nilai yang terjadi pada masing-masing sikap. Dari ketiga sikap yang diteliti, sikap ingin tahu merupakan sikap dengan peningkatan terbesar. Peningkatan nilai sikap ingin tahu mencapai 15,83 atau senilai dengan 26,7 persen. b. Sikap ilmiah siswa pada ranah kognitif Data sikap ilmiah pada ranah kognitif (pengetahuan sikap) diperoleh melalui angket. Selama kegiatan penelitian, angket sikap ilmiah digunakan sebanyak 2 kali, yaitu pada awal sebelum treatment serta akhir setelah treatment. Sikap ilmiah siswa pada pengukuran awal dan akhir diukur dengan angket yang sama, mengukur aspek sikap yang sama, yaitu sikap tanggung jawab, sikap ingin tahu, dan sikap jujur. Berdasarkan hasil angket yang diberikan pada awal dan akhir treatment, diperoleh data sebagai berikut:

140 Mahfudin Indra Wijaya dkk Tabel 2. Rekapitulasi hasil angket sikap tanggung jawab siswa Nomor Kode Persentase Pengukuran Awal Pengukuran Akhir Persentase siswa Persentase Siswa BJ Kategori BJ dan SBJ Persentase Kategori dan SBJ Q01 80,67 SBJ 73,33 85,33 SBJ 76,67 Q02 81,33 SBJ 73,33 82,67 SBJ 83,33 Q03 89,33 SBJ 90,00 93,33 SBJ 96,67 Q04 71,33 BJ 56,67 81,33 SBJ 83,33 Q05 85,33 SBJ 93,33 88,00 SBJ 93,33 Q06 74,67 BJ 56,67 78,67 BJ 80,00 Keterangan : SBJ (Sangat Bertanggung Jawab), BJ (Bertanggung Jawab) Pada pengukuran awal, 2 dari 4 pernyataan berada pada kategori bertanggung jawab sementara 4 pernyataan lainnya berada pada kategori yang lebih tinggi yaitu sangat bertanggung jawab. Setelah dilakukan treatment dan sikap diukur kembali menggunakan angket yang sama, sikap siswa pada kategori sangat bertanggung jawab bertambah menjadi 5 pernyataan. Pernyataan dengan nomor kode Q04, yang merupakan pernyataan negatif, mengalami peningkatan dari kategori bertanggung jawab menjadi sangat bertanggung jawab. Persentase jumlah siswa pada kategori bertanggung jawab dan sangat bertanggung jawab juga mengalami perubahan dari 56,67 persen menjadi 83,33 persen. Sementara itu, pernyataan Q06 tidak mengalami perubahan kategori setelah dilakukan treatment meskipun terjadi juga peningkatan persentase siswa pada kategori bertanggung jawab dan sangat bertanggung jawab. Tabel 3. Rekapitulasi hasil angket sikap ingin tahu siswa Nomor Kode Persentase Pengukuran Awal Pengukuran Akhir Persentase siswa Persentase Siswa Kategori IT dan SIT Persentase Kategori IT dan SIT Q07 82,67 SIT 80,00 81,33 SIT 73,33 Q08 68,00 IT 36,67 68,67 IT 40,00 Q09 81,33 SIT 83,33 88,67 SIT 96,67 Q10 72,00 IT 56,67 72,67 IT 53,33 Q11 89,33 SIT 90,00 88,67 SIT 93,33 Q12 74,67 IT 63,33 70,00 IT 56,67 Q13 87,33 SIT 90,00 89,33 SIT 93,33 Q14 70,67 IT 60,00 74,67 IT 66,67 Keterangan : SIT (Sangat Ingin Tahu), IT (Ingin Tahu) Kategori sikap untuk masing-masing pernyataan tidak mengalami perubahan pada pengukuran awal dan pengukuran akhir. Pada pengukuran awal, empat pernyataan negatif berada pada kategori ingin tahu, sementara empat lainnya yang merupakan pernyataan positif berada pada kategori sangat ingin tahu. Keempat pernyataan dengan kategori ingin tahu ini tidak mengalami perubahan kategori di pengukuran akhir. Meskipun tidak mengalami perubahan kategori, pernyataan Q08 dan Q14 mengalami sedikit peningkatan pada persentase jumlah siswa berkategori ingin ingin tahu dan sangat ingin tahu.

ISSN : 2477-0477 141 Tabel 4. Rekapitulasi hasil angket sikap jujur siswa Nomor Kode Persentase Pengukuran Awal Pengukuran Akhir Persentase siswa Persentase Siswa BJ Kategori BJ dan SBJ Persentase Kategori dan SBJ Q15 77,33 J 70,00 84,67 SJ 83,33 Q16 74,00 J 53,33 79,33 J 73,33 Q17 84,67 SJ 93,33 82,67 SJ 83,33 Q18 53,33 CJ 20,00 52,67 CJ 16,67 Q19 80,00 J 73,33 77,33 J 73,33 Q20 50,00 CJ 10,00 51,33 CJ 16,67 Keterangan : SJ (Sangat Jujur), J (Jujur), CJ (Cukup Jujur) Pada pengukuran awal, tampak bahwa 2 dari 6 pernyataan berada pada kategori cukup jujur, 3 pernyataan berkategori jujur, sementara 1 dari 6 pernyataan berkategori sangat jujur. Setelah dilakukan treatment dan sikap diukur kembali menggunakan angket yang sama, sikap pada kategori sangat jujur bertambah menjadi 2 pernyataan. Pernyataan dengan nomor kode Q15 yang merupakan pernyataan positif, mengalami peningkatan dari kategori jujur menjadi sangat jujur. Persentase siswa pada kategori jujur dan sangat jujur juga mengalami peningkatan dari 70,00 persen menjadi 83,33 persen. Sementara itu, pernyataanpernyataan lain tidak mengalami perubahan kategori setelah dilakukan treatment dalam pembelajaran. Jika rekapitulasi hasil angket sikap ilmiah di ubah ke dalam bentuk gambar diagram, maka keterampilan sikap ilmiah siswa pada tiap sikap untuk tiap pernyataan, terlihat seperti gambar 2 berikut. Sikap Tanggung Jawab Sikap Ingin Tahu Sikap Jujur Sikap Ilmiah Gambar 2. Diagram persentase sikap ilmiah berdasarkan angket Dari ketiga sikap yang diteliti, sikap tanggung jawab merupakan sikap dengan pencapaian terbesar. Persentase terbesar yang bisa dicapai sikap tanggung jawab terjadi pada pernyataan Q03 dengan persentase sebesar 93,33 persen. Persentase yang bisa dicapai oleh pernyataan-pernyataan lain pada aspek sikap tanggung jawab juga menunjukkan nilai yang tidak terlalu jauh. Selain itu, sikap tanggung

142 Mahfudin Indra Wijaya dkk jawab juga merupakan sikap dengan peningkatan terbesar. Seluruh pernyataan pada aspek sikap tanggung jawab mengalami kenaikan setelah dilakukan treatment. Bahkan untuk pernyataan dengan nomor kode Q04, kenaikan sikap mencapai 10,00 persen. 4. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing aspek sikap ilmiah cenderung mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran menggunakan Demonstrasi Interaktif. Sikap ilmiah siswa pada ranah konatif (keterampilan sikap) menunjukkan bahwa sikap jujur merupakan sikap dengan pencapaian tertinggi. Sikap tanggung jawab dan sikap jujur siswa berada pada kategori baik sekali. Sedangkan sikap ingin tahu siswa berada pada kategori cukup, namun menunjukkan peningkatan terbesar. Sementara itu, sikap ilmiah pada ranah kognitif (pengetahuan sikap) menunjukkan bahwa sikap tanggung jawab merupakan sikap dengan pencapaian dan peningkatan terbesar. Daftar Pustaka 1. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: BSNP 2. Kemendikbud (2013). Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Kemendikbud 3. Akporehwe J. N and F. A. Onwioduokit (2010). Enhancing Scientific Attitude Through Activity-Based Approaches. Nigerian Journal of Science and Science Education, 8 Hal 2 4. Riyanto, Edy. (2013). Sikap Ilmiah sebagai Implementasi Pendidikan Karakter Pada pembelajaran Sains di sekolah dasar. [Online]. Tersedia : http://ikippgrimadiun.ac.id [28 Agustus 2014] 5. Amien, Moh. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta : P2LPTK, Ditjen Dikti, Depdikbud 6. Wenning, Carl J. (2012). Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science 5 (3), Hal 5