BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini wajar, karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi (Haq, Rahayu dan Triyanto, 2016). Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik seperti yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2009:189) yaitu : 1. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. 2. Pengendalian (Control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. 3. Pemeriksaan (audit) dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi professional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. 1
2 Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 Pasal 48 ayat 2 yang membahas tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Pelaksanaan pengawasan intern dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). APIP melakukan pengawasan intern melalui: a. Audit; b. Reviu; c. Evaluasi; d. Pemantauan; dan e. Kegiatan pengawasan lainnya. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 Pasal 49 ayat 1 menyatakan bahwa Aparat Pengawasan Intern Pemerintah terdiri atas: a. BPKP; b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern; c. Inspektorat Provinsi; dan d. Inspektorat Kabupaten/Kota. Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah daerah adalah inspektorat daerah. Inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas yang lain diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo:2009).
3 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 dalam pasal 4 yang mengatur tentang peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota, pasal tersebut menyatakan bahwa: Dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 dalam pasal 9 ayat 1 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara disebutkan bahwa dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan APIP. Peran dan fungsi audit internal termasuk unsur penting dalam sistem pengendalian organisasi yang memadai. Berdasarkan penjelasan di atas, untuk dapat mendukung efektivitas pelaksanaan audit oleh auditor eksternal sesuai amanat pasal 9 ayat (1) tersebut di atas maka peran dan fungsi auditor intern perlu diperjelas dan dipertegas. Menurut Budiansah (2015): Pengguna laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh APIP menginginkan adanya aparat pengawasan yang bersih, berwibawa, tertib, dan teratur dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai ketentuan dan norma yang berlaku. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi auditor intern pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP. Kode Etik dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksnakan APIP. Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna laporan dapat menilai sejauh mana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan standar dan etika yang telah ditetapkan.
4 Terkait dengan kualitas audit internal pemerintah daerah, Ketua BPK Anwar Nasution (2009), pada penyerahan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I kepada DPR, menyatakan bahwa fungsi audit internal di Indonesia masih belum efektif dimana kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat Kota saat ini masih menjadi sorotan karena banyak temuan audit atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Tetapi aparat Inspektorat Kota masih kurang dalam menindaklanjuti temuan-temuan audit tersebut sehingga temuan-temuan audit tersebut masih ditemukan pada LKPD tahun-tahun berikutnya (Fitriany, 2015). Ketua BPK Hadi Purnomo (2010) menyatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap LKPD dari tahun ke tahun temuan audit semakin meningkat. Temuan-temuan tersebut berupa ketidak patuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan, serta ketidakpatuhan tedalam pelaporan keuangan yang seharusnya dapat terdeteksi dini oleh Inspektorat. Dengan banyaknya temuan audit oleh BPK menunjukkan bahwa kualitas audit aparat Inspektorat masih relatif rendah (Fitriany, 2015). Menurut Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo (2017) mengungkapkan pihaknya tak pernah mendapatkan laporan pengawasan dari inspektorat pengawas pemerintahan, baik tingkat kabupaten/kota hingga kementerian/lembaga (http://www.soreangonline.com/2017/08/banyakkasus-korupsi-di-pemerintahan-inspektorat-belum-pernah-lapor-kpk/).
5 Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat atas LKPD Kota Bandung Tahun 2011 sampai 2016 Nomor Tahun Opini BPK 1 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 3 2013 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 4 2014 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 5 2015 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 6 2016 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Sumber : http://bandung.bpk.go.id Dilihat dari tabel 1.1 tersebut diketahui bahwa dari tahun 2011 sampai 2016 Pemerintah Kota Bandung masih mendapatkan opini WDP dari BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat, masih dengan masalah yang sama yaitu dalam hal pengelolaan aset termasuk didalamnya terjadi masalah sengketa aset. Secara tidak langsung, kinerja dari SKPD sebagai pengawas keuangan daerah belum mendukung terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah. Sehingga fungsi Inspektorat kota sebagai audit internal dapat dikatakan belum efektif dan kualitas auditnya masih belum maksimal. Kualitas audit juga dapat diartikan sebagai sebuah sistematika dan pemeriksaan independen untuk menentukan apakah kualitas kegiatan serta hasil
6 terkait telah sesuai dengan rumusan perencanaan, dan apakah perencanaan telah dilaksanakan secara efektif serta sesuai untuk mencapai tujuannya (Bastian,2010). Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 menyatakan bahwa Auditor harus secara terus-menerus meningkatkan kemampuan teknik dan metodologi audit. Dengan memperbaiki teknik dan metodologi audit, auditor dapat meningkatkan kualitas audit dan mempunyai keahlian yang lebih baik untuk menilai ukuran kinerja atau pedoman kerja yang digunakan oleh auditi. Komponen kemampuan auditor yang harus ditingkatkan meliputi kemampuan teknis, manajerial, dan konseptual yang terkait dengan audit dan auditi. Hal tersebut dapat dikemukakan oleh AAA Financial Accounting Commite (2000) menyatakan bahwa Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor (Tandiontong, 2016:82). Independensi menurut Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (2013:10) adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan aktivitas audit intern untuk melaksanakan tanggung jawab audit intern secara objektif. Objektivitas adalah sikap mental tidak memihak (tidak bias) yang memungkinkan auditor untuk melakukan penugasan sedemikain rupa sehingga auditor percaya pada hasil kerjanya dan bahwa tidak ada kompromi kualitas yang dibuat. Objektivitas
7 mengharuskan auditor tidak membedakan judgment-nya terkait audit kepada orang lain. Audit yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh orang yang independen. Audior yang independen adalah auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan secara independen melaporkan pelanggaran tersebut (Tandiontong, 2016:80). Kompetensi menurut Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (2013:14) auditor harus mempunyai pendidikan, pengetahuan, keahlian dan keterampilan, pengalaman, serta kompetensi lain yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kompetensi profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Kompetensi profesional tersebut dibuktikan dengan sertifikat profesional yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang atau dokumen lainnya yang menyatakan keahlian (Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, 2017:30). Audit yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh orang yang kompeten. Auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit yang benar, memahami, dan menggunakan metode penyampelan yang benar, dll (Tandiontong, 2016:80). Independensi merupakan sikap bebas dari tekanan dan kepentingan tertentu baik ketika proses penyusunan program audit, pelaksanaan dan pelaporan audit. Apabila seorang auditor memiliki rasa bebas dari hal-hal yang tidak sesuai
8 prosedur, maka dalam menjalankan tugasnya akan dapat dicapai secara lebih maksimal. Dengan kata lain semakin tinggi independensi seorang auditor maka akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan (Haq, Rahayu dan Triyanto, 2016). Selain itu auditor harus selalu meningkatkan pengetahuan tentang audit dan ilmu pendukungnya maka dianggap mempunyai kompetensi yang tinggi. Auditor yang mempunyai keahlian dalam melaksanakan pemeriksaan harus memiliki keterampilan dan kemampuan akan dianggap mempunyai kompetensi yang tinggi. Auditor yang berpengalaman dalam penugasan profesional audit akan dianggap mempunyai kompetensi yang tinggi. Semakin tinggi kompetensi auditor maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik (Rusvitaniady dan Pratomo). Adanya independensi dan kompetensi yang memadai, diharapkan dapat meningkatkan kualitas audit. Penelitian Haq, Rahayu, dan Triyanto (2016) bahwa kompetensi dan independensi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Aparat Inspektorat Kabupaten Grobogan. Penelitian yang dilakukan Tjun-tjun et.al (2012) bahwa secara parsial independensi dan kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian Haq, Rahayu, dan Triyanto (2016) bahwa etika, kompetensi dan independensi secara simultan terdapat pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas audit Aparat Inspektorat Kabupaten Grobogan.
9 Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kualitas audit dengan judul penelitian sebagai berikut: Pengaruh Independensi dan Kompetensi terhadap Kualitas Audit. 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis mengidentifikasi masalah yang akan menjadi pokok pemikiran dan pembahasan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana independensi di Inspektorat Kota Bandung. 2. Bagaimana kompetensi di Inspektorat Kota Bandung. 3. Bagaimana kualitas audit di Inspektorat Kota Bandung. 4. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. 5. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. 6. Apakah independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah penelitian maka tujuan penelitian ini untuk menjawab identifikasi masalah penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui independensi di Inspektorat Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui kompetensi di Inspektorat Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui kualitas audit di Inspektorat Kota Bandung. 4. Untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap kualitas audit. 5. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit.
10 6. Untuk mengetahui pengaruh independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi semua pihak yang berkepentingan antara lain: 1. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan serta pengetahuan khususnya mengenai pengaruh Independensi dan Kompetensi terhadap Kualitas Audit. 2. Inspektorat Kabupaten/Kota Diharapkan dapat memberikan masukan dan perbaikan mengenai Independensi, Kompetensi, dan Kualitas Audit. 3. Pihak Lain Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang dibahas dalam penyusunan skripsi ini peneliti melakukan penelitian pada Kantor Inspektorat Kota Bandung, yang terletak di Jalan Tera No. 20 Bandung. Waktu dilaksanakannya penelitian ini yaitu pada bulan September 2017 sampai dengan selesai.