BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sekolah Tempat Penelitian. kembang (sarkem). SMAN Y Yogyakarta memiliki visi dan misi agar

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114)

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

Lampiran I. Permohonan Menjadi Responden. Dengan Hormat,

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

HUBUNGAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMA N 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus meninggalkan segala hal yang kekanak-kanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perilaku Seksual Pranikah. 1. Perilaku Seksual. Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

Notoatmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Partowisastr, K Dinamika Psikologi Sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Widya Praja Ungaran terletak di jalan Jend. Gatot Subroto 63 Ungaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang berada

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Sekolah Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN Y Yogyakarta berada di Jl. Gadean No.5, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. SMAN ini berada dekat dengan wisata malioboro dan pasar kembang (sarkem). SMAN Y Yogyakarta memiliki visi dan misi agar terwujudnya generasi yang beriman, berilmu, terampil dan berakhlak mulia (GEMA MULIA). Pada tahun ajaran 2016/2017, SMAN Y memiliki 501 siswa dan 31 guru. Selain pelajaran wajib yang biasa di berikan, disekolah ini juga diadakan kegiatan keagaman setiap hari Jumat pagi serta memberikan pelajaran ekstrakulikuler setiap minggu pagi. SMAN Y mempunyai kegiatan rutin setiap satu bulan sekali yaitu memberikan pendidikan kesehatan mengenai bahaya seks bebas dan narkoba yang disampaikan oleh Dinas Pendidikan Yogyakarta. SMAN Y memiliki ruangan BK (bimbingan konseling). SMAN Y memiliki satu unit UKS (Unit Kesehatan Sekolah), jenis kegiatan UKS yang diberikan meliputi pendidikan kesehatan mengenai menghindari seks bebas dan narkoba yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setiap satu bulan sekali. 46

47 2. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Y Yogyakarta yang masih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah dan mengisi kuesioner dengan lengkap. Karakteristik responden dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114) Karakteristik Frekuensi (f) Prosentase (%) a) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 52 62 45,6 54,4 Total 114 100 b) Umur 16 tahun 17 tahun 94 20 82,5 17,5 Total 114 100 c) Agama Islam Kristen/katolik 94 20 82,5 17,5 Total 114 100 Sumber : Data Primer Pada Tabel 4.1. terlihat bahwa siswa kelas XI di SMAN Y Yogyakarta sebagian besar adalah siswa perempuan yaitu sebanyak 62 orang (54,4%). Karakteristik umur responden sebagian besar adalah usia 16 tahun yaitu sebanyak 94 orang (82,5%), sedangkan karakteristik agama responden berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh responden mayoritas adalah beragama Islam sebanyak 94 orang (82,5%).

48 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Berdasarkan Karakterisktik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114) Karakteristik Responden Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Perilaku Seksual Remaja Tinggi Sedang Rendah n % n % n % n % 12 13 10,52 11,40 23 25 20,17 21,92 17 24 14,91 21,05 52 62 45,61 54.39 Total 25 21,92 48 42,09 41 35,96 114 100 Umur a.16 tahun b.17 tahun 21 4 18,42 3,5 41 7 35,96 6,14 32 9 28,07 7,89 94 20 82,45 17,55 Total 25 48 41 114 100 Sumber: Data Primer Tabel 4.2 menunjukkan bahwa perilaku seksual remaja berdasarkan jenis kelamin lebih banyak dilakukan oleh perempuan, dimana dari 62 responden masuk kategori sedang dalam melakukan perilaku seksual sebanyak 21,92%. Perilaku seksual remaja berdasarkan umur lebih banyak dilakukan oleh usia 16 tahun, dimana dari 41 responden masuk dalam kategori sedang sebanyak 35,96%. 3. Teman Sebaya dalam Perilaku Seksual Pranikah Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Teman Sebaya Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114) Teman Sebaya Frekuensi (f) Prosentase (%) Lemah Kuat 54 60 47,40% 52,60% Total 114 100% Sumber: Data Primer Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang mempunyai hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah dalam kategori kuat sebanyak 60 orang (52,60%).

49 4. Perilaku Seksual Pranikah Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114) Perilaku Seksual Frekuensi (f ) Prosentase (%) Tinggi Sedang Rendah 25 48 41 21,90% 42,10% 36,00% Total 114 100% Sumber: Data Primer Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMAN Y Yogyakarta berada dalam kategori sedang melakukan perilaku seksual pranikah sebanyak 48 orang (42,10%), sedangkan beberapa siswa dalam kategori rendah melakukan perilaku seksual pranikah sebanyak 25 orang (36,00%). 5. Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Pranikah Tabel 4.5 Korelasi antara Teman Sebaya dan Perilaku Seksual siswa kelas XI di SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114) Teman sebaya Perilaku Seksual Total p Tinggi Sedang Rendah N % n % N % n % Kuat Lemah 20 5 17,5 4,38 Total 25 Sumber: Data Primer 38 10 33,3 8,77 2 39 3,3 72,2 60 54 100 100 0,000 Berdasarkan tabel 4.5 menjelaskan bahwa hubungan antara teman sebaya dan perilaku seksual pranikah didapatkan hasil sebagian besar responden memiliki perilaku seksual pranikah dalam kategori sedang yaitu 63,3%. Berdasarkan hasil uji statistik hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja didapatkan nilai p =0,000 yang berarti

50 terdapat hubungan antara teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah remaja. B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan sebanyak 62 orang. Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2013) bahwa 57,5% adalah perempuan. Fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang daripada laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih cenderung mempunyai perilaku seks yang agresif, gigih, terang-terangan serta sulit menahan diri daripada remaja perempuan (Santrock, 2007). Faktor biologis laki-laki lebih mudah terangsang dan mengalami ereksi serta orgasme dibandingkan dengan perempuan, sedangkan faktor sosial laki-laki cenderung lebih bebas dan terbuka dibandingkan dengan perempuan yang lebih tertutup (Christopherson & Conner, 2012). Karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar adalah remaja berusia 16 tahun sebanyak 94 orang. Remaja dengan usia 16 tahun sedang berada pada fase remaja tengah menuju dewasa awal, pada fase ini mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai mencoba aktivitasaktivitas seksual yang mereka inginkan (Hurlock, 2011). Pada fase ini remaja mulai tertarik dengan lawan jenis, terjadi perubahan pada fisik dan

51 emosi remaja menjadi labil (Potter & Perry, 2009). Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2013) bahwa usia remaja yang melakukan perilaku seksual sebanyak 87,5 % berusia 16-17 tahun. Remaja yang berusia 16 tahun mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan mulai mempunyai keinginan untuk mencoba segala sesuatu hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Selain itu pada usia ini remaja sangat bergantung kepada kelompok teman sebaya daripada dengan keluarga sehingga remaja lebih mendengarkan pendapat dari lingkungan teman daripada keluarga (Ali, 2011). Karakteristik responden berdasarkan agama sebagian besar adalah responden menganut agama Islam sebanyak 94 orang. Menurut Andisti dan Ritandiyono (2011) jika seseorang memiliki tingkat keagamaan yang tinggi maka akan memandang agama sebagai tujuan hidupnya, sehingga ia berusaha mengamalkan ajaran agamanya dalam perilaku sehari-hari. Jika seseorang memiliki tingkat agama yang kuat sehingga dorongan seksual tidak dapat menggoyahkan imannya. 2. Teman Sebaya dalam Perilaku Seksual Pranikah Berdasarkan Tabel 4.3 teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja dalam kategori kuat. Hal yang berbeda didapat dari penelitian Sinaga (2012) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak terpengaruh oleh teman sebayanya dalam hal yang negatif. Faktor yang menyebabkan tingginya pengaruh teman

52 sebaya terhadap perilaku seksual adalah tingginya kedekatan remaja dengan teman sebayanya. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiowati (2015) tentang hubungan antara interaksi teman sebaya dengan perilaku pacaran yang menunjukan bahwa umumnya remaja siswa SMA Sukoharjo mempunyai interaksi dengan teman sebaya yang tergolong sangat tinggi dengan nilai rata-rata 88,42. Kategori sangat tinggi ini menunjukan bahwa semakin kuat pengaruh teman sebaya maka semakin melemah hubungan individu dengan keluarga, sekolah, dan norma-norma konvensial. Teman sebaya berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja karena responden mendapatkan banyak hal mengenai perilaku seksual dari teman sebaya. Awalnya hanya mendengarkan cerita apa yang telah teman lakukan terhadap pasangannya lalu kemudian muncul rasa penasaran sehingga membuat responden terdorong untuk melakukan tindakan yang dilakukan oleh temannya tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini siswa lebih banyak menceritakan masalah pribadinya kepada teman daripada keluarga, selain itu siswa mendapatkan informasi mengenai perilaku seksual pertama kali dari teman sebaya. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti tahun 2015 yang berjudul Hubungan Pergaulan Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Remaja pada Siswa Kelas XI IPS di SMAN 1 Semin Gunungkidul Yogyakarta menyatakan bahwa sebagian besar pergaulan teman sebaya positif sebanyak 77,4%, sedangkan sebanyak 22,6% pergaulan teman sebaya

53 yang negatif. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua pengaruh teman sebaya membuat remaja untuk bersikap ke arah yang negatif. Santrock (2007) mengungkapkan bahwa teman sebaya berfungsi sebagai tempat remaja untuk saling berbagi dan perubahan perilaku yang terjadi pada remaja karena adanya transfer perilaku antara teman sebaya. Pendapat ini sesuai dengan analisis butir jawaban pada kuesioner teman sebaya yang menemukan bahwa sebanyak 58,8% responden mengaku mendapatkan ajakan dari temannya untuk mempunyai pacar. Partowisastro (2009) menjelaskan bahwa interaksi teman sebaya adalah hubungan pergaulan kelompok teman sebaya serta hubungan antar individu atau anggota kelompok yang mencakup keterbukaan, kerjasama, dan frekuensi hubungan. Menurut Papila (2009) setidaknya ada 3 aspek dalam interaksi teman sebaya yaitu komunikasi antar teman sebaya, penyesuaian diri terhadap teman (adaptasi) dan tuntutan untuk mengikuti teman-teman sebayanya. Teman sebaya merupakan orangtua kedua bagi remaja dalam menentukan perilaku remaja termasuk perilaku seksual remaja terhadap pasangannya (Santrock, 2007). Morton dan Farhat (2010) menyatakan dukungan teman sebaya menjadi salah satu motivasi dan pembentukan identitas diri seorang remaja dalam melakukan sosialisasi, terutama saat menjalin hubungan dengan lawan jenis.

54 3. Perilaku Seksual Pranikah Berdasarkan Tabel 4.2 hasil uji silang antara karakteristik responden dengan perilaku seksual didapatkan bahwa perempuan cenderung melakukan perilaku seksual dibandingkan dengan laki-laki, hal ini dikarenakan jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Setelah dilakukan analisis ternyata laki-laki lebih cenderung melakukan perilaku seksual, hal ini diperkuat dengan pernyataan Lewis (2013) bahwa remaja laki-laki menganggap bahwa perilaku seksual bukan hal yang dilarang, berbeda dengan remaja perempuan, selain itu remaja laki-laki lebih suka dan sering mengakses situs porno dibandingkan dengan remaja perempuan. Usia remaja melakukan perilaku seksual pranikah pada usia 16 tahun, hal ini diperkuat oleh penelitian Davis dan Friel (2011) sebanyak 85,6% remaja usia 16 tahun melakukan perilaku seksual pranikah. Aktivitas seksual remaja meningkat bersamaan dengan bertambahnya umur remaja. Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku seksual dengan tingkatan kadang-kadang yaitu sebanyak 48 orang (42,10%) dari keseluruhan jumlah responden. Rata-rata semua responden pernah berpacaran, berpegangan tangan dan berciuman. Beberapa responden bahkan pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, dilihat dari hasil olah data per pertanyaan dalam kuesioner perilaku seksual pranikah yang diisi oleh responden diketahui bahwa sebanyak 61,4 % responden pernah melakukan hubungan

55 seksual dengan pasangannya. Menurut Sarwono (2011) hubungan seksual merupakan perilaku seksual yang paling buruk dalam hal seksual, walaupun seseorang mengatakan belum pernah melakukan ciuman, berpegangan tangan ataupun berpelukan, hal ini membuktikan bahwa perilaku seksual pranikah dikalangan remaja sangat tinggi. Pernyataan diatas dukung oleh penelitian dari Shuhu & Shore (2017) yang menunjukan bahwa prevalensi perilaku seks pranikah di kalangan remaja sebanyak 179 orang dari keseluruhan 363 responden. Sekitar 57 orang memiliki pengalaman sexual intercouse saat umur mereka kurang dari 15 tahun dan sebanyak 134 orang melakukan sexual intercouse 12 bulan sebelum penelitian dilakukan. Bentuk dari perilaku seksual beraneka ragam mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Azinar, 2013). Perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja dapat dimotivasi oleh rasa cinta dengan di dominasi perasaan kedekatan yang tinggi terhadap pasangannya (Sarwono, 2011). Ketertarikan remaja dengan lawan jenis diapresiasikan melalui aktivitas seksual dengan pasangannya. Aktivitas seksual seseorang dengan pasangannya mengikuti suatu proses peningkatan yaitu mulai dari sentuhan, ciuman, rabaan sampai dengan hubungan seksual (Lewis, 2013). Sarwono (2012) mengatakan bahwa perilaku seksual pada remaja timbul karena ada beberapa faktor yaitu perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu

56 larangan, norma-norma dimasyarakat, serta pergaulan yang semakin bebas antara laki-laki dan perempuan. Perilaku seksual remaja yang aktif dapat mengarahkan remaja pada perilaku seksual pranikah yang beresiko. 4. Hubungan Teman Sebaya dan Perilaku Seksual Pranikah Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada penelitian ini terdapat hubungan antara teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Zulhaini dan Nasution (2011) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif pergaulan teman sebaya terhadap perilaku seksual pada siswa kelas XI SMA Negeri Binjai. Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Yulianti (2015) yang juga mengungkapkan adanya hubungan antara pergaulan teman sebaya dengan perilaku seksual pada remaja. Kemudian, Condry (2008) menjelaskan bahwa pergaulan teman sebaya memiliki dampak yang besar bagi perilaku seksual remaja karena remaja menghabiskan banyak waktu dengan teman. Myrers (2012) mengungkapkan bahwa remaja cenderung melakukan ajakan teman sebaya sebagai caranya agar diterima dalam pertemanan atau diterima dalam kelompok. Remaja bertindak sesuai tindakan yang dilakukan oleh temannya demi solidaritas dalam pergaulan. Solidaritas yang kuat dalam pergaulan teman sebaya membuat remaja memiliki ikatan identitas yang kuat sehingga remaja mudah terpengaruh oleh teman sebayanya. Solidaritas yang kuat juga membuat remaja saling memproteksi perilaku buruk temannya dari kontrol orang tua dan guru

57 dengan cara berbohong (Sarwono, 2011). Dengan demikian, pergaulan remaja tidak hanya mengikuti tekanan kelompok melainkan juga mempengaruhi teman sebaya untuk berperilaku sesuai dengan kelompoknya. Hal ini menjelaskan bagaimana remaja berperilaku seksual sesuai dengan kelompok pergaulannya sekaligus mempengaruhi temannya yang lain untuk berperilaku seksual. Remaja yang sedang melewati masa perubahan fisik merasa lebih nyaman bersama teman-teman yang mengalami kejadian yang sama. Dalam hal ini, teman sebaya seringkali berperan sebagai tempat untuk bertukar pengalaman atau tempat sekedar mencurahkan isi hati. Kebanyakan remaja mengatakan bahwa remaja tidak dapat berbicara secara bebas dengan orang tua mengenai hal-hal seksual, sehingga remaja lebih memilih menceritakan masalah perilaku seksual dengan teman sebaya (Santrock, 2007). Sarwono (2011) menambahkan bahwa ikatan emosional yang kuat dengan kelompok teman sebaya menjadikan remaja lebih nyaman untuk menceritakan berbagai pengalaman termasuk pengalaman perilaku seksual kepada teman sebaya dibandingkan dengan orang tua. Pengalaman seksual ini dapat menjadi informasi kepada remaja dalam hal perilaku seksual, sehingga remaja lebih banyak mendapatkan informasi mengenai perilaku seksual dari teman sebaya daripada orangtua, padahal informasi yang didapatkan lebih banyak mengalami unsur negatif daripada unsur positifnya (Pramono, 2011).

58 Hasil uji silang pada tabel 4.5 didapatkan bahwa remaja yang memiliki hubungan yang kuat dengan teman sebaya banyak melakukan perilaku seksual dalam kategori sedang, sedangkan remaja yang memiliki hubungan yang lemah dengan teman sebaya memiliki perilaku seksual yang rendah. Menurut Papalia (2009) teman sebaya berhubungan dalam penentuan perilaku seksual remaja. Baron dan Byrne (2008) juga mengungkapkan bahwa semakin tinggi kedekatan remaja dengan temannya sebagai sumber informasi perilaku seksual, maka tekanan untuk melakukan tindakan yang sama akan semakin bertambah. Terlebih lagi jika remaja hidup dalam lingkup pertemanan khusus seperti geng. Hal ini diperkuat dengan penelitian Maryatun (2013) yang melakukan penelitian hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah yang menunjukkan bahwa remaja yang mendapatkan informasi seksual dari teman sebaya lebih beresiko berperilaku seksual pranikah dibandingkan dengan remaja yang tidak memperoleh informasi seksual dari teman sebaya. Oleh karena itu, kedekatan dengan teman sebaya sangat mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian ini dan beberapa teori diatas maka peneliti berkesimpulan bahwa teman sebaya memiliki hubungan dengan perilaku seksual remaja pranikah yang dikarenakan remaja lebih merasa nyaman dengan kelompok teman sebaya nya, remaja merasa harus mengikuti pola perilaku kelompok teman sebayanya karena bagi remaja

59 solidaritas merupakan hal yang penting dalam pergaulan, termasuk pola perilaku seksual remaja teman sebaya. C. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian 1. Kelebihan penelitian a. Jumlah responden yang diteliti dalam penelitian ini cukup banyak yaitu sebanyak 114 responden. b. Pada penelitian ini, peneliti sangat memperhatikan dari setiap aspek etika penelitian pada saat pengambilan data sehingga hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. 2. Kelemahan penelitian Penelitian ini menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden sehingga hasilnya tergantung dengan kejujuran responden.