BAB I PENDAHULUAN. menyebar di seluruh dunia, tidak hanya negara maju saja, namun juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME. A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime.

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

Balikpapan, 19 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

Rancangan Undang Undang Nomor Tahun Tentang Tindak Pidana Di Bidang Teknologi Informasi DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

CYBER LAW & CYBER CRIME

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi memegang peran yang penting baik di masa kini,

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MEDIA INTERNET. A. Pihak-Pihak yang Terkait dalam Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji tentang kemajuan teknologi informasi, maka tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. informasi dapat diakses kapan saja dan dimana saja, sehingga penyebaran. informasi dapat berjalan cepat dan tidak mengenal jarak.

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN CYBERCRIME (CRIMINAL LAW POLICY IN PREVENTING CYBERCRIME)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa

JURNAL ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menempuh Sidang Ujian Sarjana dan meraih gelar Sarjana Hukum

BAB III PENUTUP. diketahui umum. Intinya, sebuah layanan pesan singkat yang dikirimkan. lebih tepat untuk menggunakan Undang-Undang ITE dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB III TINDAKAN PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK PADA JEJARING SOSIAL DI MEDIA INTERNET. Kemajuan teknologi sangat potensial terhadap munculnya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

BAB III PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV. A. Proses Pembuktian Pada Kasus Cybercrime Berdasarkan Pasal 184 KUHAP Juncto

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

NCB Interpol Indonesia - Fenomena Kejahatan Penipuan Internet dalam Kajian Hukum Republik Indonesia Wednesday, 02 January :00

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

oleh perdagangan secara konvensional. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di mana pers berada. 1. kemasyarakatan yang berfungsi sebagai media kontrol sosial, pembentukan

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

Keamanan Sistem Informasi

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG-

BAB I PENDAHULUAN. Efek positif yang paling nampak yakni interaksi antara masyarakat dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Di era globalisasi saat ini perkembangan teknologi informasi sangat pesat. Fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah menyebar di seluruh dunia, tidak hanya negara maju saja, namun juga menyebar ke negara berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi informasi mendapatkan peran sangat penting dalam memajukan sebuah bangsa. Teknologi informasi diyakini membawa keuntungan dan kepentingan yang besar bagi setiap negara di dunia. Setidaknya ada 2 (dua) hal yang membuat teknologi informasi dianggap begitu penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi dunia. Pertama, teknologi informasi mendorong permintaan atas produk-produk teknologi informasi itu sendiri seperti yang hampir dimiliki setiap orang, misalnya telepon seluler. Kedua, teknologi informasi memudahkan transaksi dalam bisnis itu sendiri karena secara tidak langsung teknologi tersebut membuat segala sesuatu dituntut menjadi serba cepat 1. Teknologi informasi juga berhasil membuat perubahan tatanan kehidupan masyarakat di bidang sosial dan ekonomi, dimana sebelumnya bertransaksi maupun bersosialisasi mengunakan cara konvensional, maka sekarang bertransaksi dan bersosialisasi menggunakan teknologi yang 1 Budi Suhariyanto, 2012 Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime)-Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya, Jakarta, Rajawali Pers, Hlm 1-2 1

tersedia sebagai media 2. Revolusi teknologi informasi berawal sejak ditemukannya komputer yang dalam perkembangannya menciptakan sebuah jaringan yang membentuk dunia tersendiri yang lazim disebut dengan dunia maya (cyberspace) 3. Perkembangan komputer yang sangat pesat mempermudah bertumbuhnya penggunaan teknologi internet. Internet sendiri adalah jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon atau satelit (berinternet berarti melakukan hubungan melalui internet) 4. Secara historis, pengembangan internet pada awalnya dimaksudkan untuk kepentingan militer dan penelitian, namun dalam perkembangannya, timbul ide untuk mengkomersialkan internet pada tahun 1990 oleh Amerika Serikat 5. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang ada, perilaku masyarakat dan peradaban manusia pun berubah secara cepat. Perilaku masyarakat yang terjadi, mempunyai dampak baik dan buruk dalam kehidupan masyarakat terkait perkembangan teknologi yang ada. Sisi baiknya, selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kemajuan manusia, setiap orang juga tidak terkendala jarak antara satu dengan yang lain dalam bertransaksi dan berkomunikasi. Salah satu sisi buruknya adalah digunakannya media atau teknologi tersebut secara tidak bertanggungjawab, misalnya aksi peretasan jaringan komputer (hacking) oleh 2 Ibid, Hlm 2 3 Didik M.Arief Mansur dan Elisatris Gultom,2005, Cyber Law-Aspek Hukum Teknologi Informasi,Bandung, Pt Refika Aditama, Hlm. 21 4 http://kbbi.web.id/internet, diunduh pada tanggal 11 Oktober 2017, pukul 18.00 WIB. 5 Sabartua Tampubolon, 2003, Aspek Hukum Nama Domain Di Internet, Jakarta : Tatanusa, Hlm 1 2

hacker, dimana hacker adalah orang yang memasuki atau mengakses jaringan komputer secara tidak sah (tanpa izin) dengan suatu alat atau program tertentu, bertujuan untuk merusak, merubah data dengan menambah atau mengurangi 6. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa media internet tidak ubahnya seperti dunia baru yang tidak mempunyai hukum. Di Amerika Serikat media internet seperti ini dikenal dengan nama information superhighway yang menggambarkan kondisi media internet yang ada seperti hutan belantara 7. Ancaman permasalahan yang lain juga timbul manakala seseorang melakukan akses ilegal ke dalam jaringan komputer, merusak jaringan, mengubah suatu tampilan atau bertujuan untuk merugikan suatu pihak. Berawal dari akses ilegal tersebut lahirlah kejahatan-kejahatan lain dengan memanfaatkan teknologi informasi sebagai alat untuk mencapai tujuan dengan melakukan kejahatan yang sering disebut kejahatan siber (cybercrime) 8. Kejahatan siber atau cybercrime merupakan istilah yang digunakan apabila terdapat tindak kriminal yang dilakukan menggunakan teknologi media elektronik atau komputer sebagai alat, atau dapat dikatakan bahwa cybercrime merupakan kejahatan yang memanfaatkan perkembangan teknologi komputer. Secara Umum, cybercrime di bagi menjadi 3 (tiga) karakter, yaitu 9 : 6 H.Sutarman, 2007, Cyber Crime - Modus Operandi dan Penanggulangannya, Yogyakarta Laksbang Pressindo, Hlm 64 7 Asril Sitompul, 2001, Hukum Internet-Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di Cyberspace, Bandung, PT Citra Aditya Bhakti, Hlm 2 8 Ibid, H.Sutarman, Hlm 2-3 9 Ibid, Hlm 32-33 3

1. Spam Spam atau spamming merupakan penggunaan perangkat elektronik untuk mengirimkan pesan secara bertubi-tubi tanpa dikehendaki oleh penerimanya.bentuk spam secara umum meliputi spam surat elektronik, spam pesan instan, spam blog, dan lain-lain. Modus yang biasanya dilakukan adalah mengirim virus melalui e-mail. 2. Abuse Perilaku yang memiliki maksud untuk mengancam, mengintimidasi, melecehkan, atau mempermalukan seseorang di dalam dunia maya.hal ini dapat terjadi di berbagai jejaring sosial, melalui e-mail, aplikasi messaging dan lain-lain. 3. Fraud Sejenis manipulasi informasi keuangan dengan tujuan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.sebagai contoh, harga tukar saham yang menyesatkan melalui rumor.situs lelang fiktif dengan mengeruk uang masuk dari para peserta lelang dan barangnya tidak dikirim bahkan identitas pelakunya tidak dapat dilacak. Salah satu dampak negatif yang sangat masif terjadi sebagai akibat dari penggunaan komputer dan teknologi internet adalah penyebaran ujaran kebencian terhadap orang ataupun kelompok tertentu dan adanya pencemaran nama baik. Hal ini seperti terjadi dalam perkara yang mencatut nama Sri Sultan Hawengkubuwono X di mana pada awalnya Sri Sultan melaporkan tindakan oknum yang tidak bertanggung jawab atas posting-an 4

metrotvnews.tk kepada markas Kepolisisan Daerah Yogyakarta atas pencemaran nama baik yang menunjuk diri Sri Sultan, karena seolah-olah Sri Sultan memberikan pernyataan yang intinya mengenai warga etnis Tionghoa merupakan pengkhianat perjuangan Indonesia. SRI SULTAN HAWENGKUBUWONO : MAAF BUKAN SARA, TAPI CINA DAN KETURUNANNYA TIDAK PANTAS JADI PEMIMPIN DI BUMI NUSANTARA. FAKTA SEJARAH, TIONGHOA ADALAH SATU- SATUNYA PENGKHIANAT NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI). Undang-Undang Dasar Tahun 1945 memang telah memberikan hak terhadap semua kalangan untuk mengeluarkan pendapat dan berkomunikasi dengan bebas. Hal ini tercantum dalam pasal 28 F yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Kebebasan yang dimaksud diatas, dibatasi oleh aturan lain misalnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 310 ayat (1) dan (2) yang memberikan ancaman pidana kepada setiap orang yang dengan sengaja mengkomunikasikan hal-hal yang bertujuan untuk mencemarkan nama baik maupun bertujuan untuk menyerang kehormatan seseorang. Produk hukum untuk melengkapi Pasal 310 ayat (1) dan (2) (KUHP) dalam menyikapi permasalahan pencemaran nama baik di dunia maya dan 5

penyebaran ujaran kebencian adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 jo Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016, yang dalam Pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 ayat (3) menyatakan bahwa: Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Melihat putusan Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk yang mencatut nama Sri Sultan Hawengkubuwono X, terdapat tiga dakwaan yang diberikan oleh penuntut umum yaitu kesatu adalah Pasal 45 A ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengenai ujaran kebencian (SARA). kedua adalah Pasal 45 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengenai pencemaran nama baik. Dan ketiga adalah Pasal 16 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis mengenai rasa benci kepada orang karena perbedaan ras dan etnis. Perkara tersebut diputus oleh Hakim dengan menggunakan Pasal 45A ayat (2), yang berdasar pada Pasal 28 ayat (2), di mana Pasal 28 ayat (2) menyebutkan bahwa Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian 6

atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) Dari hal tersebut Penulis tidak melihat adanya Pasal pencemaran nama baik yang dikenakan terhadap pelaku dalam putusan tersebut, mengingat bahwa Sri Sultan Hawengkubuwono X juga sebagai korban yang melapor atas tuduhan pencemaran nama baik yang terjadi, kemudian yang juga menjadi tanda tanya disini adalah bahwa pasal mengenai pencemaran baik merupakan delik aduan tetapi dengan hakim memutus perkara tersebut menggunakan pasal 45 A yang menyangkut tentang ujaran kebencian terkait SARA notabene hal tersebut merupakan delik biasa. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka Penulis akan melakukan penelitian dengan judul Pertimbangan Hakim dalam Menggunakan Pasal 45A Ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada Putusan Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa yang menjadi pertimbangan Hakim dalam menggunakan Pasal 45A ayat (2) dalam menjatuhkan putusan Nomor 184/PID.SUS/2017/PN.Yyk Tahun 2017? 7

2. Apa yang menjadi hambatan atau kendala Hakim dalam memutus perkara Nomor 184/PID.SUS/2017/PN.Yyk Tahun 2017? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pertimbangan Hakim dalam menggunakan Pasal 45A ayat (2) dalam menjatuhkan putusan Nomor 184/PID.SUS/2017/PN.Yyk Tahun 2017. 2. Mengetahui hambatan atau kendala Hakim dalam memutus perkara Nomor 184/PID.SUS/2017/PN.Yyk Tahun 2017. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dimanfaatkan baik dari segi manfaat teoritis maupun dari segi manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis Dari segi teoretis diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan pustaka dan sebagai pelengkap bagi pengembangan ilmu hukum di bidang cybercrime. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk kebutuhan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis Secara praktis manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan bagi aparat penegak hukum, instansi-instansi, pihak-pihak yang terkait, dan masyarakat umum dalam menangani dan menyikapi permasalahan tindak pidana ujaran kebencian melalui internet. 8

E. Metode Penelitian Mengacu pada pemenuhan syarat karya ilmiah, maka penelitian tidak terlepas dari metode penelitian. Metode penelitian adalah metode dimana Penulis akan menentukan tentang prosedur yang akan digunakan, dari hal tersebut maka akan diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan metode penelitian yang akan dipergunakan dalam penelitian ini. 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang akan dipergunakan adalah metode pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang tidak mengedepankan angkaangka statistik melainkan mengedepankan pemahaman terhadap makna dari kejadian atau realita yang terjadi. Metode kualitatif ini didasarkan pada sebaran informasi mengenai subjek dan objek penelitian yang diperoleh dari interaksi langsung antara peneliti dengan sumber data yaitu dengan observasi dan wawancara mendalam. Dengan dasar metode kualitatif tersebut maka penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang pertimbangan Hakim dalam menggunakan. Pasal 45A ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada Putusan Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk. 2. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi pada penelitian ini adalah deskriptif analitis, artinya Penulis memberikan gambaran sistematis fakta dan karakteristik objek maupun subjek secara rinci dan menyeluruh. Hal yang akan ditelaah atau 9

digambarkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan putusan Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta tentang tindak pidana ujaran kebencian melalui internet (Putusan Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk). Gambaran tersebut nantinya akan dianalisis dengan menggunakan bahan pustaka serta aturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Spesifikasi penelitian dilakukan secara deskripstis analisis karena Penulis ingin memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala hal yang berkaitan dengan putusan Hakim terhadap tindak pidana ujaran kebencian melalui internet, dengan melakukan analisis terhadap pertimbangan Hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk. 3. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah segala informasi mengenai pertimbangan Hakim dalam menggunakan Pasal 45A Ayat (2) Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada Putusan Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk., Undangundang Nomor 19 Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan informasi dari majelis Hakim yang memutus perkara Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk. Penulis hanya melakukan penelitian di 10

Pengadilan Negeri Yogyakarta dengan alasan Putusan Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk yang diteliti terdapat di Pengadilan Negeri tersebut. 4. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama, dari sumber asalnya dan belum diolah dan diuraikan oleh orang lain. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara. Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan wawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan yang diutarakan. Wawancara akan dilakukan secara mendalam (indepth-interview) dengan Hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta yang memutus perkara Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk mengenai permasalahan ujaran kebencian melalui internet. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti yang sebelumnya telah diolah oleh orang lain. Data sekunder dapat berupa komentar, interpretasi, penggolongan terhadap data primer. Data Sekunder adalah bahan-bahan yang erat hubungannya dengan data primer dan 11

dapat membantu menganalisa dan memahami data primer itu sendiri. Data sekunder dapat dibagi menjadi dua (2) yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 1) Bahan Hukum Primer bahan hukum yang mengikat dan terdiri atas norma-norma dasar. Dalam hal ini, bahan hukum primer meliputi: a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) b) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) c) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 2) Bahan Hukum Sekunder Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan bahan hukum sekunder berupa hasil penelitian yang dilakukan yaitu Putusan Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk., karya ilmiah para sarjana, dan buku-buku pustaka yang berkaitan dengan tindak pidana cybercrime. 5. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data Data yang telah terkumpul kemudian akan diolah, diperiksa, dan dipilih. Kemudian data disusun secara sistematis untuk menjawab pertanyaan Penulis dan dilaporkan dalam bentuk laporan penelitian dalam bentuk skripsi. Adapun penyusunannya dilakukan melauli dua tahap, yaitu : 12

a. Editing Tahap ini akan dilakukan kegiatan memeriksa serta meneliti data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sesuai kenyataan yang ada. b. Menganalisis Data Tahap menganalisis data ini dilakukan pengkajian terhadap kumpulan data berupa perumusan ataupun kesimpulan. 6. Metode Analisis Data Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis kualitatif, yaitu analisis yang tidak menggunakan instrumen penghitungan secara statistik atau matematis tapi merupakan penjelasan dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh dan dilaporkan dalam bentuk laporan hasil penelitian dalam bentuk skripsi. Analisis kualitatif dilakukan terhadap putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk. 7. Sistematika Penulisan Untuk melihat detail dari karya tulis ini, maka Penulis akan menguraikan mengenai sistematika Penulisan, dimana Penulisan karya ini terdiri dari empat bab, yaitu: BAB I : Merupakan bab yang berisi tentang pendahuluan, berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika Penulisan. 13

BAB II : Merupakan bab yang berisi tentang Tinjauan Pustaka, berisi tentang tinjauan mengenai pengertian tindak pidana, pengertian cybercrime, pengertian tindak pidana ujaran kebencian dan pengertian Pertimbangan Hakim. BAB III: Merupakan bab yang berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan, hasil penelitian mengenai pertimbangan Hakim dalam mengunakan Pasal 45 A ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 20018 tentang ITE pada putusan Nomor 184/PID.SUS/2017/PN Yyk dan hambatan atau kendala yang dihadapi Hakim dalam memutus perkara Nomor 184/PID.SUS/2017/PN.Yyk Tahun 2017. BAB IV : Merupakan bab Penutup, yang berisi Kesimpulan dan Saran yang diberikan Penulis berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang terdapat dalam bab tiga. 14