Warna Alami. Pesona. Indonesia



dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

BATIK CIPRATAN UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) SEMARANG

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai indikator asam dan basa telah banyak digunakan seperti

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII

BAB II METODE PERANCANGAN

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

ZAT WARNA ALAM DARI KAYU ULIN

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

Titiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

PENGOLAHAN UMBI GADUNG

PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

Karena hal-hal diatas tersebut, kita harus mencari cara agar hewan dan tumbuhan tetap lestari. Caranya antara lain sebagai berikut.

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

Warna pada makanan atau minuman memang kadang memberikan penampilan lain yang lebih menarik. Yuk kita bahas pewarna alami dan bagaimana membuatnya!

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat

OPTIMASI SERBUK PEWARNA ALAMI INSTANDAUN SIRSAK (AnnonamuricataL.)DITELAAH DARIWAKTU PEMANASAN DAN PENAMBAHAN MALTODEKSTRIN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

Warna pada makanan atau minuman memang kadang memberikan penampilan lain yang lebih menarik. Yuk kita bahas pewarna alami dan bagaimana membuatnya!

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum Linn)

Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

OLEH: YULFINA HAYATI

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TANAMAN PENGHASIL PATI

Titiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pewarna Alami untuk Pangan KUNING MERAH SECANG

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan

produk batik fractal

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

BAB III PERANCANGAN PROSES

UJI COBA PENGGUNAAN SABUT KELAPA SEBAGAI PAPAN SERAT. Ninik Paryati 1)

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Total Penjualan di Negara Tujuan Ekspor Batik (Liputan 6.com, 2013) Negara

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

SELAI DAN JELI BUAH 1. PENDAHULUAN

BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus)

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

KODE: I.10 TEHNOLOGI PERBANYAKAN TUMBUHAN LIAR PEWARNA ALAMI UNTUK TEKSTIL (BATIK) DI JAWA KORIDOR: 2 LOKUS: JAWA BARAT

sehari-hari. Daging buah asam jawa sangat populer dalam aneka bahan masakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TEKNOLOGI PEMBUATAN KRISTAL JAHE Oleh: Masnun (BPP Jambi) BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

PEWARNAAN TUMBUHAN ALAMI KAIN SUTERA DENGAN MENGGUNAKAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anacardiaceae

RANCANG BANGUN ALAT PENGUPAS KULIT BIJI MELINJO UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI DESA MESOYI KECAMATAN TALUN KABUPATEN PEKALONGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmiati Tsaniah, 2016

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

Transkripsi:

Warna Alami Pesona Indonesia

Penulis : Sancaya Rini, Ir. Sugiarti, Melani Kurnia Riswati SSi Editor : Puji Sumedi Hanggawarawati, Diah Sulis Photographer : Adulmajid Arundana Pratamasunu Narator : Ceelo Design & Layout : Gudang Ide Communication Diterbitkan oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia Jl. Bangka VIII No. 3B, Pela Mampang Jakarta 12720 - INDONESIA Tel. +62-21 718 3185, 718 3187 Fax. +62-21 719 6131 Email: kehati@kehati.or.id Website: www.kehati.or.id Buku ini dilindungi Undang-Undang Hak Cipta. Segala bentuk pengadaan, reproduksi atau terjemahan, baik melalui media cetak maupun elektronik harus seizin penerbit, kecuali untuk kutipan ilmiah. Perpustakaan Nasional RI Pesona Warna Alami Indonesia -Cet. 1 - Jakarta, 2011 ISBN 978 602 8937 11 6

Daftar isi 5 6 8 8 9 10 12 12 14 16 Sekapur Sirih 1. Pendahuluan 2. Persiapan Awal 2.1 Persiapan kain 2.2 Pembuatan bahan pewarna 3. Proses Pewarnaan 4. Tanaman & Arah Warna 4.1 Rambutan 4.2 Mangga 4.3 Jengkol Pohon Benda Pesona Warna Alam Indonesia 3

18 20 22 24 26 28 30 32 33 34 4.4 Alpukat 4.5 Mengkudu 4.6 Angsana 4.7 Ketapang 4.8 Tinggi 4.9 Secang 4.10 Bixa 5. Pustaka Profile Penulis Profile KEHATI 4 Pesona Warna Alam Indonesia Nephelium lappaceum L.

Sekapur Sirih Batik telah menjadi icon Indonesia. Produk Indonesia yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda ini kembali menjadi trend dan berkembang masiv di Indonesia. Jika sebelumnya batik identik dengan sesuatu yang kuno, kondisinya kini terbalik. Batik menjadi produk yang digemari semua kalangan, anak-anak sampai dewasa. Dari bentuk, warna, motif dan sumber warna. Sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan pemanfaatan produk ramah lingkungan, batik mulai memanfaatkan sumber sumber pewarna alami, bahkan serat alami yang berasal dari tumbuhan di Indonesia. Negeri ini menyediakan beragam jenis tumbuhan pewarna untuk makanan, minuman sampai kain. Penggunaan batik berbahan serat dan pewarna alami, merupakan bukti perkawinan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang akan berdampak pada pelestarian keanekaragaman hayati dan pendapatan ekonomi masyarakat. Yayasan KEHATI sangat mendorong upaya masyarakat dalam mengembangkan added value biodiversity. Harapannya, buku ini menjadi inspirasi bagi pembaca untuk mempraktekannya. Lebih-lebih sumber pewarna berasal dari tumbuhan yang mudah dijumpai di sekitar kita. Buku inimengajak kita agar lebih mencintai keanekaragaman hayati Indonesia yang telah menyediakan berjuta manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. MS SEMBIRING Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI Pesona Warna Alam Indonesia 5

1. Pendahuluan Batik merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah diakui UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai salah satu warisan tak benda bangsa Indonesia. Sebagai penerus kita mempunyai kewajiban untuk melestarikan dan mengembangkannya, sehingga dari produk seni dapat menjadi produk yang bernilai jual tinggi, dapat diterima masyarakat luas, dan dapat menciptakan lapangan kerja yang menjanjikan. Batik pada dasarnya adalah teknik menghias permukaan tekstil dengan cara menahan pewarna. Dapat dikatakan bahwa teknik ini dijumpai dimana saja dan merupakan salah satu tahapan pencapaian dalam peradaban manusia (Iwan Tirta, 2009). Di pulau Jawa teknik tersebut menggunakan alat yang bernama canting untuk menggoreskan motif-motif dengan lilin diatas sehelai kain. Konon Batik berasal dari kata BATHIK (bahasa Jawa) yang secara etimologi berasal dari kata Jawa kuno yang berarti dengan teliti atau cermat (Iwan Tirta 2009). Pada mulanya semua bahan pewarnaan batik dibuat dari bahan-bahan alami yang berasal dari lingkungan setempat. Bahan pewarnaan alami tersebut juga lazim digunakan untuk karya-karya seni lain di kepulauan Nusantara. Sumber bahan pewarna yang digunakan adalah bagian kulit kayu, buah, bunga dan akar suatu tanaman. Di awal abad ke- 20 warna sintetis/kimia mulai digunakan luas oleh pengrajin-pengrajin batik di Pekalongan (Iwan Tirta, 2009). Teknik pewarnaan sintetis/kimia menggeser teknik pewarnaan alami karena proses pengerjaan jauh lebih mudah, dan warna yang dihasilkan lebih beragam. Media kain yang digunakan pada awalnya adalah kain katun, karena pada dasarnya warna-warna alami hanya dapat terserap sempurna pada bahan baku serat alami. Seiring bergesernya waktu, kebutuhan kain batik semakin meningkat, dan produksi kain batik yang menggunakan bahan pewarna sintetis/kimia juga meningkat. Hal tersebut akan menimbulkan masalah baru yaitu masalah pencemaran lingkungan. Pembuangan limbah pewarna sintetis/kimia ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu akan merusak ingkungan di daerah sekitar sentra-sentra industri batik. Berdasarkan hasil identifikasi dari Kementerian Lingkungan Hidup, terdapat 48.287 UKM Batik (Departemen Perindustrian, tahun?) yang proses produksinya menyebabkan pencemaran sungai di Indonesia karena menggunakan lilin/wax, pewarna sintetis/kimia dan bahan bahan kimia lainnya secara berlebihan (www. Batavia.co.id, 23 Mei 2010) 6 Pesona Warna Alam Indonesia

Nephelium lappaceum L. Creative Kanawida, sejak awal berdiri di pertengahan tahun 2006, mencoba untuk mengembangkan Batik Modern dengan pewarnaan alami. Hal ini didasarkan pada rasa cinta terhadap karya seni warisan leluhur dan rasa cinta terhadap lingkungan serta kepedulian terhadap potensi anak-anak muda yang kurang tergali. Diawali dari belajar pewarnaan alami di Museum Tekstil Jakarta, Creative Kanawida mencoba mengeksplorasi dan memanfaatkan berbagai tanaman yang tumbuh di sekitar bengkel sebagai sumber bahan pewarna. Melalui serangkaian uji coba sederhana, ternyata banyak diperoleh sumber warna pengganti pewarna alam baku yang digunakan pengrajin batik zaman dahulu. Salah satunya seperti bahan pewarna untuk warna-warna sogan/coklat. Oleh karena itu, kami memberanikan diri untuk menyusun sebuah buku sederhana tentang Katalog Warna dimana sumber bahan pewarnanya berasal dari tanaman-tanaman yang lazim tumbuh di sekeliling kita seperti: Mangga, Rambutan, Jengkol, Alpukat, Angsana dan lain-lain. Diharapkan buku ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda juga pembaca yang berminat terhadap pengembangan Batik Ramah Lingkungan. Pada dasarnya tidaklah sulit untuk mendapatkan sumber pewarna alami, karena sesungguhnya semua bahan yang beranekaragam sudah disediakan berlimpah oleh Sang Pencipta di alam ini. Sudah sepatutnya, Keanekaragaman Hayati yang kita miliki wajib disyukuri, untuk kemudian dapat dimanfaatkan secara bijaksana. Sebuah pesan yang sangat arif dari almarhum Iwan Tirta dalam bukunya Batik Sebuah Lakon, patut kita simak bersama yaitu sikap dan pola berpikir yang ramah lingkungan hendaknya menjadi aset yang bernilai yang diperhitungkan dalam berkarya Batik. Teknologi mampu memberdayakan kita agar kita kreatif, namun perlu adanya kesadaran akan pentingnya proses produksi yang ramah lingkungan. Mengembangkan Batik yang ramah lingkungan merupakan tujuan untuk melestarikan Batik sebagai warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh masyarakat di dunia. Pesona Warna Alam Indonesia 7

2. Persiapan Awal 2.1 Persiapan kain Pemilihan bahan baku kain Kain yang dibutuhkan adalah kain-kain yang berserat alami, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Kain yang seratnya berasal dari hewan contohnya adalah wool dan sutera. Adapun yang seratnya berasal dari tanaman adalah kain rami, serat nanas, dan katun. Langkah-langkah persiapan kain: Sebelum memasuki proses batik dan pewarna dan menghilangkan kotoran serta memudahkan penyerapan warna, maka kain diproses sebagai berikut: 1. kain dicuci bersih. 2. kain direbus 3. kain direndam semalam 4. kain dibilas bersih dan dijemur Alat dan bahan yang diperlukan: kompor panci/alat perebus yang tidak luntur misalnya stainles steel bak/ember perendam tawas soda abu Cara pencucian kain Kain sutera, wool. 1. Kain sutera dicuci dengan sabun dan dibilas bersih. 2. Siapkan panci yang cukup besar untuk merendam kain yang akan diproses. 3. Masukkan tawas dengan takaran 50 gr tawas/10 l air, aduk hingga rata. 4. Rebus larutan sampai mendidih, lalu matikan api. Tunggu larutan hingga mencapai suhu 50 C (suam-suam kuku). 5. Masukkkan kain sampai mendidih, lalu matikan api dan rendam selama satu malam, kemudian bilas dengan air sampai bersih dan keringkan. 8 Pesona Warna Alam Indonesia

Kain katun, serat rami. 1. Kain dicuci dengan sabun dan dibilas bersih. 2. Siapkan panci yang cukup besar untuk merendam kain. 3. Masukkan tawas dan soda abu ke dalam air dengan takaran 70 gr tawas tambah 50 gr soda abu / 10 l air, dan aduk sampai larut. 4. Rebus larutan hingga mendidih (100 C ), kemudian matikan api. 5. Masukkan kain dan rendam selama satu malam, kemudian bilas dengan air sampai bersih dan keringkan. 2.2 Pembuatan bahan pewarna Sumber pewarna Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati tanaman yang salah satunya sebagai sumber pewarna alami dan banyak dijumpai di sekitar kita. Bagian-bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, yaitu buah (kulit, daging dan biji), kayu/kulit kayu, daun dan akarnya. Bagian-bagian tanaman tersebut dipotong-potong agar lebih mudah untuk proses perebusan. Beberapa tanaman sumber pewarna alami yang biasa digunakan, antara lain : kayu Tingi (Ceriops tagal), kayu Jambal (Peltophorum pterocarpum), kayu Secang (Caesalpinia sappan), buah Jelawe (Terminalia bellirica), tanaman Indigofera tinctorium dan lain-lain. Bagian-bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, yaitu buah (kulit, daging dan biji), kayu/kulit kayu, daun dan akarnya. Bagian-bagian tanaman tersebut dipotong-potong agar lebih mudah untuk proses perebusan. Untuk menambah koleksi sumber pewarna dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber-sumber pewarna yang disebutkan di atas, diperlukan keberanian untuk mengeksplorasi tanaman-tanaman lain yang kemungkinan dapat menjadi sumber pewarna baru. Peralatan yang diperlukan Untuk merebus bahan pewarna diperlukan panci/wadah yang tidak luntur ( bahan stainlessteel, kuali tanah ), kompor, wadah untuk menyimpan larutan warna, bak untuk proses pewarnaan, dan alat penyaring. Bahan penguat warna Dalam pencelupan dengan bahan pewarna alami diperlukan bahan khusus untuk mengikat warna pada serat benang/ kain yang disebut mordan. Ada 3 macam mordan yang dipakai yaitu tawas, kapur tohor, dan tunjung yang bisa diganti dengan air karat besi. Penggunaan mordan yang berbeda pada jenis bahan pewarna yang sama dapat menghasilkan variasi terang dan gelap warna pada serat benang/ kain, bahkan dapat menghasilkan warna yang berbeda. Cara pembuatan larutan warna 1. Bahan pewarna dipotong menjadi potongan kecil. Siapkan 10 liter air di dalam panci. 2. Rebus 1 kg bahan pewarna sampai mendidih, kemudian kecilkan api. 3. Rebus larutan sampai tersisa menjadi 2/3 bagiannya. Larutan pewarna didiamkan minimal satu malam. 4. Saring larutan untuk memisahkan dengan sisa bahan baku sebelum digunakan. Pesona Warna Alam Indonesia 9

3. Proses Pewarnaan 1 Proses pewarnaan dapat diaplikasikan pada kain putih polos atau kain yang sudah dibatik. Pada proses pewarnaan dibutuhkan bak untuk mewarna cukup besar agar kain dapat tercelup secara merata kedalam larutan pewarna, dan naungan dalam proses penjemuran. 1. Kain terlebih dahulu direndam dalam larutan TRO 50 gr/ 10 l air. 2. Kain dikeringkan (dijemur). 3. Kain dimasukkan ke dalam bak berisi larutan pewarna secara perlahan dan merata. 4. Aduk kain di dalam larutan selama kurang lebih 10 menit, kemudian angkat dan jemur. 5. Setelah kain setengah kering, kain kembali dicelup ke dalam larutan pewarna. 6. Ulangi proses celup dan jemur beberapa kali, sampai warna yang diinginkan tercapai. 7. Agar warna tidak luntur dan terkunci pada kain perlu dilakukan suatu proses yang disebut fiksasi dengan menggunakan mordan. 8. Siapkan larutan fiksator /mordan dengan ukuran 70 gram tawas dengan 10 litar air, atau 70 gram kapur dengan 10 liter air, atau 50 gram tunjung dengan 10 liter air. 9. Celupkan kain yang sudah diwarna ke dalam larutan tawas untuk arah warna muda, atau untuk arah warna lebih tua kain dimasukkan ke larutan kapur atau tunjung. 5 10 Pesona Warna Alam Indonesia

2 3 4 Pesona Warna Alam Indonesia 11

4. Tanaman & Arah Warna 4.1 Rambutan Nama jenis : Nephelium lappaceum L. Nama lain Famili : Rambutan (Indonesia, Inggris) : Sapindaceae Tanaman yang dikenal dengan sebutan leci rambut ini merupakan tumbuhan asli Indonesia. Saat ini penyebaran sudah meluas ke daerah tropik lainnya. Sering dijumpai tumbuh pada tempat terbuka mulai daerah dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl. Tinggi pohon mencapai 25 m. Karena daging buahnya enak dengan rasa bervariasi, buah rambutan dimanfaatkan untuk buah meja. Saat musim berbuah rambutan biasanya berbarengan dengan musim hujan. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna : Kulit buah, daun dan kulit kayu Kayu Rambutan Daun Rambutan Asli Tawas Kapur Tunjung Asli Tawas Kapur Tunjung 12 Pesona Warna Alam Indonesia

Nephelium lappaceum L. Pesona Warna Alam Indonesia 13

Mangifera indica L. 14 Pesona Warna Alam Indonesia

4.2 Mangga Nama jenis : Mangifera indica L. Nama lain Famili : Pelem, Mangga (Indonesia); Mango (Inggris) : Anacardiaceae Tanaman ini diduga berasal dari India, Srilangka dan Indocina dan menyebar ke Yunan, Malaya hingga pulau Solomon. Sebaran spesies terbesar terdapat di Semenanjung Malaya, Sumatera dan Kalimantan. Tanaman ini berupa pohon, tinggi dapat mencapai 25 m dengan batang yang besar dan tajuk yang rindang. Tanaman mangga tumbuh baik di daerah tropik basah pada ketinggian kurang dari 600 m dpl. Mesokarpnya yang berdaging dan manis banyak digemari sehingga pantas dijadikan buah meja, diolah menjadi selai, sari buah, jeli. Buah muda dijadikan manisan, rujak, kripik dan vinegar (anggur). Bagian yang dimanfaatkan untuk bahan pewarna: Kulit batangnya akan menghasilkan warna kuning. Kulit kayu yang dipadukan dengan campuran nila akan memberikan warna hijau. Kayu Mangga Asli Tawas Kapur Tunjung Daun Mangga Asli Tawas Kapur Tunjung Pesona Warna Alam Indonesia 15

4.3 Jengkol Nama jenis Nama lain Famili : Pithecelobium jiringa (Jack) Prain ex. King : Jering, Jengkol (Indonesia); Dogfruit (Inggris) : Mimosaceae Asal tanaman ini tidak diketahui. Akan tetapi, tanaman ini tumbuh di Indonesia (terutama Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera), Thailand dan Malaysia sejak lama. Tumbuh baik di daerah yang agak basah sampai sedang. Tinggi tanaman dapat mencapai 26 m. Buah mudanya berupa polong, berbentuk gepeng dan berbelit tidak beraturan. Setelah besar, polong berbentuk cembung karena mengandung biji, berisi 5-7 biji. Biji enak, berbau khas. Hampir seluruh bagian tanaman bermanfaat. Kayunya untuk bangunan rumah, peti mati dan kayu bakar. Daun mudanya untuk obat luka, rebusan dari babakannya dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dinding polong yang di tumbuk dimanfaatkan untuk mencuci rambut. Bijinya dapat dikonsumsi namun pada orang yang memakannya air seninya akan berbau keras. Selain itu, di beberapa tempat di buat makanan ringan seperti keripik. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna: Daunnya digunakan untuk memberikan warna hitam pengganti sumba. Bagian yang mengandung zat warna adalah kulit buah, kulit biji dan kulit batang. Menurut laporan, zaman dahulu di sepanjang pantai Kalimantan Barat kulit dan daun jengkol digunakan untuk member warna hitam pada bahan anyaman. Kayu Jengkol Daun Jengkol Asli Tawas Kapur Tunjung Asli Tawas Kapur Tunjung 16 Pesona Warna Alam Indonesia

Pithecelobium jiringa Pesona Warna Alam Indonesia 17

4.4 Alpukat Nama jenis Nama lain : Persea Americana Miller : Alpukat (Indonesia); Avocado (Inggris) Berasal dari daerah sekitar kawasan Chiapas-Guetemala dan Honduras. Akan tetapi bangsa Spanyol menemukan tanaman ini di Amerika Tengah. Saat ini, tanaman telah banyak dibudidayakan sehingga penyebarannya telah meluas ke seluruh dunia baik daerah tropik maupun sub tropik. Selain dapat dikonsumsi sebagai buah meja, buahnya mengandung minyak alami sebagai bahan baku dalam industri sabun dan kosmetik. Selain itu, daging buahnya dapat dimanfaatkan untuk obat. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna: Daun dan kulit kayu Kayu Alpukat Daun Alpukat Asli Tawas Kapur Tunjung Asli Tawas Kapur Tunjung 18 Pesona Warna Alam Indonesia

Persea Americana Miller Pesona Warna Alam Indonesia 19

Morinda citrifolia L. 20 Pesona Warna Alam Indonesia

4.5 Mengkudu Nama jenis : Morinda citrifolia L. Nama lain Famili : Mengkudu, Pace (Indonesia); Indian Mulberry (Inggris) : Rubiaceae Tanaman mengkudu merupakan tumbuhan asli Queensland. Saat ini, tanaman ini telah banyak dibudidayakan. Tingginya dapat mencapai 8 m. Buahnya khas dengan bentuk seperti kutil pada permukaannya. Saat membusuk, mengkudu menyebarkan bau yang kurang sedap. Walaupun terbatas, secara tradisional masyarakat memanfaatkannya sebagai Pewarna dan obat alami. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna: Jauh sebelum warna sintetik diperkenalkan, pepagan akar dari tanaman ini telah lama dikenal sebagai pewarna merah pada kain berkat adanya kandungan morindin Akar Mengkudu Asli Tawas Kapur Tunjung Pesona Warna Alam Indonesia 21

4.6 Angsana Nama jenis Nama lain Famili : Pterocarpus indicus Willd. : Angsana, Sono kembang (Indonesia); Rosewood (Inggris) : Papilionaceae Penyebaran alami terdapat di Asia Tenggara - Pasifik, mulai Birma Selatan menuju Asia Tenggara sampai Filipina dan kepulauan Pasifik. Saat ini telah dibudidayakan secara luas di daerah tropis. Merupakan jenis pionir yang tumbuh baik di daerah terbuka. Tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, dari yang subur ke tanah berbatu. Biasanya ditemukan sampai ketinggian 600 m dpl, namun masih bertahan hidup sampai 1.300 m dpl. Tinggi tanaman dapat mencapai 45 m. Tajuknya lebat. Kayunya berwarna coklat, kuning sampai merah. Bunga berwarna kuning dengan aroma mirip seperti melati. Banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias di taman dan sepanjang jalan, perkakas, kayu bangunan, mebel bahkan kulitnya digunakan untuk obat. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna: Daun dan kulit kayu Kayu Angsana Daun Angsana Asli Tawas Kapur Tunjung Asli Tawas Kapur Tunjung 22 Pesona Warna Alam Indonesia

P terocarpus Indicus Willd. Pesona Warna Alam Indonesia 23

Terminalia catappa L. 24 Pesona Warna Alam Indonesia

4.7 Ketapang Nama jenis : Terminalia catappa L. Nama lain Famili : Ketapang (Indonesia); Indian Almond/Sea Almond (Inggris) : Combretaceae Ketapang merupakan tumbuhan multiguna. Kayunya dapat dipakai untuk kontruksi rumah, bahan obat, bahkan sekarang banyak ditanam di pinggir jalan. Perawakannnya khas sekali menyerupai pagoda dengan tajuk yang terlihat bertingkat. Umumnya tumbuh alami di daerah pantai. Namun saat ini banyak dijumpai tumbuh pada daerah-daerah tropis hingga ketinggian 800 m dpl. Berasal dari Asia Tenggara, namun jarang dijumpai di sumatera dan Kalimantan. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna: Daun dan kulit kayu Kayu Ketapang Asli Tawas Kapur Tunjung Daun Ketapang Asli Tawas Kapur Tunjung Pesona Warna Alam Indonesia 25

4.8 Tingi Nama jenis Nama lain Famili : Ceriops tagal (Perr.) C.B. Robinson : Soga tingi (Jawa); Tengar (Inggris) : Rhizophoraceae Berupa pohon dengan tinggi dapat mencapai 20 m. Batangnya berkayu dengan percabangan banyak dan tidak teratur. Bagian bawah batang terdapat banyak akar tunjang dengan panjang mencapai 50 cm. Daun majemuk menggerombol di ujung batang. Bunga berwarna putih kecoklatan yang terdapat di ujung batang/cabang. Tidak diketahui pasti daerah asal dari jenis ini, tetapi saat ini dijumpai di pantai-pantai Afrika Timur sampai India, Asia tropis, Australia dan Pasifik. Di Indonesia ditemukan tumbuh di daerah pantai di Jawa (Timur, Tengah, Barat), Sumba, Sulawesi Utara dan di Jawa umumnya terdapat di pantai-pantai sekitar Cilacap/Sagara Anakan. Tanaman ini menyukai daerah terbuka, yang umumnya tumbuh baik pada drainase yang bagus di tepian hutan bakau. Pemanfaatan oleh masyarakat berupa pepagan dan getahnya digunakan sebagai pewarna, mengawetkan jala dan tikar, layar perahu dan menyamak kulit hewan. Kayunya untuk batu bara dan kayu bakar. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna : Kulit kayu dan getahnya memberikan warna merah dan hitam Kayu Tingi Asli Kapur Tunjung 26 Pesona Warna Alam Indonesia

Ceriops tagal Pesona Warna Alam Indonesia 27

Caesalpinia sappan L. 28 Pesona Warna Alam Indonesia

4.9 Secang Nama jenis : Caesalpinia sappan L. Nama lain Famili : Kayu secang, Soga Jawa (Indonesia); Sappan wood (Inggris) : Caesalpiniaceae Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara. Mudah dijumpai pada tempat terbuka sampai ketinggian 1000 m dpl. Perawakannya berupa pohon kecil, tinggi 5-10 meter. Batang berkayu, terdapat duri pada percabangannya. Buah berbentuk polong. Rebusan dari kayunya yang memberi warna merah gading banyak dimanfaatkan untuk pengecatan, bahan anyaman, pewarna makanan dan minuman serta tinta. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna: Daun dan kulit kayu Kayu Secang Asli Kapur Tunjung Pesona Warna Alam Indonesia 29

4.10 Bixa Nama jenis : Bixa orellana L. Nama lain Famili : Kesumba, Sumba keling, Galinggem (Indonesia); Annatto Tree (Inggris) : Bixaceae Tanaman asli Amerika ini pada awalnya diintroduksi bangsa Spanyol ke Filifina sampai akhirnya menyebar di kawasan Asia Tenggara. Berupa perdu, tinggi dapat mencapai 8 m. Daun berbentuk seperti jantung. Bunga berwarna merah muda atau putih. Buahnya pipih tertutupi rambut-rambut berwarna merah tua, sepintas mirip dengan dompolan buah rambutan Umumnya masyarakat menanamnya sebagai tanaman perindang di taman kota ataupun pinggir jalan. Namun sebagian masyarakat adapula yang mengunakannya untuk obat, pewarna (kosmetik, kain dan makanan) Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna: Buahnya memberikan warna merah jingga yang akan menjadi kuning jika kainnya direndam di larutan encer asam tartarat. Biji menghasilkan warna merah jingga, terutama pada selaput di antara biji. Note: Bixa bukan merupakan pewarna cepat, akan cepat pudar bila terpapar cahaya matahari. Namun pewarna ini tahan terhadap sabun, basa dan asam. Benang yang dicelupkan pada campuran larutan dari selaput biji bixa/kesumba keeling dengan abu kulit durian (Durio zibethinus), larutan kayu secang (Caesalpinia sappan) dan tawas akan merubah benang menjadi kuning keemasan. Buah Bixa Asli Tawas Kapur Tunjung 30 Pesona Warna Alam Indonesia

Bixa orellana L. Pesona Warna Alam Indonesia 31

5. Pustaka Heyne, K. 1988. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I-IV. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. Lemmens, R.H.M.J dan N. & N. Wulijarni Soetjipto. 1992. Plant Resources-East Asia No.3 : Dye and Tannin Producing Plants. Prosea- Indonesia. Ochse, J.J & R.C. Bakhuizen van Den Brink. 1977. Vegetables of The Dutch East Indies (Edible tubers, Bulbs, Rhizomes and Spices Included). A. Asher & Co. B.V. Amsterdam. Suryowinoto, Sutarni. 1995. Flora Eksotika Tanaman Peneduh. Kanisius. Jakarta 32 Pesona Warna Alam Indonesia

Profile Penulis Nama : Sancaya Rini Tanggal lahir : 11 Agustus 1959 Anak Suami : 4 orang laki-laki : Ir.Sutadi Sosroatmojo Pendidikan : S1 Pertanian - Hortikultura UGM Berkecimpung di batik warna alam sejak 2006 - sekarang Prestasi: Award KEHATI 2009 katagori Citra Lestari Kehati 2009 Partisipasi dalam Pameran: PPKI JCC 2009-2011, International Eco-Product 2010 JCC, Adiwastra 2011, GBN 2009-2011, Indonesia Fashion week 2012, Inacraft 2012, Hongkong Fashion week 2010, Traid Fair Belgia 2010, Festival Paris KBRI 2010, Monde Ethnica 2010 Tokyo Japan, dll Partisipasi sharing: British Council, CBI, KEHATI. Disperindag Banten, Pekalongan Pesona Warna Alam Indonesia 33

Profile Kehati Yayasan KEHATI adalah lembaga nirlaba yang memiliki visi dan misi mendukung pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati berkelanjutan. Yayasan KEHATI didirikan pada tanggal 12 Januari 1994 di Jakarta dan memiliki akte anggaran dasar yang telah mendapatkan pengesahan Menteri Hukum dan HAM sebagai Badan Hukum Yayasan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28, tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang yayasan. Lembaga ini juga terdaftar di Departemen Perpajakan Amerika Serikat sebagai yayasan pemberi hibah untuk kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia. Pada tahap awal, Yayasan KEHATI mendapat kepercayaan mengelola Dana Abadi (endowment fund) sebesar 16.5 juta Dollar Amerika, melalui sebuah perjanjian kerja sama antara KEHATI dan USAID (United States Agency for International Development) yang ditandatangani pada tahun 1995 untuk jangka waktu 10 tahun. Selanjutnya, sejak tahun 2006, Yayasan KEHATI telah sepenuhnya dipercaya mengelola dana tersebut sebagai Dana Abadi yayasan untuk mendukung sumber daya dan memfasilitasi kegiatan berbagai organisasi dan komponen masyarakat madani, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), lembaga penelitian, pendidikan dan pelatihan. Awal 2011, KEHATI menjalin kesepakatan dengan PT. Mandiri Manager Investasi (perusahan Manager Investasi) mengadakan kesepakatan untuk pembuatan Reksa Dana Indeks, pengembangan produk investasi dengan mengacu pada Indeks SRI - KEHATI. KEHATI menjalankan beberapa inisiatif baru tahun ini berupa Green Corridor Inisiative (GCI) bekerjasama dengan Chevron Geothermal Salak untuk restorasi ekosistem dan TFCA kedua bagi KEHATI untuk Pulau Kalimantan. Pada tahun ini, KEHATI masih tetap melanjutkan program untuk Forest Governance and Multistakeholder Forestry Programme Phase II (MFP II) untuk SVLK (Sistem Verikasi Legalitas Kayu) dan Program TFCA Sumatera. Keberhasilan ditandai MFP II dengan disepakatinya Voluntary Partnership Agreement antara Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa dan juga berhasil memfasilitasi proses sertifikasi lima hutan hutan rakyat. Pada penghujung 2011, Program TFCA Sumatera juga telah berhasil memilih lima lain sebagai penerima hibah untuk pelestarian hutan Sumatera. 34 Pesona Warna Alam Indonesia