LAPORAN PENELITIAN ANALISIS DAN KAJIAN HUKUM RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI Oleh : Dr. Gde Made Swardhana.,SH.,MH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2016 i
ANALISIS DAN KAJIAN HUKUM BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI ii
KATA PENGANTAR Pemerintah Kabupaten Jembrana bekerjasama dengan Fakltas Hukum Universitas Udayana untuk menyusun Analisis dan Kajian Hukum terhadap Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor Tahun tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Amertha jati. Berdasarkan kerjasama tersebut Fakultas Hukum pengerjaannya ditugaskan kepada Pusat Perancangan Hukum Fakultas Hukum Universitas Udayana (PPH FH-UNUD), yang selanjutnya ditunjuk peneliti yang bertugas melakukan penelitian hukum dan menuangkannya dalam Kajian hukum terkait dengan Rancangan Peraturan Daerah tersebut di atas. Analisis dan Kajian Hukum terhadap Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor Tahun tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum ini sebagai karya penelitian hukum tidak menutup, bahkan sangat mengharapkan, kritik dan saran dari pembaca, untuk penyempurnaannya. Terutama dalam konsultasi publik, masukan dari masyarakat sangat diperlukan dalam penyempurnaan. Terimakasih disampaikan kepada pimpinan Fakultas Hukum Universitas Udayana dan Pemerintah Kabupaten Jembrana, sehingga Peneliti mempunyai kesempatan mengembangkan bidang keilmuannya dan dapat menyelesaikan dengan baik. Denpasar, September 2016 Tim Peneliti iii
DAFTAR ISI Cover Depan. i Cover Dalam. ii Kata Pengantar. iii Daftar Isi. iv Analisis dan Kajian. 1 Penjelasan. 23 Kesimpulan. 25 iv
v
vi
ANALISIS DAN KAJIAN RANPERDA KAJIAN KETERANGAN Lampiran II angka 2 UU P3 BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATl JEMBRANA, BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATl JEMBRANA, 1
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 333 ayat (1) Undang- Angka 27 Lampiran II UU P3 Keuangan Republik Indonesia atas Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Laporan Keuangan Pemerintah Daerah kabupaten Jembrana Tahun 2015 Nomor 02.C/LHP/XIX.DPS/05/2016, Pemerintahan Daerah perlu membentuk peraturan daerah tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Amerta Jati tanggal 30 Mei 2016, merekomendasikan agar penyertaan Modal pada PDAM Tirta Amertha Jati didukung dengan Peraturan Daerah. b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Penyertaan Modal Daerah 2
kepada Badan Usaha Milik Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Amertha Jati. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang_Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Angka 39 Lampiran II UU P3 3
2. Undang-Undang Nomor 69 Tabun 1958 tentang Tingkat II dalam Wilayah Daerah- Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Pembentukan Daerah-daerah Barat dan Nusa Tenggara Timur dst...; Tingkat II dalam Wilayah 3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Daerah-daerah Tingkat I Bali, Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye1enggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ; 4
RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, 5
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Permerintahan (Lembaran Negara Daerah Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Repubiik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang 6
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 42 7
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4859); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri 8
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum 12. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Nomor 15 Tahun 1991 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana (Lembaran Daerah Kabupaten 9
Daerah Tingkat II Jembrana Tahun 1992 Nomor 66 Nomor 66), sebagaimana Seri D telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 4 Tahun 2001 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 15 Tahun 1991 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana (Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2001 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 3); 10
13. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 9 Tahun 2012 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Amertha Jati (Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2012 Nomor 25, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 25); Dengan Persetujuan Bersama Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKlLAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA dan BUPATI JEMBRANA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG DEWAN PERWAKlLAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA dan BUPATI JEMBRANA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG 11
PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI. PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Jembrana. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jembrana. 3. Bupati adalah Bupati Jembrana. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Jembrana. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jembrana. 3. Bupati adalah Bupati Jembrana. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana. 5. Perusahaan Daerah Air Minum yang selanjutnya disingkat PDAM adalah Perusahaan Daerah Air Perumusan norma hukum di dalam Pasal terdapat beberapa kata yang dilakukan pengulangan misalnya : -SKPD -APBD 12
5. Perusahaan Daerah Air Minum yang Minum Tirta Amertha Jati yang merupakan Badan selanjutnya disingkat PDAM adalah Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Usaha Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana sebagai penyelenggaraan sistem penyediaan Amertha Jati yang merupakan air minum. Badan Usaha Milik Pemerintah 6. Penyertaan Modal Daerah adalah penempatan Daerah Kabupaten Jembrana dan/atau penanaman dan/atau pemisahan sebagai penyelenggaraan sistem kekayaan Daerah dalam bentuk uang dan/atau penyediaan air minum. barang yang dapat dinilai dengan uang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. 6. Penyertaan Modal Daerah adalah 7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang penempatan dan/atau penanaman selanjutnya disingkat APBD adalah rencana dan/atau pemisahan kekayaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang Daerah dalam bentuk uang dan/atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. 7. Anggaran Pendapatan dan Belanja dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 8. Direksi adalah Direktur Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Amertha Jati. 13
Daerah yang selanjutnya 9. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas disingkat APBD adalah rencana Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Amertha Jati. keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui 10. SKPD... 11. APBD bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 8. Direksi adalah Direktur Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Amertha Jati. 9. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Amertha Jati. 14
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Materi muatan terkait dengan maksud dan Pasal2 Pasal2 tujuanlebih Maksud Penyertaan Modal Daerah Maksud Penyertaan Modal Daerah adalah untuk tepat apabila adalah untuk memperkuat struktur permodalan PDAM dan meningkatkan kapasitas usaha serta menumbuh kembangkan potensi daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah. Pasal 3 memperkuat struktur permodalan PDAM dan meningkatkan kapasitas usaha serta menumbuh kembangkan potensi daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah. Pasal 3 Tujuan penyertaan modal daerah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dimasukkan dalama Penjelasan Umum Tujuan penyertaan modal daerah akan air minum yang sehat. untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam 15
memenuhi kebutuhan pokok masyarakat akan air minum yang sehat. BAB III BESARAN DAN SUMBER DANA BAB III BESARAN DAN SUMBER DANA Pasal 4 Pasal 4 (1) Penyertaan Modal Daerah diberikan kepada PDAM sebesar Rp. 572.034.000 (lima ratus Tujuh Puluh Dua Juta Tiga Puluh Empat Ribu Rupiah), yang sebelumnya sampai akhir Tahun 2015 sebesar Rp. 7.116.935.156,58 (Tujuh (1) Penyertaan Modal Daerah diberikan kepada PDAM sebesar Rp. 572.034.000 (lima ratus Tujuh Puluh Dua Juta Tiga Puluh Empat Ribu Rupiah), yang sebelumnya sampai akhir Tahun 2015 sebesar Rp. 7.116.935.156,58 (Tujuh Milyar Seratus Enam Belas Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh Lima Ribu Seratus Lima Puluh Enam Rupiah 16
Milyar Seratus Enam Belas Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh Lima Ribu Seratus Lima Puluh Enam Rupiah Lima Puluh Delapan Sen). Lima Puluh Delapan Sen). (2) Penyertaan Modal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi sebesar Rp. 7.688.969.156,58 (Tujuh Milyar Enam Ratus Delapan Puluh Delapan Juta (2) Penyertaan Modal daerah sebagaimana Sembilan Ratus Enam Puluh Sembilan Ribu Seratus dimaksud pada ayat (1) menjadi sebesar Rp. 7.688.969.156,58 (Tujuh Milyar Enam Ratus Delapan Puluh Delapan Juta Sembilan Ratus Enam Lima Puluh Enam Rupiah Lima Puluh Delapan Sen). (3) Penyertaan Modal Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersumber dari Pengalihan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, Setoran Puluh Sembilan Ribu Seratus Lima Modal, APBD 2015 dan APBD Tahun 2016. Puluh Enam Rupiah Lima Puluh Delapan Sen). (3) Penyertaan Modal Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersumber dari Pengalihan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, Setoran Modal, APBD 2015 17
dan APBD Tahun 2016. BAB IV HASIL USAHA BAB IV HASIL USAHA Pasal 5 (1) Bagian hasil usaha/laba penyertaan modal daerah menjadi pendapatan daerah yang Pasal 5 (1) Bagian hasil usaha/laba penyertaan modal daerah menjadi pendapatan daerah yang disetorkan ke kas daerah dan dialokasikan disetorkan ke kas daerah dan dalam APBD. dialokasikan dalam APBD. (2) Tata cara pembagian hasil usaha/laba dengan (2) Tata cara pembagian hasil usaha/laba dengan PDAM, diatur PDAM, diatur lebih lanjut dalam naskah perjanjian penyertaan modal. lebih lanjut dalam naskah perjanjian penyertaan modal. 18
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 6 Pasal 6 (1) Bupati melakukan pembinaan terhadap penyertaan modal daerah pada PDAM. (1) Bupati melakukan pembinaan terhadap penyertaan modal daerah pada PDAM. (2) Dalam melakukan Pembinaan sebagaimana (2) Dalam melakukan pembinaan dimaksud pada ayat (1), Bupati dibantu oleh sebagaimana dimaksud pada ayat Satuan Kerja Perangkat Daerah. (1), Bupati dibantu oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah. Pasal 7 Pasal 7 19
Bupati berwenang melakukan Bupati berwenang melakukan pengawasan terhadap penyertaan pengawasan terhadap penyertaan modal daerah pada PDAM. modal daerah pada PDAM. BAB VI BAB VI Lampiran II KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP Huruf L UUP3 Pasal 8 Pasal 8 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana. 20
Jembrana. Ditetapkan di Negara Pada tanggal BUPATI JEMBRANA, Ditetapkan di Negara Pada tanggal BUPATI JEMBRANA, PP 80 Tahun 2015 I PUTU ARTHA.. Diundangkan di Negara. Pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA, Diundangkan di Negara. Pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA, 21
GEDE GUNADNYA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN.. NOMOR.. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN NOMOR... NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA, PROVINSI BALI :. NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA, PROVINSI BALI :. 22
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA AMERTHA JATI I. UMUM Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Repubiik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679), Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 310) Pemerintah Daerah dapat menganggarkan kekayaan pemerintah daerah untuk penyertaan modal (investasi daerah) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam rangka meningkatkan pelayanan air bersih pada masyarakat di wilayah Kabupaten Jembrana dan sebagai upaya agar PDAM dapat lebih memberikan kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka Pemerintah Kabupaten Jembrana perlu melaksanakan penyertaan modal dan/atau menambah penyertaan modal pada PDAM dimaksud. II. PASAL DEMI PASAL 23
Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 24
KESIMPULAN Simpulan Bedasarkan kajian dalam rancangan peraturan daerah kabupaten jembrana tentang Penyertaan Modal Daerah PadaPerusahaan DaerahAir Minum Tirta Amertha Jati perlu dilakukan pengkajian terkait dengan : 1. permasalahan berkaitan dengan belum adanya dasar pengaturan tentang penanaman modal di kabupaten jembrana, adanya pengaturan dalam Undang-undang yang mengamanatkan pembuatan Peraturan Daerah tentang penyertaan modal.permasalahan tersebut diatasi dengan pembuatan Peraturan Daerah yang baru dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, yang salah satu urusan pemerintahan daerah adalah mengatur tentang penanaman modal. 2. penyusunan Peraturan Daerah diperlukan sebagai dasar penyelesaian masalah tersebut di atas sehingga penanaman modal memiliki landasan dan kepastian dalam penyertaan modal dan bagi pemerintah daerah dalam memfasilitasi melakuakan pengawasan terkait dengan penanaman modal. 3. pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang penyertaan modal. 25
Saran Berdasakan pengkajian yang telah dilakukan ada beberapa saran yang perlu ditindak lanjuti sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan pengkajian terkait dengan perumusan norma yang lebih baik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2..Konsep Awal Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal ini mendapat saran dan kritik menuju penyempurnaan naskah ini. 3. masalah-masalah penyertaan modal di luar ruang lingkup materi muatan Peraturan Daerah yang akan dibentuk, agar diadakan pengaturan dan pengkajian terhadap peraturan daerah lain yang memiliki materi muatan yang sama. 26