1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesadaran masyarakat terhadap makanan bergizi terutama pemenuhan kebutuhan protein hewani sekarang ini semakin meningkat. Protein hewani dapat diperoleh dari telur, daging, dan susu. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap makanan yang mengandung protein hewani berdampak langsung terhadap meningkatnya permintaan masyarakat terhadap daging, diantaranya daging ayam broiler. Ayam Broiler merupakan salah satu jenis unggas yang diternakkan dengan tujuan menghasilkan daging dalam jangka waktu yang relatif cepat. Waktu pemeliharaan ayam broiler yang relatif cepat berdampak kepada biaya produksi yang rendah sehingga mengakibatkan harga jual ayam broiler relatif murah. Oleh karena itu, ayam broiler menawarkan protein hewani yang lebih terjangkau oleh banyak kalangan masyarakat. Saat ini permintaan terhadap daging ayam broiler tidak hanya meningkat sebatas kuantitasnya saja tetapi juga kualitas sudah menjadi perhatian masyarakat luas. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kualitas daging ayam broiler, telah berdampak kepada para peternak untuk terus memperhatikan kualitas daging broiler agar tidak terjadi penurunan. Ayam broiler memiliki waktu pertumbuhan yang relatif singkat yaitu 28-31 hari sampai waktu panen. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler yaitu genetik, jenis kelamin, umur, luas kandang, pencahayaan, pemeliharaan, temperatur lingkungan dan ransum. Selain pertumbuhannya tinggi, bobot potong ayam yang diharapkan oleh konsumen yaitu, mempunyai proporsi bagian edible (bagian yang dapat dikonsumsi) tinggi dan bagian inedible (bagian
2 yang tidak dikonsumsi) rendah. Bagian edible adalah bagian karkas dan giblet (hati, jantung, dan gizzard). Bagian inedible adalah berupa darah, bulu, kepala, kaki, leher dan jeroan tanpa giblet. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler adalah ransum. Ransum merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, selain karena merupakan biaya produksi yang proporsinya paling tinggi, juga akan menentukan baik tidaknya pertumbuhan ayam broiler yang dipelihara. Kualitas ransum yang diberikan pada ayam broiler harus mengandung unsur unsur yang memenuhi kebutuhan untuk hidup pokok, pertumbuhan, kesehatan dan reproduksi seperti energi, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Pengeluaran biaya untuk pakan dapat mencapai 60-70% dari total biaya produksi. Penggunaan bahan pakan lokal menjadi alternatif untuk menekan biaya produksi yang diakibatkan oleh pakan. Bahan pakan lokal yang digunakan tentunya harus memiliki beberapa keunggulan, diantaranya memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh ternak, murah serta mudah didapat. Kandungan gizi utama yang berperan penting bagi pertumbuhan ayam pedaging adalah protein, energi (karbohidrat dan lemak), vitamin, mineral serta air. Untuk meningkatkan ketersediaan/kualitas nutrisi pakan biasanya ditambahkan feed additive. Salah satu feed additive pakan yang dapat digunakan untuk mencapai produktivitas ayam broiler yang optimal dan efisien adalah probiotik. Probiotik merupakan jasad renik nonpatogen yang apabila dikonsumsi dalam jumlah cukup dapat memberi manfaat bagi kesehatan dan fisiologis tubuh ternak. Probiotik akan mempengaruhi fungsi fisiologi usus secara langsung maupun secara tidak langsung dengan cara memodulasi mikroflora usus dan sistem imun mukosa terutama mukosa saluran cerna. Penambahan probiotik dalam ransum akan meningkatkan konsumsi ransum, efisiensi penggunaan pakan, pertambahan bobot badan dan mengawetkan bahan pakan. Banyak produk
3 probiotik yang beredar dipasaran baik dalam bentuk tepung maupun cair, salah satunya yaitu probiotik Heryaki powder. Heryaki powder merupakan probiotik yang dibuat dari campuran dedak, tetes dan probiotik Heryaki cair. Bakteri yang terkandung di dalam Heryaki Powder yaitu Oceanobacillus sp, Candida Ethanolica, Bacillus Subtilis dan Monascus Fumeus yang telah di uji laboratorium oleh PT. Genetica Science Indonesia (Genetica Lab Division, 2017) serta memiliki enzim protease, amilase dan selulase. Probiotik Heryaki powder dicampurkan dalam ransum dengan tujuan untuk meningkatkan daya simpan, efisiensi penggunaan pakan, memperbaiki nilai nutrien, dan meningkatkan daya cerna. Apabila dikonsumsi dalam jumlah cukup, secara umum probiotik dapat meningkatkan produktivitas ternak. Berdasarkan uraian latar belakang, penulis tertarik untuk meneliti Penambahan Tingkat Penggunaan Probiotik Heryaki dalam Ransum Terhadap Edible dan Inedible pada Ayam Broiler. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana pengaruh penambahan tingkat penggunaan probiotik Heryaki dalam ransum terhadap edible dan inedible pada Ayam Broiler. 2. Berapa persen penambahan tingkat penggunaan probiotik Heryaki dalam ransum yang dapat menghasilkan edible dan inedible paling baik pada Ayam Broiler
4 1.3 Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui pengaruh penambahan tingkat penggunaan probiotik Heryaki dalam ransum terhadap edible dan inedible pada Ayam Broiler. 2. Mengetahui berapa persen penambahan tingkat penggunaan probiotik Heryaki dalam ransum yang dapat menghasilkan edible dan inedible paling baik pada Ayam Broiler. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah dalam pemanfaatan probiotik pada ayam broiler. Selain itu, secara praktis hasil penelitian dapat menjadi pedoman penggunaan probiotik Heryaki dalam menghasilkan edible dan inedible yang baik pada Ayam Broiler. 1.5 Kerangka Pemikiran Ayam broiler merupakan salah satu hewan ternak yang sangat diminati oleh banyak orang karena dagingnya yang banyak dan dapat memenuhi syarat bahan makanan sehat serta dapat menjadi sumber protein bagi tubuh. Ayam broiler juga merupakan hasil rekayasa genetika yang telah mengalami seleksi genetik yang memiliki kemampuan pertumbuhan cepat serta mampu memanfaatkan pakan secara efisien. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler yaitu sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi pakan, suhu lingkungan dan pemeliharaan (Rasyaf, 1995). Ayam broiler adalah ayam muda jantan atau betina yang biasanya dipanen pada minggu ke 5 atau 6 dengan tujuan penghasil daging (Suprijatna dan Kartasudjana, 2008). Pertumbuhan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan dan kualitas pakan (Rasyaf, 1995).
5 Hasil akhir dari pemeliharaan ayam yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat adalah ayam yang telah dilakukan prosesing yang disebut karkas. Karkas kosong yaitu ayam yang telah disembelih dan dipisahkan dari darah, bulu, organ-organ tubuh bagian dalam, kepala, leher dan kaki (Priyatno, 2000). Berdasarkan beberapa penelitian, bobot badan akhir dengan bobot edible memiliki korelasi positif, artinya semakin tinggi bobot badan akhir yang dihasilkan maka akan diikuti bobot edible. Sedangkan pada inedible memiliki korelasi negatif atau mengalami penurunan (Ahmad dan Herman, 1982). Bagian edible adalah bagian dari hasil pemotongan ternak yang dapat dikonsumsi dan cenderung memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sedangkan inedible adalah limbah dari hasil pemotongan ayam yang memiliki nilai ekonomis yang rendah. Bagian yang termasuk edible dan inedible ditentukan dari berat leher, berat bulu, berat darah, berat kepala, berat jeroan dan berat lemak abdominal yang jika dijumlahkan akan sama dengan berat bobot hidup. Produksi karkas berhubungan erat dengan bobot badan, dan besarnya karkas ayam pedaging cukup bervariasi. Besarnya persentase karkas dari bobot hidup sekitar 75% (Rasyaf, 1995). Dalam upaya menghasilkan bobot badan, bagian edible dan inedible ayam broiler yang baik maka diperlukan antara lain pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitasnya, bahkan diperlukan feed supplement dan/atau feed additive. Salah satu feed additive yang dapat digunakan untuk mencapai produktivitas yang optimal dan efisien adalah dengan memberikan probiotik. Pemberian probiotik pada ayam broiler dilaporkan dapat memperbaiki pertumbuhan dan konversi pakan, pemberiannya sebaiknya dilakukan selama 3 minggu pemeliharaan (Yeo & Kim, 1997). Fungsi probiotik dapat membantu proses pencernaan pada unggas, yaitu agar lebih memudahkan pencernaan dan meningkatkan kapasitas daya cerna
6 sehingga diperoleh nutrien yang lebih banyak untuk pertumbuhan maupun produksi (Barrow, 1992 dan Ramia, 1999). Probiotik mempunyai beberapa pengaruh yang positif bagi kesehatan, diantaranya hipokolesterolemik, yaitu menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah baik pada manusia maupun pada ternak. Probiotik diketahui mempunyai beberapa keunggulan, terutama adalah kemampuannya dalam menghasilkan senyawa antimikroba yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. Penggunaan probiotik pada ternak unggas dilaporkan juga dapat menurunkan aktivitas urease, suatu enzim yang bekerja menghidrolisis urea menjadi amonia sehingga pembentukan amonia menjadi berkurang atau bahkan hilang. Amonia adalah suatu bahan yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak unggas (Yeo dan Kim, 1997). Penelitian Asli dkk., (2007) tentang probiotik Yeast S.Cerevisiae yang dikombinasikan dengan vitamin E dan C membuktikan bahwa probiotik tersebut mampu meningkatkan daya tahan tubuh unggas. Pemberian bakteri Bacillus Sp. memengaruhi anatomi usus dan mampu meningkatkan kualitas telur, terutama menaikkan kekentalan albumen (Kompiang, 2009) Probiotik Heryaki powder merupakan probiotik yang dibuat dari campuran dedak, tetes, dan probiotik heryaki cair. Probiotik ini memiliki total bakteri 6,9x10 5 Cfu/ml, total bakteri asam laktat 1,3x10 5 Cfu/ml, dan kapang 2,18x10 5 dengan ph 3,57. Kelompok mikroorganisme yang terkandung yaitu Oceanobacillus sp, Candida Ethanolica, Bacillus Subtilis dan Monascus Fumeus, yang memiliki aktivitas enzim protease, amilase dan selulase. Mikroba-mikroba probiotik penghasil asam laktat dari spesies Lactobacillus menghasilkan enzim selulase yang membantu proses pencernaan. Probiotik heryaki powder digunakan sebagai campuran ransum. Penggunaan Heryaki powder dalam ransum antara lain
7 untuk meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan ransum. Pemberian probiotik 0,2%/ekor/hari pada pakan MS 42 NCA selama 10 hari menghasilkan kecernaan bahan kering yang tertinggi, hal ini memberikan indikasi bahwa perlakuan probiotik pada pakan tersebut mempunyai nilai gizi terbaik dibanding perlakuan yang lain (Widya dkk., 2000). Pemberian probiotik cair dalam pakan pada level pemberian 0,6 v/w dapat meningkatkan penampilan produksi ayam pedaging, sementara penambahan konsentrasi probiotik cair dapat menurunkan konsumsi pakan, konsumsi protein, konversi pakan, mortalitas dan meningkatkan pertambahan berat badan, berat dan presentase karkas ayam pedaging. (Widya dkk., 2001) Jin dkk., (1996) melaporkan adanya tendensi perbaikan FCR pada ayam broiler yang disuplementasi Bacillus dan Lactobacillus. Perbaikan efisiensi penggunaan pakan pada ayam broiler dapat menggunakan suplementasi probiotik dengan menggunakan B. coagulans atau menggunakan Bacillus CIP 5.832 dan B. subtilis CCM 2216 (Kumprecht et al., 1994). Santoso (2009) menyebutkan bahwa semakin kecil FCR pakan dari segi ekonomis semakin menguntungkan, karena semakin sedikit jumlah pakan yang diperlukan untuk menghasilkan daging dengan berat yang sama. Probiotik juga bekerja menurunkan angka FCR dengan memperluas bidang penyerapan nutrisi oleh usus sehingga pakan yang dimakan dapat terserap baik. Hal ini didukung oleh Harimurti dkk., (2009) yang melaporkan bahwa suplementasi probiotik dengan strain tunggal mampu meningkatkan tinggi mikrovili dan lebar mikrovili akibat meningginya asam lemak yang diinduksi oleh probiotik. Selanjutnya, dijelaskan bahwa asam lemak rantai pendek yang diproduksi oleh proses fermentasi strain bakteri probiotik berperan dalam
8 stimulasi perbanyakan sel epitel usus sehingga memperluas area penyerapan nutrient. Penelitian Malik (2013) tentang penggunaan probiotik 1, 2, dan 3% dalam ransum pada layer menunjukkan bahwa penggunaan probiotik sampai 3% berpengaruh nyata terhadap konsumsi dan konversi ransum ayam petelur periode layer tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi telur dan berat telur. Penggunaan probiotik sampai 3% memberikan nilai ekonomi yang menguntungkan dengan menurunnya nilai konversi ransum. Hery dkk., (2017) menyatakkan bahwa pemberian probiotik Heryaki 0,5% dalam ransum mampu menghasilkan pertumbuhan dan ADG domba lokal yang cukup baik yaitu 150 gram/ekor/hari. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran maka dapat ditarik hipotesis penambahan tingkat penggunaan probiotik Heryaki sebesar 0,5% dapat menghasilkan Edible dan Inedible paling baik pada ayam broiler.
9 1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2018. Adapun tempat penelitiannya di Kandang Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.