PENINGKATAN PENDAPATAN MELALUI USAHATANI BAWANG MERAH DI KALIMANTAN SELATAN (Kasus di Desa Shabah Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin)

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Pendapatan Melalui Usahatani Bawang Merah dan Cabai di Kalimantan Selatan

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Sistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAYURAN PADA LAHAN LEBAK DI KALIMANTAN SELATAN (Kasus di Desa Amparaya Kabupaten Hulu Sungai Selatan)

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUDIDAYA BAWANG MERAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Tahun Bawang

Peluang Pengembangan Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta

PENDAHULUAN Latar Belakang

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Abstrak

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

DAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

ANALISA USAHA TANI BAWANG DAUN (Allium fistulusom L) DI KELURAHAN BINUANG KECAMATAN BINUANG KABUPATEN TAPIN KALIMANTAN SELATAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

PENINGKATAN PENDAPATAN MELALUI USAHATANI BAWANG MERAH DI KALIMANTAN SELATAN (Kasus di Desa Shabah Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin) Rismarini Zuraida dan Rosita Galib Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail : rismarinizuraida@gmail.com ABSTRAK Bawang merah merupakan komoditas yang strategis karena sangat di perlukan untuk ibu rumah tangga dan rumah makan baik yang dalam bentuk yang masih segar ataupun dalam bentuk yang sudah di olah. Untuk tanaman bawang merah ini teknologi budidaya ditingkat petani sangat sederhana (pemupukan, bibit dan pengendalian hama penyakit). Sehingga untuk mencapai produktivitas yang tinggi memerlukan pengelolaan dilakukan secara intensif. Penelitian ini bertujuan melihat potensi, masalah dan peluang pengembangan usahatani bawang merah yang mendukung peningkatan pendapatan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Shaba Kecamatan bungur pada September 2013 dengan observasi lapangan yang difokoskan pada permasalahan dan peluang pengembangan usahatani di lahan irigasi setengah tekhnis. Sedangkan data yang di ambil yaitu data primer yaitu data yang di ambil dari petani dan data skunder sebagai data penunjang yaitu dari Instansi terkait. Metode pengumpulan data yaitu dengan wawancara secara kelompok (Fokos Group Discoution) Data dianalisis secara deskreptif dan analisis Finansial. Hasil kajian menunjukan bahwa pengusahaan bawang merah dilahan petani sekitar 0,5 1 Hektar. Dengan menanam bawang merah Varietas Bima curut (lokal) seluas 1 Ha memerlukan biaya sebesar Rp 85.000.000,- dengan tingkat produtivitas 10 ton/ha dengan penerimaan sebesar Rp 180.000.000,- dengan tingkat pendapatan sebesar Rp 95.000.000 dengan nilai R/C ratio : 2,11 (R/C ratio >1), walaupun usahanya sudah menguntungkan tapi perlu perbaikan teknologi dan pengelolaan lahan yang baik untuk pengembangan selanjutnya. Kata kunci : bawang merah,pendapatan Pendahuluan Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peran strategis dalam pembangunan nasional karena diantaranya sebagai sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, kontributor terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto, sumber devisa, bahan baku industri, sumber bahan pangan dan gizi, serta pendorong bergeraknya sektor-sektor riil lainnya. Oleh sebab itu, sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Menonjolnya sektor pertanian terutama ditunjang oleh ketersediaan lahan yang cukup dan subur, serta iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Dengan alasan ini maka peningkatan kapasitas produksi pertanian merupakan salah satu jalan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 429

Meskipun demikian, sektor pertanian umumnya masih dihadapkan pada beberapa permasalahan seperti, keterbatasan modal yang dimiliki petani dan pelaku usaha pertanian lainnya. Kebutuhan modal yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun beriringan dengan semakin melonjaknya harga input pertanian, seperti pupuk, pestisida maupun upah tenaga kerja. Dengan kecenderungan seperti ini, maka pembiayaan yang selama ini mengandalkan subsidi pemerintah semakin tidak memadai serta bukan pilihan yang bijaksana mengingat semakin besarnya beban anggaran yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk membiayai pembangunan secara keseluruhan. Disamping itu pula, peningkatan kebutuhan komoditi pertanian dalam negeri maupun luar negeri seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, mendorong usaha untuk meningkatkan produksi pertanian merupakan langkah yang strategis. Dalam kondisi yang demikian, maka usahatani dilakukan harus dengan pertimbangan produksi yang efisien secara teknis maupun finansial. Usahatani komoditi pertanian diarahkan untuk terciptanya usahatani yang memiliki daya saing dan kemampuan produksinya yang dapat memenuhi permintaan pasar guna mencapai keuntungan maksimum bagi petani dan pelaku usaha pertanian lainnya. Kondisi inilah yang pada akhirnya memberikan harapan jaminan meningkatnya kesejahteraan para pelaku usahatani. Tanaman holtikultura seperti bawang merah merupakan jenis komoditi pertanian tanaman pangan yang mampu mempunyai kedudukan sangat penting dalam kehidupan ekonomi masyarakat maupun dalam perekonomian nasional. Selain sebagai komoditas yang secara luas dan umum dikembangkan oleh masyarakat, bawang merah mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki peluang pasar domestik dan luar negeri yang cukup baik guna meningkatkan pendapatan petani maupun devisa Negara yaitu dari komoditi non migas. Dalam agribisnis hortikultura ada beberapa ciri khas yang dimiliki antara lain : 1. Usahatani yang dilakukan lebih berorentasi 2. Bersifat padat modal 3. Resiko harga relative tinggi karena cepat rusak 4. Harga sangat berfluktutif, Jadi posisi tawar petani sangat lemah karena petani sayuran ( bawang merah dan cabai) biasanya panen raya yang bersamaan waktu sejalan dengan penelitian (Hadi et al, 2000; Irawan,2001) Di Kabupaten Tapin khususnya Desa Shabah usahatani bawang merah dan cabai memiliki perkembangan produksi yang cukup baik. Hal ini seperti ditunjukkan dengan jumlah produksi yang meningkat dari tahun ke tahun yang di dukung oleh pemerintah daerahnya. Dari yang mulai kategore Inisiasi dan saat ini terus berkembang. Dengan didukung Iklim Indonesia sangat bervariasi iklim yang luas hampir semua jenis sayuran bisa tumbuh disemua agroekosistem (Ati Srie Durait, 2009). Termasuk juga di kalimantan Selatan yang umumnya bisa di tanam bawang merah dan cabai Bawang merah dan cabai sebagai salah satu jenis tanaman holtikultura umumnya mempunyai sifat-sifat seperti diproduksi musiman, selalu segar, jumlahnya banyak tapi nilainya relative kecil, tanaman lokal yang spesifik dimana tidak dapat diproduksi disetiap tempat. Dengan sifat-sifatnya ini, maka sangat berpengaruh pada mekanisme produksi sehingga sering terjadi harga produksi komoditi bawang merah di pasar berfluktuasi tajam. Apabila hasil produksi pertanian berfluktuasi maka yang sering dirugikan adalah pihak petani atau produsen (Soekartawi, 2005). Dengan disadarinya potensi produksi komoditi bawang merah dan cabai di Kabupaten Tapin, maka penting dalam proses pembangunan melalui sektor pertanian untuk Rismarini Zuraida dan Rosita Galib : Peningkatan pendapatan melalui usahatani bawang merah di Kalsel 430

mempertimbangkan pengembangan produksi komoditi bawang merah dan cabai. Akan tetapi, masalah alokasi modal untuk pembiayaan input produksi yang menjadi kendala dalam usahatani merupakan hal yang membutuhkan perencanaan dengan tepat dan penggunaannya saprodi yang efisien. Oleh karena itu, maka dapat melahirkan programprogram pengembangan produksi komoditi bawang merah dan cabai yang bersifat antisipatif dan memberikan jaminan tercapainya tujuan meningkatknya produksi untuk memaksimumkan keuntungan petani dan daerah. Metodologi Penelitian dilaksanakan Desa Shabah Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan, dilaksanakan yaitu bulan Juli 2013. Tujuan penelitian ini yaitu melihat tingkat pendapatan dan kelayakan usahatani bawang merah di lahan Tadah Hujan dengan permasalahannya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey melalui pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal), PRA adalah metode penelitian partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam penelitian untuk menilai potensi dan masalah di pedesaan. Metode partisipatif ini berorientasi pada proses pembelajaran dan melibatkan sebanyak mungkin berbagai kalangan masyarakat (Chambers, 1996). Data skunder diperoleh dari kepustakaan dan Instansi terkait di Kalimantan Selatan, Data yang dikumpulkan dianalisis secara diskreptif dan analisis kelayakan Finansial (analisis biaya dan pendapatan). Hasil Dan Pembahasan Teknologi Budidaya Bawang Merah di Lahan Petani 1. Pengolahan Tanah Setelah lahan dibersihkan dari gulma dan tumbuhan liar lainnya, maka sebaiknya pada permukaan tanah disebar pupuk kandang dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2. Tanah yang sudah ditamburi pupuk kandang kemudian diluku dan digaru dan kondisi ini biarkan selama waktu kurang lebih 1 minggu. Hal lainnya yang harus dilakukan adalah membuat bedengan dengan lebar 120-180 cm. Perlu diperhatikan bahwa diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm. Bila ph tanah kurang dari 5,6, maka sebaiknya diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.. 2. Pupuk Pupuk yang di pergunakan di petani (80%) memakai pupuk majemuk, pupuk kandang dan kapur dolomite) sebagai pupuk dasar Pupuk secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah sebagai pupuk dasar. Pupuk buatan ( pupuk Phonska) diberikan 3 kali pemberian yang pertama (I) diberikan 30 Kg/Ha sebelum ditanam (0 hari). Pupuk II 30 Kg pada saat tanaman umur 15 hari dan pemupukan III diberikan pada tanaman umur 30 hari yaitu 30 kg/ha 3. Pemilihan Bibit Petani dalam hal memilih bibit tidak bisa memilih bibit yang memenuhi syarat di karenakan bibit yang ada tidak banyak tersedia di tempat. Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi. Sementara umbi bibit yang baik adalah umbi yang telah disimpan 2- Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 431

3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya). Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau). 4. Jarak Tanam Jarak tanam yang digunakan petani kebanyakan pada adalah 15 x 15 cm dengan jenis tanaman adalah varietas Bima, sementara untuk musim penghujan jarak tanaman adalah berukuran 20 x 15 cm. Juga tergantung pada tujuan penanamannya baik untuk bibit kembali atau untuk konsumsi. 5. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara manual untuk membuang gulma atau tumbuhan liar. Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran. 6. Pengairan Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %. 7. Pengamatan Hama dan Penyakit Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua Thrips, mulai menyerang tanaman pada umur 30 hari setelah tanam. Hal ini disebabkan karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak. Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi harus kendalikan dengan obat-obatan. 8. Panen dan Pasca panen Petani melihat daunnya bila 60-90 % daun telah rebah panen siap di panen, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari. Panen dilakukan pada pagi hari. Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan. Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Analisis Finansial Usahatani Bawang Merah Hasil analisis finansial usahatani bawang merah di Kalimantan Selatan ditampilkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, usahatani bawang merah layak diusahakan yang terlihat dari pendapatan bersihnya mencapai Rp 95.000.000 dengan total biaya Rp 85.000.000 (R/C Ratio > 2,11). Jadi dengan R/C Ratio > 1 maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan (Soekartawi. 1995). Rismarini Zuraida dan Rosita Galib : Peningkatan pendapatan melalui usahatani bawang merah di Kalsel 432

Tabel 1. Analisis Finansial Usahatani Bawang merah per Hektar Di Desa Shabah Kabupaten Tapin Di Lahan Tadah Hujan Kalimantan Selatan tahun 2013 Uraian Fisik (ton) Nilai 1 Penerimaan 10 180.000.000 2 Saprodi : 70.000.000 Benih ( Ton) 1,2 60.000.000 SP 36 (kg) 300 1.000.000 NPK (Kg) 500 2.000.000 Kapur ( Ton) 2 2.000.000 Pupuk Kandang ( Ton) 15 3.000.000 Obat-obatan (padat,cair) 2.000.000 c. Tenaga kerja : 15.000.000 Pengolahan lahan 30 3.000.000 Penanaman 30 3.000.000 Pemupukan 20 2.000.000 Pemeliharaan/peniangan 30 3.000.000 Penen & Pasca Panen 30 3.000.000 d. Total biaya 85.000.000 e. Pendapatan 95.000.000 f. R/C Rasio 2,11 Melihat usahatani bawang merah di desa ini mempunyai peluang untuk di kembangkan dan produktivitasnya bisa ditingkatkan lagi dengan memperhatikan tekhnologi budidaya. Peluang Pengembangan Melihat dari produktivitas dan pendapatan serta R/C Ratio yang di peroleh maka berpeluang besar untuk dikembangkan, dengan memperhatikan beberapa factor diantaranya : (1) Penggunaan varietas unggul spesifik lokasi. (2) Efisiensi pemupukan. (3) Pengendalian gulma secara langsung atau secara tidak langsung. (4) Pengendalian hama penyakit tanaman, selain itu yaitu (5) Sosial Ekonomi. Penggunaan Varietas unggul spesifik lokasi, harus dilihat beberapa varietas yang benar-benar adaftif di lokasi/lahan tersebut sehingga didapat produktivitas yang optimal. Efisiensi pemupukan kita harus sesuai dengan rekomendasi yang dianjurkan sesuai dengan jenis tanah dan lokasi ada. Sehingga hemat biaya dan tenaga. Untuk pengendalian hama dan penyakit kita harus monitoring secara terus menerus, seandainya ada terdapat gejala kita cepat antisipasi. Selain masalah tekhnis masalah sosial ekonomi juga harus diperhatikan, antara lain harga yang berlaku harus perpihak kepada petani. Petani harus berkelompok / Kelompok Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 433

Tani yang sudah terbentuk harus solit ( harus kuat bersatu padu) jadi harga tidak bisa di permain tengkulak. Biasa masalah petani yang banyak terdapat yaitu keterbatasan modal apalagi lagi tanaman hortikultura yang memerlukan modal besar, hal ini perlu sekali dukungan pemerintah untuk keberlanjutkan usahatani, Kesimpulan dan Saran Usahatani Bawang merah yang diusahakan sangat menguntungkan petani ini terlihat dari pendapatan yang mencapai Rp 95.000.000,- dan untuk biaya yang meliputi saprodi dan tenaga kerja sebesar Rp 85.000.000. Ini terlihat dari R/C Ratio 2,11 (R/C Ratio > 1) layak diusahakan, dalam upaya peningkatan pendapatan dengan keadaan yang seperti ini berarti mempunyai prospek untuk ditingkatkan melalui (1) Penggunaan varietas unggul spesifik lokasi. (2) Efisiensi pemupukan. (3) Pengendalian gulma secara langsung atau secara tidak langsung. (4) Pengendalian hama penyakit tanaman, selain itu juga (5) Sosial Ekonomi. Daftar Pustaka Chambers, R. 1996. PRA (Participatory Rural Appraisal) Memahami Desa Secara Partisipatif. Kanisius. Yogyakarta. Hadi,P.U, H. Mayrowani, Supriyadi dan Sumedi. 2000. Review and Outlook.Pengembangan Komoditas Hortikultura. Seminar Nasional Perspektif Pembangunan Pertanin dan kehutanan Tahun 2001 ke Depan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Peneltian dan Pengembangan. Bogor. Irawan,B. Nurmanaf, R. Hastuti,E.L. Muslim,C.Supriatna, dan Y.V.Darwis,2001. Kebijaksanaan pengembangan agribisnis komoditas unggulan hortikultura. Laporan Akhir Pusat Penelitian dan pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penenelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta. Rismarini Zuraida dan Rosita Galib : Peningkatan pendapatan melalui usahatani bawang merah di Kalsel 434