PENILAI AHLI KEGAGALAN BANGUNAN Disampaikan pada Workshop Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bidang K3 Konstruksi Bali, 8 Mei 2018 DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
LATAR BELAKANG UU NO 2 Tahun 2017 JASA KONSTRUKSI TUNTUTAN MUTU PRODUK KONSTRUKSI TERBITNYA UU KETENAGAKERJAAN, UU ESDM, UU INSINYUR, STANDAR INTERNASIONAL, UU ITE, UU KIP UU JASA KONSTRUKSI MENCAKUP 1. Pembagian Tanggung jawab dan kewenangan 2. Perbaikan klasifikasi dalam usaha jasa konstruksi 3. Pengaturan terkait badan usaha asing 4. Pengaturan proses dalam penyelesaian sengketa 5. Perbaikan proses penetapan kegagalan bangunan 6. Penguatan tenaga kerja konstruksi 7. Pengaturan tenaga kerja asing 8. Penguatan kelembagaan 9. Menghilangkan ketentuan pidana PERKEMBANGA N SISTEM DELIVERY TUNTUTAN GOOD GOVERNANCE PERDAGANGAN BEBAS, MEA, TRANS-PASIFIC PARTNERSHIP UU No. 18/ 1999 Konstrain : sektor PU Lingkup : Jasa (Pengguna dan Penyedia) Pembinaan : sentralisasi 2
Regulasi dan Kebijakan UU NO. 2 TAHUN 2017 JASA KONSTRUKSI ASAS DAN TUJUAN PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI Penyelenggaraan jasa konstruksi salah satunya berlandaskan pada asas keamanan dan keselamatan Salah satu tujuan penyelenggaraan jasa konstruksi adalah menata sistem jasa konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan kenyamanan lingkungan terbangun TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH PUSAT Pemerintah pusat bertanggung jawab salah satunya atas terselenggaranya pekerjaan konstruksi yang sesuai dengan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN UU NO. 18 TAHUN 1999 Hanya mengatur masalah pembinaan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat jasa konstruksi dimana tugas pembinaan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 35) UU NO. 2 TAHUN 2017 Sudah diatur lebih tegas dalam Bab tersendiri (Bab III) mengenai pembagian tugas, tanggung jawab dan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Pasal 4 Pasal 10) termasuk di dalamnya masalah pembinaan (Bab VIII Pasal 76 - Pasal 77) Tanggung Jawab Pemerintah Pusat misalnya meningkatkan kemampuan dan kapasitas usaha jasa konstruksi nasional; terselenggaranya jasa konstruksi yang sesuai dengan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan; meningkatkan kompetensi, profesionalitas dan produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional; meningkatkan partisipasi masyarakat jasa konstruksi (Pasal 4). Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi adalah menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja konstruksi; penyelenggaraan sistem informasi jasa konstruksi cakupan wilayah provinsi (Pasal 7). Kewenangan Pemerintah Daerah Kab/Kota adalah menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja konstruksi; penyelenggaraan sistem informasi jasa konstruksi cakupan wilayah kab/kota; penertiban izin usaha nasional kualifikasi kecil, menengah dan besar; dan pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan jasa konstruksi (Pasal 8) 4
KEGAGALAN BANGUNAN UU NO. 18 TAHUN 1999 Dalam UU No. 18/1999 yang menentukan kegagalan bangunan adalah penilai ahli, dimana belum dijelaskan secara gamblang tentang siapa penilai ahli yang menyatakan kegagalan bangunan tersebut (Pasal 25) UU NO. 2 TAHUN 2017 Dalam UU baru ini yang menetapkan kegagalan bangunan adalah penilai ahli yang ditetapkan oleh Menteri dengan persyaratan-persyaratan yang lebih rinci (Pasal 61) Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya Kegagalan Bangunan dan melaporkan hasil penilaiannya kepada Menteri dan instansi yang mengeluarkan izin membangun, paling lambat 90 hari kerja terhitung sejak tanggal pelaksanaan tugas 5
TENAGA KERJA KONSTRUKSI UU NO. 18 TAHUN 1999 Terkait dengan sertifikasi dan registrasi tenaga kerja dilakukan oleh Lembaga (LPJK) (Pasal 33). UU ini belum mengatur masalah upah dan remunerasi. UU NO. 2 TAHUN 2017 Sertifikat kompetensi kerja diperoleh melalui uji kompetensi yang pelaksanaanya dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). LSP dapat dibentuk oleh Asosiasi profesi terakreditasi dan lembaga pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 71). Akreditasi terhadap asosiasi profesi diberikan oleh Menteri kepada asosiasi profesi yang memenuhi persyaratan. LSP diberikan lisensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (saat ini oleh BNSP) setelah mendapat rekomendasi dari menteri Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman profesional, setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukan registrasi kepada Menteri (Pasal 72). Setiap tenaga kerja konstruksi yang memiliki sertifikat kompetensi kerja berhak atas imbalan yang layak atas layanan jasa yang diberikan dalam bentuk upah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan (Pasal 73). Terhadap jenjang jabatan ahli, pengguna jasa harus memperhatikan standar remunerasi minimal yang ditetapkan oleh Menteri (Pasal 43) 6
KETENTUAN PIDANA UU NO. 18 TAHUN 1999 Ada ketentuan pidana yang menghentikan proses konstruksi jika terjadi ketentuan pidana terkait dengan kesalahan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan yang tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang menyebabkan kegagalan pekerjaan (Pasal 43). UU NO. 2 TAHUN 2017 Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat akan adanya dugaan kejahatan dan/atau pelanggaran yang disengaja dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum terhadap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dilakukan dengan tidak mengganggu atau menghentikan proses penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat terkait dengan kerugian negara dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum hanya dapat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dari lembaga negara yang berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Hal-hal tersebut dikecualikan dalam hal terjadi hilangnya nyawa seseorang; dan/atau tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi (Pasal 86) Dalam UU ini, jika terjadi pidana maka tidak akan menghentikan proses konstruksi yang sedang berjalan. 7
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan konstruksi Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan Pasal 1 KETENTUAN UMUM Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang jasa konstruksi Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan 8
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Pasal 1 KETENTUAN UMUM Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan adalah pedoman teknis Keamanan, Keselamatan, Kesehatan tempat kerja konstruksi dan perlindungan sosial tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup dalam penyelenggaraan jasa konstruksi Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil jasa konstruksi Usaha Penyediaan Bangunan adalah pengembangan jenis usaha jasa konstruksi yang dibiayai sendiri oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha, atau masyarakat, dan dapat melalui pola kerjasama untuk mewujudkan, memiliki, menguasai, mengusahakan, dan/atau meningkatkan kemanfaatan bangunan 9
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TUJUAN PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi berkualitas; mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan Pengguna dan Penyedia Jasa, serta peningkatan kepatuhan pada peraturan perundang-undangan; mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa Konstruksi; Pasal 3 menata sistem Jasa Konstruksi yang mewujudkan keselamatan publik dan kenyamanan lingkungan terbangun; menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik; dan menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 10 10
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH PUSAT Pasal 4-10 a. meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa Konstruksi nasional; b. terciptanya iklim usaha yang kondusif, penyelenggaraan jasa konstruksi yang transparan, persaingan usaha yang sehat serta jaminan kesetaraan hak dan kewajiban Pengguna dan Penyedia Jasa; c. terselenggaranya Jasa Konstruksi sesuai Standar Keamanan, Keselematan, Kesehatan dan Keberlanjutan (K4); d. meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional; e. meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi dalam negeri; f. meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan g. tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi. 11 11
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA Selaras dengan UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah untuk Sub Urusan Jasa Konstruksi penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi; Pasal 4-10 Kewenangan pemerintah Daerah Kabupaten/kota pada sub-urusan Jasa Konstruksi penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/kota; penerbitan Izin Usaha nasional kualifikasi kecil, menengah dan besar; dan pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi. SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI 12 12
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN DAN KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan, paling sedikit meliputi : Standar mutu bahan; Pasal 59 Standar mutu peralatan; Standar keselamatan dan kesehatan kerja; Standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi; Standar mutu hasil pelaksanaan jasa konstruksi; Standar operasi dan pemeliharaan; Pedoman pelindungan sosial tenaga kerja; dan Standar pengelolaan lingkungan hidup. Catatan: 1. Pemenuhan standar harus dengan persetujuan pengguna/penyedia jasa 2. Standar K4 harus memperhatikan kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI 13 13
KEGAGALAN BANGUNAN Pasal 60-65 Kegagalan Bangunan: Suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 14 14
KEGAGALAN BANGUNAN Laporan Pengguna Jasa dan/atau pihak yang dirugikan Penerimaan Laporan Kegagalan Bangunan oleh Menteri Penetapan Penilai Ahli oleh Menteri paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya laporan Laporan Kajian Teknis oleh Penilai Ahli paling lambat 90 hari kerja Penentuan Pihak yang Bertanggungjawab (Pasal 61) Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan rencana umur konstruksi paling lama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak penyerahan akhir layanan Jasa Konstruksi Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang terjadi setelah jangka waktu yang telah ditentukan DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 15 15
KEGAGALAN BANGUNAN Laporan Kajian Teknis oleh Penilai Ahli paling lambat 90 hari kerja 1. Standar Mutu Bahan 2. Standar Mutu Peralatan 3. Standar Keselamatan Kerja Dan Kesehatan 4. Standar Prosedur Pelaksanaan 5. Standar Mutu Hasil Pelaksanaan 6. Standar Operasi Dan Pemeliharann 7. Pedoman Pelindungan Sosial Tenaga Kerja 8. Standar Pengelolaan Lingkungan Hidup 9. Memperhatikan Kondisi Geografi Rawan Gempa Jangka waktu pertanggungjawaban atas Kegagalan Bangunan harus dinyatakan dalam Kontrak Kerja Konstruksi DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 16 16
KEGAGALAN BANGUNAN Kriteria Penilai Ahli (pasal 61 ayat 1) : 1. memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja pada jenjang jabatan ahli di bidang yang sesuai klasifikasi bangunan yang di nilai 2. memiliki pengalaman sebagai perencana, pelaksana, dan/atau pengawas pada jasa konstruksi sesuai dengan klasifikasi bangunan yang di nilai 3. Terdaftar sebagai penilai ahli di di kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasa Konstruksi DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 17 17
Regulasi dan Kebijakan KEGAGALAN BANGUNAN Jangka Waktu dan Pertanggungjawaban Penyedia Wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan bangunan yang disebabkan kesalahan penyedia jasa Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan rencana umur konstruksi paling lama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak penyerahan akhir layanan Jasa Konstruksi Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang terjadi setelah jangka waktu yang telah ditentukan Jangka waktu pertanggungjawaban atas Kegagalan Bangunan harus dinyatakan dalam Kontrak Kerja Konstruksi
Penjelasan Pasal 84 Regulasi dan Kebijakan PASAL 84 Penyelenggaraan sebagian kewenangan pemerintah pusat antara lain registrasi badan usaha Jasa Konstruksi, akreditasi bagi asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi dan asosiasi terkait rantai pasok Jasa Konstruksi, registrasi pengalaman badan usaha, registrasi penilai ahli, menetapkan penilai ahli yang teregistrasi dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan, akreditasi bagi asosiasi profesi dan lisensi bagi lembaga sertifikasi profesi, registrasi tenaga kerja, registrasi pengalaman professional tenaga kerja serta lembaga pendidikan dan pelatihan kerja di bidang konstruksi, penyetaraan tenaga kerja asing, membentuk lembaga sertifikasi profesi untuk melaksanakan tugas sertifikasi kompetensi kerja yang belum dapat dilakukan lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk oleh asosiasi profesi/lembaga pendidikan dan pelatihan.
Penilai ahli mempunyai tugas (pasal 61 ayat 2) : - menetapkan tingkat kepatuhan terhadap Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi; - menetapkan penyebab terjadinya kegagalan bangunan; - menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan; - menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan; - melaporkan hasil penilaiannya kepada Menteri dan instansi yang mengeluarkan izin membangun, paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pelaksanaan tugas; dan - memberikan rekomendasi kebijakan kepada Menteri dalam rangka pencegahan terjadinya kegagalan bangunan.
Pasal 62 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) penilai ahli dapat berkoordinasi dengan pihak berwenang yang terkait. Penilai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib bekerja secara profesional dan tidak menjadi bagian dari salah satu pihak.
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 97-98 PENILAI AHLI yang dalam melakukan pekerjaannya tidak sesuai pasal 62 (2): Peringatan tertulis; Pemberhentian dari tugas ; dan/atau Dikeluarkan dari daftar penilai ahli teregistrasi. Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewajiban utk mengganti/ memperbaiki kegagalan bangunan sesuai Pasal 63: Peringatan tertulis; Denda administratif; Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; Pencantuman dalam daftar hitam; Pembekuan izin; dan/atau Pencabutan izin. 22
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Terima kasih 23