BAB III PELAKSANAAN PENGGUNAAN COVERNOTE ( SURAT KETERANGAN) NOTARIS ATAS PROSES PEMISAHAN SERTIPIKAT INDUK HAK ATAS TANAH

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG

BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

LEMBARAN-NEGARA Republik Indonesia No.42 Tahun 1996

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1996 TENTANG

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN TERHADAP HAK ATAS TANAH SEBAGAI OBYEK JAMINAN

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

Pengertian Perjanjian Kredit

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB II PROSES PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN ATAS OBJEK HAK TANGGUNGAN SEBAGAI JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

Data Reduksi, Data Display / Penyajian Data, Data Verifikasi / Pemeriksaan Kembali Pengulangan Data, Data Konklusi/Perumusan Kesimpulan. Hasil Penelit

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 09/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2008 TANGGAL : 24 JULI 2008

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Sebagai warga negara Indonesia di dalam sebuah negara hukum,

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. PROSES PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN Oleh : Naomi Meriam Walewangko 2

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai batiniah yang mendalam

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

BAB II KETENTUAN HUKUM TENTANG PEMECAHAN SERTIPIKAT YANG SEDANG TERIKAT HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) YANG BERSIFAT KHUSUS DAN UNDANG-

BAB II SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN. A. Pengertian Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

PERAN DAN FUNGSI COVERNOTE NOTARIS PADA PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER) PADA BANK

g. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas. h. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.

IMPLEMENTATION OF DEVELOPMENT AND REGISTRATION AND ELIMINATION ACCEPTANCES OF RIGHTS BASED ON LAW NUMBER REGARDING RIGHTS OF RESPONSIBILITY YUNIMAR

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. A. Pemberian Hak Tanggungan dan Ruang Lingkupnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN Perjanjian Kredit Menurut KUHPerdata

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.D. KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

LEMBAGA JAMINAN TERHADAP HAK MILIK ATAS TANAH

BADAN PERTANAHAN NASIONAL. Jakarta, 4 April 2001

Sarles Gultom Dosen Fakultas Hukum USI

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan. Peranan bank dalam perekonomian yaitu sebagai lembaga

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

BAB IV PENUTUP. Pekanbaru, diperoleh kesimpulan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

Awal/Kepala Akta Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Imma Indra Dewi Windajani

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

TINJAUAN MENGENAI PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN HAK TANGGUNGAN ABSTRAK. Keywords: Credit Agreement, Bail Right, Banking ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 11/KPTS/1994 TENTANG PEDOMAN PERIKATAN JUAL BELI SATUAN RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

DAFTAR WAWANCARA Jawab

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI MEKANISME ASAS PUBLISITAS DALAM PENCATATAN HAK TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO

STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PEMERIKSAAN (PENGECEKAN) SERTIPIKAT DASAR HUKUM PERSYARATAN BIAYA WAKTU KETERANGAN

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. hutang menggunakan kelembagaan jaminan hipotik, karena pada waktu itu hak

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL. Demikian untuk menjadi maklum. Jakarta, 29 Mei 2001

Transkripsi:

BAB III PELAKSANAAN PENGGUNAAN COVERNOTE ( SURAT KETERANGAN) NOTARIS ATAS PROSES PEMISAHAN SERTIPIKAT INDUK HAK ATAS TANAH A. Pelaksanaan Penggunaan Covernote oleh Notaris Secara sepintas covernote tidak berarti apa-apa dalam proses pembuatan sertifikat hak tanggungan yang berakhir dengan pendaftaran di badan pertanahan. Namun karena covernote sering dijadikan bukti jaminan/pegangan sementara bagi bank dalam mencairkan kredit, maka dalam pembuatan sertipikat hak tanggungan covernote notaris menjadi bagian dari proses terbentuknya dua peristiwa perjanjian yaitu perjanjian pinjaman kredit dan perjanjian anggunan/ jaminan hak tanggungan. 76 Tanah untuk perumahan yang dibeli oleh pengembang umumnya berasal dari beberapa pemilik hak atas tanah yang status hak tanahnya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pengembang yang merupakan badan hukum tidak bisa mempunyai tanah yang berstatus hak milik, tetapi bisa mempunyai tanah yang yang berstatus hak guna bangunan. 77 Sertipikat induk selanjutnya harus dipecah menjadi sertipikat kaveling-kaveling untuk perumahan, sebelum melakukan penjualan kaveling-kaveling perumahan, pengembang terlebih dahulu melakukan pemecahan sempurna (splitsing) atas sertipikat induk dengan meminta jasa pengurusan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah rekanan pengembang. 78 76 Wawancara dengan Reni Restiani S.H., M.Kn. Selaku Notaris dan PPAT, Bandung, Tanggal 23 Maret 2018. 77 Ibid 78 Ibid 85

86 Dalam praktiknya, covernote dijadikan jaminan kepercayaan oleh bank dalam proses pencairan kredit kepada debitor. Selanjutnya dikatakan, covernote notaris bukanlah akta autentik dan tidak termasuk dalam protokol notaris, akan tetapi covernote notaris tetap harus disimpan dan dijaga oleh notaris. Berkaitan dengan hal nya terdapat notaris yang dalam menjalankan jabatannya melakukan penyimpangan atas pembuatan covernote terhadap proses pemecahan sertipikat induk hak atas tanah di sebuah perumahan yang berlokasi di kota besar. Di dalam isi covernote notaris menjelaskan bahwa sertipikat tersebut sedang dalam proses pembuatan dan pemisahan (splitsing) yang akan selesai pada waktu enam bulan, akan tetapi pada kenyataannya tanah belum seluruhnya di pecah, sehingga isi yang termuat didalam covernote tersebut tidak dapat terealisasikan oleh notaris. Pengembang (developer) dalam proses pembangunan perumahan melakukan perjanjian dengan bank dengan tujuan untuk pencairan. Pada bulan Maret 2016 Pt.X sebagai pengembang perumahan tersebut melakukan perjanjian kredit dengan bank. Didalam perjanjian kerja sama antara kreditur dan debitur terdapat beberapa tahap pencairan dimulai saat dikeluarkannya covernote dan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sampai dengan terbitnya Akta Pembebanan Hak Tanggungan ( APHT). Namun pada kenyataannya isi yang termuat didalam covernote tersebut tidak dapat terealisasikan oleh notaris tersebut dalam waktu yang diperjanjikan sehingga kreditur telah melakukan kewajibannya

87 dan debitur telah menerima haknya tetapi legalitas hak tanggungan tersebut belum terbit sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan, dalam hal ini notaris tidak dapat atau gagal dalam penyelesaian covernote menjadi hak tanggungan sehingga perjanjian kredit telah terlaksana tetapi perjanjian jaminannya tidak terpenuhi karena tidak terdapatnya legalitas jaminan yang telah diperjanjikan. Pada dasarnya, covernote dibuat dengan dasar kepercayaan antara bank dan notaris guna pencairan kredit dikarenakan pembebanan APHT (Akta Pembebanan Hak Tanggungan) terhadap sertifikat hak milik atas tanah debitor sebagai jaminan/ anggunan sedang dalam proses pengurusan. Penerbitan covernote notaris dibuat dan dilandasi kepercayaan bank terhadap terhadap kredibilitas Notaris sebagai pejabat umum dan juga dalam kapasitasnya sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Berkaitan dengan penjelasan diatas, covernote notaris dibuat dan diterbitkan oleh notaris dikarenakan kebutuhan praktik. Hal ini disebabkan, dalam proses pengurusan administratif terhadap pembebanan APHT terhadap sertipikat hak atas tanah debitur memerlukan waktu yang cukup lama, sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang Undang Hak Tanggungan menyatakan : Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan selambat lambatnya satu bulan sesudah diberikan. Akan tetapi berbeda dengan tanah yang belum terdaftar, Pasal 15 ayat (4) Undang Undang Hak

88 Tanggungan menyatakan : Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah yang belum terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan selambat lambatnya tiga bulan sesudah diberikan. Berdasarkan penjelelasan di atas, apabila dihubungan dengan proses pencairan kredit tentu akan memerlukan lama bila menunggu APHT selesai dalam proses pengurusannya. Hal tersebut belum termasuk kendala non teknis seperti proses birokrasi yang berbelit belit terhadap proses pembebanan APHT tersebut di Kantor Badan Nasional (BPN), sehingga akan berdampak pada proses pembebanan APHT tersebut memakan waktu lebih lama lagi. B. Proses Pencairan Kredit Oleh Bank Dengan Dasar Covernote Secara umum prosedur pemberian kredit dengan jaminan hak tanggungan yang diajukan calon debitur kepada kreditur, yang dalam ini adalah pihak bank yaitu melalui prosedur dibawah ini : 1. Calon debitur mengajukan permohonan kredit dan menyerahkan berkas berkas yang diperlukan dan telah ditentukan pihak bank dalam pengajuan kredit; 2. Calon debitur mengisi formulir permohonan kredit yang telah disediakan oleh pihak bank. Setelah formulir di isi dengan lengkap dan benar, formulir tersebut kemudian diserahkan kembali kepada bank; 3. Pihak bank kemudian melakukan analisis dan evaluasi kredit atas dasar data yang tercantum dalam formulir permohonan kredit tersebut. Tujuan analisis ini adalah untuk memastikan kebenaran data dan informasi yang

89 diberikan dalam permohonan kredit. Selain itu, hasil analisis dan evaluasi kredit ini digunakan sebagai dasar pertimbangan akan diterima atau ditolaknya permohonan kredit tersebut; 4. Apabila terhadap hasil analisis dan evaluasi kredit calon debitur dinyatakan layak oleh pihak bank untuk memperoleh kredit, maka kemudian dilakukan negosiasi antara kedua belah pihak, yaitu pihak bank dan calon debitur. Negosiasi kredit ini antara lain mengenai maksimal kredit yang akan diberikan, keperluan kredit, jangka waktu kredit, biaya administrasi, denda, bunga dan sebagainya; 5. Apabila telah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak maka dilakukan penandatanganan perjanjian kredit yang berupa surat pengakuan hutang dengan pengikatan jaminan, dalam hal ini berupa jaminan hak tanggungan, dihadapan PPAT dan pejabat bank; 6. Setelah dilakukan pengikatan jaminan hak yanggungan dan PPAT telah memberikan keterangan bahwa calon debitur dinyatakan telah memenuhi persyaratan, baru kemudian bank merelialisasikan kredit kepada calon debitur. Berdasarkan penjelasan diatas tampak bahwa bank mengeluarkan kredit setelah semua persyaratan administratif oleh nasabah telah lengkap, sehingga memberikan kepercayaan kepada bank agar debitur mampu mengembalikan jumlah pinjamannya.

90 Selanjutnya setelah perjanjian kredit terealiasikan maka langkah selanjutnya adalah melakukan perjanjian pengikatan jaminan dalam hal ini adalah untuk pembebanan hak tanggungan. Proses pembebanan hak tanggungan dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut : 1. Pemberian hak tanggungan didahului dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) untuk memberikan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu dituangkan dalam perjanjian yang merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang piutang yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut. 2. Pembebana hak tanggungan selanjutnya diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. 3. Apabila objek hak tanggungan berupa hak atas tanah yang berasal dari konversi hak lama yang telah memenuhi syarat untuk di daftarkan, tetapu pendaftarannya belum dilakukan, pemberian hak tanggungan dilakukan bersama dengan permohonan pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan. 4. Di dalam Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT) wajib dicantumkan : a) Nama identitas pemegang dan pemberi hak tanggungan. b) Domisili pemegang dan pemberi hak tanggungan, dan apabila diantara mereka ada yang berdomisili di luar indonesia, dan dalam hal domisili

91 itu tidak dicantumkan, kantor PPAT tempat pembuatan APHT sebagai domisili pemilihnya. c) Penunjukan secara jelas utang utang yang dijamin. d) Nilai tanggungan e) Uraian yang jelas mengenai objek hak tanggungan f) Prosedur pendaftaran hak tanggungan adalah sebagai berikut : 1) Pemberian hak tanggungan wajib didaftar pada Badan Pertanahan Nasional (BPN). 2) Selambatnya lambatnya 7 hari setelah penandatanganan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). 3) PPAT wajib mengirim APHT yang bersangkutan dan warkah yang diperlukan kepada BPN. 4) Pendaftaran hak tanggungan dilakukan oleh Badan Pertanahan dengan membuatkan buku tanah hak tanggungan dan mencatatnya dalm buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan, serta menyalin catatan tersebut pada sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan 5) Tanggal buku tanah hak tanggungan adalah tanggal hari ketujuh setelah penerimaan secara lengkap surat surat yang diperlukan bagi pendaftaran dan jika hari ketujuh itu jatuh pada hari libut, buku tanah yang bersangkutan diberi bertanggal hari kerja berikutnya.

92 6) Hak tanggungan lahir pada hari tanggal buku tanah hak tanggungan. Sehubungan dengan penjelasan di atas, covernote notaris dibuat dan diterbitkan ketika debitur memberikan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) kepada bank. Dalam praktiknya, kebanyakan notaris rekanan bank merangkap pula sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) sehingga kelengkapan berkas tanah berkas tanah berupa Sertifikat, warkah tanah, akta jual beli, diperiksa oleh notaris sebelum mengeluarkan dan menerbitkan covernote untuk memberikan kepercayaan kepada bank bahwa sertipikat hak tanggungan tersebut akan terdaftar. Di dalam covernote berisi bahwa sertifikat hak tanggungan sedang dalam proses pengerjaan dan akan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan. Sedangkan masa berlaku SKMHT hanya 3 tiga bulan dan wajib diikuti dengan penggunaan APHT yang bersangkutan. Batas waktu tiga bulan juga berlaku bilamana hak atas tanah yang bersangkutan sudah bersertifikat, tetapi belum tercatat atas nama pemberi hak tanggungan sebagai pemegang hak nya yang baru. Sehingga dalam praktiknya untuk mengatasi hal tersebut notaris melakukan pembaharuan SKMHT. Namun dalam praktiknya terdapat beberapa notaris yang enggan melakukan pembaharuan SKMHT karena sulitnya meminta tanda tangan para pihak yang terlibat dalam SKMHT terutama pihak debitur yang telah menerima pencairan kredit dari bank, maka biasanya pendatangan SKMHT dilakukan dihadapan Notaris/PPAT langsung 2 (dua) atau 3 (tiga) SKMHT

93 sekaligus untuk ditandangani oleh para pihak setelah perjanjian kreditnya dilaksanakan agar jika telah habis masa berlakunya SKMHT lebih praktis. Dalam praktiknya proses pencairan kredit antara bank selaku kreditur dan developer selaku debitur setelah dilakukannya perjanjian kerjasama dilakukan dalam beberapa tahap sesuai yang termuat dalam perjanjian kerja sama, pertama setelah pembuatan SKMHT dan diterbitkannya covernote pemecahan sertipikat induk diikuti dengan pondasi perumahan pencairan anggunan sebesar 45%, setelah tutup atap pencairan anggunan sebesar 35%, setelah pemberian berita acara serah terima dengan konsumen sebesar 20%, kemudian 10% setelah legalitas anggunan selesai sesuai yang diperjanjikan dalam surat perjanjian kerjasama dan jangka waktu yang termuat di dalam covernote. 79 Meskipun tanah yang dijadikan jaminan hak tanggungan telah dilakukan pengikatan dengan SKMHT dan kredit telah dicairkan hanya dengan berdasar covernote dari notaris bahwa tanah tersebut sedang dalam proses dikerjakan oleh Notaris/PPAT untuk dijadikan hak tanggungan adakalanya terdapat kendala dikemudian hari yang membuat tanah yang menjadi hak tanggungan tidak mempunyai nilai eksekusi. C. Proses Pemisahan Sertipikat Induk Hak Atas Tanah Proses pemisahan (splitsing) sertipikat induk hak atas tanah berdasarkan permintaan pemegang hak yang bersangkutan, satu bidang 79 Wawancara dengan Fani Wulandari. Selaku Karyawati Bank Jabar Banten, Bandung, Tanggal 09 April 2018.

94 tanah yang sudah didaftarkan dapat dipecah secara sempurna (splitsing) menjadi beberapa bagian, yang masing masing merupakan satuan bidang baru dengan status hukum yang sama dengan bidang tanah semula. Pemecahan bidang tanah harus seuai dengan rencana tata ruang yang berlaku dan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku lainnya. Untuk membuat bagian bagian tanah/ Kaveling dari bidang tanah terdapat dua istilah, yaitu pemecah dan pemisah. Pengaturan pemecahan bidang tanah tersebut diatur dalam Pasal 48 Peraturan Perintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah yang menentukan bahwa atas permintaan pemegang hak yang bersangkutan, satu bidang tanah yang sudah didaftar dapat dipecag secara sempurna menjadi beberapa bagian, yang masing masing merupakan satuan bidang baru dengan status hukum yang sama dengan bidang tanah semula. Terhadap masing masing bidang tanah hasil pemecahan tersebut maka untuk tiap bidang dibuatkan surat ukur, buku tanah dan sertipikat untuk menggantikan surat ukur, buku tanah dan sertipikat asalnya. Sertipikat yang sedang dalam pembebanan hak tanggungan. Apabila akan dilakukan pemecahan (splitsing) terlebih dahulu harus mendapat persetujan tertulis dari pemegang hak tanggungan, sebagaimana tercantum dalam Pasal 48 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah menjelaskan jika hak atas tanah yang bersangkutan dibebani hak tanggungan. Dan atau beban beban lain yang terdaftar, pemecahan bidang tanah baru boleh dilaksanakan setelah

95 diperoleh persetujuan tertulis dari pemegang hak tanggungan atau pihak lain yang berwenang menyetujui penghapusan beban yang bersangkutan. Lebih lanjut diuraikan dalam memori penjelasan pasal 48 tersebut bahwa pemecahan bidang tanah harus memperhatikan rambu rambu, antara lain : 1. Harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang (RUTRWK) yang berlaku, misalnya semula peruntukannya untuk peruntukannya untuk tanah pertanian akan dipecah pecah menjadi perumahan tempat tinggal. 2. Tidak boleh mengakibatkan tidak terlaksannya ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, misalnya ketentuan landreform (Undang Undang Nomor 56 Tahun 1960 mengenai penetapan luas tanah pertanian yang terkait dengan larangan fragmentasi). 3. Tidak boleh merugikan kepentingan kreditur yang mempunyai hak tanggungan atas tanah yang bersangkutan. Ketentuan teknis dari pemecahan, pemisahan, dan penggabungan bidang tanah diatur secara rinci dalam Pasal 133 sampai dengan Pasal 135 Peraturan Menteri Negara Agraria atau Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997. Pemecahan bidang tanah dilakukan setelah diajukan permohonan oleh pemegang hak dengan melampirkan : 1. Sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan; 2. Identitas pemohon; 3. Persetujuan tertulis pemegang Hak Tanggungan, apabila hak atas tanah yang bersangkutan dibebani Hak Tanggungan.

96 Untuk mendapatkan satuan satuan bidang tanah baru dari pemecahan tersebut dilaksanakan pengukuran, selanjutnya masing masing bidang tanah tersebut dibuatkan surat ukur, buku tanah dan sertipikat baru sebagai pengganti dari surat ukur, buku tanah dan sertipikat asalnya, dan untuk pendaftarannya masing masing diberi nomor hak baru, sedang surat ukur, buku tanah dan sertipikat asal dinyatakan tidak berlaku lagi. Catatan mengenai hak tanggungan dan beban lain pada buku tanah dan sertipikat asal dicatat pada buku tanah dan sertipikat baru. Pencatatan pemecahan bidang tanah tersebut dikerjakan juga dalam daftar daftar lain dan peta pendaftaran tanah atau peta peta lain yang ada dengan menghapus gambar bidang tanah pecahannya yang diberi nomor nomor hak atas tanah dan surat ukur yang baru. Hal lain yang perlu ditekankan bahwa status hukum bidang bidang tanah hasil pemecahan adalah sama dengan status bidang tanah semula atau asal.