Yang Media Di Luar Sana Tidak Sajikan Publik sempat dikejutkan oleh pemberitaan media massa tentang pemanggilan 4 dosen Fakultas Pertanian UGM oleh



dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK)

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

Jaksa Siap Periksa Dan Adoe Dalam Kasus Pembebasan Lahan

Sudah Bayar, Terdakwa Korupsi Minta Bebas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

BAB I. KETENTUAN UMUM

CACATAN TERHADAP RUU PERLINDUNGAN SAKSI BERDASARKAN UU DAN PP TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004


BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab XII : Pemalsuan Surat

2017, No kementerian/lembaga tanpa pernyataan dirampas, serta relevansi harga wajar benda sitaan Rp300,00 (tiga ratus rupiah) yang dapat dijual

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

12. 1 (satu) rangkap Asli back up data Pekerjaan Pembangunan Gedung Rektorat Lanjutan Tahun Anggaran 2014; (satu) rangkap fotocopy Rekapitulasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

P U T U S A N Nomor : 232 /Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TETAPKAN TERSANGKA ADD, TUNGGU KERUGIAN NEGARA

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA

PERATURAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA NOMOR : 04/PU/REK/BAAK/XI/2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Analisis Isi Media Judul: MIP No. 209 Putusan Vonis Kasus Korupsi Anas Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 25/09/2014

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH JASA TRANSPORTASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 24 November Indeks

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

CONTOH AKTA PENDIRIAN (BARU) YAYASAN YAYASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI PELAPOR DAN SAKSI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

YAYASAN Contoh akta perubahan anggaran dasar Yayasan untuk Yayasan yang didirikan sebelum

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

Matrutty Segera Dieksekusi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih


P U T U S A N NOMOR : 128/PID/2012/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

P U T U S A N. No. 53 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 446/Kpts/HK.310/7/2004 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN KONSULTAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PH TAMHER-RAHAYAAN TEPIS TUNTUTAN JAKSA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PARKIR KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BAB 4 ANALISA KASUS. Lihat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta tertanggal 27 Mei 2008, No. 06/Pid/Prap/2008/PN Jkt-Sel

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Transkripsi:

Yang Media Di Luar Sana Tidak Sajikan Publik sempat dikejutkan oleh pemberitaan media massa tentang pemanggilan 4 dosen Fakultas Pertanian UGM oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) Yogyakarta pada perempat awal tahun 2014 lalu. Pemanggilan 4 dosen senior tersebut dilatarbelakangi oleh dugaan korupsi atas penjualan aset berupa lahan yang disebut Jaksa dan Penyidik adalah milik negara cq. UGM. Keempatnya diduga telah merugikan negara karena menjual aset negara dan uang hasil penjualannya digunakan untuk memperkaya yayasan. Dugaan tersebut berakhir menjadi dakwaan atas keempat dosen yaitu Prof. Susamto (Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan), Ir. Ken Suratiyah (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian), Ir. Toekidjo (Jurusan Budidaya Pertanian) dan Ir. Triyanto (Jurusan Perikanan). Pada sekitar bulan November 2014, persidangan atas dakwaan kasus tersebut mulai digelar di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) Yogyakarta setiap seminggu sekali. Sampai ditulisnya artikel ini, persidangan telah sampai pada agenda tuntutan yang dilayangkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada keempat terdakwa berupa tuntutan masing-masing 3 tahun penjara dan denda 150 juta rupiah subsider 4 bulan kurungan. Menurut JPU dalam tuntutannya, para terdakwa mengalihkan lahan milik UGM ke Yayasan Pembina Faperta UGM, antara lain lahan seluas 29.875 meter persegi (m2) di Dusun Wonocatur, Desa Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Para terdakwa juga menjual beberapa bidang lahan, yakni tanah seluas 957 m2 dan 422 m2 di Dusun Plumbon, Banguntapan, senilai Rp 510 juta; tanah di Dusun Plumbon seluas 1.534 m2 dan 2.539 m2 senilai Rp 2,087 miliar; serta lahan di Dusun Wonocatur seluas 455 m2 senilai Rp 136,5 juta. Akibat pengalihan hak dan penjualan lahan itu, ujar Nurul, negara dirugikan Rp 11,2 miliar. Nilai kerugian itu terdiri dari hasil penjualan lahan sebesar Rp 2,7 miliar dan nilai lahan seluas 29.875 m2 yang dialihkan kepemilikannya secara tidak sah sebesar Rp 8,5 miliar (Kompas, 25 April 2015). Namun tunggu dulu, ternyata setelah kami telusuri, media massa di luar sana memberitakan hanya sebagiannya saja. Mereka tidak menghadirkan sisi latar belakang dari lahan-lahan tersebut. Semisal mengapa lahan-lahan itu dijual? Untuk apa lahan itu dijual? Kenapa ada Yayasan di Perguruan Tinggi Negeri sekaliber UGM? Dan poin-poin kritis lain yang mereka tidak sertakan. Asal Mula Lahan-Lahan Tersebut Pada masa awal berdirinya UGM hingga tahun 1963, Fakultas Pertanian UGM tidak memiliki lahan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian. Kemudian pada tahun 1963, Prof. Sudarsono, Dekan Fakultas Pertanian (Faperta) UGM saat itu, membeli sejumlah tanah di Kecamatan Banguntapan, Bantul, DIY, dengan dana yang terkumpul dari para alumni Faperta UGM. Karena letak lahan yang terpencar, akhirnya lahan-lahan tersebut ditukar guling sehingga terkumpul dalam beberapa titik saja di wilayah Desa Banguntapan, Kec. Banguntapan, Bantul. Lahan-lahan tersebut digunakan sebagai lahan untuk penelitian dosen dan praktikum mahasiswa Faperta UGM. Meski demikian, lahan-lahan ini tidak pernah tercatat sebagai aset UGM. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dua Surat Keterangan (SK) Rektor UGM. SK yang pertama dikeluarkan Rektor UGM Nomor 2964/J01/LK.03.01/2000 tertanggal 21 Juni 2000 dan

ditandatangani oleh Rektor UGM saat itu, Prof. Dr. Ichlasul Amal, M.A. yang menyatakan bahwa tanah persil 180 di Desa Banguntapan adalah milik Yayasan Pembina Fakultas Pertanian (yang sekarang bernama Yayasan Fapertagama) sejak tahun 1963. Sedangkan SK kedua dikeluarkan pada 26 Juli 2014 dan ditandatangani oleh Rektor UGM saat itu, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc perihal tanggapan permohonan penjelasan aset tanah di Desa Banguntapan yang menyatakan bahwa tanah tersebut tidak tercatat sebagai aset UGM. Kemudian telah dikeluarkan pula keterangan resmi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai kementrian yang menaungi UGM bahwa lahan-lahan tersebut tidak pernah tercatat dalam neraca aset Kemendikbud. Dari sini telah jelas bahwa lahan-lahan itu bukan milik UGM atau secara otomatis bukanlah milik negara seperti yang dituduhkan JPU. Mengapa JPU Ngotot Lahan Tersebut Milik UGM? Dalam transaski pengadaan lahan-lahan untuk kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Faperta UGM pada 1963, Prof. Sudarsono menggunakan namanya sendiri untuk mempermudah. Transasksi ini dicatat oleh Pemerintah Desa Banguntapan dengan menambahkan UGM di belakang nama Prof. Sudarsono dengan maksud agar tidak tertukar dengan Sudarsono-Sudarsono yang lain, yakni supaya lebih mudah dibedakan karena saat itu Prof. Sudarsono berprofesi sebagai dosen di UGM. Lambat laun, lahan-lahan tersebut dikelola oleh Yayasan Pembina Fakultas Pertanian yang baru berdiri pada 1969. Hal ini dibuktikan dengan adanya bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atas lahan-lahan tersebut oleh Yayasan Pembina Faperta selama puluhan tahun. Namun, masalah nama dalam pencatatan inilah yang kemudian menjadi latar belakang dakwaan JPU dalam kasus ini. Yayasan Fapertagama, Sering Disebut-Sebut tapi Jarang Dibahas Yayasan Pembina Fakultas Pertanian atau yang sekarang berganti nama menjadi Yayasan Fapertagama merupakan yayasan non-profit yang terpisah dari UGM. Yayasan ini beranggotakan semua dosen Fakultas Pertanian UGM. Sebelum adanya Undang-Undang Yayasan pada tahun 2001, Yayasan Pembina Fakultas Pertanian dipimpin oleh Dekan Faperta seebagai ex-officio. Dengan adanya UU Yayasan, Yayasan Pembina Faperta berganti nama menjadi Yayasan Fapertagama dengan perubahan susunan kepengurusan menyesuaikan UU tersebut. Sekarang Yayasan Fapertagama diketuai oleh dosen non-dekan Faperta. Yayasan Pembina Faperta berdiri pada 1969. Pendirian yayasan ini diprakarsai oleh dosen Faperta angkatan pertama dengan maksud untuk membantu terselenggaranya Tri Dharma Perguruan Tinggi di lingkungan Faperta UGM. Seperti yang telah disinggung, kala itu, alokasi dana dan akses penyelenggaraan pendidikan tidak semudah masa sekarang. Yayasan yang didirikan bertujuan untuk menyokong terwujudnya Tri Dharma Perguruan Tinggi terutama dalam hal kesejahteraan dosen. Menurut penuturan dosen-dosen Faperta, zaman dulu menjadi dosen itu hal yang tidak enak. Banyak alumni Faperta yang lari ke sektor perkebunan karena gaji dan fasilitas yang sangat memadai. Akhirnya yayasan berperan penting dalam menopang kesejahteraan dosen-dosen di Faperta UGM. Kontribusi yayasan diantaranya adalah menyediakan perumahan dosen bagi dosen muda yang belum punya rumah sendiri, biaya

akomodasi seminar baik dalam maupun di luar negeri, bantuan biaya pendidikan lanjutan bagi para dosen di luar negeri, bantuan biaya kursus Bahasa Inggris, bantuan biaya pengobatan, bantuan pengadaan buku perpustakaan, bantuan pengadaan fasilitas fisik kampus seperti alat administrasi, sambungan internet, dan sebagainya. Dari yayasan ini pula-lah rasa kekeluargaan dosen dan karyawan Fakultas Pertanian terjalin erat. Yayasan bukan milik satu atau dua orang, tetapi milik semua dosen di lingkungan Faperta UGM. Saat ini, Yayasan Fapertagama diketuai oleh Dr. Lestari Rahayu, dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, dan berkantor di Gedung A11 Fakultas Pertanian UGM. Mengapa Kami Yakin Lahan Ini Milik Yayasan? Sejak awal, adanya lahan-lahan tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian. Pada tahun 1966, Prof. Soemartono dari Program Studi Pemuliaan Tanaman berhasil menemukan padi lahan kering varietas Gama-61 yang kini telah banyak digunakan di berbagai daerah bahkan hingga ke India berkat keberadaan lahan-lahan tersebut. Penemuan ini ternyata berperan besar dalam mengatasi kekurangan pangan di daerah yang sulit air karena padi lahan kering (padi gogo) sangat irit air. Kemudian untuk seterusnya, semua mahasiswa Fakultas Pertanian selain Jurusan Perikanan pernah merasakan belajar (praktikum) di lahan-lahan tersebut. Bahkan kami juga sudah akrab dengan salah satu lahan yang masih produktif untuk digunakan berkegiatan yaitu Kebun Tridharma, yang terletak sekitar 1 KM ke arah barat daya dari Rumah Sakit TNI AU Hardjolukito (Ring Road Timur, Banguntapan, Bantul) karena sering melaksanakan kegiatan praktikum disana. Nampaknya lahan-lahan ini telah berperan besar dalam menghasilkan ribuan sarjana pertanian yang kini telah tersebar di berbagai penjuru untuk mengabdi kepada Tanah Air. Sejak berdirinya yayasan, lahan-lahan belum bersertifikat ini dikelola dan dibayarkan PBB-nya setiap tahun. Lahan-lahan ini juga masuk ke dalam laporan tahunan aset yayasan dan selalu disebut dalam laporan yayasan saat pertemuan alumni Faperta UGM sebagai aset yayasan. Telah ada mandat dari para dosen senior pada kurun waktu 1980-1990 untuk segera menelusuri aset-aset yayasan berupa lahan agar tidak hilang dan bisa terus dimanfaatkan. Maka pada 1995, pada masa kepemimpinan Prof. Tumari, yayasan membentuk Tim Penelusuran Aset. Dari hasil kerja tim tersebut, ditemukan beberapa lahan milik yayasan yang berada di beberapa titik. Sebagiannya belum bersertifikat. Lalu atas keputusan rapat pleno yayasan, disertifikatkanlah lahan-lahan tersebut. Proses sertifikasi tanah tersebut dimulai dengan menelusuri data kepemilikan lahan ke Pemerintah Desa Banguntapan. Dari sana tim mendapat salinan data dalam Buku Papriksan Desa yang tidak sembarang orang boleh melihatnya. Dalam salinan tersebut yang dinyatakan dalam Surat Keterangan Kepala Desa, dinyatakan bahwa lahan persil 41, 42 dan 180 adalah milik Yayasan Pembina Fakultas Pertanian. Dengan berpegang pada keterangan dari pemerintah desa tersebut, Tim menyertifikatkan lahan. Dari sinilah kami semua yakin bahwa lahan-lahan tersebut adalah milik Yayasan Pembina Fakultas Pertanian. Apalagi dengan bukti pembayaran PBB atas lahan-lahan tersebut selama puluhan tahun.

Sejak dulu, telah ada mindset dalam benak mahasiswa dan dosen-dosen Fakultas Pertanian UGM bahwa tanah yang dipakai untuk kegiatan praktikum dan penelitian adalah milik yayasan. Hal ini juga didasari selain oleh keterangan berupa dokumen, namun juga pada keyakinan bahwa Fakultas Pertanian UGM maupun UGM sendiri adalah obyek hukum yang dalam prakteknya keduanya tidak punya hak milik atas aset seperti tanah. Adapun misalnya penguasaan atas lahan-lahan dalam lingkungan kampus UGM adalah sebagai hak pakai. Alasan Lahan-Lahan Ini Dijual Pada tahun 2003, kembali dibentuk Tim Revitalisasi Aset Yayasan yang ketuai oleh Ir. Ken Suratiyah dan beranggotakan Ir. Toekidjo dan Ir. Triyanto. Tim ini dibentuk berdasarkan hasil rapat pleno yayasan yang menyatakan bahwa tanah persil 41 dan 42 yang ada di Desa Banguntapan tidak lagi cocok untuk penelitian maupun praktrikum mahasiswa. Kendala saluran irigasi dan lingkungan yang ramai karena dekat perumahan warga (dimungkinkan akan dapat banyak gangguan jika menanam di lahan tersebut seperti gangguan dari ayam-ayam yang dipelihara warga) menjadi poin utama dalam pertimbangan tersebut. Kemudian tim revitalisasi menukarkan lahan tersebut dengan lahan di Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman, DIY yang luasnya beberapa kali lipat lebih luas dari lahan sebelumnya, dan kondisinya jauh lebih baik untuk penelitian. Dipilihnya lahan di Desa Wukirsari tersebut karena ketinggian tempatnya lebih dibanding Banguntapan, sehingga suhu dan kelembabannya lebih sesuai untuk tanaman. Lalu saluran irigasinya lebih mungkin dengan lokasi yang belum banyak mendapat gangguan dari aktivitas manusia maupun hewan. Bagi Jaksa, Uang dan Uang Jaksa bilang, para terdakwa telah merugikan negara sebesar Rp 8,5 miliyar. Dari mana angka 8,5 miliyar tersebut didapat? Ternyata jaksa hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi. Padahal apa yang dilakukan para terdakwa merupakan usaha untuk mendapatkan keuntungan yang oleh Rektor UGM periode sebelum ini, Pak Pratikno, adalah keuntungan akademik. Analogi Jaksa yang profit oriented menuntun perhitungan tersebut kepada perbandingan harga tanah. Yaitu, jika tanah persil 41 dan 42 dijual sekarang, maka harganya akan sangat tinggi mengingat letak lahan yang masih berada di kawasan Kota Yogyakarta (dekat Jogja Expo Center). Kenapa para terdakwa menjualnya dulu? Jawabannya adalah, yang para dosen kami cari adalah lahan untuk meneruskan tegaknya Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Kenapa mesti menunggu harga tanah di Jogja menjadi mahal jika Tri Dharma Perguruan Tinggi bisa diwujudkan segera? Negara mana sih yang dirugikan, jika memang lahan yang dijual adalah lahan bukan milik UGM? Dan jika dengan ditukarkannya lahan-lahan tersebut UGM jadi lebih produktif dari sisi kegiatan belajar dan penelitiannya? Bukankah melegakan bila inovasi-inovasi di bidang pertanian akan bermunculan berkat ide dosen-dosen kami ini? Bukankah melegakan jika kami, para mahasiswa, bisa belajar dengan tenang di lahan yang lebih kondusif dan lebih luas?

Dosen kami tidak mengharapkan keuntungan ekonomi untuk pribadi atau kelompok (yayasan). Dosen kami ingin kegiatan belajar kami dan penelitian kami semua bisa berjalan semestinya sehingga bisa bermanfaat untuk negara. Kemudian dalam persidangan, Jaksa selalu menanyakan perihal rekening yang dipakai untuk menyimpan uang hasil transaski jual-beli tanah, kenapa harus atas nama pribadi terdakwa, dan kenapa transaksi pembelian tanah baru yang di Wukirsari pun menggunakan nama pribadi terdakwa? Pertama soal rekening. Rekening milik Yayasan Fapertagama memakai nama pribadi beberapa pengurusnya. Hal ini dilakukan supaya lebih mudah dalam transaksi di bank. Selebihnya pengelolaan rekening beserta isinya dikelola penuh oleh bendahara yayasan, bahkan si pemilik nama dalam rekening tidak pernah tahu mengenai isi dna transaksi dalam rekening yang memakai namanya. Prof. Susamto adalah salah satu orang yang namanya dipinjam untuk rekening yayasan. Suatu saat beliau ditelepon pihak bank karena rekening atasnamanya memenangkan undian berupa mobil Daihatsu Innova. Namun Prof. Susamto tidak mengambil mobil tersebut melainkan malah menyerahkannya untuk yayasan karena uang dalam rekening atasnamanya adalah uang yayasan. Sampai detik ini, mobil berwarna silver tersebut masih terparkir di parkiran mobil milik Fakultas Pertanian dan Yayasan Fapertagama di belakang gedung A1 Faperta UGM dengan nomor polisi AB 1818 YN. Sejauh ini, mobil tersebut dimanfaatkan untuk keperluan Fakultas dan Yayasan, seperti menjemput tamu fakultas, termasuk mengangkut para dosen dan karyawan menuju Pengadilan TIPIKOR Yogyakarta untuk menyaksikan jalannya sidang kasus tuduhan korupsi yang sedang kita bahas ini. Kedua soal transaksi pembelian tanah. Pembelian tanah di Wukirsari diatasnamakan Ir. Triyanto. Hal ini supaya lagi-lagi untuk memudahkan transaksi. Coba Anda membeli tanah atas nama organisasi yang Anda ikuti, tentu akan lebih sulit dibanding jika Anda membelinya atas nama Anda namun untuk organisasi Anda. Artinya adalah, nama Ir. Triyanto dalam transaksi adalah perwakilan dari Yayasan Pembina Fakultas Pertanian. Sebelumnya telah ada perjanjian bahwa tanah dibawah nama Ir. Triyanto yang dibeli dari dana yayaasan akan menjadi milik yayasan, Ir. Triyanto hanya dipinjam namanya. Yayasan Adalah Modus Kejahatan Baru Jaksa bilang, karena uang yang didapat dari penjualan masuk ke yayasan, maka yayasan adalah modus kejahatan baru untuk merampas kekayaan negara. Lalu apalagi besok? Apakah kegiatan belajar mahasiswa-kah yang akan dituduh sebagai modus kejahatan baru untuk merampas harta negara? Pak dan Bu Jaksa, agaknya perlu ada pelunakkan disini. Kami sangat menyayangkan para Jaksa yang menangani kasus ini berpikiran hanya secara formil, bukan secara substansial. Atau mungkin Jaksa memang diharuskan berpikiran demikian, entahlah, kami hanya mahasiswa Fakultas Pertanian biasa yang sehari-hari belajar soal pertanian dengan giat.

Bukankah melegakan ketika dosen-dosen kami tidak mengajar kami di kelas dan membimbing skripsi saja? Bukankah melegakan jika dosen-dosen kami punya inisiatif untuk memperluas arti perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi itu sendiri dengan salah satunya pengadaan lahan penelitian ini? Bukankah melegakan ketika dosen sebagai salah satu agen dalam bidang pendidikan tidak hanya menunggu gaji di awal bulan, namun telah berpikiran jauh untuk kebaikan masa depan penelitian instansi pendidikan tempatnya bekerja? Sekelumit hal ini mungkin tidak sampai di benak para jaksa. Jika memang ada sepeser keuntungan ekonomi yang mengalir ke pribadi dosen-dosen kami, jika benar dosen-dosen kami punya niat jahat atas semua ini, kenapa kami para mahasiswa gusar dan menentang tuduhan para jaksa? Tentu ada yang kami yakini tidak beres dengan tuduhan JPU yang terhormat. Tertanda, Aliansi Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM.