BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Setiap negara memiliki karakteristik, sumber daya, ekonomi dan sosial yang berbeda dengan negara lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadikan komoditas yang dihasilkan di tiap-tiap Negara menjadi berbeda. Apabila suatu Negara telah memenuhi salah satu atau beberapa kebutuhannya, namun dilain pihak ada beberapa kebutuhan lainnya yang tidak dapat terpenuhi dari dalam negeri, dikarenakan oleh alasan-alasan tertentu, seperti keterbatasan sumber daya alam atau hasil bumi, kekurangan modal maupun tenaga kerja yang belum memadai. Melalui kegiatan perdagangan international, maka akan terbentuk hubungan saling ketergantungan antara negara-negara yang ada di dunia ini, dimana suatu negara mungkin membutuhkan komoditas yang tidak mampu diproduksi sendiri di negaranya namun dimiliki oleh negara lain. Oleh sebab itu, setiap negara tidak mampu berdiri sendiri namun membutuhkan negara lain. (Yani, 2014). Menurut Joseph Eby Ruin (2008), perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa yang terjadi diantara negara yang berbeda. Pengertian ini hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh Belay Seyoum (2014), yaitu pertukaran barang dan jasa yang melewati perbatasan negara. Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perdagangan internasional adalah transaksi pertukaran barang dan jasa dengan melewati batas-batas wilayah negara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan suatu Negara tertentu. 2.1.2 Teori Perdagangan Internasional Teori Perdagangan Internasional modern bermula ketika 2 orang ekonom asal Swedia bernama Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan pendapat tentang perdagangan internasional yang belum dapat dijelaskan di dalam teori keunggulan komparatif (comparative advantage). Di dalam teori comparative advantage, perdagangan internasional terjadi akibat adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar negara (Salvatore, 2004:116), namun tidak dijelaskan penyebab dari perbedaan produktivitas yang terjadi antar Negara. 13
14 Teori Heckscher-Ohlin (H-O) berpendapat bahwa penyebab adanya perbedaaan produktivitas antar Negara, diakibatkan oleh adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang diproduksi oleh masing- masing Negara (Shenkar, 2015:27). Teori modern H-O ini biasa dikenal sebagai The Proportional Factor Theory, dimana Negara yang memiliki factor produksi yang relative dalam jumlah besar dan harga yang murah, maka akan terjadi spesialisasi produk untuk kemudian dilakukan kegiatan ekspor ke Negara lain. Sebaliknya, jika suatu Negara memiliki factor produksi yang relative dalam jumlah kecil dan dengan harga yang mahal, maka Negara akan mengimpor barang tertentu Di dalam teori perdagangan modern, Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan bahwa terdapat beberapa pola perdagangan dimana suatu negara cenderung untuk mengekspor barang yang memiliki faktor produksi yang relatif banyak secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu Negara melakukan perdagangan internasional, dikarenakan Negara tersebut memiliki keunggulan komparatif, yaitu faktor endowment berupa kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu Negara dan faktor intensity, yaitu berupa teknologi yang digunakan dalam proses produksi. 2.1.3 Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan Internasional Menurut Daniels di dalam bukunya yang berjudul International Business Environment and Operations pada tahun 2013, terdapat beberapa faktor yang mendorong terjadinya perdagangan internasional, antara lain: 1. Perbedaan Sumber Daya Alam Setiap Negara memiliki sumber kekayaan alam yang berbeda, sehingga hasil olahan alam yang dinikmati setiap Negara juga berbeda. Oleh karena itu, diperlukan adanya perdagangan internasional utuk menyalurkan hasil produksi dari tiap Negara agar mendapatkan komoditi yang diinginkan. 2. Perbedaan Faktor Produksi Selain faktor sumber daya alam, setiap masing-masing negara juga memiliki perbedaan kemampuan tenaga kerja, besarnya modal yang dimiliki dan keterampilan seorang pengusaha, sehingga produk yang dihasilkan dari setiap negara mengalami perbedaan. Maka dari itu diperlukan kegiatan perdagangan untuk menyalurkan komoditi ke negara lainnya.
15 3. Kondisi Ekonomi yang Berbeda Kesulitan untuk mendapatkan bahan baku di dalam negeri dapat mengakibatkan tingginya biaya produksi, sehingga mengimpor barang dari luar negeri dianggap memiliki nilai produksi yang lebih murah dibandingkan harus memproduksi sendiri dengan biaya yang lebih mahal, apalagi jika Negara tersebut belum mampu untuk memproduksi sendiri hasil komoditi tertentu. 4. Tidak Semua Negara Dapat Memproduksi Sendiri Suatu Barang Keterbatasan kemampuan dari suatu Negara, baik kekayaan alam, sumber daya manusia, maupun faktor- faktor produksi lainnya, mengakibatkan Negara tidak mampu untuk memproduksi hasil kekayaan alamnya sendiri, oleh karena itu terjadilah perdagangan internasional antara negara. 5. Adanya Motif Keuntungan dalam Perdagangan Negara- Negara yang dapat memproduksi barang dalam jumlah banyak secara efisien dapat menekan biaya produksi, sehingga ada saatnya dimana suatu negara lebih menguntungkan dengan melakukan ekspor dibandingkan hanya menjual di dalam negri saja. Namun ada kalanya juga suatu negara lebih menguntungkan untuk megimpor komoditi dari Negara lain daipada harus memproduksi sendiri, karena adanya keterbatasan bahan baku produksi. 2.1.4 Manfaat perdagangan Internasional Perdagangan yang dilakukan antar Negara akan memberikan berbagai manfaat dan keuntungan bagi pelaku perdagangan internasional dimana barang hasil produksi dapat dipasarkan secara global dan meluas keseluruh penjuru dunia. Menurut Sadono Sukirno (2010), manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut: Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri Setiap Negara dapat memproduksi berbagai macam barang yang beragam dan unik di setiap hasil produksinya. Hal ini diakibatkan oleh adanya beberapa faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap Negara, faktor-faktor tersebut antara lain adalah kondisi geografis, iklim, tingkat penguasaan ilmu teknologi dan lain sebagainya. Maka apabila suatu Negara ingin membeli barang yang tidak diproduksi di dalam negri, Negara tersebut dapat melakukan kegiatan perdagangan internasional. Dimana setiap Negara dapat memenuhi permintaan
16 pasar, tanpa harus memproduksi sendiri barang tersebut di dalam negri. Memperluas pangsa pasar dan lingkup penjualanan yang luas Tingkat penjualanan pada suatu Negara tergantung kepada keinginan dan kemampuan konsumen dalam membeli suatu barang maupun jasa. Dengan melakukan perdagangan internasional, maka penjualanan dapat dilakukan secara meluas ke Negara lainnya dan keuntungan didapatkan dengan jumlah yang lebih besar daripada hanya melakukan penjualan di dalam negeri saja. Transfer teknologi modern Perdagangan internasional dapat memungkinkan suatu Negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih canggih dan efisien, serta strategi manajemen yang modern yang ada di Negara yang lebih maju. Dengan melakukan pembelajaran tersebut, maka suatu Negara dapat memproduksi produk yang serupa dengan hasil dan kualitas yang tidak kalah dengan hasil produksi Negara lainnya. Apabila produk tersebut dapat dihasilkan dalam skala yang relative banyak, maka biaya produksi dapat ditekan dan penjualan dapat dilakukan dengan mendapatkan keuntungan yang besar. 2.1.5 Teori Permintaan Ekspor Kegiatan ekspor dan impor adalah bagian dari perdagangan internasional yang dilakukan antar negara yang terlibat. Menurut (Waluyo, Indarto dan Subroto J, 2007) ekspor adalah kegiatan mengirimkan atau memperdagangkan barang atau jasa ke luar negeri dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Kegiatan ekspor merupakan kegiatan perdagangan internasional yang dinilai cukup penting untuk mengendalikan laju inflasi dan mendorong produksi dalam negeri, terutama komoditi yang akan diekspor. Ekspor suatu komoditi selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri, penawaran suatu komoditas juga dimaksudkan untuk memenuhi permintaan masyarakat luar negeri. Penawaran ekspor suatu komoditi dari suatu negara merupakan selisih antara penawaran domestik dengan permintaan domestik. Di lain pihak, negara lain membutuhkan komoditi tersebut sebagai akibat dari kelebihan permintaan di negara tersebut. Maka berdasarkan pemaparan tersebut, teori penawaran ekspor memiliki tujuan untuk menentukan berbagai macam factor yang mempengaruhi penawaran ekspor suatu (Tokarick, 2014).
17 Dilihat dari segi permintaan, kegiatan ekspor diasumsikan sebagai fungsi permintaan pasar internasional terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh suatu negara. Permintan ekspor adalah permintaan pasar internasional/ negara tertentu terhadap suatu komoditi. Teori permintaan ekspor bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara (Rahmaddi, 2012). Salah satu fungsi permintaan adalah kegiatan mendatangkan barang maupun jasa dari luar negeri, oleh karena itu Indonesia yang merupakan salah satu Negara yang melakukan kegiatan impor, baik berupa barang maupun jasa yang diproduksi oleh Negara lainnya, pada dasarnya juga tergolong telah melakukan permintaan terhadap barang dan jasa tersebut. Dalam teori permintaan, terdapat beberapa variable yang mempengaruhi impor sebagai fungsi permintaan (Hameed, 2012) antara lain: harga, tingkat pendapatan, nilai tukar mata uang asing, selera (taste) dan harga barang lain yang sejenis maupun harga barang pelengkap (barang substitusi dan barang komplementer). 2.2 Jumlah Produksi Kegiatan produksi adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, baik berbentuk barang maupun jasa dalam suatu periode waktu. Bentuk hasil produksi baik berupa barang maupun jasa sangat bergantung kepada kategori aktivitas bisnis yang dijalankan oleh perusahaan yang melakukan kegiatan produksi. Bagian produksi dalam proses bisnis memegang peran yang cukup penting dalam usaha untuk mendapatkan keuntungan. Bagian produksi merupakan salah satu fungsi manajemen yang menciptakan produk serta turut mempengaruhi volume penjualan. Maka dari itu, produk yang dihasilkan biasanya mengikuti permintaan pasar, bukan diproduksi hanya untuk mencapai target semata. Apabila kegiatan produksi dapat dilakukan dengan kontinuitas yang stabil, maka suatu perusahaan diharapkan mampu untuk memperoleh keuntungan yang stabil (Fahmi, 2014). Menurut Sugiarto (2007), kegiatan produksi merupakan kegiatan mengubah input menjadi output atau biasa disebut dengan fungsi produksi. Output merupakan jumlah produksi yang dapat dihasilkan dalam suatu perusahaan. Jika output yang diproduksi dapat dilakukan dalam jumlah yang besar, maka hal tersebut dapat memberikan manfaat lebih terhadap perusahan. Selain itu, volume kuantitas output
18 yang dihasilkan juga dapat berdampak pada input bahan baku yang dibutuhkan. Semakin besar output produksi yang dihasilkan maka input bahan baku yang dibutuhkan juga semakin banyak. Seperti di dalam salah satu teori ekonomi mengenai asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi yaitu The Law of Deminishing Return. Teori ini menjelaskan bahwa terdapat sebuah hukum dalam ekonomi yang menjelaskan tentang proporsi input yang tepat untuk mendapatkan output maksimal, yaitu ketika input yang dimiliki melebihi kapasitas produksi dari input, maka pendapatan (return) akan semakin menurun (Dewi dkk, 2012). 2.3 Luas Lahan Tinggi dan rendahnya tingkat produksi hasil pertanian ditentukan oleh tingkat penggunaan faktor produksi, dimana salah satu faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi hasil pertanian adalah luas lahan. Keberadaan lahan sangat penting dalam menunjang kegiatan produksi hasil pertanian Secara umum, apabila luas lahan yang digarap semakin besar, maka jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut juga akan semakin besar jumlahnya (Rahim 2007:36). Luas areal panen adalah jumlah seluruh lahan yang dapat memproduksi tanaman sehingga peningkatan luas areal panen secara tidak langsung akan meningkatkan hasil produksi. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) (2013), seiring dengan meningkatnya permintaan luas lahan akibat dari pertumbuhan jumlah penduduk, telah mengakibatkan penurunan luas lahan pertanian yang tersedia dan meningkatkan intensitas usaha tani di daerah aliran sungai hulu. Penurunan luas lahan pertanian yang tersedia mengakibatkan kecenderungan peningkatan konversi ke non pertanian. Produksi tanaman pertanian berupa komoditas rempah- rempah seperti pala, lada dan cengkeh, memiliki trend positif setiap tahunnya. Trend tersebut diakibatkan oleh semakin tingginya produktivitas dan peningkatan luas lahan untuk dipanen. Upaya pembudidayaan dalam bidang pertanian sudah semakin baik dan varietas yang digunakan juga memiliki mutu yang berkualitas, sehingga produktivitas dapat terus meningkat (Hasan, 2010).
19 2.4 Kurs Pertukaran antara satu mata uang dengan mata uang Negara lainnya merupakan salah satu kegiatan yang paling penting dalam perdagangan internasional untuk dapat mempermudah proses transaksi baik penjualan maupun pembelian barang atau jasa. Dalam proses pertukaran tersebut, terdapat upaya perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang sehingga disebut dengan nilai tukar atau yang lebih dikenal dengan kurs. Maka secara umum, kurs atau nilai tukar dapat diartikan sebagai harga mata uang asing maupun harga mata uang luar negri terhadap mata uang dalam negeri. Sedangkan, nilai tukar rupiah atau kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang luar negeri.perdagangan internasional di mana setiap negara memiliki alat tukar sendiri dan mengharuskan adanya harga perbandingan nilai mata uang yang satu dengan mata uang lainnya, atau biasa disebut dengan kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 2008). Menurut Markiw dalam Angkow, 2013, Nilai tukar dapat dibagi menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain, sedangkan nilai riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan untuk menukar barang maupun jasa dari suatu negara dengan barang maupun jasa dari Negara lain.kurs valuta asing selalu berubah-ubah sebagai akibat dari perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing dipergunakan untuk melakukan pembayaran ke luar negeri (impor), diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional. Suatu mata uang dapat dikatakan kuat, apabila transaksi kredit lebih besar dari transaksi debit (surplus neraca pembayaran), sebaliknya suatu mata uang dapat dikatakan lemah, apabila neraca pembayarannya mengalami defisit, dimana permintaan valuta asing melebihi penawaran dari valuta asing. Nilai tukar yang berfluktuasi secara drastis dan tidak terkendailkan dapat menyebabkan kesulitan pada pengusaha dalam merencanakan usahanya, terutama jika mereka ingin mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barang ke luar negeri. Oleh karena itu, pengelolaan nilai mata uang yang stabil dan terkendali merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung perekonomian secara makro (Pohan, 2008). Pergerakan kurs mata uang yang berflutuasi akan memberikan
20 dampak yang signifikan terhadap harga atau nilai dari komoditi dan asset, hal ini dikarenakan kurs dapat mempengaruhi jumlah arus masuk kas yang diterima dari kegiatan ekspor dan juga dapat mempengaruhi jumlah arus keluar kas yang digunakan untuk membayar impor (Mahyus Ekananda, 2014). 2.5 Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh antara jumlah produksi cengkeh, luas areal cengkeh, kurs terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia periode 2005-2014. Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan data data yang dibutuhkan, dimana data tersebut haruslah relevan. Adapun data yang dibutuhkan adalah data time series selama periode 10 tahun yaitu dari tahun 2005-2014. Data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis time series dan metode analisis regresi.
21 2.6 Hipotesis Rumusan Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Untuk T-1 Ho H1 : Produksi cengkeh (X1) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor cengkeh Indonesia (Y) periode 2005-2014. : Produksi cengkeh (X1) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor cengkeh Indonesia (Y) periode 2005-2014. Untuk T-2 Ho H1 : Luas lahan cengkeh (X2) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor cengkeh Indonesia (Y) periode 2005-2014. : Luas lahan cengkeh (X2) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor cengkeh Indonesia (Y) periode 2005-2014. Untuk T-3 Ho H1 : Nilai kurs (X3) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia (Y) periode 2005-2014. : Nilai kurs (X3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia (Y) periode 2005-2014. Untuk T-4 Ho H1 : Diduga secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara produksi cengkeh (X1), luas lahan cengkeh (X2), dan nilai kurs (X3) terhadap volume ekspor cengkeh (Y) di Indonesia periode 2005-2014. : Diduga secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara produksi cengkeh (X1), luas lahan cengkeh (X2), dan nilai kurs (X3) terhadap volume ekspor cengkeh (Y) di Indonesia periode 2005-2014.
22