Hubungan Sosiodemografi Orang Tua dengan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG TRIAD KRR DI SMAN KECAMATAN KISARAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

Transkripsi:

21 Hubungan Sosiodemografi Orang Tua dengan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Tetti Solehati 1 Cecep Eli Kosasih 2, Agus Rahmat 3 Fakultas Keperawatan Universita Padjajaran email:tsh_tetti@yahoo.com ABSTRAK Sosiodemografi orang tua memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk sikap anak remaja, salah satunya sikap anak remaja tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan sosiodemografi orang tua terhad sikap remaja tentang KRR. Rancangan penelitian cross sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian instrumen quisioner. Data dianalisa menggunakan Chi Squere. Penelitian dilakukan tahun 2017 di SMPN dan SMAN wilayah Kabupaten Bandung. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP dan SMA yang digunakan sebagai lokasi penelitian sejumlah 12.000. Sample berjumlah 668 siswa menggunakan rumus Slovin. Tehnik pengambilan sample dengan stratified random sampling. Hasil penelitian diperoleh bahwa Variabel sikap berhubungan dengan pekerjaan orang tua (p=0,000), pendidikan orang tua (p=0,000), dan pendapatan keluarga (p=0,000). Kesimpulan: sosiodemografi orang tua memiliki hubungan dengan sikap pada anak remaja. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disarankan agar orang tua dapat menjalankan perannya sebagai pengendali sikap anak remaja dalam mendukung perilaku anak remaja terhadap kesehatan reproduksi remaja. Kata kunci: Kesehatan Reproduksi Remaja, Sikap, Sosiodemografi Orang Tua. LATAR BELAKANG Orang tua memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk sikap anak remaja. Peran mereka adalah salah satunya sebagai manajerial bagi anak-anaknya. Menurut (Santrock, 2014), salah satu aspek penting peran orang tua sebagai manajerial kepada anak-anaknya adalah dalam hal mengawasi remaja yang tercermin dalam gaya pengasuhan yang diterapkan mereka. Orang tua berperan dalam mengarahkan perilaku yang baik pada anak remaja melalui sikap anak remaja. Pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan orang tua dipercaya memiliki kontribusi terhadap sikap anak remaja. Remaja yang hidup di jaman modern seperti sekarang memiliki kerentanan terhadap berbagai macam ancaman, salah satunya anacaman akan kesehatan reproduksi remaja yaitu Triad Kesehatan Reproduksi Remaja ( TRIAD KRR) yang meliputi sexua, penggunaaan narkoba, dan HIV/AIDS. Malasalah TRIAD KRR sering dialami oleh remaja baik pada remaja di daerah perkotaan maupun pedesaan. Wilayah perkotaan dengan gaya hedonism memiliki kecenderungan untuk

22 memiliki perilaku yang mengancam KRR. Begitu juga wilayah dimana urbanisasinya meningkat. Kabupaten Bandung merupakan bagian dari wilayah pengembangan metropolitan di pernah melakukan hubungan seksual pranikah ( laki-laki 6%, perempuan 1%). Selain itu, pengalaman berpacaran remaja di Indonesia cenderung semakin berani, seperti berpegangan tangan (laki-laki 69%, perempuan 68,3%), Indonesia yang memiliki Laju Pertumbuhan berciuman (laki-laki 41,2%, perempuan Penduduk (LPP) yang sangat tinggi sebagian 29,3%), meraba-raba (laki-laki 26,5%, besar diakibatkan oleh migrasi ke wilayah Kabupaten Bandung untuk mencari pekerjaan (www.bandungkab.go.id). Dilihat dari segia usia, penduduk kabupaten Bandung didominasi oleh penduduk berusia anak dan remaja. Adanya urbanisasi di Kabupaten Bandung menyebabakna kerentanan pada gaya hidup perempuan 9,1%). Angka kehamilan tidak diinginkan pada serta masalah kekerasan seksual (sexual abuse) remaja pun mengalami peningkatan. Masalah lain yang mengancam anak remaja adalah penyalahgunaan narkoba dan HIV/AIDS. Berdasarkan data dari Badan anak dan remajanya satunya yang berhubungan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2008 dengan kesehatan reproduks remaja. Menurut menunjukkan jumlah pengguna Napza sampai Suryoputro, dkk (2006) remaja dapat tahun 2008 adalah 115.404, dimana mengalami perubahan sosial yang mengubah norma, nilai, dan gaya hidup mereka akibat urbanisasi dan industrialisasi yang cepat. diantaranya adalah remaja pelajar sekolah berjumlah 5.484. Kasus narkoba di Kabupaten Bandung pada tahun 2010 tercatat 63 kasus Kesehatan reproduksi remaja berkaitan dengan jumlah tersangka 91 orang erat dengan kualitas hidup remaja di masa yang (www.bandungkab.go.id). Sedangkan data akan datang dimana akan menentukan HIV/IDS menurut Kemenkes RI (2012), kehidupan masa depan mereka. Kesehatan jumlah kasus baru AIDS periode Januari reproduksi adalah suatu keadaan terbebas dari aborsi yang tidak aman, kehamilan tidak dikehendaki, HIV/AIDS, penyakit menular seksual, dan terbebas dari semua bentuk pelecehan serta kekerasan seksual (BKKBN, 2006). Perilaku seksual tidak sehat di kalangan remaja belum menikah cenderung meningkat. September 2011 sebesar 1805. Kasus AIDS secara kumulatif sampai dengan Juni 2011 sebesar 26.483 kasus (45,9%). Data tersebut merupakan fenomena gunung es (hanya yang dilaporkan saja). Gejala AIDS baru muncul setelah 3 10 tahun terinfeksi, oleh karena itu kemungkinan sebagian besar dari mereka yang terkena AIDS telah terinfeksi pada usia yang Data hasil penelitian SKRRI ( 2007) lebih muda. Jumlah penderita HIV/ AIDS di menunjukkan bahwa remaja usia 15-24 tahun

23 Kabupaten Bandung sampai akhir tahun 2013 tercatat 106 orang (www.bandungkab.go.id). Dari permasalahan yang muncul pada anak dan remaja diatas diperlukan dukungan sikap yang baik pada remaja sebagai dasar untuk membentuk perilaku yang baik terhadap kesehatan reproduksi remaja. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian bagaimana hubungan sosiodemografi orang tua terhadap pembentukan sikap anak remaja mereka mengenai kesehatan reproduksi remaja. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif untuk menganalisis faktor demografi orang tua yang berhubungan dengan sikap remaja mengenai kesehatan reproduksi remaja. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian instrumen kepada siswa. Instrumen terdiri dari empat bagian besar yaitu: (1) Data individu; (2) Sosiodemografi; (3) sikap. Data dianalisa dengan menggunakan analisa bivariate chi squere dengan tingkat kepercayaan 95%. Penelitian ini dilakukan di beberapa wilayah di Kabupaten Bandung Jawa Barat mulai bulan Februari 2017 sampai bulan Desember 2017. Lokasi ini dipilih dengan alasan beberapa kajian terhadap perilaku kurang mendukung kesehatan reproduksi anak dan remaja di wilayah tersebut yang menyebabkan masalah kesehatan reproduksi anak dan remaja cukup tinggi. Selain itu, tingginya resiko anak dan remaja mengalami masalah kesehatan reproduksinya akibat tingginya migrasi ke wilayah ini dan statusnya sebagai wilayah pengembangan metropolitan Bandung. Sampel diambil dari SMP dan SMA secara purposif pada wilayah yang memiliki masalah jumlah remaja tertinggi di Kabupaten Bandung meliputi wilayah di kecamatan Dayeuhkolot, Banjaran, dan Cileunyi. Jumlah populasi remaja SMP dan SMA sejumlah 12.000, dengan rumus slovin diperoleh sample 668 siswa.

24 HASIL Tabel 1 Hubungan Sosiodemografi Orang Tua Dengan Sikap Responden Tahun 2017 (n = 668). Sikap 2 Variabel Tidak Mendukung p mendukung Pekerjaan orang tua Tidak bekerja 12 12 22,523 0,000 Petani 9 5 PNS 25 81 Wiraswasta 91 295 Pensiunan 10 45 Lainnya 17 66 Pendidikan orang tua Tidak sekolah 4 5 23,431 0,000 SD 31 37 SMP 26 66 SMA 71 258 PT 32 138 Pendapatan keluarga < 1 juta 21 35 6,775 0,034 1-5 juta 130 410 >5 juta 13 59 Dari tabel 1 terlihat bahwa pekerjaan orang tua (p=0,000), pendidikan orang tua (p=0,000), dan pendapatan keluarga (p=0,000) berhubungan dengan sikap remaja. PEMBAHASAN Hasil penelitian pada siswa remaja diperoleh bahwa variabel sikap berhubungan dengan pekerjaan orang tua (p=0,000), pendidikan orang tua (p=0,000), dan pendapatan keluarga (p=0,000). Pendidikan orang tua berhubungan dengan sikap remaja dimana pendidikan semakin tinggi maka semakin memadai pengetahuannya sehingga dapat memberikan informasi yang memadai kepada anak remajanya. Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar dalam pembentukan nilai nilai moral anak (Sutika, 2017), hal ini dapat menjadi dasar bagi pembentuk sikap anak remaja. Pendapatan keluarga berhubungan dengan sikap remaja, hal ini berarti bahwa untuk pendapatan orangtua berperan penting juga dalam membentuk sikap anak, dimana pendapatan yang memadai akan memfasilitasi kebutuhan KRR anak sehingga anak membentuk sikap yang mendukung. Suku dan pendidikan kesehatan tidak memiliki hubungan dengan sikap karena suku di Indonesia memiliki budaya yang sama, sedangkan pendidikan kesehatan tidak berhubungan dengan sikap kemungkinan karena pendidikan kesehatan yang di berikan pada anak remaja kurang menarik dan kurang

25 atraktif sehingga tidak menyentuh pada hati dan pikiran remaja untuk membentuk sikap seperti yang diinginkan oleh pemberi pendidikan kesehatan. Pendapatan keluarga berdampak pada sikap dan perilaku remaja. Pada penelitian Setyowati (2017) ditemukan bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan perilaku remaja putri dalam pencegahan anemia. Kemudian penelitian Wulanuari (2016) menemukan bahwa pendapatan orang tua memiliki hubungan paling dominan dengan terjadinya pernikahan dini. Pekerjaan orang tua berhubungan dengan sikap karena pekerjaan berkaitan erat dengan penghasilan orang tua dimana jika penghasilan orang tua memadai maka remaja dapat lebih mudah memperoleh informasi, salah satunya dengan mengkases internet yang dapat merubah pemahaman dan sikap mereka. Sosiodemografi orang tua menentukan peran mereka terhadap anak- anak remajanya. Hasil penelitian Maryatun (2012) menemukan bahwa ada hubungan antara peran orang tua yang kurang baik dengan perilaku seksual pranikah pada anak jalanan. kemudian PENELITIAN Muslichah (2008) pada remaja menemukan bahwa ada hubungan peran orang tua terhadap sikap remaja tentang seks bebas dan narkoba. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sosiodemografi orang tua memiliki hubungan dengan sikap remaja yaitu pekerjaan orang tua (p=0,000), pendidikan orang tua (p=0,000), dan pendapatan keluarga (p=0,000). SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disarankan agar orang tua dapat menjalankan perannya sebagai pengendali sikap anak remaja dalam mendukung perilaku anak remaja terhadap kesehatan reproduksi remaja. DAFTAR PUSTAKA BKKBN. 2007. Kurikulum dan Modul Pelatihan BKKBN. 2006. Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta:Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN. Kemenkes R.I. (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes R.I Maryatun & Purwaningsih, W. (2012). Hubungan Pengetahuan dan Peran Keluarga Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Pada Remaja Anak Jalanan Di Kota Surakarta. Gaster. 9 (1): 22-29 Muslichah, M. & Hilman, O. (2008). Pengaruh Hubungan Orang Tua dan Anak Remaja terhadap Pengetahuan Sikap Perilaku tentang Seks Bebas dan Narkoba. Mutiara Medika. 8(2): 83-88. Santrock, J.W. 2014. Adolescence. 11th ed. Dallas: McGraw-Hill Companies, Inc Sutika, I.M. (2017). Implementasi Pendidikan Keluarga Dalam Menanamkan Nilainilai Moral Anak (Studi di Taman Penitipan Anak Werdhi Kumara I Panjer

26 Kecamatan Denpasar Selatan). Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra. 1-10. Pemerintah Kabupaten Bandung (2011). Narkoba Sulit Diberantas. http://www.bandungkab.go.id/arsip/180 2/narkoba-sulit-diberantas. Diakses tanggal 6 Januari 2016. Pemerintah Kabupaten Bandung (2014). Pemkab Bandung Dan KPA Sabilulungan Perangi AIDS. http://www.bandungkab.go.id/arsip/356 6/pemkab-bandung-dan-kpasabilulungan-perangi-aids. Diakses tanggal 6 Januari 2016. Pemerintah Kabupaten Bandung (2010). Korban Narkoba, 90 Persen Anak Muda http://www.bandungkab.go.id/arsip/469/ korban-narkoba,-90-persen-anak-muda. Diakses tanggal 6 Januari 2016. Pemerintah Kabupaten Bandung. 2013. Kabupaten Bandung "Dicintai" Para Tenaga Kerja. Humas Setda Kabupaten Bandung. http://www.bandungkab.go.id/arsip. Di akses tanggal 9 Januari 2017 Setyowati, N.D., Riyantin E. & Indraswari, R. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Makan Remaja Putri Dalam Pencegahan Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Simongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5(5): 1042-1053 Suryoputro,A. Ford,N.J., & Shaluhiyah, Z. 2006.. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah : Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. MAKARA, KESEHATAN. 10 (1): 29-40. SKRRI. (2007). Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia. Diakses dari http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/substan si/detail/384. Wulanuari, K.A., Napida, A. & Suparman. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini pada Wanita. Indonesian Journal Of Nursing And Midwifery. 5(1): 68-75