1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal kaya akan sumber daya genetik, tetapi keberadaannya belum digali secara optimal. Salah satu potensi sumber daya genetik peternakan adalah ayam lokal yang diketahui mempunyai variasi genetik cukup tinggi. Ayam lokal merupakan salah satu sumber daging ayam selain ayam broiler. Salah satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul. Ayam sentul merupakan ayam asli Kabupaten Ciamis yang sekarang telah dipelihara secara intensif oleh beberapa kelompok pecinta ayam sentul untuk pembibitan atau sebagai penghasil daging dan telur. Pemeliharaan ayam sentul betina dimanfaatkan sebagai ayam petelur sedangkan ayam sentul jantan sebagian sebagai calon pejantan dan sisanya dipelihara sebagai penghasil daging karena pertumbuhan ayam sentul jantan lebih cepat dibandingkan dengan ayam sentul betina. Ayam kampung biasanya dipotong pada umur 12 minggu. Kecepatan pertumbuhan ayam sentul termasuk tinggi jika dipelihara secara intensif sehingga dapat dipotong pada umur 10 minggu. Hasil yang diharapkan pada pemeliharaan ayam pedaging adalah diperolehnya bobot badan yang tinggi pada akhir pemeliharaan. Bobot badan dan bobot karkas ayam salah satunya dipengaruhi oleh ransum. Pemberian ransum yang baik akan menghasilkan performa yang baik juga. Performa dapat diukur melalui indikator konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum.
2 Salah satu cara untuk menjadikan ransum dapat dimanfaatkan secara efisien yaitu dengan pemberian antibiotik untuk memacu pertumbuhan sehingga meningkatkan produktivitas, tetapi penggunaan antibiotik terus menerus dan dengan dosis yang tidak tepat ternyata berdampak timbulnya resistensi pada miroorganisme tertentu di dalam tubuh dan adanya residu pada produk hasil ternak sehingga berbahaya bagi konsumen. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari efek negatif tersebut adalah dengan pemberian feed additive alami pengganti antibiotik. Salah satunya adalah melalui pemanfaatan tanaman herbal seperti limbah tanaman manggis yaitu kulit buah manggis. Kulit manggis mengandung senyawa xanthone sebagai antioksidan, dan antimikrobial. Senyawasenyawa tersebut mampu menghambat proses oksidasi dan dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus sehingga dapat meningkatkan penyerapan zat nutrien ransum yang menyebabkan peningkatan performa ternak. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) dalam Ransum terhadap Performa Ayam Sentul Umur 0-10 Minggu. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkar uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh pemberian ransum yang mengandung tepung kulit manggis terhadap performa ayam sentul. 2. Berapa persen tingkat penambahan tepung kulit manggis dalam ransum yang dapat menghasilkan performa ayam sentul terbaik
3 1.3 Maksud dan Tujuan Peneitian 1. Mengetahui pengaruh pemberian ransum yang mengandung tepung kulit manggis terhadap performa ayam sentul. 2. Mengetahui tingkat penambahan tepung kulit manggis dalam ransum yang dapat menghasilkan performa ayam sentul terbaik. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah, baik bagi peternak maupun peneliti mengenai pemberian ransum yang mengandung tepung kulit manggis sebagai Feed additive alami pengganti antibiotik yang dapat memperbaiki performa ayam sentul. 1.5 Kerangka Pemikiran Ayam sentul mempunyai sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan ayam kampung lainnya, karena pertumbuhan yang relatif cepat serta produksi telur yang tinggi (Kurnia, 2011). Produktivitas ayam sentul jantan pada umur 9 minggu bobot badannya dapat mencapai 479,1 g dengan konsumsi ransum 1364,40 g (Dede, 2015) Peningkatan bobot badan sangat penting artinya dalam usaha ayam pedaging. Semakin besar bobot badan, produksi daging akan semakin bertambah sehingga bisa dijadikan suatu kriteria pengukuran dari produksi daging yang dihasilkan (Mansjoer, 1981). Pertambahan bobot badan berkaitan dengan konversi ransum. Konversi ransum didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi ransum
4 dangan pertambahan bobot badan yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu (Lacy dan Vest, 2000), semakin rendah angka konversi menunjukkan bahwa semakin baik efisiensi ransum berarti pertambahan bobot badan yang dicapai dengan jumlah ransum yang digunakan semakin efisien (Titus dan Fritz, 1971). Salah satu cara menjadikan pakan dapat dimanfaatkan secara efisien yaitu dengan pemberian antibiotik untuk memacu pertumbuhan sehingga meningkatkan produktifitas (Wahju, 2004). Penggunaan antibiotik dengan dosis yang tidak tepat dan waktu yang lama ternyata berdampak timbulnya resistensi pada miroorganisme tertentu di dalam tubuh ternak dan adanya residu pada produk hasil ternak sehingga berbahaya bagi konsumen. Oleh sebab itu tanaman herbal sering digunakan sebagai feed additive untuk menunjang produktivitas ternak unggas, karena tidak menimbulkan residu bagi tubuh ternak maupun manusia jika dikonsumsi secara berlebihan. Salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai feed additive adalah limbah dari buah manggis yaitu kulit manggis. Kandungan nutrien yang terdapat dalam kulit manggis adalah air 5,87 %, abu 2,17 %, lemak 6,45%, protein 3,02%, total gula 2,10 %, dan karbohidrat 82,50% (Permana, 2010). Kulit manggis juga mengandung senyawa xanthone sebagai antioksidan, antivirus, antijamur dan antimikrobial yang tidak ditemui pada buah-buahan lainnya. Senyawa xanthone meliputi mangostin, mangostenol A, mangostinon A, mangostinon B, trapezi folixanthone, tovophyllin B, alfa mangostin, beta mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin dan gartanin (Qosim, 2007). Mekanisme senyawa xanthone yang terkandung dalam kulit manggis berfungsi sebagai antioksidan dan antibakteri, diduga mampu memperbaiki
5 struktur-struktur vili-vili usus dalam proses penyerapan zat nutrien. Antibakteri tanaman herbal mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus (Velmurugan dan citarasu, 2010). Kulit buah manggis juga memiliki daya antimikroba terhadap bakteri seperti Staphylococcus aureus (Suksamrarn dkk., 2003). Senyawa antioksidan yang terkandung pada kulit manggis juga dapat mencegah atau menetralisasi radikal bebas akibat polusi udara di lingkungan. Peningkatan suhu lingkungan melebihi kisaran zona suhu nyaman menyebabkan stres oksidatif, sehingga menyebabkan terjadinya serangan radikal bebas pada membran sel. Radikal bebas merupakan suatu atom, molekul atau senyawa yang didalamnya mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif, yang berasal dari dalam tubuh atau pun lingkungan (Andayani, 2008). Radikal ini menyebabkan gangguan metabolit dan gangguan sel berupa gangguan fungsi DNA dan protein, sehingga menyebabkan mutasi atau sitotoksik dan perubahan aktivitas enzim (Kinanti, 2011). Hal ini dapat menyebabkan gangguan metabolisme didalam tubuh dan mampu menekan pertumbuhan ayam. Antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas. Pemberian ekstrak kulit manggis 120 mg/kg BB/hari mampu meningkatkan pertambahan bobot badan ayam broiler dan menurunkan tingkat konversi ransum (Agung, 2015). Penelitian lain menyimpulkan penggunaan ransum yang mengandung tepung kulit manggis sampai 2 % tidak berpengaruh terhadap performa pertumbuhan dan produksi ayam broiler dan disarankan untuk melakukan penelitian penggunaan tepung kulit manggis dalam ransum dengan level yang lebih tinggi (Siska, 2014). Penggunaan Garcinia kola, yang dilaporkan
6 mengandung senyawa xanthone sama dengan xanthone pada Garcinia mangostana L (Adedeji, 2006) hingga 2,50 % dalam ransum belum mampu menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi pakan ayam broiler, tetapi berpengaruh lebih baik terhadap konsumsi ransum dan konversi ransum pada level pemberian 5,00 % hingga 7,5 % dalam pakan. Pemberian kulit manggis dalam ransum ayam perlu diperhatikan karena adanya Tanin yang dikenal sebagai zat anti nutrisi, yang apabila diberikan secara berlebihan akan mengakibatkan penurunan kemampuan ternak mencerna protein dan karbohidrat. Tanin yang terkandung pada tepung kulit manggis adalah 16,8 % (Ngamsaeng, 2004). Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik hipotesis bahwa penggunaan tepung kulit manggis dalam ransum ayam sentul pada level 7,5 % berpengaruh baik terhadap performa ayam sentul. 1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 12 Januari 2017 sampai dengan tanggal 22 Maret 2017. Penelitian bertempat di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Non Ruminansia, dan Industri Makanan Ternak serta di Test Farm Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.