BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

- 1 - BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 94 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 188/MENKES/PB/I/2011 NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2015

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

BUPATI TABANAN BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

Menimbang : a. bahwa rokok mengandung zat psikoaktif membahayakan yang dapat menimbulkan adiksi serta menurunkan derajat kesehatan manusia;

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Unda

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 11 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK WALIKOTA BOGOR,

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2013 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

B U P A T I S R A G E N

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

l,~{ r')1.~:' ' '"'"\_ PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.18,2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. KESEHATAN.KAWASAN.LINGKUNGAN UMUM. Kawasan, Bebas, Asap Rokok.

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

SALINAN TENTANG. Nomor. Nomor. Provinsi

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR : TAHUN... TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

- 1 - BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 70 Tahun : 2015

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN TERBATAS MEROKOK

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

: PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK.

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

BUPATI TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR: TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN SEHAT TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa pembatasan pengaruh buruk asap rokok dan promosi oleh produsen rokok diarahkan guna m e n u m b u h k a n kesadaran mengenai dampak rokok dan arti pentingnya kesehatan bagi pembangunan keluarga, bangsa, dan negara; b. bahwa guna melindungi masyarakat m a u p u n orang perorangan dari dampak negatif perilaku dan paparan asap rokok yang mengancam kesehatan dan kualitas hidup diperlukan pengendalian penggunaan rokok dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal; c. bahwa dalam rangka menciptakan kebijakan yang dapat diterima dan didukung oleh seluruh lapisan masyarakat h u k u m diperlukan pengaturan mengenai kawasan tanpa rokok yang selaras dengan kebutuhan masyarakat saat ini dan akan datang; d. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam h u r u f a, h u r u f b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok; Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T a h u n 1945;

2 2. Undang-Undang Nomor 14 T a h u n 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia T a h u n 1950) sebagaiman telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 T a h u n 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang- Undang Nomor 14 T a h u n 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 3. Undang-Undang Nomor 36 T a h u n 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 23 T a h u n 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 T a h u n 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 T a h u n 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 T a h u n 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2003 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4276); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 109 T a h u n 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2012 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5380); 7. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 dan Nomor 7 T a h u n 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (Berita Negara Republik Indonesia T a h u n 2011 Nomor 49);

Dengan Persetujuan Bersama D E W A N PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG dan BUPATI BANDUNG MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK. BAB I KETENTUAN U M U M Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah Kabupaten adalah Kabupaten Bandung 2. Bupati adalah Bupati Bandung. 3. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Kabupaten. 5. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual m a u p u n sosial yang memungkinkan setiap orang u n t u k hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 6. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan u n t u k dibakar dan dihisap dan /atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu, shisha atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bah an tambahan. 7. Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang u n t u k kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, memperagakan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. 8. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan u n t u k menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, m a u p u n rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, Pemerintah Daerah Kabupaten, dan/atau masyarakat.

4 9. Tempat Proses Belajar Mengajar adalah tempat yang dimanfaatkan u n t u k kegiatan belajar, mengajar, pendidikan, dan/atau pelatihan. 10. Tempat Anak Bermain adalah area tertutup m a u p u n terbuka yang digunakan u n t u k kegiatan anak. 11. Tempat Ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri tertentu yang khusus dipergunakan u n t u k beribadah bagi para pemeluk setiap agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga. 12. Angkutan U m u m adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan darat, air, dan udara yang penggunaannya dengan kompensasi. 13. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja u n t u k keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya. 14. Tempat U m u m adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat u m u m dan/atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama u n t u k kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat 15. Tempat Lainnya Yang Ditetapkan adalah tempat terbuka yang dapat dimanfaatkan bersama-sama u n t u k kegiatan masyarakat. 16. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha m a u p u n yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya. 17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

5 BAB II PENYELENGGARAAN Pasal 2 K 1 K meliputi: a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan; b. Tempat Proses Belajar Mengajar; c. Tempat Anak Bermain; d. Tempat Ibadah; e. Angkutan U m u m ; f. Tempat Kerja; g- Tempat U m u m ; dan h. Tempat Lainnya Yang Ditetapkan. (2) Ketentuan mengenai jenis dan lokasi KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 3 (1) Tempat Kerja, Tempat U m u m, dan Tempat Lainnya Yang Ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) h u r u f f sampai dengan h u r u f h menyediakan tempat khusus u n t u k merokok. (2) Persyaratan tempat khusus u n t u k merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik: b. terpisah dari gedung, tempat, dan/atau ruang utama dan ruang lain yang digunakan u n t u k berakti vitas; c. j a u h dari pintu masuk dan keluar; dan d. j a u h dari tempat orang berlalu-lalang. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tempat khusus u n t u k merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati. BAB III PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 4 (1) Masyarakat berperan serta dalam mewujudkan tempat atau lingkungan yang bersih dan sehat serta bebas dari asap Rokok.

6 (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk: a. penyelenggaraan KTR; b. penyampaian saran, masukan, dan pendapat dalam penetapan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan penyelenggaraan KTR; c. keikutsertaan dalam kegiatan penyelenggaraan dan pengendalian dalam penyelenggaraan KTR melalui pengawasan sosial; d. melakukan pengadaan dan pemberian bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam penyelenggaraan KTR; e. penyelenggaraan, pemberian bantuan, dan/atau kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan KTR; f. keikutsertaan dalam pemberian bimbingan dan penyuluhan serta penyebarluasan informasi kepada masyarakat berkenaan dengan dalam penyelenggaraan KTR; dan g. kegiatan pengawasan dan pelaporan terhadap pelanggaran dalam penyelenggaraan KTR. Pasal 5 (1) Pemerintah Daerah Kabupaten memfasilitasi peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk penyediaan bantuan, baik dana m a u p u n dalam bentuk lain yang diperlukan dalam penyelenggaraan KTR. (3) Ketentuan mengenai bentuk penyediaan bantuan yang diperlukan dalam penyelenggaraan KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati. BAB IV SATUAN TUGAS PENEGAK KTR Pasal 6 (1) Bupati membentuk satuan tugas penegak KTR di Daerah Kabupaten. (2) Satuan tugas penegak KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas melakukan pemantauan, pelaporan, dan penegakan KTR.

7 (3) Ketentuan mengenai tata cara pembentukan, tugas, dan susunan keanggotaan satuan tugas penegak KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati. BAB V KEWAJIBAN DAN LARANGAN Bagian Kesatu Kewajiban Pasal 7 (1) Pimpinan atau penanggung jawab KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib: a. menerapkan KTR; dan b. memasang tanda larangan merokok pada pintu masuk dan lokasi yang berpencahayaan cukup serta m u d a h terlihat dan terbaca. (2) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pemasangan tanda larangan merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) h u r u f b diatur dalam Peraturan Bupati. Bagian Kedua Larangan Pasal 8 (1) Setiap orang dilarang: a. merokok; b. membeli; c. menjual; d. mengiklankan; e. mempromosikan; f. memproduksi; dan/atau g. me mpe ragakan, rokok di KTR. (2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tempat Proses Belajar Mengajar, Tempat Anak Bermain, Tempat Ibadah, dan Angkutan U m u m sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) h u r u f a sampai dengan huruf e dilarang menyediakan tempat khusus u n t u k merokok dan merupakan KTR yang bebas dari asap rokok hingga batas terluar.

8 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikenakan sanksi administratis Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. penghentian kegiatan sementara; d. penghentian kegiatan tetap; e. penyitaan kendaraan; dan/atau f. denda administratif. Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal 9 Larangan menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan Rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) h u r u f c sampai dengan h u r u f f tidak berlaku bagi tempat yang digunakan u n t u k kegiatan penjualan Rokok di lingkungan KTR. Larangan memproduksi Rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) h u r u f f tidak berlaku bagi tempat yang digunakan u n t u k kegiatan produksi Rokok di lingkungan KTR. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu U m u m Pasal 10 Bupati melalui Perangkat Daerah yang membidangi kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan KTR di desa atau kelurahan. Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati dapat melimpahkan kepada camat.

9 Bagian Kedua Pembinaan Pasal 11 Pembinaan penyelenggaraan KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilaksanakan melalui: a. mewujudkan KTR; b. mencegah perokok pemula dan melakukan konseling u n t u k tidak merokok; c. memberikan informasi, edukasi, sosialisasi, dan pengembangan kemampuan masyarakat u n t u k berperilaku hidup sehat; d. bekerja sama dengan Badan dan/atau lembaga nasional m a u p u n internasional atau organisasi kemasyarakatan u n t u k menyelenggarakan KTR; dan e. memberikan penghargaan kepada setiap orang dan Badan yang telah berjasa dalam membantu penyelenggaraan KTR. Bagian Ketiga Pengawasan Pasal 12 Pengawasan penyelenggaraan KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilaksanakan dengan melakukan pemantauan terhadap lokasi atau tempat yang menjadi objek dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 13 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 12 diatur dalam Peraturan Bupati. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 14 Pembiayaan dalam penyelenggaraan KTR dibebankan pada APBD dan sumber pendapatan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10 BAB VIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 15 (1) Penyidik pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai penyidik u n t u k melakukan penyidikan terhadap pelanggaran dalam ketentuan Peraturan Daerah ini. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan adanya tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau Badan sehubungan dengan tindak pidana; d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. melakukan penggeledahan u n t u k mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. memanggil orang u n t u k didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau seiksi; j. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang diperlukan u n t u k kelancaran penyidikan tindak pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

11 (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut u m u m melalui penyidik pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 16 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (1) h u r u f a dan h u r u f b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 7 (tujuh) hari atau pidana denda paling banyak Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). (2) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) h u r u f c sampai dengan g dipidana dengan pidana kurungan paling lama 7 (tujuh) hari atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (3) Tindak pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pelanggaran. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Nomor 15 T a h u n 2008 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok di Wilayah Kabupaten Bandung (Berita Daerah Kabupaten Bandung T a h u n 2008 Nomor 15), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Pasal 18 Peraturan Daerah ini mulai berlaku setelah 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan.

12 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bandung. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2017 NOMOR 13 NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT: ( 1 6 / 2 7 2 / 2 0 1 7 )

13 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK U M U M Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T a h u n 1945 (UUD 1945). Status kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh determinan sosial kesehatan, yang mencakup kondisi tempat manusia dilahirkan, tumbuh, hidup, bekerja, dan menjadi tua. Faktor lingkungan sosial m a u p u n fisik serta perilaku kesehatan masyarakat merupakan salah satu bagian yang penting dalam determinan sosial kesehatan. Salah satu lingkungan fisik yang perlu diperhatikan adalah udara. Udara memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia m a u p u n m a k h l u k hidup lainnya sehingga diperlukan adanya pengendalian terhadap hal-hal yang dapat memengaruhi kualitas udara. Upaya melindungi kualitas udara dapat dilakukan dengan pengendalian terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran udara serta pengendalian terhadap aktivitas yang dapat memengaruhi kualitas udara. Adapun salah satu penyebab pencemaran udara berasal dari polutan asap rokok. Rokok merupakan zat adiktif yang mengandung ribuan bahan kimia beracun dan dapat menyebabkan kanker sehingga dapat membahayakan kesehatan baik bagi perokok itu sendiri m a u p u n orangorang yang berada disekitarnya yang bukan perokok. Perilaku merokok di Indonesia dan di Kabupaten Bandung khususnya sudah sangat mengkhawatirkan. Hal ini dapat terlihat dari hasil survey di Kabupaten Bandung yang menunjukkan bahwa 3 3 % penduduk Kabupaten Bandung adalah perokok aktif, termasuk di dalamnya 6 8 % dari populasi laki-laki dewasa. Selain akan berkontribusi terhadap status kesehatan penduduk Kabupaten Bandung, kondisi ini juga berkontribusi terhadap rendahnya capaian beberapa indikator kesehatan Kabupaten Bandung, seperti cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selain bagi perokok, asap rokok juga menjadi risiko kesehatan bagi mereka yang tidak merokok, atau perokok pasif. Merokok pasif diketahui meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan stroke, juga penyakit gangguan pernapasan seperti asma dan bronkitis.

14 Oleh karenanya, upaya yang diarahkan u n t u k menurunkan j u m l a h perokok, baik aktif m a u p u n pasif, dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara berarti. Pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh u n t u k melindungi masyarakat dari paparan terhadap asap rokok dan terhadap produk tembakau pada umumnya. PASAL D E M I PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat(l) H u r u f a Yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan antara lain meliputi r u m a h sakit, puskesmas, tempat praktek dokter, r u m a h bersalin, tempat praktek bidan dan/atau sejenisnya. Huruf b Yang dimaksud dengan Tempat proses belajar mengajar antara lain meliputi tempat pendidikan formal dan nonformal. Huruf c Yang dimaksud dengan tempat anak bermain antara lain area bermain anak dan tempat penitipan anak Huruf d Yang dimaksud dengan tempat ibadah antara lain meliputi masjid, mushola, gereja, pura, wihara, klenteng dan sejenisnya. H u r u f e H u r u f f Yang dimaksud dengan Angkutan u m u m antara lain minibus (elf), taxi, dan angkot. H u r u f g Yang dimaksud dengan tempat lain yang ditetapkan antara lain : 1. gedung atau tempat milik perseorangan yang ditetapkan sebagai kawasan tanpa rokok oleh pemilik atau penanggungjawabnya. 2. Stasiun Pengisian Bahan Bakar U m u m (SPBU) atau Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE). Pasal 3 Pasal 4

15 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR