PERBEDAAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN ANTARA PP NOMOR 24 TAHUN 2005 DAN PP NOMOR71 TAHUN 2010

dokumen-dokumen yang mirip
Entitas Pelaporan. Entitas Akuntansi dan Pelaporan

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN.

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (PP 71 TAHUN 2010)

BAB II. Tinjauan Teori dan Studi Pustaka. penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONVERSI LKPD VERSI PP NO. 24 TAHUN 2005 MENJADI LKPD VERSI PP NO. 71 TAHUN 2010 (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan)

BAB I PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Pemerintahan)

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI. Standar Akuntansi

STRATEGI PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015

PROVINSI JAWA TENGAH

SEJARAH AKUNTANSI PEMERINTAH DI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelayanan publik kepada masyarakat. Pada periode lama, output yang

Sosialisasi PP 71 /2010 tentang SAP Akrual. A. B. Triharta

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014

AKUNTANSI KEUANGAN. Magister Pendidikan Ekonomi UNS. 4/18/2015 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,

2. TELAAH TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan Pemerintah Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN


BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAHAN PRESENTASI KELAS PROGRAM MAKSI UNDIP OLEH: MARYONO DS

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 2. Neraca 3. Laporan Arus Kas (LAK) 4. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL

GAMBARAN UMUM MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 18 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

B U P A T I K U N I N G A N

: : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (3)

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH...

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur. Tahun 2000 yang mengatur Pokok-pokok Pengelolaan dan

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran

Transkripsi:

Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik PENELITIAN PENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN PERBEDAAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN ANTARA PP NOMOR 24 TAHUN 2005 DAN PP NOMOR71 TAHUN 2010 TIM PENELITI: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE.,M.Si.,Ak. Ni Luh Supadmi, SE.,M.Si., Ak Dr. Gde Ary Wirajaya, SE.,M.Si.,Ak. Penelitian ini didanai dari PNBP FEB Unud dengan Kontrak Nomor: 3506B/UN.14.1.12.11/ PN.00.01/2014 Tanggal 15 September 2014 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2014 1

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN PROSES PEMBELAJARAN Judul Penelitian Bidang Unggulan Peneliti Peneliti: : Perbedaan Penyajian Laporan Keuangan Antara PP 24 Tahun 2005 dan PP No 71 Tahun 2010 : Akuntansi Sektor Publik a. Nama Lengkap : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE.,M.Si.,Ak. b. NIP/ NIDN : 1966 0726 1992 032 02/0026076602 c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala/IV b d. Program Studi : Akuntansi e. Nomor HP : 087861072730 f. Alamat surel (e-mail) : madedwiratnadi@yahoo.com Anggota Peneliti Biaya yang diusulkan Masa Pelaksanaan : 3 orang : Rp5.000.000 (Lima Juta Rupiah) : 2 (Satu Bulan) Mengetahui, Ketua Jurusan Denpasar, 28 Nopember 2014 Ketua Peneliti, (Dr. A A G P Widanaputra, SE.,M.Si.,Ak. NIP 19650323 199103 1 004 (Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE.,M.Si.,Ak) NIP 19660726 199203 2 002 Menyetujui Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Prof. Dr. I Gst. Bgs. Wiksuana, SE.,MS) NIP 19610827 198601 1 001 2

IDENTITAS PENELITIAN 1. Judul Penelitian : Perbedaan Laporan Keuangan Antara Pp 24 Tahun 2005 dan Pp No 71 Tahun 2010 2. Bidang Unggulan : Akuntansi Sektor Publik 3. Peneliti Peneliti: 1) Nama Lengkap : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE.,M.Si.,Ak. 2) NIP/ NIDN : 1966 0726 1992 032 02/0026076602 3) Jabatan Fungsional Lektor Kepala/IV b 4) Program Studi : Akuntansi 5) Nomor HP : 087861072730 6) Alamat surel (email) 4. Anggota Peneliti : 3 orang : madedwiratnadi@yahoo.com 5. Biaya yang diusulkan : Rp5.000.000 (Lima Juta Rupiah) 6. Masa Pelaksanaan : 2 (dua) Bulan 3 Anggota Peneliti No. Nama Bidang keahlian 1. Ni Luh Supadmi, Akuntansi SE.,M.Si.,Ak. Keuangan 2 Dr. Gde Ary Wirajaya, Akuntansi SE.,M.Si.,Ak. keuangan Jurusan Alokasi waktu (jam/minggu) Akuntansi 4 Akuntansi 4 3

ABSTRAK Standar akuntansi pemerintahan merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas tata kelola keuangan negara dan pelaporan keuangan pemerintah. Standar akuntansi pemerintahan di Indonesia dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan di Indonesia (KSAP). Terdapat dua produk perundangan terkait standar akuntansi pemerintahan yaitu Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 tahun 2005 dan PP no 71 Tahun 2010 tentan Standar Akuntansi Pemerintahan. PP 71 merupakan pengganti dari PP 24 Tahun 2005. PP No 24 Tahun 2005 menggunakan basis pencatatan kas menuju akrual, sedangkan PP 71 2010 menggunakan basis pencatatan akrual penuh. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara laporan keuangan yang di disajikan berdasarkan basis kas menuju akrual dan basis akrual penuh. Laporan keuangan menurut PP No. 24 Tahun 2005 terdiri dari Laporan realisasi anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, sedangkan laporan keuangan menurut PP 71 Tahun 2010 tediri atas tujuh jenis laporan keuangan yaitu empat jenis laporan keuangan sam dengan PP sebelumnya ditambah tiga jenis laporan keuangan yaitu Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan perubahan saldo anggran lebih merupakan pengembangan dari laporan relaisasi anggran. Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas merupakan pengembangan dari neraca. Tujuh jenis laporan keuangan menurut PP 71 Tahun 2010 mempunyai artikulasi pada tiap-tiap jenis laporannya. 4

DAFTAR ISI Hal HALAMAN PENGESAHAN i INDENTITAS PENELITIAN ii ABSTRAK iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL v BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Tujuan Penelitian 4 BAB II STUDI PUSTAKA 5 2.1 Basis Akuntansi 5 2.1.2 Basis Akrual 6 2.1.3 Basis Kas 7 2.1.4 Basis Akrual Modifikasian 7 2.1.5 Basis Kas Modifikasian 8 2.2 Basis Kas Menuju Akrual 8 2.3 Standar Akuntansi Pemerintaha 9 BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB IV PEMBAHASAN 13 4.1 Struktur SAP Berbasis Akrual (PP 71 Tahun 2010) 13 4.2 Akuntansi Berbasis Akrual 15 4.2 Komponen Laporan Keuangan 16 4.4 Perbedaan Umum Antara PP 24 Tahun 2005 dan PP 71 19 Tahun2010 4.5 Perbedaan dan Persamaan Pos-Pos Neraca antara PP 24 Tahun 27 2005 dan PP 71 Tahun 2010 4.6 Perbedaan Laporan Arus Kas Pemerintah Kota/Kabupaten 28 Versi PP 24 Tahun 2005 dan PP 71 Tahun 2010 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 34 5.1 Simpulan 34 5.2 Saran 35 DAFTAR PUSTAKA 36 5

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Perbedaan antara PP 24 Tahun 2005 dan PP 71 Tahun 2010 4.2 Persamaan dan Perbedaan Antara Pos-pos Neraca antara PP 24 Tahun 2005 dan PP 71 Tahun 2010. hal 19 27 4.3 Perbedaan Penyajian Laporan Arus Kas 29 6

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) sudah menjadi keinginan masyarakat Indonesia. Pemerintah terus berupaya untuk bersikap lebih transparan dalam pertanggungjawaban publiknya. Perjuangan untuk mereformasi akuntansi kepemerintahan telah dimulai oleh departemen keuangan sekitar tahun 1979-1980 dengan rencana sebuah studi modernisasi sistem akuntansi pemerintah (Bastian, 2010). Studi modernisasi akuntansi pemerintah diawali di tahun 1982 yang masih terbatas pada pengembangan sistem pembukuan berpasangan secara manual. Modernisasi terhadap akuntansi pemerintahan pada saat itu adalah pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP) di buat oleh Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN), terdiri dari dua sistem utama yang terpadu, yaitu Sistem Akuntansi Pusat (SAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Kenyataan yang ada dilapangan, belum ada satu lembaga tinggi/ tertinggi negara atau satu departemenpun telah melaksanakan SAPP tersebut secara penuh (Bastian, 2006). Ada dua kemungkinan penyebab tertundanya keberhasilan penerapan ASPP yaitu kurangnya sosialisasi tentang SAPP dan pihak-pihak terkait sendiri mungkin juga kurang mempunyai keinginan dan tidak mau direpotkan oleh perubahan sisitem yang baru tersebut. BAKUN Departemen keuangan telah bekerja sama dengan Departemen dalam negeri membentuk TIM Studi Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan 7

Manajemen Keuangan Daerah untuk mengembangkan sisitem akuntansi pemerintah daerah. Saat yang sama, pemerintah daerah juga membutuhkan informasi keuangan yang valid dan terpercaya. Standar akuntansi bagi pemerintah merupakan suatu hal yang sangat penting, agar para pengguna dapat menerapkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat sesuai dengan kreteria-kreteria yang seharusnya. Apabila standar akuntansi tidak ada, maka perlakuan akuntansi yang berbeda-beda akan terjadi di lapangan. Perubahan yang sangat berarti terjadi dalam implementasi akuntansi di organisasi pemerintah Indonesia, dengan diterbitkannya perundang-undangan negara dan daerah. Perundang-undangan tersebut adalah UU Nomor 17/2003, dan UU Nomor 15/2004. Praktik akuntansi ini mengacu pada prakik-praktik akuntansi pemerintahan di berbagai negara. Strategi dan transisi pemilihan basis akuntansi merupakan bagian bangunan keuangan negara seperti yang diamnatkan dalam UU Nomor 17 tahun 2003. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, kelengkapan perangkat UU Keuangan Negara mulai diadakan dan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Standar akuntansi merupakan acuan tertinggi dan hal penting dalam dunia akuntansi. Standar Akuntansi tersebut kemudian dijabarkan menjadi prosedur-prosedur akuntansi yang lebih bersifat teknis. SAP sesuai dengan PP Nomor 24 tahun 2005, menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara sebagaimana 8

diamanatkan dalam pasal dalam Pasal 36 ayat 1 undang-undag Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatandan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun. Oleh karena itu, peraturan pemerintah Nomor 24 tahun 2005 perlu diganti. Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP berbasis akrual untuk memberi manfaat lebih baik bagi pemangku kepentingan, baik para pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh. SAP berbasis akrual diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yang ditetapkan tanggal 22 oktober 2010. Penerapan SAP berbasis akrual pada pemerintah daerah paling lambat mulai tahun anggaran 2015. Peraturan pemerintah ini menggantikan PP No 24 tahun 2005 Penerapan basis kas menuju akrual masih dapat diterapkan selama jangka waktu empat tahun setelah tahun anggara 2010, yaitu sampai tahun anggaran 2014. Selanjutnya setiap entitas pelaporan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP berbasis akrual. Implementasi SAP berbasis akrual harus disertai dengan upaya sinkronisasi berbagai peraturan, baik di pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah. Disamping itu, juga diperlukan adanya harmonisasi antar regulasi, sehingga regulasi tersebut menjadi selaras dengan elemen-elemen dalam laporan keuangan. 9

1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dipandang penting memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada mahasiswa tentang perbedaan antara PP 24 tahun 2005 dan PP 71 Tahun 2010 terutama dalam penyajian laporan keuangan pemerintah daerah. 10

BAB II STUDI PUSTAKA Penerapan basis akrual pada akuntansi pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota di Indonesia. Penerapan ini akan dilaksanakan secara bertahap dan diharapkan pada tahun 2014 semua pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan telah menerapkan akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual. Bagian dua menjelaskan studi pustaka yang melandasi telaah kritis atas PP 24 tahun 2005 dan PP 71 Tahun 2010. 2.1 Basis Akuntansi Basis akuntansi adalah himpunan dari standar akuntansi yang menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis akuntansi merupakan salah satu prinsip dalam akuntansi yang digunakan untuk menentukan perioda pengakuan dan pengukuran suatu transaksi ekonomi dalam laporan keuangan (Ardi, 2013). Basis akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas dan basis akrual. Selain kedua basis tersebut, terdapat modifikasi dari kedua basis akuntansi tersebut. Dengan demikian terdapat empat macam basis akuntansi, yaitu (1) basis akrual (accrual basis); (2) basis kas (cash basis); (3) basis akrual yang modifikasi (modified accrual basis); (4) basis kas yang dimodifikasi (cash modified). 11

2.1.1 Basis Akrual Basis akrual menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Ada beberapa manfaat yang diperoleh atas penerapan basis akrual, baik pengguna laporan maupun bagi pemerintah sebagai penyedia laporan keuangan. Manfaat Tersebut antara lain: 1) Dapat meyajikan laporan posisi keuangan pemerintah dan perubahannya. 2) Memberikan akuntabilitas pemerintah atas penggunaan seluruh sumber daya. 3) Menunjukkan akuntabilitas pemerintah atas pengelolaan seluruh aktiva dan kewajibannya yang diakui dalam laporan keuangan. 4) Memperlihatkan bagaimana pemerintah mendanai aktivitasnya serta memenuhi kebutuhan kas nya. 5) Memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah dalam mendanai aktivitasnya serta memenuhi kewajiban dan komitmennya. 6) Membantu pengguna dalam membuat keputusan tentang penyediaan sumber daya kea tau melakukan bisnis dengan entitas. 7) Pengguna dapat mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal biaya pelayanan, efisiensi, dan penyampaian pelayanan tersebut. 12

2.1.2 Basis Kas Basis kas mengakui pendapatan pada saat kas diterima bukan pada saat hak atas pendapatan tersebut timbul, sedangkan belanja diakui pada saat dibayar bukan pada saat kewajiban untuk membayar timbul. Fokus pengukurannya pada saldo kas dan perubahan saldo kas dengan cara membedakan antara kas yang diterima dank as yang dikeluarkan. Basis kas menurut PP 71 tahun 2010 adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Adapun karakteristik basis kas adalah seperti berikut ini (Bastian, 2006) 1) Mengukur aliran sumber kas 2) Transaksi keuangan diakui pada saat uang diterima atau dibayarkan 3) Menunjukkan ketaatan pada batas anggaran belanja dan peraturan lainnya. 4) Menghasilkan laporan yang kurang komprehensif bagi pengambil keputusan. Model pelaporan keuangan dalam basis kas biasanya berbentuk Laporan Penerimaan dan Pembayaran atau laporan arus kas (Mustofa 2006). Selain itu di buatkan catatan atas aporan keuangan, yang menyajikan secara detail item-item yang ada dalam laporan keuangan dan informasi tambahan. 2.1.3 Basis akrual Modifikasian Basis akrual modifikasian, merupakan basis akrual dengan sedikit perubahan dalam pengakuan pendapatan. Berdasarkan basis ini pendapatan diakui pada saat terjadinya hanya pendapatan yang measurable dan available. Pendapatan yang tidak memenuhi dua kreteria tersebut diakui pada saat kas diterima. Ada beberapa karakteristik basis kas yait: (1) transaksi diakui pada saat 13

terjadi; (2) aset fisik dibiayakan pada waktu pembelian; (3) seluruh aset dan kewajiban lainnya diakui seperti dasar akrual. 2.1.4 Basis Kas Modifikasian Basis kas modifikasian pada dasarnya hamper sama dengan basis kas, namun dalam basis kas modifikasian pencatatan transaksi untuk suatu periode diperpanjang untuk jangka waktu tertentu. Beberapa akun perlu dikeluarkan dari pendekatan basis kas modifikasian karena lebih dekat ke basis akrual. Akun tersebut antara lain: piutang dagang, pembayaran dimuka, pendapatan pajak, sewa guna usaha, dan kewajiban yang masih harus dibayar. Akun yang memungkinkan menerapkan basis kas modifikasian antara lain: persediaan, mesin dan peralatan, akumulasi penyusutan dan utang atas perolehan mesin dan peralatan, dan pendapatan pajak yang diterima di muka. Karakteristik basis kas modifikasian menurut Bastian (2010) seperti (1) pembukuan masih dibuka pada akhir periode dengan ditambah suatu jangka waktu tertentu setelah tahun buku;(2) penerimaan dan pengeluaran yang terjadi selama periode perpanjangan tersebut berasal dari transaksi sebelumnya diakui sebagai pendapatan dan pengeluaran dari tahun fiscal sebelumnya; (3) arus kas pada awal periode pelaporan yang telah dipertanggungjawabkan pada periode sebelumnya di kurangkan dari aliran kas pada periode saat ini. 2.2 Basis Kas Menuju Akrual Basis kas menuju akrual adalah istilah basis kas yang di kemukakan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP). Berdasarkan basis kas menuju akrual, pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dalam realisasi 14

Anggaran (LRA) dengan menggunakan basis akuntansi kas. Aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam neracamenggunakan basis akuntansi akrual. Teknik pencatatan basis ini dilakukan dengan menggunakan jurnal korolari (Sinaga, 2006), karena laporan Neraca dan LRS merupakan laporan yang saling berhubungan. 2.3 Standar Akuntansi Pemerintahan Standar akuntansi mengatur tentang definisi suatu akun, pengakuan suatu transaksi atau akun, pengukuran suatu transaski atas akun tertentu, penilaian suatu akun untuk dilaporkan dalam laporan keuangan dan pelaporan dan pengungkapan. Poblikasi standar akuntansi pemerintahan yang dikeluarkan oleh KSAP dalam Pelaksanaan PP Nomor 24 tahun 2005 meliputi Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan., Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) dan Buliten teknis. Rincian PP No. 24 Tahun 2005 sepeti berikut: 1) Kerangkan Konseptual Akuntansi Pemerintahan 2) PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan 3) PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran 4) PSAP 03 Laporan Arus Kas 5) PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan 6) PSAP 05 Akuntansi Persediaan 7) PSAP 06 Akuntansi Investasi 8) PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap 9) PSAP 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan 10) PSAP 09 Akuntansi Kewajiban 15

11) PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa. 12) PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian 13) Buletin Teknis 01 tentang Neraca Awal Pemerintah Pusat 14) Buletin Teknis 02 tentang Neraca Awal Pemerintah Daerah 15) Buletin Teknis 03 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Konversi. 16) Buletin Teknis No. 05 Tentang Buletin teknis Penyusutan. 17) Buletin Teknis No. 04 tentang Penyajian dan pengungkapan belanja Pemerintah. 18) Buletin teknis No.06 tentang Akuntansi Piutang 19) Buletin teknis No. 07 tentang Akuntansi dana bergulir 20) Buletin teknis 08 tentang Akuntansi Utang 21) Buletin teknis 09 tentang Akuntansi Aset tetap. Standar Akuntansi pemerintah yang dikeluarkan oleh KSAP dalam rangka pelaksanaan PP No. 71 Tahun 2010 antara lain: 1) Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah 2) PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan 3) PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran 4) PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas 5) PSAP Nomor 04 tentang Catatan Atas Laporan Keuangan 6) PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan 7) PSAP Nomor 06 tentang tentang akuntansi investasi 16

8) PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap 9) PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi konstruksi dalam pengerjaan 10) PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban 11) PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa. 12) PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian 13) PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional. Pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan mengacu pada International Public Sector Accounting Standard (IPSAS), dengan memperhatikan peraturan perundangan serta kondisi Indonesia. Standar Akuntansi Pemerintahan bukan sesuatu yang statis tetapi akan terus berkembang mengikuti perkembangan praktik akuntansi dan teori yang ada. 17

BAB III METODE PENELITIAN Obyek penelitian ini adalah penyajian laporan keuangan pemerintah daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan menganalisis perbedaan antara PP 25 2004 ke PP 71 tahun 2010. Kemudian menyajikan pokok-pokok perbedaan kedua peraturan pemerintah tersebut. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan memaparkan penyajian laporan keuangan pemerintah menurut PP No 24 tahun 2005 dengan PP No 71 Tahun2010. Kemudian memberikan contoh format implemetasi kedua peraturan tersebut pada laporan keuangan pemerintah daerah. Adapun komponen laporan keuangan yang dianalisis adalah Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. 18

BAB IV PEMBAHASAN Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi, dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010. Sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010, penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah dapat menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010. PP 24 Tahun 2005 masih dilaksanakan dalam rangka proses transisi penyusunan laporan keuangan berbasis Kas Menuju Akrual kepada penyusunan laporan keuangan berbasis akrual. Substansi PP 24 Tahun 2005 ini dinyatakan dalam Lampiran II PP 71 Tahun 2010 tentang SAP. 4.1 Struktur Sap Berbasis Akrual (PP 71 Tahun 2010) Reformasi dibidang akuntansi, terutama dalam penerapan akuntansi berbasisi akrual baik untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sudah dimulai pada tahun anggaran 2008. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai pengganti PP Nomor 24 Tahun 2005. PP 71 merupakan penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual, paling lambat harus diterapkan empat tahun setelah 19

peraturan ini diterbitkan. Akan tetapi, PP No 24 tahun 2005 masih bisa diterapkan pada masa transisi. Adanya peraturan pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 membawa konsekuensi pada perubahan dan penambahan baik pada pernyataan maupun ayatayat yang ada pada pernyataan tersebut. Penambahan pernyataan standar akuntansi yaitu pada pernyataan (PSAP) Nomor 12 tentang Laporan Operasional (LO). Adapun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai berikut : Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) terdiri dari: 1) PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan 2) PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran; 3) PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas; 4) PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; 5) PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; 6) PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan; 7) PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi; 8) PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap; 9) PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan; 10) PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban; 11) PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa; 12) PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; dan 13) PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional. 20

4.2 Akuntansi Berbasis Akrual Akuntansi berbasis akrual merupakan suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Akuntansi berbasis akrual, mengisyaratkan waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat. Pelaporan berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan. Akuntansi pemerintah berbasis akrual memungkinkan pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Pemerintah juga dapat mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumberdaya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumberdaya tersebut. Kelebihan yang diperoleh dari penerapan akuntansi akrual untuk menggambarkan berlangsungnya esensi transaksi atau kejadian serta tergambarkannya informasi operasi atau kegiatan. Dalam sektor komersial, gambaran perkembangan operasi atau kegiatan ini dituangkan dalam Laporan Laba Rugi. Sedangkan dalam akuntansi pemerintah, laporan sejenis ini diciptakan dalam bentuk Laporan Operasional atau Laporan Surplus/Defisit. Entitas pemerintah melaporkan secara transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang ditanggung untuk 21

menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus/defisit operasional merupakan penambah atau pengurang ekuitas/kekayaan bersih entitas pemerintahan bersangkutan. SAP Berbasis Akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan, sedangkan untuk pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (pasal 7 PP 71 tahun 2010). 4.3 Komponen Laporan Keuangan Peraturan Pemerintah tahun 71 mengakomodasi dua jenis pelaporan, yaitu laporan pelaksanaan anggaran dan laporan finansial. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Sedangkan laporan finansial terdiri dari neraca, Laporan Operasional, Arus Kas, Catatan Atas Laporan Keuangan dan laporan perubahan ekuitas. Laporan keuangan yang harus disusun oleh Pemda berdasarkan PP 71 ada enam jenis laporan keuangan yaitu: Laporan Realisasi Anggaran; Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL); Neraca; Laporan Arus Kas; Laporan Operasional Laporan Perubahan Ekuitas; Catatan atas Laporan Keuanggan. Secara garis besar, penjelasan tentang jenis-jenis laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Laporan Realisasi Anggaran 22

Meskipun basis yang harus digunakan adalah basis akrual, khusus untuk LRA masih menggunakan cash basis yang menyajikan informasi realisasi pendapatan-lra, belanja transfer surplus/defisit LRA dan belanja, transfer, surplus/defisit-lra, dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Struktur LRA tidak ada perubahan yang terdiri dari: Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, Surplus/defisit- LRA, Pembiayaan, Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA). 2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Laporan ini melaporkan mutasi Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang merupakan akumulasi saldo SiLPA/SiKPA dari LRA, adapun struktur SAL adalah sebagai berikut: Saldo Anggaran Lebih awal; Penggunaan Saldo Anggaran Lebih; Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan; Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; danlain-lain 3) Neraca Merupakan laporan keuangan yang telah menerapkan basis akrual, karena itu tidak terdapat perbedaan signifikan hanya saja ada sedikit tambahan pos-pos didalam sisi asset dan perubahan format pada sisi ekuitas, dimana ekuitas dana tidak dirinci kedalam EDL, EDI dan EDC tapi merupakan jumlah total selisih antara asset dan kewajiban, perubahan itu jadi membuat format neraca lebih sederhana. format neraca terdiri dari Aset, Kewajiban dan Ekuitas (tanpa dirinci lebih lanjut ke EDL, EDI, EDC). 4) Laporan Operasional 23

Format laporan operasional terdiri dari: Pendapatan-LO dari kegiatan operasional, Beban dari kegiatan operasional, Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada, Pos luar biasa, bila ada, Surplus/defisit-LO. perbedaan signifikan LO dan LRA terletak pengakuan belanja dan beban. Di atas telah dijelaskan bahwa penyusunan LRA masih menggunakan kas basis dalam arti kata pengakuan belanja di LRA adalah sebesar kas yang dikeluarkan dari kas daerah, juga pendapatan diakui pada saat diterima dikas daerah. Sedangkan pengakuan beban pada laporan operasional adalah juga meliputi kewajiban/biaya yang timbul meskipun belum dibayar tidak semata-mata melihat apakah kas tersebut sudah keluar atau belum dari kas daerah. hal yang sama juga berlaku pada pengakuan pendapatan yaitu pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut. Pengertian timbulnya hak tersebut perlu dijelaskan bahwa timbulnya harus ditandai dengan suatu dokumen yang menyatakan bahwa benar-benar hak tersebut diperkirakan dapat direalisasikan. Dalam pengertian ini tidak termasuk potensi-potensi sumbersumber daya yang belum dieksploitasi (national resources), misalnya kandungan minyak, kandungan batu bara, ikan, hutan, dan sebagainya. 5) Laporan Perubahan Ekuitas Menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos: Ekuitas awal Surplus/Defisit LO pada periode bersangkutan, dan koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas dana. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) merupakan kelanjutan dari Laporan Operasional (LO) dan pengembangan dari Neraca. LPE merupakan laporan keuangan tambahan menurut PP No.71 Tahun 2010 dan tidak terdapat dalam PP No. 24 tahun 2005. LPE merupakan artikulasi dengan LO dan Neraca. 24

4.4 Perbedaan Umum Antara Pp 24 Tahun 2004 Dan Pp 71 Tahun 2010 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan. Jika pada PP Nomor 24 Tahun 2005 diatur mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Kas Menuju Akrual maka pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 terbagi atas 2 (dua) lampiran yaitu (SAP) berbasis Akrual dan berbasis Kas Menuju Akrual. Berikut ini disajikan Pokok-Pokok Perbedaan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dengan SAP Berbasis Akrual. Tabel 4.1 Perbedaan antara PP 24 Tahun 2005 dan PP 71 Tahun 2010 NO KETERANGAN PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010 Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintah 1 Penyusutan Aset Tetap Tidak diuraikan dalam kerangka konseptual Aset yang digunakan pemerintah, kecuali beberapa aset tertentu seperti tanah, mempunyai masa manfaat dan kapasitas yang terbatas. Seiring dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset (Par 16) 2 Entitas Akuntansi Belum ada uraian mengenai Entitas Akuntansi 3 Entitas Pelaporan a) Pemerintah Pusat; b) Pemerintah Daerah; c) satuan organisasi di lingkungan Pemerintah Pusat/Daerah atau organisasi lainnya yang diwajibkan menyajikan LK menurut peraturan Per-UU-an (Par 25 Terdapat uraian mengenai Entitas Akuntansi Selain sebagaimana disebutkan pada CTA, ditegaskan pula bahwa entitas pelaporan termasuk kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat (Par 22)

NO KETERANGAN PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010 19) 4 Peranan Laporan Keuangan 5 Komponen Laporan Keuangan Pelaporan diperlukan untuk kepentingan: - Akuntabilitas; - Manajemen; - Transparansi; dan - Keseimbangan antar generasi (Par 22) a. LRA -Pendapatan -Belanja -Transfer -Pembiayaan b. Neraca Aset Kewajiban Ekuitas Dana (Ekuitas dana lancar, investasi dan dana cadangan) 26 Pelaporan diperlukan untuk kepentingan: - Akuntabilitas; - Manajemen; - Transparansi; dan - Keseimbangan antar generasi - Evaluasi Kinerja (Par 25) Keuangan Pokok o LRA o Laporan Perubahan SAL o Neraca o Laporan Operasional (LO) Laporan Keuangan Pokok o LRA o Neraca o LAK o CaLK (Par 25) o LAK Laporan yang o Bersifat optional o Laporan Kinerja Keuangan (LKK) o Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) (par 26) o CaLK (Par 28) 6 Basis Akuntansi Basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam LRA Basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca (Par 39) 7 Unsur Laporan Keuangan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Basis akrual untuk pengakuan pendapatan-lo, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas (Par 42) Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas. Bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual. (Par 44) Unsur Laporan Keuangan Laporan Pelaksanaan Anggaran a. LRA -Pendapatan-LRA -Belanja -Transfer -Pembiayaan b. Laporan Perubahan SAL Laporan Finansial a. Neraca

NO KETERANGAN PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010 (Par 57-77) - Aset - Kewajiban c. Laporan Kinerja Keuangan Laporan realisasi pendapatan (basis akrual) & belanja (basis akrual) bersifat OPTIONAL - Ekuitas (Par 60-83) b. Laporan Operasional (LO) - Pendapatan-LO - Beban - Transfer - Pos Luar Biasa d. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Kenaikan dan penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan tahun sebelumnya - bersifat OPTIONAL e. Laporan Arus Kas -Penerimaan Kas -Pengeluaran Kas c. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Kenaikan dan penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan tahun sebelumnya d. Laporan Arus Kas -Penerimaan Kas -Pengeluaran Kas e. CalK 8 Pengakuan Unsur Laporan Keuangan f. CaLK Pengakuan Pendapatan (Par 88) Pendapatan menurut basis akrual diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan menurut basis kas diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan. Pengakuan Belanja (Par 89) 27 Pengakuan Pendapatan (Par 95) Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan Pengakuan Belanja dan Beban (Par96-97) Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset,

NO KETERANGAN PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010 Belanja menurut basis akrual diakui pada saat timbulnya kewajiban atau pada saat diperoleh manfaat. Belanja menurut basis kas diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan 9 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan Menggunakan nilai perolehan Historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal (Par 90) Menggunakan nilai perolehan Historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran/ penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. (Par 98) PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan 1 Basis Akuntansi Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana.(par 5) Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis akrual (Par 5) Penggunaan sepenuhnya basis akrual bersifat 28

NO KETERANGAN PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010 optional (Par 6) 2 Definisi Pendapatan: adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. (Par 8) Belanja: semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. (Par 8) Surplus/Defisit: selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan. 29 Pendapatan-LRA: semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan-LO: hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.(par 8) Belanja: semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Beban: penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. (Par 8) Surplus/Defisit-LRA:selisih lebih/kurang antara pendapatan-lra dan belanja selama satu periode pelaporan. Surplus/Defisit-LO: selisih antara pendapatan-lo dan beban selama satu periode

NO KETERANGAN PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010 pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/ defisit dari kegiatan non operasional dan pos luar biasa. 3 Informasi Laporan Keuangan Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset (Par 8) Tidak ada Tidak ada Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: -Aset; -Kewajiban; -Ekuitas dana; -Pendapatan; -Belanja; -Transfer; -Pembiayaan; dan -Arus kas. (Par 11) Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. (Par 8) Pos luar biasa: pendapatan luar biasa/ beban luar biasa yg terjadi karena kejadian atau transaksi yg bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan. Saldo Anggaran Lebih adalah gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan (Par 8) -Aset; -Kewajiban; -Ekuitas; -Pendapatan-LRA; -Belanja; -Transfer; -Pembiayaan; -Saldo anggaran lebih -Pendapatan-LO; -Beban; dan -Arus kas. (Par 11) 30

NO KETERANGAN PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010 4 Komponen Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pokok - LRA - Neraca - LAK - CaLK (Par 14) - Laporan yang bersifat optional -Laporan Kinerja Keuangan (LKK) -Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) (par 20) Laporan Keuangan Pokok 1. Laporan Pelaksanaan Anggran - LRA - Laporan Perubahan SAL 2. Laporan Finansial - Neraca - Laporan Operasional (LO) - LAK - Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) 3. CaLK (Par 14) Setiap entitas pelaporan menyajikan komponen-komponen laporan keuangan tersebut kecuali: LAK yang hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (Par 15) 31 Setiap entitas pelaporan menyajikan komponenkomponen laporan keuangan tersebut kecuali : LAK yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum; Laporan Perubahan SAL yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasiannya. (Par 15) Entitas pelaporan pemerintah pusat juga menyajikan Saldo Anggaran Lebih pemerintah yang mencakup Saldo Anggaran Lebih tahun sebelumnya, penggunaan Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) tahun berjalan, dan penyesuaian lain yang diperkenankan (Par 18) Entitas pelaporan menyajikan kekayaan bersih pemerintah yang mencakup ekuitas awal, surplus/defisit periode

NO KETERANGAN PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010 bersangkutan, dan dampak kumulatif akibat perubahan kebijakan dan kesalahan mendasar (Par 22) 5 Laporan Realisasi Anggaran 6 Laporan Perubahan SAL Diperlukan dalam rangka memenuhi kewajiban pemerintah yang diatur dalam peraturan perundangan (statutory) Tidak ada laporan tersendiri idem Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut: a. Saldo Anggaran Lebih awal; b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih; c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan; d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan e. Lain-lain; f. Saldo Anggaran Lebih Akhir. (Par 41) 7 Neraca Ekuitas Dana terbagi; Ekuitas Dana Lancar: selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran/saldo anggaran lebih Ekuitas Dana Investasi: mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, 32 Hanya Ekuitas, yaitu kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas (Par 84-85)

NO KETERANGAN PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010 dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang Ekuitas Dana Cadangan: mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan. (Par 78-81) 8 Laporan Arus Kas Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (Par 15) Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran (Par 86) 9 Laporan Kinerja Keuangan Bersifat optional Disusun oleh entitas pelaporan yang menyajikan laporan berbasis akrual Sekurangkurangnya menyajikan pos-pos : a) Pendapatan dari kegiatan operasional; b) Beban berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi ekonomi; c) Surplus atau defisit. (Par 20 & 86) Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum (Par 15) Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris (Par 90) TIDAK ADA 33

4.5 Persamaan dan Perbedaan Antara Pos-Pos Neraca antara PP 24 Tahun 2005 dan PP 71 Tahun 2010. PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010 Aset Aset Aset Lancar Aset Lancar... Penyisihan Piutang 34

DAFTAR PUSTAKA Ardi, H. 2013. Perspektif Kritis: Kosep dan Aplikasi Penysunan Laporan Keuangan Berbasis PP Nomor 71 Tahun 2010. Borgonovi, E dan Pessina, E A 1977. Accountability and Acounting in Publik Administration: a Framework. The 6 th. CIGAR Conference of Local Government Accounting. Paris. Bastian, Indra, 2010. Akuntansi Sektor Publik. Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik.di Indonesia. Jakarta: Erlangga Mustofa, H. 2006. Basis Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Sinaga, J.2006. Jurnal Korolari Dalam Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan. 35