Pertemuan 5 KEBIJAKAN HUKUM CYBERCRIME

dokumen-dokumen yang mirip
Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

Keamanan Sistem Informasi

CYBER LAW & CYBER CRIME

Pertemuan 11. Pembahasan. 1. Pengertian Cyber law 2. Ruang Lingkup Cyber Law 3. Perangkat hukum Cyber law

Pembahasan. 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE 4. Celah Hukum Cybercrime. I. Cyberlaw. I.

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/30/2014 nts/epk/ti-uajm 2

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME. A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta

INFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

Bab 2 Etika, Privasi

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (PUSTEKKOM KEMENDIKBUD)

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

CYBERCRIME & CYBERLAW

1. Para Penyedia Layanan Aplikasi Dan/Atau Konten Melalui Internet (Over

Penapisan dan pemblokiran konten internet, bolehkah? Oleh: Wahyudi Djafar Peneliti Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM)

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

Asas dan Tujuan. dengan tujuan untuk: Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hokum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN CYBERCRIME (CRIMINAL LAW POLICY IN PREVENTING CYBERCRIME)

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

BAB II PENGATURAN KEJAHATAN INTERNET DALAM BEBERAPA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah perilaku

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S I S A W A K T U. 2. Internet pertama kali dikembangkan oleh salah satu lembaga riset di Amerika Serikat, yaitu..

HUKUM TELEMATIKA (CYBER CRIME LAW) RUSSEL BUTARBUTAR, SH.,ST.,MH.,MM

informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEJAHATAN CYBER CRIME DI INDONESIA. Oleh : Dheny Wahyudi 1. Abstract

15 Februari apa isi rpm konten

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 4/7/2014 nts/epk/ti-uajm 2

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

OPTIMALISASI CYBERLAW UNTUK PENANGANAN CYBERCRIME PADA E- COMMERCE

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

Balikpapan, 19 Agustus

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

CONTOH KASUS CYBER CRIME (KEJAHATAN DI DUNIA MAYA)

Pertemuan 1 TINJAUAN UMUM

Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik, Sistem Elektronik, Transaksi Elektronik

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK SEBAGAI TINDAK PIDANA NON KONVENSIONAL.

PERANAN PEMERINTAH DALAM PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

Penerapan Pancasila dalam Dunia Maya

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN CYBER CRIME

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku mayarakat dan peradaban manusia secara global. Di

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

REVISI UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) STOP SPREADING FAKE NEWS, STOP THE [1] RUMOURS, STOP HOAX

Indonesia termasuk negara yang tertinggal dalam hal pengaturan undang-undang ite. UU yang mengatur ITE di Indonesia dikenal denga

Mewujukan Netizen Cilik yang Berbudaya Bali

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

PENANGANAN KONTEN NEGATIF BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

cybercrime Kriminalitas dunia maya ( cybercrime

POIN PENTING DALAM UU ITE

Widaningsih 1 Abstrak

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

KOMPUTER FORENSIK DALAM HUKUM INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

Syarat dan Ketentuan Layanan Loketraja.com. (Terms and Conditions)

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

I. PENDAHULUAN. Globalisasi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I. Daftar Pertanyaan kepada Unit IV Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus

SISTEM PAKAR UNTUK IDENTIFIKASI KEJAHATAN DUNIA MAYA. Oleh : MEILANY NONSI TENTUA

Oleh : Agus Priyanto, M.Kom

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIV/2016 Frasa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya dalam UU ITE

CAKRAWALA HUKUM Perjalanan Panjang Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Oleh : Redaksi

Peraturan Tertulis dan Tidak Tertulis. Tim Dosen PTIK

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR:SE/06/X/2015 TENTANG PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) DI MEDIA SOSIAL

BAB VII. Cyberlaw : Hukum dan Keamanan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Penyalahgunaaan TIK serta Dampaknya

CERDAS ber-media SOSIAL SERI DIGITAL LITERASI RELAWANTIK INDONESIA

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI JARINGAN INTERNET MELALUI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG ITE

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

Perspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif

Transkripsi:

Pertemuan 5 KEBIJAKAN HUKUM CYBERCRIME

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE 4. Celah HukumCybercrime

I. Cyberlaw Hukum pada prinsipnya merupakan pengaturan terhadap sikap tindakan (prilaku) seseorang dan masyarakat dimana akan ada sangsi bagi yang melanggar. Alasan Cyberlaw itu diperlukan menurut Sitompul (2012:39) sebagai berikut : 1. Masyarakat yang ada di dunia virtual ialah masyarakat yang berasal dari dunia nyata yang memiliki nilai dan kepentingan 2. Mesikpun terjadi di dunia virtual, transaksi yang dilakukan oleh masyarakat memiliki pengaruh dalam dunia nyata

Lanjutan Cyberlaw adalah hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya) yang umumnya diasosiasikan dengan internet. Cyberlaw merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai online dan memasuki dunia cyber atau maya.

II. Ruang Lingkup Cyber Law Jonathan Rosenoer dalam Cyber law, the law of internet mengingatkan tentang ruang lingkup dari cyber law diantaranya : Hak Cipta (Copy Right) Hak Merk (Trademark) Pencemaran nama baik (Defamation) Fitnah, Penistaan, Penghinaan (Hate Speech) Serangan terhadap fasilitas komputer (Hacking, Viruses, Illegal Access) Pengaturan sumber daya internet seperti IP-Address, domain name Kenyamanan Individu (Pri

Ruang Lingkup Cyber Law (Cont) Prinsip kehati-hatian (Duty care) Tindakan kriminal biasa yang menggunakan TI sebagai alat Isu prosedural seperti yuridiksi, pembuktian, penyelidikan dll Kontrak / transaksi elektronik dan tanda tangan digital Pornografi Pencurian melalui Internet Perlindungan Konsumen Pemanfaatan internet dalam aktivitas keseharianseperti e- commerce, e-government, e-education dll

III.Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE Latar Belakang UU ITE Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) adalah undang undang pertama di Indonesia yang secara khusus mengatur tindak pidana cyber. Berdasarkan surat Presiden RI. No.R./70/Pres/9/2005 tanggal 5 September 2005, naskah UU ITE secara resmi disampaikan kepada DPR RI. Pada tanggal 21 April 2008, Undang-undang ini di sahkan Dua muatan besar yang diatur dalam UU ITE adalah : 1. Pengaturan transaksi elektronik 2. Tindak pidana cyber

Pengaturan Tindak Pidana TI dan Transaksi Elektronik Tindak pidana yang diatur dalam UU ITE diatur dalam Bab VII tentang perbuatan yang dilarang, perbuatan tersebut dikategorikan menjadi kelompok sebagai berikut: 1. Tindak Pidana yang berhubungan dengan ativitas illegal, yaitu : a. Distribusi atau penyebaran, transmisi, dapat diaksesnya konten ilegal (kesusilaan, perjudian, berita bohong dll) b. Dengan cara apapun melakuka akses illegal c. Intersepsi illegal terhadap informasi atau dokumen elektronik dan sistem elektronik

Lanjutan 2. Tindak Pidana yang berhubungan dengan gangguan (interfensi), yaitu : a. Gangguan terhadap informasi atau dokumen elektronik b. Gangguan terhadap sistem elektronik 3. Tindak Pidana memfasilitas perbuatan yng dilarang 4. Tindak Pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik 5. Tindak Pidana Tambahan dan 6. Perberatan-perberatan terhadap ancaman pidana

IV. Celah Hukum Cybercrime Pada dasarnya sebuah undang-undang dibuat sebagai jawaban hukum terhadap persoalan yang ada di masyarakat. Namun pada pelaksanaannya tak jarang suatu undangundang yang sudah terbentuk menemui kenyataan yang mungkin tidak terjangkau saat undang-undang di bentuk

Lanjutan Faktor yang mempengaruhi munculnya kenyataan diatas, yaitu : 1. Keterbatasan manusia memprediksi secara akurat apa yang terjadi di masa yang akan datang 2. Kehidupan masyarakat manusiaa baik sebagai kelompok dan bangsa 3. Pada saat undang-undang diundangkan langsung konservatif

Lanjutan Menurut Suhariyanto (2012) celah hukum kriminalisasi cybercrime yang ada dalam UU ITE, diantaranya : 1. Pasal pornografi di internet (cyberporn) 2. Pasal perjudian di internet (Gambling on line) 3. Pasal penghinaan dan atau Pencemaran nama baik di internet 4. Pasal pemerasan dan atau pengancaman melalui internet 5. Penyebaran berita bohong dan penghasutan melalui internet 6. Profokasi melalui internet

1. Pasal pornografi di internet (cyberporn) Pasal 27 ayat 1 UU ITE berbunyi : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan Pertama, pihak yang memproduksi dan yang menerima serta yang mengakses tidak terdapat aturannya Kedua, definisi kesusilaannya belum ada penjelasan batasannya

2. Pasal perjudian di internet (Gambling on line) Dalam pasal 27 ayat 2 UU ITE berbunyi : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian Bagi pihak-pihak yang tidak disebutkan dalam teks pasal tersebut, akan tetapi terlibat dalam acara perjudian di internet misalnya : para penjudi tidak dikenakan pidana

3. Pasal penghinaan dan atau Pencemaran nama baik di internet Pasal 27 ayat 3 UU ITE, berbunyi : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan /atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik Pembuktian terhadap pasal tersebut harus benar-benar dengan hati-hati karena dapat dimanfaatkan bagi oknum yang arogan

4. Pasal pemerasan dan atau pengancaman melalui internet Pasal 27 ayat 4 UU ITE, berbunyi : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman. UU ITE tidak/atau belum mengatur mengenai cyber terorisme yang ditujukan ke lembaga atau bukan perorangan

5. Penyebaran berita bohong dan penghasutan melalui internet Pasal 28 Ayat 1 berbunyi : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik Pihak yang menjadi korban adalah konsumen dan pelakunya produsen, sementara dilain pihak bisa jadi yang menjadi korban sebaliknya

6. Profokasi melalui internet Pasal 28 Ayat 2 yaitu : Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Dipasal tersebut di sebutkan istilah informasi dan tidak dijelaskan informasi yang seperti apa

1. Hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya) yang umumnya diasosiasikan dengan internet. Disebut dengan a. Cybercrime b. Cyberlaw c. Cybershoot d. Cyberspace e. Cybernet Latihan soal Pertemuan V 2. Dalam ruang lingkup cyberlaw Fitnah, Penistaan, Penghinaan, disebut juga... a. Defamation b. Hate speech c. Trademark d. Copyright e. Dutycare

Latihan soal Pertemuan V 2. Dalam ruang lingkup cyberlaw Fitnah, Penistaan, Penghinaan, disebut juga... a. Defamation b. Hate speech c. Trademark d. Copyright e. Dutycare 3. Berdasarkan surat Presiden RI. No.R./70/Pres/9/2005 tanggal 5 September 2005, naskah UU ITE secara resmi disampaikan kepada DPR RI. Dan disahkan pada a. 21 April 2008 b. 11 April 2008 c. 01 April 2008 d. 10 April 2008 e. 28 April 2008

Latihan soal Pertemuan V 3. Berdasarkan surat Presiden RI. No.R./70/Pres/9/2005 tanggal 5 September 2005, naskah UU ITE secara resmi disampaikan kepada DPR RI. Dan disahkan pada a. 21 April 2008 b. 11 April 2008 c. 01 April 2008 d. 10 April 2008 e. 28 April 2008 4. Dua muatan besar yang diatur dalam UU ITE diantaranya adalah : a. Tampilan web b. Masa aktif hosting web c. Pengaturan transaksi elektronik d. Pengesahan dokumen e. Penempatan informasi

Latihan soal Pertemuan V 4. Dua muatan besar yang diatur dalam UU ITE diantaranya adalah : a. Tampilan web b. Masa aktif hosting web c. Pengaturan transaksi elektronik d. Pengesahan dokumen e. Penempatan informasi 5. Yang bukan merupakan celah hukum kriminalisasi cybercrime yang ada dalam UU ITE,adalah : a. Pasal pornografi di internet (cyberporn) b. Pasal perjudian di internet (Gambling on line) c. Pasal Sanksi d. Pasal penghinaan dan atau Pencemaran nama baik di internet e. Pasal pemerasan dan atau pengancaman melalui internet

Latihan soal Pertemuan V 5. Yang bukan merupakan celah hukum kriminalisasi cybercrime yang ada dalam UU ITE,adalah : a. Pasal pornografi di internet (cyberporn) b. Pasal perjudian di internet (Gambling on line) c. Pasal Sanksi d. Pasal penghinaan dan atau Pencemaran nama baik di internet e. Pasal pemerasan dan atau pengancaman melalui internet 1. Hukum yang digunakan di dunia cyber (dunia maya) yang umumnya diasosiasikan dengan internet. Disebut dengan a. Cybercrime b. Cyberlaw c. Cybershoot d. Cyberspace e. Cybernet