S A T N A D N AR A R A K A U K NT N A T N A S N I S



dokumen-dokumen yang mirip
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI ASET TETAP KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI ATAS BARANG MILIK NEGARA

BAB II DASAR TEORI. A. Pengertian Aset Tetap. 1. Definisi Aset Tetap. Aset tetap memiliki peranan besar dalam organisasi atau

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAP DALAM KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

BUPATI POLEWALI MANDAR

AKUNTANSI ASET TETAP

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 07

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sejak diwajibkannya penyusunan Laporan Posisi Keuangan sebagai bagian dari

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURW OREJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK/ KEKAYAAN DAERAH BUPATI PURWOREJO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 4 SERI F NOMOR 300

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 09 AKUNTANSI ASET TETAP

Makalah Konstruksi Dalam Pengerjaan BAB I PENDAHULUAN

BAB IX SISTEM AKUNTANSI ASET TETAP

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK )

AKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 07 LAMPIRAN I.08 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TANGGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Syaiful, SE, Ak., MM*

Pertanggungjawaban Barang Milik Negara pada Kementerian Negara/Lembaga

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

BUPATI PAKPAK BHARAT. NOMOR l0 TAHUN 20{ f

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUNGA RAMPAI STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN TAHUN 2016

BUNGA RAMPAI 2016 STUDI KASUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN. Untuk Periode Januari s.d. Juni Tahun 2016 KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB IX KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/KM.12/2001 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 61 TAHUN 2012

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

KEBIJAKAN PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG KAPITALISASI ASET TETAP KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LUWU

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

Arsip Seksi PKN, KPKNL Semarang

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/KM.12/2001 TENTANG

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/KM.12/2001 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK DAERAH

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN


PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BLITAR

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 14 AKUNTANSI ASET TETAP

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

Akuntansi Satuan Kerja

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BULETIN TEKNIS NO. 04 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN BELANJA PEMERINTAH. Mei 2007

Buletin Teknis Nomor 14 Tentang Akuntansi Kas. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Page ii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENGAKUAN DAN PENILAIAN ASET TETAP

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT ABSTRAK

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 03 NERACA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BULETIN TEKNIS AKUNTANSI KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR 14 OMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KATA PENGANTAR. Beberapa hal yang diubah antara lain:

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

Sosialisasi PP 71 /2010 tentang SAP Akrual. A. B. Triharta

MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK DAERAH

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERIODE TAHUN ANGGARAN 2013

BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN SKPD

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Jenis Tahun 2014 Tahun 2013

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017

PERATURAN WALIKOTA JAYAPURA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 Tahun 2007.

tedi last 11/16 Definisi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015

Transkripsi:

Buletin Teknis STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Nomor 01 Nomor 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT AKUNTANSI ASET TETAP KOMITE OMITE STANDAR STANDAR AKUNTANSI AKUNTANSI PEMERINTAHAN PEMERINTAHAN

BULETIN TEKNIS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BULETIN TEKNIS 0 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAP

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Sekretariat : Gedung Prijadi Praptosuhardjo III, Lantai Jl. Budi Utomo No. Jakarta, Indonesia Telepon/Faksimile : + 1 1 http://www.ksap.org e-mail : webmaster@ksap.org ksap@yahoo.com

Buletin Teknis Akuntansi Aset Tetap KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 0 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa: 1. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) dapat dilengkapi dengan Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);. Buletin Teknis disusun dan diterbitkan oleh KSAP; Dengan ini KSAP menetapkan Buletin Teknis Nomor 0 tentang Akuntansi Aset Tetap. Jakarta, Desember 0 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Binsar H. Simanjuntak Ketua A.B. Triharta Sonny Loho Sugijanto Hekinus Manao Jan Hoesada Yuniar Yanuar Bambang Pamungkas Wakil Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Dwi Martani Anggota Komite Standar Akuntansi Pemerintahan i

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan BAB II AKUNTANSI TANAH A. Definisi Tanah B. Pengakuan Tanah C. Pengukuran Tanah/Penilaian Tanah D. Penyajian dan Pengungkapan Tanah E. Contoh Kasus BAB III AKUNTANSI PERALATAN DAN MESIN A. Definisi Peralatan dan Mesin B. Pengakuan Peralatan dan Mesin C. Pengukuran Peralatan dan Mesin D. Penyajian dan Pengungkapan Peralatan dan Mesin E. Contoh Kasus BAB IV AKUNTANSI GEDUNG DAN BANGUNAN 1 A. Definisi Gedung dan Bangunan 1 B. Pengakuan Gedung dan Bangunan 1 C. Pengukuran Gedung dan Bangunan 1 D. Penyajian dan Pengungkapan Gedung dan Bangunan 1 E. Contoh Kasus 1 BAB V AKUNTANSI JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN 0 A. Definisi Jalan, Irigasi, dan Jaringan 0 B. Pengakuan Jalan, Irigasi, dan Jaringan 0 C. Pengukuran Jalan, Irigasi, dan Jaringan 1 D. Penyajian dan Pengungkapan Jalan, Irigasi, dan Jaringan E. Contoh Kasus BAB VI AKUNTANSI ASET TETAP LAINNYA A. Definisi Aset Tetap Lainnya B. Pengakuan Aset Tetap Lainnya C. Pengukuran Aset Tetap Lainnya D. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Lainnya E. Contoh Kasus Komite Standar Akuntansi Pemerintahan -i-

BAB VII AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN A. Definisi Konstruksi Dalam Pengerjaan B. Pengakuan Konstruksi Dalam Pengerjaan 1 C. Pengukuran Konstruksi Dalam Pengerjaan D. Penyajian dan Pengungkapan Konstruksi Dalam Pengerjaan E. Contoh Kasus BAB VIII PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN AWAL ASET TETAP 0 A. Definisi Pengeluaran Setelah Perolehan Awal Aset Tetap 0 B. Pengakuan Pengeluaran Setelah Perolehan Awal 0 C. Pengukuran Pengeluaran Setelah Perolehan Awal 0 D. Contoh Kasus 1 BAB IX PERTUKARAN ASET TETAP A. Definisi Pertukaran Aset Tetap B. Pengakuan Aset Tetap Hasil Pertukaran C. Pengukuran Aset Tetap Hasil Pertukaran D. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Hasil Pertukaran E. Contoh Kasus BAB X PENGHENTIAN DAN PELEPASAN ASET TETAP BAB XI RENOVASI ASET TETAP BAB XII REKLASIFIKASI DAN KOREKSI ASET TETAP A. Reklasifikasi Aset Tetap B. Koreksi Aset Tetap BAB XIII ASET TETAP DI LUAR NEGERI A. Pendahuluan B. Pengakuan Aset Tetap di Luar Negeri C. Pengukuran Aset Tetap di Luar Negeri D. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap di Luar Negeri E. Contoh Kasus BAB XIV HUBUNGAN ANTARA BELANJA DAN PEROLEHAN ASET TETAP A. Jenis Belanja B. Sumber Belanja 1 DAFTAR PUSTAKA Komite Standar Akuntansi Pemerintahan -ii-

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak ditetapkannya kewajiban penyusunan neraca sebagai bagian dari laporan keuangan pemerintah, pengakuan/pencatatan, pengukuran/penilaian, dan penyajian serta pengungkapan aset tetap menjadi fokus utama, karena aset tetap memiliki nilai yang sangat signifikan dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Akuntansi aset tetap telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 0 (PSAP 0) dari Lampiran PP Tahun 00, maupun PSAP 0 dari Lampiran II PP 1 Tahun 0. PSAP 0 tersebut memberikan pedoman bagi pemerintah dalam melakukan pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan aset tetap berdasarkan peristiwa (events) yang terjadi, seperti perolehan aset tetap pertama kali, pemeliharaan aset tetap, pertukaran aset tetap, perolehan aset dari hibah/donasi, dan penyusutan. Aset tetap dalam PSAP 0 didefinisikan sebagai aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Lebih lanjut, dalam Paragraf, aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Aset tetap dibagi menjadi klasifikasi, yaitu: 1. Tanah;. Peralatan dan Mesin;. Jalan, Irigasi, dan Jaringan;. Aset Tetap Lainnya; dan. Konstruksi dalam Pengerjaan. Namun demikian, pada saat penerapan PSAP 0 oleh pemerintah, dirasakan masih banyak kendala, antara lain: 1. Bagaimana menentukan komponen biaya penunjang yang dapat dikapitalisasi sebagai nilai aset tetap. Apakah honorarium panitia pelaksana kegiatan, honorarium panitia pengadaan, dan honorarium panitia pemeriksa, serta biaya lain yang sifatnya menunjang pelaksanaan pengadaan dan/atau pembangunan aset tetap, dapat dikapitalisasi.. Apakah aset tetap yang dikuasai secara fisik namun bukti kepemilikannya tidak ada dapat diakui sebagai aset tetap milik pemerintah, dan sebaliknya bagaimana dengan aset tetap yang memiliki bukti kepemilikan yang sah namun dikuasai oleh pihak lain (warga).. Bagaimana menentukan klasifikasi suatu aset tetap yang lokasinya melekat pada aset tetap lain. Misalnya lift dan gedung, pagar dan gedung, gedung dan pelataran parkir, gedung dan taman, taman dan pagar, gedung kantor dan bangunan ibadah, apakah pencatatan dan pengukurannya dipisahkan atau dijadikan satu klasifikasi.. Bagaimana menentukan nilai perolehan awal, apabila dalam perolehan aset tetap tersebut biaya penunjangnya tidak hanya untuk aset tetap yang bersangkutan.. Apabila terdapat perubahan dalam batasan nilai kapitalisasi aset tetap, apakah aset tetap yang berada di bawah batasan nilai kapitalisasi yang baru dapat dihapus dari aset tetap.. Bagaimana menentukan biaya pemeliharaan yang dapat dikapitalisasi dalam nilai aset tetap. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan -1-

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0. Bagaimana penyajian dan pengungkapan aset tetap yang pengadaan/ pembangunannya diperuntukkan bagi pihak lain.. Bagaimana penyajian dan pengungkapan aset tetap yang diperoleh secara cost sharing.. Bagaimana pengakuan dan penyajian serta pengungkapan biaya pemeliharaan untuk penggantian atas kerusakan yang diakibatkan dari suatu aset tetap milik pihak lain. Contoh: Pemerintah Pusat mengeluarkan dana untuk pembuatan tanggul untuk menanggulangi lumpur Lapindo di Sidoarjo. Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut di atas, maka diperlukan suatu penjelasan lebih lanjut mengenai pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan aset tetap. B. Tujuan Buletin Teknis ini disusun dengan tujuan agar terdapat kesamaan pemahaman dan persepsi tentang aset tetap pada lingkungan pemerintah dan juga sebagai pedoman dalam mengakui, mengukur, dan menyajikan serta mengungkapkan aset tetap. Buletin Teknis ini disusun berdasarkan urutan topik dalam PSAP 0, dengan harapan agar memudahkan pembaca dalam mencari referensi sesuai topik dalam PSAP 0. Buletin Teknis ini menjelaskan secara detail mengenai: 1. Pengakuan;. Pengukuran; dan. Penyajian dan Pengungkapan. Untuk memberikan gambaran mengenai penerapan akuntansi aset tetap, Buletin Teknis ini juga dilengkapi dengan contoh transaksi yang dilengkapi dengan ilustrasi jurnal. Ilustrasi jurnal pada Pemerintah Pusat disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku, sedangkan untuk ilustrasi jurnal pada pemerintah daerah didasarkan pada praktek akuntansi yang umum berlaku, karena sistem akuntansi pada satu pemerintah daerah dapat berbeda dengan pemerintah daerah lainnya. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan --

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 BAB II AKUNTANSI TANAH A. Definisi Tanah Tanah yang termasuk dalam aset tetap dalam PSAP 0 Paragraf 0 adalah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam klasifikasi tanah ini adalah tanah yang digunakan untuk gedung, bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan. Lebih lanjut, PSAP 0 menyediakan pembahasan tersendiri mengenai akuntansi tanah, yaitu pada Paragraf 0 sampai dengan yang mengatur mengenai kepemilikan tanah dan pengakuan tanah di luar negeri. B. Pengakuan Tanah Berdasarkan PSAP 0 Paragraf 1, Tanah dapat diakui sebagai aset tetap apabila memenuhi (empat) kriteria berikut: (1) mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (dua belas) bulan, () biaya perolehan aset dapat diukur secara andal, () tidak dimaksudkan untuk dijual, dan () diperoleh dengan maksud untuk digunakan. Berdasarkan hal tersebut, apabila salah satu kriteria tidak terpenuhi maka tanah tersebut tidak dapat diakui sebagai aset tetap milik pemerintah. Pengadaan tanah pemerintah yang sejak semula dimaksudkan untuk diserahkan kepada pihak lain tidak disajikan sebagai aset tetap tanah, melainkan disajikan sebagai persediaan. Misalnya, apabila Kementerian Perumahan Rakyat mengadakan tanah yang di atasnya akan dibangun rumah untuk rakyat miskin. Pada Neraca Kementerian Perumahan Rakyat, tanah tersebut tidak disajikan sebagai aset tetap tanah, namun disajikan sebagai persediaan. Lebih lanjut PSAP 0 Paragraf 0 mengatur bahwa pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah. Begitu pula PSAP 0 paragraf 1 menyatakan bahwa persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan atau kepenguasaannya berpindah. Hak kepemilikan tanah didasarkan pada bukti kepemilikan tanah yang sah berupa sertifikat, misalnya Sertifikat Hak Milik (SHM), Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB), dan Sertifikat Pengelolaan Lahan (SPL). Berdasarkan hal tersebut, untuk contoh kasus di atas, Kementerian Perumahan Rakyat tetap mengakui/ mencatat tanah sebagai persediaan sebelum berita acara penyerahan dan sertifikat tanah diserahkan kepada masing-masing rakyat yang berhak. Pada praktiknya, masih banyak tanah-tanah pemerintah yang dikuasai atau digunakan oleh kantor-kantor pemerintah, namun belum disertifikatkan atas nama pemerintah. Atau pada kasus lain, terdapat tanah milik pemerintah yang dikuasai atau digunakan oleh pihak lain karena tidak terdapat bukti kepemilikan yang sah atas tanah tersebut. Terkait dengan kasus-kasus kepemilikan tanah dan penyajiannya dalam laporan keuangan, Buletin Teknis ini memberikan pedoman sebagai berikut: 1. Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang sah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.. Dalam hal tanah dimiliki oleh pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan, bahwa tanah tersebut dikuasai atau digunakan oleh pihak lain. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan --

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1. Dalam hal tanah dimiliki oleh suatu entitas pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh entitas pemerintah yang lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan pada neraca entitas pemerintah yang mempunyai bukti kepemilikan, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau menggunakan tanah cukup mengungkapkan tanah tersebut secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.. Perlakuan tanah yang masih dalam sengketa atau proses pengadilan: a. Dalam hal belum ada bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. b. Dalam hal pemerintah belum mempunyai bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. c. Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. d. Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, namun adanya sertifikat ganda harus diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Tanah dapat diperoleh melalui pembelian, pertukaran aset, hibah/donasi, dan lainnya. Tanah yang diperoleh melalui pembelian dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan (belanja), sehingga nilai perolehan tanah diakui berdasarkan nilai belanja yang telah dikeluarkan. Pada umumnya, pembelian tanah dianggarkan dalam belanja modal, sehingga pengakuan aset tetap tanah didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan mengurangi Kas Umum Negara/Daerah. Jurnal pengakuan belanja modal tersebut adalah: Pemerintah Pusat: Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga (K/L) Belanja Modal Tanah Piutang dari Kas Umum Negara (Untuk mencatat realisasi belanja modal perolehan tanah) Komite Standar Akuntansi Pemerintahan --

Bendahara Umum Negara (BUN) Belanja Modal Tanah Kas Umum Negara Pemerintah Daerah: (Untuk mencatat realisasi belanja modal perolehan tanah) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Belanja Modal Tanah Rekening Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (RK-PPKD) (Untuk mencatat realisasi belanja modal tanah) Bendahara Umum Daerah (BUD) RK-SKPD Kas Umum Daerah 1 (Untuk mencatat realisasi pengeluaran kas untuk belanja modal tanah) Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD mengakui tanah yang harus disajikan di neraca melalui jurnal korolari. Jurnal korolari untuk pengakuan perolehan tanah adalah sebagai berikut: K/L/SKPD Tanah Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1 1 (Untuk mencatat perolehan Tanah) BUN/BUD tidak melakukan jurnal korolari, karena aset tanah diakui di neraca K/L/SKPD. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan --

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 Tanah wakaf Tanah yang digunakan/dipakai oleh instansi pemerintah yang berstatus tanah wakaf tidak disajikan dan dilaporkan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, melainkan cukup diungkapkan secara memadai pada Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). C. Pengukuran/Penilaian Tanah PSAP 0 Paragraf menyatakan bahwa aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Berdasarkan PSAP 0 Paragraf 1, tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak seperti biaya pengurusan sertifikat, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang akan dimusnakan yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut. Apabila perolehan tanah pemerintah dilakukan oleh panitia pengadaan, maka termasuk dalam harga perolehan tanah adalah honor panitia pengadaan/pembebasan tanah, belanja barang dan belanja perjalanan dinas dalam rangka perolehan tanah tersebut. PSAP 0 Paragraf 1 lebih jauh menjelaskan bahwa tidak seperti institusi nonpemerintah, pemerintah tidak dibatasi satu periode tertentu untuk kepemilikan dan/atau penguasaan tanah yang dapat berbentuk hak pakai, hak pengelolaan, dan hak atas tanah lainnya yang dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, setelah perolehan awal tanah, pemerintah tidak memerlukan biaya untuk mempertahankan hak atas tanah tersebut. Tanah memenuhi definisi aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada PSAP 0. Biaya yang terkait dengan peningkatan bukti kepemilikan tanah, misalnya dari status tanah girik menjadi SHM, dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah. Kepemilikan pemerintah atas tanah di luar negeri mungkin dibatasi oleh waktu sesuai hukum serta perundang-undangan yang berlaku di negara bersangkutan, sehingga kepemilikannya bersifat tidak permanen. Dalam hal demikian, biaya yang timbul atas perolehan hak (semacam hak guna/pakai atau hak pengelolaan) tersebut perlu disusutkan/diamortisasi. Biaya yang timbul atas penyelesaian sengketa tanah, seperti biaya pengadilan dan pengacara tidak dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah. Pengukuran suatu aset tetap harus memperhatikan kebijakan pemerintah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Namun, untuk aset tetap berupa tanah, berapapun nilai perolehannya seluruhnya dikapitalisasi sebagai nilai tanah. Aset tetap tanah disajikan dalam neraca sesuai dengan biaya perolehan atau sebesar nilai wajar pada saat tanah tersebut diperoleh. Berdasarkan Paragraf, aset tetap tanah tidak disusutkan. D. Penyajian dan Pengungkapan Tanah Tanah disajikan di neraca dalam kelompok Aset Tetap sebesar biaya perolehan atau nilai wajar pada saat aset Tanah diperoleh. Selain itu, dalam Catatan atas Laporan Keuangan diungkapkan pula: a. Dasar penilaian yang digunakan untuk nilai tercatat (carrying amount) Tanah. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan --

1 1 1 1 1 1 1 1 0 b. Kebijakan akuntansi sebagai dasar kapitalisasi tanah, yang dalam hal tanah tidak ada nilai satuan minimum kapitalisasi tanah. c. Rekonsiliasi nilai tercatat Tanah pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: Penambahan (pembelian, hibah/donasi, pertukaran aset, reklasifikasi, dan lainnya); Perolehan yang berasal dari pembelian direkonsiliasi dengan total belanja modal untuk tanah; Pengurangan (penjualan, penghapusan, reklasifikasi). E. Contoh Kasus 1. Perolehan tanah melalui pembelian tunai (pembebasan lahan) Pada tanggal 1 Juni 00, SKPD XX pada Pemda Kabupaten XY melakukan pembelian sebidang tanah dari seorang warga yang akan dipergunakan untuk bangunan kantor. Dalam perolehan tanah tersebut terdapat pengeluaran untuk nilai tanah Rp1, miliar, pajak Rp juta, biaya notaris dan balik nama Rp0 juta, honorarium panitia pengadaan sebesar Rp juta rupiah dan panitia pemeriksa barang sebesar Rp juta rupiah. Pengeluaran tersebut dianggarkan dalam belanja modal. Pembelian tersebut dilakukan secara tunai. Biaya perolehan tanah adalah sebesar: Biaya perolehan Jumlah (Rp) Harga beli tanah 1.00.000.000 Biaya notaris dan balik nama 0.000.000 Pajak.000.000 Honorarium Panitia Pengadaan.000.000 Honorarium Panitia Pemeriksa.000.000 Jumlah 1.1.000.000 Jurnal yang dibuat oleh SKPD XX untuk pengakuan belanja modal adalah: Belanja Modal 1.1.000.000 RK-PPKD 1.1.000.000 1 (Untuk mencatat realisasi belanja modal perolehan tanah) Jurnal korolari untuk mengakui tanah: Tanah 1.1.000.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.1.000.000 (Untuk mencatat perolehan tanah) Komite Standar Akuntansi Pemerintahan --

Jurnal yang dibuat oleh BUD adalah: RK SKPD 1.1.000.000 Kas Umum Daerah 1.1.000.000 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 (Untuk mencatat realisasi pengeluaran kas untuk belanja modal tanah). Perolehan Tanah melalui Hibah/Donasi Perolehan tanah melalui hibah/donasi tidak melibatkan pengeluaran uang secara riil dalam bentuk belanja, namun demikian mengacu pada paragraf PSAP pencatatan belanja harus dilakukan dengan cara menaksir nilai barang tersebut dan pada saat bersamaan juga diakui pendapatannya. Selain itu, penambahan aset tetap karena hibah/donasi juga disajikan pada neraca. Contoh: Pemda Kabupaten XY menerima hibah aset tanah dari warga yang diperuntukkan bagi gedung sekolah dasar. Berdasarkan berita acara serah terima dan berita acara hibah, SKPD yang menerima tanah tersebut adalah SKPD YX. Tanah tersebut diketahui merupakan tanah warisan keluarga dan nilai wajar untuk tanah tersebut pada tanggal penyerahan adalah Rp00.000.000. Berdasarkan Kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh Pemda bersangkutan aset hibah tersebut hanya boleh diterima oleh Bupati selaku pimpinan tertinggi entitas pelaporan. Selanjutnya, bupati akan menyerahkan penguasaan dan pengelolan aset dimaksud kepada satker SKPD YX yang secara struktural diberi tugas dan kewenangan untuk mengelola aset dimaksud. Dengan demikian, transaksi penerimaan hibah dimaksud akan dicatat dalam Jurnal SKPKD, selaku pusat pembukuan entitas pelaporan, dan SKPD YX, selaku entitas akuntansi, sebagai diilustrasikan berikut ini: Pada saat aset tetap hibah diterima oleh Bupati, maka SKPKD akan membuat jurnal: RK-PPKD 00.000.000 Pendapatan hibah 00.000.000 (Untuk mencatat penerimaan pendapatan karena adanya aset hibah) Selanjutnya, sehubungan dengan penyerahan pengelolaan aset hibah oleh Bupati kepada kepada satker, maka SKPKD akan mencatat dengan jurnal sebagai berikut: Komite Standar Akuntansi Pemerintahan --

Belanja Modal-Tanah 00.000.000 RK-PPKD 00.000.000 (Untuk mencatat penyerahan pengelolaan aset hibah kepada SKPD YX) SKPD YX yang menerima penyerahan pengelolaan tanah hibah dari Bupati akan mencatat aset dimaksud dengan jurnal sebagai berikut: Tanah 00.000.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap (Untuk mencatat penerimaan tanah hibah dari SKPKD) 00.000.000 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan --

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 BAB III AKUNTANSI PERALATAN DAN MESIN A. Definisi Peralatan dan Mesin Peralatan dan mesin berdasarkan PSAP 0 Paragraf mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 1 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Peralatan dan mesin memiliki variasi terbanyak dalam kelompok aset tetap. Peralatan dan mesin ini dapat berupa alat-alat berat, alat kantor, alat angkutan, alat kedokteran, alat komunikasi, dan lain sebagainya. B. Pengakuan Peralatan dan Mesin Berdasarkan PSAP 0 Paragraf suatu barang berwujud dapat diakui sebagai aset tetap apabila mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (dua belas) bulan, biaya perolehan aset dapat diukur secara andal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas, dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. Peralatan dan mesin yang diperoleh dan yang dimaksudkan akan diserahkan kepada pihak lain, tidak dapat dikelompokkan dalam aset tetap Peralatan dan Mesin, tapi dikelompokkan kepada aset persediaan. Misalkan Pemda Kabupaten AA melalui Dinas Pendidikan mengadakan perlengkapan sekolah yang terdiri dari komputer sebanyak 0 unit. Sumber pendanaan adalah APBD yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Berdasarkan ketentuan penggunaan DAK pelaksanaan kegiatan tersebut ditujukan untuk sekolah yang dikelola oleh yayasan. Berdasarkan hal tersebut, komputer tersebut tidak dapat diakui sebagai aset tetap peralatan dan mesin karena ditujukan untuk sekolah yang dikelola oleh yayasan. Komputer tersebut disajikan dalam kelompok persediaan. Pengakuan peralatan dan mesin dapat dilakukan apabila terdapat bukti bahwa hak/kepemilikan telah berpindah, dalam hal ini misalnya ditandai dengan berita acara serah terima pekerjaan, dan untuk kendaraan bermotor dilengkapi dengan bukti kepemilikan kendaraan. Perolehan peralatan dapat melalui pembelian, pembangunan, atau pertukaran aset, hibah/donasi, dan lainnya. Perolehan melalui pembelian dapat dilakukan dengan pembelian tunai dan angsuran. Perolehan melalui pembelian dan pembangunan dilakukan melalui mekanisme pelaksanaan kegiatan dan pengeluaran belanja modal. Sehingga terdapat (dua) jurnal, yaitu jurnal untuk mencatat transaksi belanja dan jurnal korolari untuk mencatat pengakuan aset tetap peralatan dan mesin. Jurnal untuk mencatat transaksi belanja modal Pemerintah Pusat: K/L Belanja Modal Peralatan dan Mesin Piutang dari Kas Umum Negara (Untuk mencatat realisasi belanja modal perolehan Peralatan dan Mesin) Komite Standar Akuntansi Pemerintahan --

1 1 1 1 1 1 1 1 0 BUN Pemerintah Daerah: SKPD Belanja Modal Peralatan dan Mesin Kas Umum Negara (Untuk mencatat realisasi belanja modal perolehan Peralatan dan Mesin) BUD Belanja Modal Peralatan dan Mesin RK-PPKD (Untuk mencatat realisasi belanja modal Peralatan dan Mesin) RK-SKPD Kas Umum Daerah (Untuk mencatat realisasi pengeluaran kas untuk belanja modal Peralatan dan Mesin) Atas belanja modal tersebut, K/L/SKPD akan mengakui Peralatan dan Mesin yang harus disajikan di neraca melalui jurnal korolari. Jurnal korolari untuk pengakuan perolehan Peralatan dan Mesin adalah sebagai berikut: K/L/SKPD Peralatan dan Mesin C. Pengukuran Peralatan dan Mesin Diinvestasikan dalam Aset Tetap (Untuk mencatat perolehan Peralatan dan Mesin) Berdasarkan PSAP 0 tersebut, peralatan dan mesin dinilai dengan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh. Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan --

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 Pengukuran Peralatan dan Mesin harus memperhatikan kebijakan pemerintah mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Kebijakan nilai satuan minimum ini dapat berbeda-beda pada pemerintah daerah, sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing. Untuk Pemerintah Pusat, ketentuan mengenai nilai satuan minimum mengacu kepada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 01/KMK.1/001 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah, dimana nilai satuan minimum perolehan peralatan dan mesin adalah Rp00.000. Dengan demikian jika biaya perolehan peralatan dan mesin kurang dari Rp00.000, maka perlatan dan mesin tersebut tidak dapat diakui dan disajikan sebagai aset tetap. PSAP 0 Paragraf menyatakan bahwa, aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Metode penyusutan dijabarkan secara tersendiri dalam Buletin Teknis Nomor 0 tentang Akuntansi Penyusutan. D. Penyajian dan Pengungkapan Peralatan dan Mesin Peralatan dan Mesin disajikan di Neraca dalam kelompok Aset Tetap sebesar biaya perolehannya atau nilai wajar pada saat perolehan. Selain itu, dalam Catatan Atas Laporan Keuangan diungkapkan pula: a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount) Peralatan dan Mesin. b. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Peralatan dan Mesin. c. Rekonsiliasi nilai tercatat Peralatan dan Mesin pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: Penambahan (perolehan, reklasifikasi dari Konstruksi dalam Pengerjaan, dan penilaian); Perolehan yang berasal dari pembelian/pembangunan direkonsiliasi dengan total belanja modal untuk Peralatan dan Mesin; Pengurangan (penjualan, penghapusan, dan penilaian). d. Informasi penyusutan Peralatan dan Mesin yang meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode. E. Contoh Kasus Pada tanggal 0 Juni 00, SKPD YY pada Pemda Propinsi YZ melakukan pembelian komputer sebanyak unit. Nilai komputer tersebut adalah Rp0 juta, dan selain itu terdapat biaya instalasi sebesar Rp1,1 juta. Selain itu dalam komponen belanja modal terdapat honorarium panitia pelaksana kegiatan sebesar Rp, juta, dan biaya perjalanan dinas sebesar Rp00 ribu. Pembelian tersebut dilakukan secara tunai. Biaya perolehan komputer adalah sebesar: Biaya perolehan Jumlah (Rp) Harga beli komputer 0.000.000 Biaya Instalasi 1.0.000 Honorarium Panitia Pelaksana.00.000 Biaya Perjalanan Dinas 00.000 JUMLAH.000.000 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan --

Jurnal yang dibuat oleh SKPD YY untuk pengakuan belanja modal adalah: Belanja Modal Peralatan dan Mesin.000.000 RK-PPKD.000.000 (Untuk mencatat realisasi belanja modal perolehan Peralatan dan Mesin) Jurnal korolari untuk mengakui Peralatan dan Mesin: Peralatan dan Mesin.000.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap.000.000 (Untuk mencatat perolehan Peralatan dan Mesin) Jurnal yang dibuat oleh BUD adalah: RK SKPD.000.000 Kas Umum Daerah.000.000 (Untuk mencatat realisasi pengeluaran kas untuk belanja modal peralatan dan Mesin) Komite Standar Akuntansi Pemerintahan -1-

1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 BAB IV AKUNTANSI GEDUNG DAN BANGUNAN A. Definisi Gedung dan Bangunan PSAP 0 Paragraf menyatakan bahwa Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam kelompok Gedung dan Bangunan adalah gedung perkantoran, rumah dinas, bangunan tempat ibadah, bangunan menara, monumen/bangunan bersejarah, gudang, gedung museum, dan ramburambu. Gedung dan bangunan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan gedung dan bangunan yang ada di atasnya. Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud dimasukkan dalam kelompok Tanah. Gedung bertingkat pada dasarnya terdiri dari komponen bangunan fisik, komponen penunjang utama yang berupa mechanical engineering (lift, instalasi listrik beserta generator, dan sarana pendingin Air Conditioning), dan komponen penunjang lain yang a.l. berupa saluran air dan telpon. Masing-masing komponen mempunyai masa manfaat yang berbeda, sehingga umur penyusutannya berbeda, serta memerlukan pola pemeliharaan yang berbeda pula. Perbedaan masa manfaat dan pola pemeliharaan menyebabkan diperlukannya subakun pencatatan yang berbeda untuk masing-masing komponen gedung bertingkat, misalnya menjadi sebagai berikut: Gedung: Bangunan Fisik Taman, Jalan, dan Tempat Parkir, Pagar Instalasi AC Instalasi Listrik dan Generator Lift Penyediaan Air, Saluran Air Bersih, dan Air Limbah Saluran Telepon Disarankan agar akuntansi pengakuan gedung bertingkat diperinci sedemikian rupa, sehingga setidak-tidaknya terdapat perincian per masing-masing komponen bangunan yang mempunyai umur masa manfaat yang sama. Data untuk perincian tersebut dapat diperoleh pada dokumen penawaran yang menjadi dasar kontrak konstruksi pekerjan borongan bangunan. B. Pengakuan Gedung dan Bangunan PSAP 0 Paragraf menyatakan bahwa: Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria: (a). Mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (dua belas) bulan; (b). Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; (c). Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan (d). Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan -1-