PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,



dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 29 (29/1948) Peraturan tentang pemberantasan penimbunan barang penting PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

PP 63/1948, PEMBATASAN PENGELUARAN BAHAN MAKANAN DAN TERNAK...

UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 1948 TENTANG PEMBERANTASAN PENIMBUNAN BARANG PENTING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

Peraturan Pemerintah (PP) 1948 No. 22 (22/1948) PEGAWAI. PENGALAMAN KERJA, Peraturan tentang penghargaan pengalaman kerja PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1948 TENTANG PEMBATASAN PENGELUARAN BAHAN MAKANAN DAN TERNAK DARI DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 1948 TENTANG PENETAPAN HARGA BARANG-BARANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 28 (28/1948) Peraturan tentang Pasal alat pembayaran Luar Negeri. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1951 TENTANG PENIMBUNAN BARANG-BARANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1948 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 1948 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 33/1948, PEMERINTAHAN MILITER DI DAERAH JAWA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1954 TENTANG PENETAPAN PERATURAN ISTIRAHAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1946 TENTANG KEADAAN BAHAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1948 TENTANG GAJI PEGAWAI NEGERI 1948 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1954 TENTANG. PENETAPAN PERATURAN ISTIRAHAT BURUH (Lembaran Negara No.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG 1946 NOMOR 22 TENTANG PENCATATAN NIKAH, NIKAH, TALAK DAN RUJUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 1948 TENTANG PENETAPAN HARGA BARANG-BARANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Presiden Republik Indonesia,


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN BADAN-BADAN KEHAKIMAN. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG (UU) 1946 No. 18 (18/1946) UANG, KEWAJIBAN MENYIMPAN UANG. Peraturan tentang kewajiban menyimpan uang dalam bank.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1956 TENTANG URUSAN PEMBELIAN MINYAK KAYU PUTIH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 Tentang : Pendaftaran Tanah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DI ATASNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN BADAN-BADAN KEHAKIMAN DAN KEJAKSAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Perlu mengadakan beberapa perubahan didalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1948 tentang Peraturan Kecelakaan 1947;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1948 TENTANG PENGUMPULAN BAHAN MAKANAN DAN DISTRIBUSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1952 TENTANG DAFTAR SUSUNAN PANGKAT DAN KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

UU 32/1947, MEMUSATKAN SEGALA URUSAN SEKOLAH SEKOLAH LANJUTA...

UANG LOGAM LARANGAN MENGUMPULKAN PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1946 TENTANG PEMBENTUKAN PUSAT PERKEBUNAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 19. (19/1948) Peraturan tentang susunan dan kekuasaan Badan-badan Kehakiman. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor:32 TAHUN 1954 (32/1954) ; Tanggal:26 OKTOBER 1954 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (PERPU) NOMOR 27 TAHUN 1959 (27/1959) TENTANG BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1959 TENTANG PAJAK HASIL BUMI. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN DAERAH TIDAK AMAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL.

UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 12. (12/1948) Peraturan tentang Undang-undang Kerja Tahun PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1949 TENTANG PEMBERIAN UANG TUNGGU KEPADA PEGAWAI NEGERI YANG DIBERHENTIKAN SEMENTARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1949 TENTANG PENGESAHAN PERATURAN WAKIL PERDANA MENTERI PENGGANTI PERATURAN PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1960 TENTANG PERUNTUKAN DAN PENGGUNAAN TANAH ANCOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 44/1948, MENGADAKAN BALAI PENDIDIKAN AHLI HUKUM

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1951 TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK PENJUALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTAPRAJA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) Nomor 7 Tahun 1953 (7/1953)

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA (UUDRT) NOMOR 21 TAHUN 1951 (21/1951) TENTANG PENGENAAN TAMBAHAN OPSENTEN ATAS BENSIN DAN SEBAGAINYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENYESUAIAN PEGAWAI DALAM P.G.P. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1954 TENTANG PEMBATASAN PERUSAHAAN PENGGILINGAN PADI DAN PENYOSOHAN BERAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1948 TENTANG SEKOLAH TINGGI HUKUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1948 TENTANG MENDIRIKAN SEKOLAH TINGGI HUKUM. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1959 TENTANG SUMPAH KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA BADAN PENGAWAS KEGIATAN APARATUR NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 1964 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA (UUDRT) NOMOR 17 TAHUN 1951 (17/1951) TENTANG PENIMBUNAN BARANG-BARANG. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERGUDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU- BAU,

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1964 TENTANG. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DI PERUSAHAAN SWASTA (Lembaran Negara No. 93 Tahun 1964)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1955 TENTANG PENGAWASAN TERHADAP URUSAN KREDIT. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Keuangan Negara perlu diperkuat; b. bahwa atas beberapa jenis tembakau belum dikenakan cukai;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1954 TENTANG PENETAPAN PERATURAN ISTIRAHAT BURUH. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1947 INSTRUKSI UNTUK WALI-KOTA DISELURUH INDONESIA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL [LN 1981/11, TLN 3193]

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN KEHUTANAN NEGARA JAWA TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG (STOOM ORDONNANTIE) VERORDENING STOOM ORDONNANTIE 1930 ATAU DENGAN KATA DALAM BAHASA INDONESIA UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN PEMBAGIAN BERAS UNTUK PEGAWAI NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PENGUASA PERANG TERTINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1960 TENTANG PENGHENTIAN SEMENTARA SEGALA KEGIATAN-KEGIATAN POLITIK

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 25 TAHUN 1959 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 10 TAHUN 1959 TENTANG PEMBATALAN HAK-HAK PERTAMBANGAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1948 TENTANG UNDANG-UNDANG KERJA TAHUN 1948 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1956 TENTANG URUSAN PEMBELIAN MINYAK KAYU PUTIH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PP 59/1951, PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI TETAP. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:59 TAHUN 1951 (59/1951) Tanggal:13 SEPTEMBER 1951 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 05 TAHUN 1963 TENTANG SURAT HUTANG LANDREFORM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1953 TENTANG

Berita Resmi Pemerintah Daerah Kotapraja Yogyakarta Triwulan ke IV Tahun Nomor: 4 Peraturan Daerah Kotapraja Yogyakarta Tahun 1960

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 21. (21/1948) Peraturan tentang menambah dan mengubah Undang - undang tahun 1947 No. 12, tentang Pajak Radio.

UNDANG-UNDANG DARURAT (UUDRT) NOMOR 19 TAHUN 1950 (19/1950) TENTANG PERATURAN PENSIUN DAN ONDERSTAND KEPADA PARA ANGGOTA TENTARA ANGKATAN DARAT

Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DIATASNYA

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN

Pasal-pasal 89 dan 38 ayat 2 dan 3 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.

Transkripsi:

Menimbang: Peraturan Pemerintah (PP) 1948 No. 20 (20/1948) BARANG PENTING. PENIMBUNAN. Peraturan tentang pemberian ijin kepada Pedagang untuk menimbun barang penting. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, pasal 3 ayat (2) dan (3) dari Undang-Undang tentang Penimbunan Barang Penting (Undang-Undang Nomor 29 tahun 1948) yang menghendaki Peraturan Pemerintah didalam peraturan mana ditentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pedagang untuk mendapat ijin menimbun barang-barang penting; Memutuskan: Menetapkan peraturan sebagai berikut: PERATURAN PEMERINTAH. Pasal 1. (1) Untuk mempunyai atau menyimpan beras, gabah, padi, menir, tepung beras, gula dan minyak tanah lebih dari pada jumlah termuat dalam pasal 3 ayat (1) dari Undang-Undang tentang penimbunan Barang Penting (Undang-Undang No. 29 tahun 1948) pedagang harus mempunyai surat ijin dari Kepala Jawatan Persediaan dan Pembagian Bahan makanan (P.P.B.M.) PUsat atau pegawai yang ditunjuknya. (2) Untuk mendapat surat ijin termaksud dalam ayat (1) pedagang yangberkepentingan harus memajukan surat permintaan kepada Kepala Jawatan Persediaan dan Pembagian Bahan makanan (P.P.B.M.) Pusat atau pegawai yang ditunjuknya. Pasal 2 Surat ijin termaksud dalam pasal 1 diberikan kepada: a. pedagang yang membeli, menerima atau menyimpan beras, gabah, padi, menir atau tepung beras semata-mata guna keperluan Pemerintah; b. pedagang yang mendapat gula atau minyak tanah dari Jawatan P.P.B.M. karena

pertukaran dengan bahan makanan; c. pedagang yang membeli guna langsung dari Kantor Penjualan Gula (K.P.G.) di Surakarta. Pasal 3. (1) Untuk mempunyai atau menyimpan garam lebih dari pada jumlah termuat dalam pasal 3 ayat (1) dari Undang-Undang tentang Penimbunan Barang Penting (Undang-Undang No. 29 tahun 1948) orang atau badan badan yang menghasilkan garam harus mempunyai surat ijin dari Kepala Jawatan Candu dan Garam atau pegawai yang ditunjuknya. (2) Untuk mendapat surat ijin termaksud dalam ayat (1) orang atau badan yang berkepentingan harus memajukan surat permintaan kepada Kepala Jawatan Candu dan Garam atau pegawai yang ditunjuknya. Pasal 4. Surat ijin termaksud dalam pasal 3 diberikan kepada orangatau badan yang mempunyai perusahaan pergaraman yang hasil garamnya rata-rata sehari lebih dari pada 100 (seratus) kilogram. Pasal 5. Surat ijin termaksud dalampasal 4 oleh Kepala jawatan Candu dan Garam atau pegawai yangditunjuknya dapat disertai perjanjian bahwa garam yang ditimbun tidak boleh melebihi jumlah yangtertentu. Pasal 6. (1) Surat ijin termaksud dalam pasal 1 dan 4 berlaku buat selama-lamanya 3 (tiga) bulan. (2) Surat ijin tersebut dalam ayat (1) sehabis masanya dapat diperpanjang oleh Kepala Jawatan yang berkepentyingan tiap-tiap kali buat selama-lamanya 3 (tiga) bulan. (3) Untuk memperpanjang surat ijin tersebut dalam ayat (1) orang atau badan yang berkepentingan harus memajukan surat permintaan kepada Kepala Jawatan Candu dan garam.

Pasal 7. Peraturan ini mulai berlaku pada hari berlakunya Undang-Undang tentang Penimbunan Barang penting (Undang-Undang No. 29 tahun 1948). Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 3 September 1948. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SOEKARNO. Menteri Persediaan Makanan Rakyat, I. J. KASIMO. Diumumkan Menteri keuangan a.i., pada tanggal 3 September 1948. MOHAMMAD HATTA. Wakil Sekretaris Negara, RATMOKO. Menteri Kemakmuran, SAFRUDIN PRAWIRANEGARA. PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 20 TAHUN 1948. UMUM. Peraturan Pemerintah ini bermaksud memberi kelonggaran kepada pedagang-pedagang untuk menimbun barang-barang penting. Adapun alasannya ialah: 1e. Untuk memungkinkan Pemerintah mengumpulkan bahan makanan dengan mempergunakan modal pedagang, dan dengan jalan menukarkan barang-barang yang dikuasai oleh Pemerintah; 2e. untuk memungkinkan Pemerintah mendapat uang tunai; 3e. untuk memungkinkan produsen garam menghasilkan garam secara besar-besaran. Oleh karena kelonggaran yang diberikan kepada pedagang-pedagang ini dapat memperkecil faedah Undang-Undang anti-penimbunan dan dari itu mengandung bahaya, maka kemungkinan pemberiankelonggaran dianggap sebagai perkecualian dan diikat dengan syarat-syarat yang tertentu.

Pun lamanya kelonggaran dibatasi juga, sekalipun tiap-tiap kali dapat diperpanjang lagi. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Menurut pasal 3 ayat (1) dari Undang-Undang tentang penimbunan Barang Penting (Undang-Undang No. 29 tahun 1948) maka tiap-tiap penimbunan barang penting harus disertai surat ijin bilamana jumlahnya: a. beras, gabah, padi, menir, dan tepung beras masing-masing melebihi 500 kg.; b. gula melebihi 500 kg.; c. minyak tanah melebihi 100 liter. Untuk mendapat surat ijin tersebut dlam ayat (1) maka pedagang harus memajukan surat permintaan kepada Kepala Jawatan P.P.B.M. Pusat atau pegawai yang ditunjuknya. Kepala jawatan atau pegawai yangditunjuknya hendaknya minta pertimbangan dahulu dari Kepala Daerah Kabupaten atau Karesidenan (termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Kota Surakarta) sebelum ia memberi surat ijin tersebut. Surat ijin bagi pedagang yang hendak membeli gula langsung dari Kantor Penjualan Gula di Surakarta diberi oleh Kepala Jawatan kepala Kantor Penjualan Gula tersebut. Tiap-tiap kali Kepala Jawatan atau pegawai yang ditunjuknya memberi surat ijin maka hal ini seketika diberitahukan kepada kepala Daerah Karesidenan (termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Kota Suarakarta) dan Kepolisian Karesidenan. Pasal 2. Pedagang hanya boleh membeli, menerima atau menyimpan beras, gabah, padi,menir atau tepung beras bilamana barang-barang ini semata-mata dipergunakan untuk keperluan Pemerintah. Barang-barang yang dituimbun tak boleh diperdagangkan atau dipakai untuk keperluan sendiri. Menurut kebiasaan pedagang serupa ini membuat kontrak dengan Jawatan P.P.B.M., dalam kontrak mana ditetapkan didaerah-daerah mana pedagang tersebut dapat membeli bahan makanan itu, ditempat-tempat mana bahan-bahan itu boleh disimpan, harga pembelian bahan-bahan yang boleh dibayar pedagang, kemudian harga penjualan bahan-bahan kepada Pemerintah. Karena modal yang diberikan oleh Pemerintah kepada Jawatan P.P.B.M. tidakmencukupi maka jawatan ini terpaksa mempergunakan gula dan minyak tanah

sebagai barang penukar. Pertukaran ini hanya dapat diselenggarakan dengan lancar, bilamana pedagang diberik kelonggaran menyimpan gula dan minyak tanah lebih dari pada jumlah termuat dlam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 29 tahun 1948, yaitu masing-masing 500 kg. dan 100 liter. Guna mencukupi biaya perusahaan-perusahaan gula, begitu pula guna lain-lain keperluan Pemerintah, maka Pemerintah terpaksa menjual gula secara besar-besaran. Penjualan ini dilakukan oleh Kantor Penjualan gula di Surakarta. Sudah terang bahwa penjualan ini tak akan dapat berjalan bilamana sipembeli tidak diberi kesempatan untuk menyimpan gula lebih dari 5000 kg. Oleh karena itu pedagang yang langsung beli gula dari K.P.G. diberi surat ijin termaksud dalam pasal 1 dari Peraturan Pemerintah ini. Pasal 3-4. Garam adalah bahan makanan penting yang produksinya amat kurang. Hasil perusahaan-perusahaan garam yang diselanggarakan oleh Pemerintah belum dapat mencukupi kebutuhan seluruh rakyat. Oleh karena itu usaha rakyat dalam lapangan ini harus dibantu sekuat-kuatnya. Larangan mempunyai atau menyimpang garam lebih dari 100 kg. akan mempersulit, mungkin akan membinasakan semua perusahaan garam secara besar-besaran. Maka perlu Kepala Jawatan Candu dan Garam atau pegawai yang ditunjuknya diberi hak membebaskan pengusaha-pengusaha garam dari peraturan anti-penimbunan. Syarat ialah bahwa orang atau badan yang dibebaskan itu benar-benar mempunyai perusahaan garam dan hasil garamnya cukup besar juga. Dalam pada itu hasil lebih dari 100 kg. rata-rata sehari dijadikan batas. Untuk mendapat surat ijin tersebut dalam pasal 3 ayat (1) maka orang atau badan yang berkepentingan harus memajukan surat permintaan kepada Kepala Jawatan Candu dan Garam di Surakarta atau pegawai yangditunjuknya. kepala jawatan atau pegawai yang ditunjuknya hendaknya minta pertimbangan dahulu dari Kepala Daerah Kabupaten atau Karesidenan (termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Kota Surakarta), sebelum ia memberi surat ijin tersebut. Tiap-tiap kali Kepala jawatan atau pegawai yangditunjuknya memberi surat ijin maka hal ini seketika diberitahukan kepada Kepala Daerah Karesidenan (termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Kota Surakarta) dan Kepala Kepolisian Karesidenan. Pasal 5. Untuk menjaga jangan sampai surat ijin termaksud dalam pasal 4 dipergunakan oleh pengusaha garam yang tidak jujur untuk menimbun garam secara besar-besaran,

hal mana dapat membayakan peredaran garam, maka jika dianggap perlu Kepala Jawatan Candu dan garam atau pegawai yang ditunjuknya berhak menentukan jumlah timbunan garam yang tak boleh dilampaui. Pasal 6. Surat ijin termaksud dalampasal 1 dan 4 dapat dipergunakan untuk keperluan-keperluan lain yang bukan mestinya, bilamana masa berlakunya tidak dibatasi. sebab itulah maka tiap-tiap surat ijin hanya berlaku buat selama-lamanya tiga bulan. Sehabis masa itu surat ijin tidak akan berlaku lagi. Tetapi jika dipandang perlu surat ijin dapat diperpanjang tiap-tiap kali buat selama-lamanya tiga bulan. Beberapa kali surat ijin dapat diperpanjang tidak dibatasi. Adapun juga berhak memperpanjang ialah semata-mata Kepala Jawatan sendiri bukan pegawai lain atau pegawai yang ditunjuknya. Untuk memperpanjang surat ijin orang atau badan yang berkepentingan harus memajukan surat permintaan kepada Kepala Jawatan yangbersangkutan. Sebelum memperpanjang surat ijin maka Kepala jawatan hendaknya minta pertimbangan dahulu dari kepala Daerah Kabupaten atau Karesidenan (termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan daerah Kota Surakarta). Tiap-tiap kaili Kepala Jawatan memperpanjang surat ijin maka hal ini seketika diberitahukan kepada Kepala Daerah Karesidenan (termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan daerah Kota Surakarta) dan Kepala Kepolisian Karesidenan.