UJI KESESUAIAN SEBAGAI ASPEK PENTING DALAM PENGAWASAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X DI FASILITAS RADIOLOGI DIAGNOSTIK



dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI COMPLIANCE TEST PESAWAT DENTAL INTRAORAL PADA SALAH SATU KLINIK GIGI DI KOTA PADANG

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : Fluoroskopi intervensional, QC, dosimetri, kualitas citra.

ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan

Uji Kesesuaian Pesawat Fluoroskopi Intervensional merek Philips Allura FC menggunakan Detektor Unfors Raysafe X2 di Rumah Sakit Universitas Andalas

TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK RADIOGRAFI ABSTRAK

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

UJI KESESUAIAN KUALITAS CITRA DAN INFORMASI DOSIS PASIEN PADA PESAWAT MAMMOGRAFI

ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

ANALISIS LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA X-RAY MOBILE DENGAN MENGGUNAKAN PIRANHA

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

Evaluasi dan Rekomendasi Kebijakan Hasil Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X

Acceptance Test Of Diagnostic X-Ray Merk GE Type XR 6000 In Radiodiagnostic And Radiotherapy Department Laboratory Of Health Polytechnic Of Semarang

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

PANDUAN UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

KAJIAN KESELAMA TAN RADIASI DALAM PERANCANGAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

PENGEMBANGAN SILABUS PELATIHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI PETUGAS PROTEKSI RADIASI BIDANG MEDIS

ANALISIS SEBARAN RADIASI HAMBUR CT SCAN 128 SLICE TERHADAP PEMERIKSAAN CT BRAIN

Pengembangan Peraturan Perundang-undangan berkaitan dengan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

PROGRAM PENGELOLAAN PERALATAN RADIOLOGI

ANALISIS PEMBENTUKAN GAMBAR DAN BATAS TOLERANSI UJI KESESUAIAN PADA PESAWAT SINAR-X DIAGNOSTIK

Jurnal MIPA 38 (2) (2015): Jurnal MIPA.

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

PERAN FISIKAWAN MEDIS DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DI BIDANG KESEHATAN: RADIOTERAPI, RADIODIAGNOSTIK, KEDOKTERAN NUKLIR

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

UJI IMAGE UNIFORMITY PERANGKAT COMPUTED RADIOGRAPHY DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

UJI EFISIENSI CELAH (SHUTTER) KOLIMASI PERALATAN SINAR-X DI LABORATORIUM DAN DUA INSTALASI RADIOLOGI RS LAHAN PKL JUR TRO POLTEKKES JAKARTA II

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar-

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

BAPETEN. Radiasi. Keselamatan. Pesawat Sinar X. Radiologi. Diagnostik. Intervensional.

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan

KAJIAN DAMPAK PENERAPAN BSS-115 DI FASILITAS RADIOTERAPI DAN INDUSTRI DI INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

a. bahwa uji kesesuaian pesawat sinar-x radiologi diagnostik dan intervensional perlu dioptimalkan tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

DAFTAR PERIKSA UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

ANALISIS PENGUKURAN LINIERITAS KELUARAN PADA PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM DI RSUD LANGSA. Hadi SAPUTRA NIM :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK)

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

TINJAUAN PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM FRZR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PERALATAN RADIOGRAFI INDUSTRI

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir (Lembaran Negara Repu

Uji Akurasi Tegangan Tinggi Alat Rontgen Radiography Mobile. Wadianto¹, Azis Muslim²

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

RESPON PHOTOSTIMULABLE PHOSPHOR (PSP) PADA COMPUTED RADIOGRAPHY TERHADAP AKURASI TEGANGAN TABUNG DAN LINIERITAS KELUARAN PESAWAT SINAR-X

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

TUPOKSI FISIKAWAN MEDIS

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN MENGENAI PENERAPAN KONSEP PEMBATAS DOSIS MERUPAKAN AMANAT PASAL 35 DAN 36 PP NO. 33 TAHUN 2007

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

EFFICIENCY TEST OF COLIMATOR SHUTTER AT THE X RAY TUBE IN RADIODIAGNOSTIC LABORATORY OF POLTEKKES JAKARTA 2 AND TWO CLINICAL HOSPITALS IN JAKARTA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

Transkripsi:

UJI KESESUAIAN SEBAGAI ASPEK PENTING DALAM PENGAWASAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X DI FASILITAS RADIOLOGI DIAGNOSTIK Puji Hastuti, Intanung Syafitri dan Wawan Susanto Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (P2STPFRZR)-BAPETEN, Jl. Gadjah Mada No. 08, Jakarta Pusat, 10120 Email : P.hastuti@bapeten.go.id; taft_gils@yahoo.co.id ABSTRAK. UJI KESESUAIAN SEBAGAI ASPEK PENTING DALAM PENGAWASAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X DI FASILITAS RADIOLOGI DIAGNOSTIK. Definisi kesesuaian (compliance) adalah kepatuhan atau kesesuaian terhadap peraturan perundangan dan peraturan pelaksanaannya. Dalam rangka melakukan pemenuhan kesesuaian terhadap persyaratan standar yang sesuai, maka perlu untuk dilakukan uji kepatuhan/kesesuaian (Compliance Test) terhadap pesawat sinar-x yang digunakan untuk paparan medik. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif yang menyatakan bahwa untuk memastikan dipatuhinya penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi pada paparan medik yaitu tingkat panduan paparan medik maka uji kesesuaian wajib dilakukan terhadap pesawat sinar-x untuk radiologi diagnostik dan intervensional. Tujuan dari uji kepatuhan atau kesesuaian pesawat sinar-x adalah terjaminnya keselamatan radiasi dalam pemanfaatan pesawat sinar-x. Berdasarkan hasil kajian P2STPFRZR-BAPETEN tahun 2007 tentang kajian protokol uji kesesuaian (compliance test) di fasilitas radiologi diagnostik dengan umur pesawat 1985-2007, maka terdapat beberapa parameter yang memiliki nilai penyimpangan yang melebihi batas toleransi (British Columbia) sehingga harus mendapatkan perhatian yang serius. Oleh karena itu uji kesesuaian merupakan aspek penting dalam pengawasan penggunaan pesawat sinar-x, karena dapat dijadikan pedoman bagi para pemilik instalasi dalam mengambil tindakan terbaik untuk meningkatkan proteksi radiasi. Kata kunci: uji kesesuian, pesawat sinar-x, keselamatan radiasi, pesawat sinar-x, batas toleransi ABSTRACT. COMPLIANCE TEST AS AN IMPORTANT ASPECTS IN CONTROLLING THE USE OF X- RAY DEVICE IN DIAGNOSTIC RADIOLOGY AND FACILITY. Definition of compliance is the compliance or confirmity to the legislation and implementation regulations. In order to perform the compliance requirements of the appropriate standard, the compliance test to the X-rays devices used for medical exposure should be done. This is in accordance with Government Regulation No. 33 of 2007 on Safety and Security of Ionizing Radiation and Radioactive Source that states to ensure the implementation of safety and radiation protection optimization in medical exposure, i.e exposure level guide in the medical must be done on x-ray plane for radiological diagnostik and intervensional. The objective of compliance test is to guarantee radiation safety in X-ray device practices. Based on the P2STPFRZR study in 2007 on Assessment of compliance test protocol in medical facility, there are some parameters that have value exceeds the limits of tolerance (British Columbia), so should get the seriously attention. Therefore compliance tests are important aspects in controlling the use of X-ray device, because it can be a guide for the installation owner to take action to improve their protection radiation. Keywords: compliance test, diagnostic radiology and intervensional, radiation safety, tolerance limit 269

1. PENDAHULUAN Sebagai upaya penerapan standar keselamatan radiasi, pada tahun 1995-1999 Badan Tenaga Nuklir Internasional (IAEA) mengadakan proyek riset terpadu tentang proteksi radiasi dalam radiologi diagnostik di beberapa negara Eropa Timur, kawasan Afrika, dan Asia termasuk Indonesia. Awalnya riset terpadu tersebut hanya untuk radiografi dan mencakup aspek optimisasi proteksi radiologik. Kemudian riset tersebut diperluas untuk fluoroskopi dan computed tomography (CT), dengan cakupan utamanya hanya dosis pasien dan jaminan mutu peralatan, serta tidak termasuk aspek reduksi dosis pasien dalam fluoroskopi dan CT. Tujuan utama dari riset terpadu tersebut adalah untuk menginisiasi program optimisasi proteksi radiasi di tiap negara yang berpartisipasi dengan mengintroduksi pelaksanaan jaminan mutu [1]. Hasil riset terkoordinasi terangkum dalam IAEA-TECDOC-1423 Tahun 2004 tentang Optimisasi proteksi radiologik pada pasien yang menjalani Pemeriksaan Radiografi, Fluoroskopi, dan Computed Tomography, yang menunjukkan bahwa program jaminan mutu memberikan dampak positif pada tujuan pokok tindakan radiologi diagnostik, dan uji fungsi atau kinerja pesawat sinar-x menjadi salah satu komponen utamanya. Untuk kondisi di Indonesia, dampak positif tersebut diantaranya terjadi penurunan secara signifikan jumlah film yang tertolak yaitu hampir 50%. Alasan penolakan film tersebut sebagian besar (70%) dikarenakan film terlalu gelap atau terang. Kedua hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi penyinaran (kvp, mas, dan HVL). Sedangkan sisanya karena posisi target kurang tepat atau bergerak sehingga secara medis tidak memenuhi persyaratan diagnosis. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tidak kongruennya berkas radiasi dengan kolimasi cahaya. Penurunan jumlah film yang tertolak berarti penurunan dosis pasien yang seharusnya tidak perlu diterima. Sesuai dengan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa apabila kinerja pesawat sinar- X buruk atau tidak sesuai dengan spesifikasi teknis dan operasionalnya maka akan memberikan dampak negatif bagi pasien yaitu memberikan tambahan dosis yang tidak perlu [2]. Pada kajian yang dilakukan oleh BAPETEN pada tahun 2004 dinyatakan bahwa indikasi yeng memperkirakan buruknya kinerja pesawat sinar-x tersebut adalah [3]: 1. Umur pesawat sinar-x yang sudah tua yaitu sekitar 20 hingga 40 tahun. 2. Dilakukan modifikasi pesawat yang sudah rusak atau berumur tua dengan cara penggantian komponen misalnya penggantian tabung, kolimasi, dan panel kontrol. 3. Komponen atau sub komponen pesawat sinar-x tidak ada atau rusak, misalnya tanpa kolimasi, lampu kolimasi mati, dan sebagainya. 4. Pesawat sinar-x portabel dan mobile dengan arus tabung sangat kecil (10 ma, 20 ma, dan 30 ma) tidak hanya untuk prosedur gawat darurat atau pasien yang tidak dapat dipindahkan karena alasan klinis tetapi juga digunakan untuk kegiatan radiologi rutin. 5. Pesawat sinar-x untuk pemeriksaan umum digunakan untuk gigi. 6. Akurasi kolimasi, tegangan tabung, dan pencatat waktu tidak sesuai dengan parameter keselamatan. Sesuai penjelasan tersebut dapat dipastikan bahwa pengujian fungsi atau kinerja pesawat sinar-x radiologi diagnostik menjadi suatu keharusan untuk dilaksanakan oleh setiap pemilik fasilitas untuk meningkatkan proteksi. Hasil pengujian harus memenuhi suatu nilai standar atau batas toleransi tertentu untuk dianggap layak beroperasi. Penyimpangan hasil uji dari batas toleransi yang dijadikan acuan, dapat dijadikan pedoman bagi pemilik fasilitas untuk mengambil tindakan yang terbaik seperti perbaikan peralatan atau mengganti dengan yang baru bila tidak dapat diperbaiki lagi [2]. Alasan lebih lanjut perlunya pengujian pesawat sinar-x adalah adanya publikasi IAEA dalam Safety Reports Series No. 39 Tahun 2006 (SRS No. 39) tentang Penerapan Standar Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X untuk Radiologi Diagnostik dan Intervensional yang menyatakan bahwa pesawat sinar-x radiologi diagnostik harus didisain dan dibuat untuk memfasilitasi dengan menjaga secara konsisten supaya paparan medik harus serendah mungkin yang dapat dicapai dengan tetap mengupayakan memperoleh informasi diagnostik yang memadai. Oleh karena itu, parameter operasional pesawat sinar- X seperti, tegangan kerja, filtrasi, ukuran fokal spot, jarak fokus penerima citra, penunjukkan ukuran bidang radiasi, dan waktu paparan, kuat arus tabung, atau perkalian antara waktu dengan kuat arus (mas) harus terindikasi dan ditunjukkan dengan jelas dan akurat. Safety Report Series No. 39 tersebut merupakan 270

penjabaran dari Safety Series No. 115 atau BSS- 115 Tahun 1996 [4]. Peralatan pembangkit radiasi seperti pesawat sinar-x yang digunakan untuk paparan medik harus memenuhi standar yang sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Komisi Elektroteknikal Internasional (IEC) dan Organisasi Standar Internasional (ISO) atau standar nasional yang setara. Selain itu juga memenuhi spesifikasi kinerja, instruksi operasi dan perawatan, termasuk instruksi proteksi dan keselamatan, dan dibuat dalam bahasa utama dunia yang dimengerti oleh operator dan sesuai dengan standar IEC atau ISO yang relevan sebagai dokumen pendamping, dan jika diperlukan, informasi tersebut harus diterjemahkan dalam bahasa lokal [4]. Dalam rangka melakukan pemenuhan kesesuaian terhadap persyaratan standar, maka perlu untuk dilakukan uji kesesuaian (Compliance Test) terhadap pesawat sinar-x yang digunakan untuk paparan medik. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 [5] tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif yang menyatakan bahwa untuk memastikan dipatuhinya penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi pada paparan medik yaitu tingkat panduan paparan medik maka uji kesesuaian wajib dilakukan terhadap pesawat sinar-x untuk radiologi diagnostik dan intervensional. Uji kesesuaian dimaksudkan untuk memastikan bahwa peralatan yang digunakan dalam prosedur radiologi diagnostik berfungsi dengan benar sehingga pasien tidak mendapat paparan yang tidak diperlukan, dan menerapkan program jaminan mutu untuk radiologi diagnostik. Penulisan makalah ini memiliki beberapa ruang lingkup, yaitu: 1. Melakukan telaah terhadap standar dan publikasi internasional tentang uji kesesuaian. 2. Melakukan telaah terhadap data lapangan yang diperoleh dari laporan hasil kajian P2STPFRZR (Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif)-BAPETEN bidang pengkajian kesehatan tentang kajian Protokol Uji kesesuaian (compliance test) di fasilitas kesehatan tahun 2007 [5]. 2. TEORI Terdapat 2 (dua) hal yang harus diperhatikan pada pelayanan radiologi diagnostik yaitu bahwa setiap pemanfaatan pesawat sinar-x untuk pemeriksaan diagnostik harus menghasilkan gambaran atau citra yang memenuhi kriteria, dan memberikan dosis radiasi minimal ke pasien. Dengan demikian, mutu pelayanan diharapkan akan terpenuhi secara baik. Untuk itu, perlu dilakukan adanya program jaminan mutu, baik secara klinis maupun fisika. Monitoring kinerja pesawat sinar-x merupakan salah satu bagian penting dalam jaminan mutu. Dengan menjamin pesawat berfungsi sesuai dengan spesifikasinya, diharapkan pesawat dapat dipakai untuk menghasilkan citra dengan kualitas tinggi secara konsisten, dengan dosis pasien minimum. Dalam hal ini, staf harus mengikuti teknik, protokol dan prosedur yang benar. Pemeriksaan pesawat sinar-x secara teratur, akan mengidentifikasi setiap terjadi perubahan kinerja pesawat dan mengambil langkah koreksi secepatnya sebelum berakibat pada penurunan kualitas citra. Selain berkaitan dengan pembentukan citra, kinerja pesawat yang baik, juga akan mengurangi pengulangan (retake) pemeriksaan. Pengurangan retake akan memperkecil dosis pasien dan juga mengurangi anggaran operasional institusi [6]. Pemeriksaan pesawat sinar-x secara teratur dalam bahasa peraturan dinamakan uji kesesuaian (compliance test). Pengujian tersebut termasuk dalam program jaminan mutu radiologi diagnostik. Dalam program jaminan mutu radiologi diagnostik terdapat beberapa pengujian yang dilakukan yaitu [7]: a) Uji Penerimaan (Acceptance Test) yang dilakukan pada pesawat yang baru dipasang untuk verifikasi terhadap spesifikasi teknis dan untuk menetapkan batasan kinerja alat. b) Uji Kesesuaian (Compliance Test) yang dilakukan secara periodik pada pesawat sinar-x yang sudah digunakan untuk pelayanan. Ada beberapa jenis pengujian yang termasuk dalam uji kesesuaian, yaitu: 1. uji monitoring untuk menguji beberapa parameter vital yang biasa digunakan dalam pelayanan. Uji ini dilakukan dengan frekuensi 2-3 bulan sekali. 2. uji tahunan (annual test) untuk menguji seluruh parameter vital pesawat sinar- X, frekuensi pengujian ini adalah 1-2 tahun sekali 3. uji pesawat sinar-x setelah diperbaiki atau terjadi penggantian ulang. Definisi kesesuaian (compliance) adalah kesesuaian atau kesesuaian terhadap peraturan perundangan dan peraturan pelaksanaannya. 271

Dalam hal pesawat sinar-x adalah kesesuaian atau kesesuaian terhadap peraturan perundangan keselamatan radiasi dan peraturan pelaksanaannya untuk peralatan pesawat sinar-x [7]. Tujuan dari uji kesesuaian atau kesesuaian pesawat sinar-x adalah terjaminnya keselamatan radiasi dalam pemanfaatan pesawat sinar-x. 2.1. Lingkup dan Parameter Uji Kesesuaian Sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa uji kesesuaian dilakukan pada pesawat sinar-x yang sudah digunakan untuk pelayanan, artinya uji kesesuaian dilakukan secara periodik untuk mengetahui dan memastikan bahwa pesawat laik dan masih sesuai dengan kriteria penerimaan. Lingkup uji kesesuaian pada pesawat sinar-x radiologi diagnostik menurut Australia Barat mencakup [8]: 1. Generator dan tabung sinar-x 2. Peralatan pengatur berkas (kolimator) 3. Peralatan pengatur penyinaran otomatis Sesuai dengan lingkup tersebut maka dapat diuraikan mengenai parameter uji yang dapat digunakan untuk uji kesesuaian, yaitu: 1. Generator dan tabung sinar-x Sesuai dengan parameter tersebut, maka dalam uji kesesuaian diperlukan parameter yang harus diketahui dan dipatuhi seperti: - akurasi dan kedapatulangan kvp - linieritas ma - akurasi waktu penyinaran - lineritas waktu penyinaran - laju penyinaran (mr/mas) - kualitas berkas radiasi untuk mengetahui dan memastikan kualitas berkas radiasi sesuai dengan kriteria penerimaan yang ada maka perlu dilakukan uji kualitas berkas dengan menggunakan prinsip Half- Value Layer (HVL). - uji kebocoran tabung untuk mengetahui dan memastikan radiasi yang bocor masih ada dalam kriteria penerimaan maka perlu dilakukan uji kebocoran. 2. Peralatan pengatur berkas (kolimator) Pengatur berkas gunanya untuk mengatur berkas radiasi yang keluar dari tabung pesawat sinar-x. Pengaturan berkas disesuaikan dengan luas lapangan penyinaran yang diinginkan. Untuk mengetahui dan memastikan bahwa berkas radiasi yang keluar dari peralatan pengatur berkas ini sesuai dengan kriteria penerimaan maka perlu dilakukan pengujian: a. Akurasi kolimator Ukuran kolimator dengan berkas radiasi harus sebangun. Untuk menandai bahwa ukuan berkas dan ukuran kolimator sebangun maka diperlukan lampu yang dapat menunjukkan besarnya ukuran kolimator. Untuk memastikan bahwa lampu kolimator yang menunjukkan luas berkas lapangan penyinaran dengan ukuran berkas radiasi sebangun maka diperlukan uji akurasi kolimator. b. Ketegaklurusan berkas Berkas radiasi harus tegak lurus dengan bidang film/citra. c. Iluminans (kuat cahaya) Cahaya dari lampu kolimator harus dapat terlihat jelas sehingga luas lapangan penyinaran dapat diidentifikasi pada saat akan melakukan penyinaran. Kuat cahaya dari lampu kolimator perlu diuji untuk memastikan masih dalam kriteria penerimaan d. Kebocoran radiasi Uji kebocoran radiasi dilakukan untuk memastikan bahwa kolimator tertutup sempurna dan radiasi yang bocor dari kolimator masih dalam kriteria penerimaan. e. Peralatan pengatur penyinaran otomatis Pengujian yang berkaitan dengan peralatan pengatur penyinaran otomatis adalah: a) uji standar b) penjejakan (tracking) tegangan c) penjejakan (tracking) tebal phantom d) waktu respon minimum Menurut Food and Drug Administration (FDA) [9], yang termasuk parameter uji kesesuaian adalah: 1. Kedapat-ulangan keluaran radiasi 2. Linieritas keluaran radiasi 3. Kualitas berkas radiasi 4. Akurasi waktu 5. Penentuan jarak fokus film 6. Kongruensi bidang berkas dengan cahaya kolimator 7. Uji iluminasi lampu kolimator Berdasarkan buku panduan radiasi dari New South Walles, Australia [10], yang termasuk dalam uji kesesuaian pesawat sinar-x radiologi diagnostik adalah: 1. Kendali penyinaran otomatis kedapat-ulangan, waktu respon, waktu 272

penyinaran 2. Tegangan kerja akurasi, kedapat-ulangan 3. Keluaran radiasi linieritas, kedapatulangan, kebocoran, radiasi hambur 4. Kolimasi intensitas cahaya, kongruensi berkas radiasi dengan cahaya kolimator 5. Kualitas berkas / HVL Sedangkan berdasarkan AAPM Report No. 4 [11], yang termasuk parameter uji kesesuaian adalah: 1. Waktu penyinaran 2. Tegangan kerja 3. Kualitas berkas dan keluaran radiasi 4. Kongruensi bidang berkas dengan cahaya kolimator 5. Ukuran focal spot 6. Iluminasi Selain literatur tersebut, dalam peraturan British Columbia (BC) [8] diperoleh parameter uji kesesuaian untuk pesawat sinar-x radiologi diagnostik, yaitu: 1. Ukuran focal spot 2. Kebocoran radiasi dari tabung 3. Akurasi kolimator 4. Iluminasi (kuat cahaya) 5. Jarak fokus film 6. Akurasi tegangan kerja 7. Kualitas berkas radiasi 8. Linieritas keluaran radiasi 9. Akurasi waktu penyinaran 10. Kedapatulangan keluaran radiasi 11. Akurasi mas 12. Variasi kendali penyinaran otomatis Dari beberapa pedoman di atas, maka dapat diperoleh parameter utama uji kesesuaian pada pesawat sinar-x radiologi diagnostik, yaitu: 1. Linieritas kvp, waktu penyinaran, dan keluaran radiasi 2. Akurasi kvp, waktu penyinaran 3. Akurasi kolimator & ketegaklurusan berkas 4. Kualitas berkas 5. Iluminasi (kuat cahaya) 6. Repoduksibilitas kvp, dan keluaran radiasi 7. Ukuran focal spot 8. Kebocoran radiasi Selain melakukan pengujian parameter di atas pengujian pesawat sinar-x dilakukan terkait dengan: a. Pembangkit sinar-x, seperti: tegangan kerja (kvp), linieritas mas, dan waktu penyinaran. b. Menentukan jenis tingkat penyinaran pasien untuk pemeriksaan radiografi standar (daftar kondisi pemeriksaan dan faktor penyinaran). c. Mengevaluasi mutu citra radiografi yang dihasilkan. Selain itu perlu juga dilakukan pendataan dan rekaman tentang: 1. Pabrik penbuat, nomor model, nomor seri, generator dan panel kontrol. 2. Pabrik pembuat, jenis model, dan nomor seri wadah tabung (tube housing) dan tabung (insert tube) sinar-x. 3. Pabrik penbuat, jenis model, dan nomor seri penguat citra pesawat sinar-x. Jenis model diperlukan untuk verifikasi spesifikasi teknik dari pesawat sinar-x, seperti: a) Satu fasa atau tiga fasa b) Beban turun dan/atau beban konstan c) Waktu penyinaran minimum, dan lainnya d) Tegangan kerja dan kuat arus tabung maksimum. Tegangan dan arus tabung maksimum dari generator berguna untuk mengatur perencanaan teknik radiografi untuk berbagai pemeriksaan dan berguna untuk mempertimbangkan proteksi radiasi yang diperlukan. Hal tersebut bergantung pada kebutuhan rumah sakit, misalnya tegangan kerja dan arus maksimum dapat merupakan faktor teknik maksimum yang digunakan rumah sakit dalam ruangan pemeriksaan radiografi. Nomor model tabung sinar-x dan rumah tabung yang terpasang memberikan identifikasi karakteristik termal dari tabung sinar-x. Nomor seri tabung sinar-x penting untuk identifikasi karena biasanya dilakukan penggantian tabung sinar-x yang mengalami kerusakan. Keluaran radiasi yang berbeda dari satu tabung sinar-x dengan tabung lain secara khusus disebabkan karena adanya perbedaan antara tabung sinar-x yang lama dan yang baru. Ukuran fokus nominal biasanya diidentifikasi oleh pabrikan, dan ukuran nominal tersebut bukan ukuran sebenarnya. Meskipun begitu sebaiknya dilakukan pencatatan untuk mengetahui ukuran fokus nominalnya. Filter tambahan yang ada dalam berkas sinar-x sebaiknya dicatat karena mempengaruhi laju paran radiasi. 2.2. Nilai Toleransi Uji Kesesuaian Batas toleransi uji kesesuaian ini diperoleh 273

dari British Columbia [8] yang digunakan sebagai pedoman dalam Laporan hasil Kajian Protokol Uji Kesesuaian di Fasilitas kesehatan yang dilakukan oleh P2STPFRZR-BAPETEN bidang pengkajian kesehatan. Tabel 1. Batas toleransi pengujian pesawat sinar-x radiologi diagnostik (British Columbia)[8] Parameter No Pengujian 1. Akurasi tegangan 2. Akurasi waktu 3. Linieritas output 4. Kedapatulangan kv, waktu dan output 5. Kualitas berkas (HVL) 6 Kesesuaian dan kelurusan berkas 7. Kebocoran tabung 8. Dosis pasien 3. PEMBAHASAN Batas Toleransi (kvpanel kvterukur)/kvpanel 10% (kvpanel kvterukur)/kvpanel 10% Koefisien linieritas X1 X2 ( X1+ X2) 0,1 dimana X1 dan X2 sensitifitas paparan (mgy/mas) dari dua pengukuran berturutan Koefisien variasi (C) 5% n S 1 1 2 C = = (xi x) X X n 1 i = 1 1. Pesawat diagnostik konvensional 70 kv 2,1 mm Al dan 80 kv 2,3 mm Al. 2. pesawat dental : 50 kv 1,5 mm Al dan 60 kv 1,8 mm Al 3. mammografi (kvp/100) HVL (kvp/100 + c) dengan c=0,12 untuk kombinasi target/filter Mo/Mo 1. Perbedaan ukuran berkas cahaya dan berkas sinar-x 2% SID 2. Akurasi dimensi bidang sinar-x ± 2 % SID 3. 3. Perbedaan titik pusat bidang sinar-x dengan titik pusat berkas cahaya 2% SID 1 mgy/jam atau 115 R/jam pada jarak 1 meter dari fokal spot; kecuali pesawat sinar-x dental 0,25 mgy/jam atau 28.5 mr/jam pada jarak 1 meter fokal spot Sesuai panduan BSS-115 Pesawat yang andal dapat memberikan informasi radiologi yang baik dengan terimaan dosis yang rendah pada pasien. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil Kajian Protokol Uji Kesesuaian (compliance test) di fasilitas kesehatan oleh P2STPFRZR- BAPETEN tahun 2007 yang dilakukan di 16 Rumah sakit pada pesawat radiologi diagnostik dengan rentang tahun pembuatan pesawat dari tahun 1985 sampai dengan 2007, maka didapatkan hasil seperti pada Tabel 2. [12]: Berdasarkan hasil pada Tabel 2. (umur pesawat 1985-2007), maka terdapat beberapa parameter yang memiliki nilai penyimpangan yang melebihi batas toleransi (British Columbia) [8] sehingga harus mendapatkan perhatian yang serius. Parameter tersebut antara lain yaitu: 1. Kedapatulangan keluaran radiasi 2. Akurasi kvp 3. Akurasi waktu penyinaran 4. Akurasi kolimasi 5. Kualitas berkas radiasi 6. Kebocoran tabung pesawat sinar-x (termasuk kebocoran dari kolimator) Pesawat yang memiliki parameterparameter kerja rendah tersebut biasanya terjadi pada pesawat yang berumur tua (lebih dari 10 tahun), mempunyai beban kerja tinggi, perawatan alat yang kurang, kondisi catu daya listrik yang tidak stabil, dan kurang pahamnya operator terhadap karakteristik pesawat. Rendahnya kinerja pesawat sinar-x tersebut juga dapat disebabkan belum tersedianya perangkat peraturan yang memadai tentang pelaksanaan program jaminan mutu/kendali mutu instalasi radiologi diagnostik, program perbaikan/perawatan, dan program uji kesesuaian. Diharapkan dengan adanya peraturan tersebut dapat mempercepat kualitas kinerja pesawat sinar-x yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien. Upaya lebih lanjut atau langkah korektif apabila pesawat sinar-x yang diuji memilki nilai penyimpangan yang melebihi nilai toleransi yaitu pengusaha instalasi harus memastikan faktor penyebab penyimpangan, kemudian apabila ditemukan penyimpangannya masih dapat diperbaiki maka hanya perlu perbaikan, kalau memang tidak dapat diperbaiki maka dengan pertimbangan tertentu harus diganti atau penggunaannya dibatasi hanya untuk jenis pemeriksaan tertentu dengan kondisi penyinaran tertentu pula, dan pengguna terutama operator harus mengetahui karakteristik dan kondisi pesawat yang dipakainya. Upaya tindak lanjut tersebut harus dilaporkan kepada BAPETEN dan dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam kategori kesesuaian terbatas (conditional compliance). Sehingga hal ini dapat sejalan dengan prinsip optimisasi proteksi radiasi, bahwa pemanfaatan radiologi diagnostik harus seminimal mungkin memberikan dosis ke pasien, menjaga kualitas citra sesuai dengan kriteria klinis, dan murah dari segi biaya. 274

Tabel 2. Hasil kajian uji kesesuaian oleh P2STPFRZR pada 16 Rumah sakit di Indonesia [12] No 1. 2. 3. Parameter uji kesesuaian Kedapat-ulangan kvp Kedapat-ulangan waktu penyinaran Kedapat-ulangan keluaran radiasi 4. Akurasi kvp 5. 6. Akurasi waktu penyinaran Kualitas berkas radiasi 7. Akurasi kolimasi Hasil uji kesesuaian 94 % dari total pesawat sinar-x memiliki nilai koefisien variasi (KV) 2 % 6 % dari total pesawat sinar-x memiliki nilai koefisien variasi (KV) 5 % 88 % dari total pesawat sinar-x memiliki nilai koefisien variasi (KV) 2 % 6 % pesawat sinar-x memiliki nilai koefisien variasi (KV) 5 % 6 % pesawat sinar-x memiliki nilai koefisien variasi (KV) antara 2-5 % 81 % dari total pesawat sinar-x memiliki nilai koefisien variasi (KV) 2 % 19 % pesawat memiliki nilai koefisien variasi 5 % 31 % pesawat memiliki penyimpangan akurasi 5 % 25 % pesawat memiliki nilai penyimpangan akurasi ± 10 % Sisanya memiliki nilai penyimpangan antara ± 5 10 % 6 % dari total pesawat sinar-x memiliki penyimpangan akurasi ± 5 % 63 % pesawat memiliki nilai penyimpangan ± 10 % (penyimpangan sebagian besar ada pada waktu penyinaran pendek, yaitu rata-rata kurang 0,05 detik) Sisanya memilki nilai penyimpangan ± 5 10 % 87 % dari total pesawat sinar-x memenuhi kualitas berkas radiasi minimum dan 13 % sisanya tidak memenuhi 67 % dari total pesawat sinar-x memiliki nilai penyimpangan akurasi 2 % jarak fokus ke film 33 % sisanya memiliki nilai penyimpangan ± 2 % jarak fokus ke film No 8. 9. Parameter uji kesesuaian Ketegaklurusan berkas radiasi Lineritas keluaran radiasi 10. Ukuran fokus 11. Kebocoran tabung Hasil uji kesesuaian 75 % dari total pesawat sinar- X memiliki penyimpangan 1,5 derajat dan 25 % sisanya memiliki 3 derajat. 81 % dari total pesawat sinar-x memiliki nilai lineritas 0,1 (10%) dan sisanya 0,1 % (10%) 62 % dari total pesawat sinar-x memiliki nilai penyimpangan ± 50 % 25 % memiliki nilai penyimpangan ± 50 %, dan 13 % sisanya tidak dapat diketahui ukuran fokus efektifnya karena ukuran fokus nominalnya tidak teridentifikasi Dari 2 pesawat yang diuji menunjukkan masih dibawah nilai standar 100 mr/jam dengan kondisi arus tabung kontinyu maksimum pada tegangan puncak tabung maksimum. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan kinerja pesawat sinar-x dan prinsip optimisasi proteksi radiasi, maka uji kesesuaian harus dilakukan pada pesawat sinar-x, yaitu: 1. Saat pertama kali dipasang sebagai bagian dari proses acceptance test dan komisioning sebelum digunakan untuk pelayanan. 2. Jika digunakan untuk pelayanan secara rutin minimal 1 kali dalam satu tahun. 3. Selesai mengalami perbaikan. 4. Jika menunjukkan gejala penyimpangan fungsi suatu parameter operasi dan keselamatan pada saat digunakan untuk pemeriksaan pasien 5. Jika mengalami atau terjadi peristiwa luar biasa seperti banjir atau gempa, yang dapat mempengaruhi kinerja alat. Sesuai dengan penjelasan di atas, maka uji kesesuaian merupakan aspek penting dalam pengawasan penggunaan pesawat sinar-x, karena dapat dijadikan pedoman bagi para pemilik instalasi untuk mengambil tindakan terbaik untuk meningkatkan proteksi radiasi, karena di dalam uji kesesuaian dapat diperoleh informasi yang objektif tentang kondisi pesawat. Dengan informasi tersebut, lembaga yang memiliki peralatan dapat mengetahui kondisi peralatan secara menyeluruh dan melakukan program perawatan. Pada saat yang 275

sama, hal tersebut dapat membantu pengusaha instalasi untuk mempertimbangkan penggantian alat yang tidak memenuhi spesifikasi, dalam hal uji kesesuaian, pengujian kinerja pesawat juga dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit maupun pihak luar yang memiliki kompetensi. Uji kesesuaian yang dilakukan oleh pihak rumah sakit sendiri harus memenuhi persyaratan seperti peralatan uji yang terkalibrasi dan sumber daya manusia yang tersertifikasi sedangkan penguji dari pihak luar dapat dilakukan oleh lembaga atau instansi yang terakreditasi oleh badan akreditasi nasional maupun internasional sebagai laboratorium penguji. 4. KESIMPULAN 1. Uji kesesuaian dimaksudkan untuk memastikan bahwa peralatan yang digunakan dalam prosedur radiologi diagnostik berfungsi dengan benar sehingga pasien tidak mendapat paparan yang tidak diperlukan, dan menerapkan program jaminan mutu untuk radiologi diagnostik. 2. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan kinerja pesawat sinar-x dan prinsip optimisasi proteksi radiasi, maka uji kesesuaian harus dilakukan pada pesawat sinar-x, yaitu: saat pertama kali dipasang sebagai bagian dari proses acceptance test dan komisioning sebelum digunakan untuk pelayanan; jika digunakan untuk pelayanan secara rutin minimal 1 kali dalam satu tahun.; selesai mengalami perbaikan.; jika menunjukkan gejala penyimpangan fungsi suatu parameter operasi dan keselamatan pada saat digunakan untuk pemeriksaan pasien; jika mengalami atau terjadi peristiwa luar biasa seperti banjir atau gempa, yang dapat mempengaruhi kinerja alat. 3. Uji kesesuaian merupakan aspek penting dalam pengawasan penggunaan pesawat sinar-x, karena dapat dijadikan pedoman bagi para pemilik instalasi untuk mengambil tindakan terbaik untuk meningkatkan proteksi radiasi. 5. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Ibu Ir. Suryawati, Msi sebagai Kepala P2STPFRZR yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan terhadap penulisan makalah ini. 2. Ibu Ir. Endang Murniaty. 3. Rusmanto, ST. 4. Teman-teman P2STPFRZR baik bidang pengkajian industri maupun kesehatan. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Optimization of the radiological protection of patients undergoing radiography, fluoroscopy and computed tomography, IAEA-TECDOC-1423, Final report of a coordinated research project in Africa, Asia and eastern Europe, IAEA, Vienna (2004). 2. KUSUMAWATI, D. D., PRASETIO, H, Uji Pesawat Sinar-X Radiodiagnostik di Indonesia (Workshop Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik, BAPETEN, Jakarta, 20 November 2007), BAPETEN, Jakarta (2007). 3. MARPAUNG, T., Peraturan Yang Terkait Dengan Uji Kesesuaian (Compliance Testing) Pesawat Sinar-X Diagnostik (Workshop Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik, BAPETEN, Jakarta, 20 November 2007), BAPETEN, Jakarta (2007). 4. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, INTERNATIONAL LABOUR OFFICE, INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MEDICAL PHYSICS, INTERNATIONAL SOCIETY OF RADIOLOGY, PAN AMERICAN HEALTH ORGANIZATION, AND WORLD HEALTH ORGANIZATION, Applying Radiation Safety Standards In Diagnostic Radiology And Interventional Procedures Using X Rays, Safety Reports Series No. 39, IAEA, Vienna (2006). 5. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA, Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 (PP No. 33 / 2007), Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 74 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4730), Jakarta (2007). 6. FOOD AND DRUG ADMINISTRATION (FDA), Routine Compliance Testing Procedures For Diagnostic X-Ray Systems or Components of Diagnostic X-Ray Systems to which 21 CFR Subchapter J is applicable, Center For Devices And Radiological Health (CDRH), Rockville, Maryland (2000). 276

7. AMERICAN ASSOCIATION OF PHYSICISTS IN MEDICINE, Basic Quality Control In Diagnostic Radiology, AAPM Report No. 4, New York (1977). 8. BC CENTRE FOR DISEASE CONTROL, Diagnostic X-Ray Unit QC Standards in British Colombia, Radiation Protection Service, Canada (2004). 9. WIHARTO, K., BUDIANTARI1, C.T., Paparan Medik Dalam Kegiatan Kedokteran Nuklir Diagnostik, Buletin ALARA 1 (2), (1997) 1 8. 10. New Soth Wales Environment Protection Authority, Registration Reguirements and Industry Best Practice for Ionizing Radiation Apparatus Used in Diagnostic Imaging, Department of environment and Conservation, Sydney, South (2004). 11. AMERICAN ASSOCIATION OF PHYSICISTS IN MEDICINE, Protocols For The Radiation Safety Surveys Of Diagnostic Radiological Equipment, AAPM Report No. 25, AAPM, New York (1988). 12. ANONYMOUS, Pengkajian Protokol Uji kesesuaian (compliance test) di Fasilitas Kesehatan, Pusat pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif, Laporan Hasil Kajian, BAPETEN (2007). 277