APA YANG SALAH DENGAN KEBIJAKAN PERBERASAN KITA? Mohamad Ikhsan, Vivi Alatas, Monica Wihardja, Taufiq. Maret 2015



dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

LAMPIRAN: GAMBARAN EKONOMI INDONESIA

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT UNTUK MENJAGA KETAHANAN PANGAN NASIONAL

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

Perekonomian Suatu Negara

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

Andalan Ketahanan Pangan

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

Kebijakan Proteksi Impor yang Salah Sasaran Luqmannul Hakim

TRENDS of TOURISM SECTOR. Mari Elka Pangestu Minister of Tourism and Creative Economy

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

KEBIJAKAN PERGUDANGAN DI INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN PERDAGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP IMPORTASI ZONA BASED DAN KELEMBAGAANNYA. Pada Forum D i s k u s i Publik ke-15

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DINAMIKA PRODUKSI DAN HARGA BERAS INDONESIA

PROSPEK TANAMAN PANGAN

Mengurai Kartel Pangan Indonesia. Oleh Mohammad Reza Hafiz A. Peneliti INDEF

Kebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Air dan Pertanian. Budi Wignyosukarto. Faculty of Engineering Gadjah Mada University Yogyakarta

Strategi dan Kebijakan Untuk Mencapai

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PERKEMBANGAN BULANAN INDIKATOR MONETER DAN SEKTOR KEUANGAN INTERNASIONAL DAN DOMESTIK JANUARI 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Impact of Climate Variability on Agriculture at NTT

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN HARGA BBM 1 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Nuhfil Hanani dan Fahriyah. Abstrak

Suplemen 2. tahun. Pergerakan. masih. beras. sebesar 1%, lebih. masih per hektar 4. P200 yaitu. Badan. Pusat Statistik 3

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

Perkembangan Triwulanan Ekonomi Indonesia Tantangan saat ini, peluang masa depan

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Analisis Kinerja Perdagangan Indonesia: Defisit Neraca Perdagangan Mei 2012 Dapat Ditekan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Transkripsi:

APA YANG SALAH DENGAN KEBIJAKAN PERBERASAN KITA? Mohamad Ikhsan, Vivi Alatas, Monica Wihardja, Taufiq Maret 2015 1

Sejumlah pertanyaan: Dimulai dengan pertanyaan berkaitan dengan determinan inflasi: Inflasi headline masih bertengger di sekitar 5% - tidak bisa turun menuju 2-3 % Penyebabnya adalah inflasi makanan yang bukan hanya terus meningkat dibandingkan harga barang lain dan harga beras di negara tetangga. Pada saat yang sama ditunjukkan produksi beras terus meningkat. Produksi beras per kapita tertinggi dalam sajarah Indonesia. Mengacu kepada neraca beras harusnya telah terjadi akumulasi stok beras dan harga seharusnya turun. Apa yang salah? Produksi overestimated most likely Konsumsi underestimated enggak mungkin karena konsumsi beras Indonesia sudah tertinggi di dunia dan mengalami tren penurunan. Bagaimana kebijakan untuk mendorong produksi beras Haruskah kita jorjoran dan all out and all cost mengejar swasembada? Kalau tren penurunan konsumsi beras menurun, apakah effort yang luar biasa ini berguna? Apa kebijakan yang lebih rasional? Depolitisasi HPP

Latar belakang Harga beras di Indonesia lebih tinggi dari harga dunia dan lebih fluktuatif dari negara tetangga 03 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 HARGA DI INDONESIA KONSISTEN LEBIH TINGGI DARI HARGA DUNIA SEJAK 2004 Rp/Kg 0 Harga grosir Beras di Indonesia dan Vietnam Percentage Change FLUKTUASI HARGA KARENA MUSIM UMUM TERJADI, TETAPI DI INDONESIA LEBIH TINGGI 6 4 2 0-2 Rata rata perubahan harga y.o.y. per bulan, 2005-2014 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Indonesia Thailand Philiphines Malaysia PERUBAHAN HARGA KARENA FAKTOR NON-MUSIMAN TERSEBAR DALAM JANGKAUAN LEBIH BESAR 25% 20% 15% 10% 5% Distribusi perubahan tahun ke tahun (yoy) pada bulan yang sama, 2005-2014 Vietnam 15% brokens, fob Domestic Wholesale price (PIBC), IR64 III - the lowest in Rp/kg Sumber: BPS, CEIC 0% -5% Indonesia Thailand Philliphines Malaysia Sumber: BPS, CEIC, kalkulasi World Bank

Kendala data produksi dan konsumsi Mengapa analisis supply-demand di Indonesia bermasalah? BANYAK INKONSISTENSI DALAM PERHITUNGAN ANGKA KONSUMSI BERAS ADA INDIKASI TERJADINYA OVERESTIMATION DALAM DATA PRODUKSI 05 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Beberapa versi perhitungan konsumsi beras per kapita (kg/tahun) Susenas Kemendag University of Arkansas USDA & FAO Data produksi beras yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian tidak akurat (Dawe, Timmer and Warr, 2014) BPS dan Kementan mengestimasi hasil panen per hektar melalui crop-cutting survey ( ubinan ) dan luas area panen melalui pendekatan eye estimate. (BD Analisis, Rice Report, 2008) Studi menunjukkan bahwa ada overestimation area produksi dan panen beras sebesar 17% pada tahun 1996-1997. (BD Analisis, Rice Report, 2008) JICA juga menemukan overestimation luas lahan beras di Jawa sebesar 9% dan yield sebesar 5.2% sehingga produksi total beras di Jawa kelebihan estimasi sebesar 13% pada tahun 2000-2001.

Bahan untuk Diskusi Berasal dari dua tulisan: Ikhsan, Anwar, Puspandari dan Tohari (2014) Transformasi Struktural dan Permintaan akan Pangan Masyarakat Statistik dan Vivi Alatas dkk, Stabilisasi Harga Beras. Diskusi ini hanya awal dari seri diskusi dan perlu dilanjutkan. PSE Deptan perlu memelopori diskusi masalah pangan secara komprehensif.

Rapid economic and income growth 5 4 3 2 1 0 GDP per capita (2005 $US in 000s) Southeast Asia Indonesia Starchy Roots Average annual growth in per capita consumption, 2000 to 2009 Milk Eggs Fish Meat Fruits Vegetables Oilcrops Pulses Cereals -2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 Source: Data from ERS, USDA 2013 Source: Data from FAO 2013 Per capita incomes to grow 2.5 times from 2010-30 Richer population will demand safe and more nutritious food

Transformasi Struktural sedang berlangsung: konsumsi pangan terus turun Tabel 1 Tren Konsumsi Per Kapita (kg) Beberapa Komoditas Pangan Sumber: : Dyck et al. (2012 1999 2005 2010 Index: Level tahun 1999=100 Menurun, 2010 dibandingkan dengan 1999 Umbi-umbian 100 92 61 Padi-padian 100 95 87 Minuman 100 107 97 Meningkat lebih dari 100 persen Bumbu-bumbuan 100 125 104 Kacang-kacangan 100 134 107 Minyak dan lemak 100 117 113 Sayur 100 120 120 Buah 100 122 125 Ikan 100 132 126 Makanan olahan 100 136 160 Meningkat lebih dari 2x lipat Daging 100 207 205 Makanan lainnya 100 184 206 Telor dan susu 100 193 230

Indonesia has high prevalence of undernutrition Prevalence of micronutrient deficiencies Undernutrition Large productivity and GDP losses E.g. cost of micronutrient deficiencies 2-4% of GDP in various countries (Stein and Qaim 2007) Source: HarvestPlus 2011

Rapid urbanization Indonesia s rural and urban population, 1950-2050 ( 000s) 300 250 Urban Rural 200 150 100 50 0 1950 1970 1990 2010 2030 2050 Source: Data from UN 2011 72% of the population will live in urban areas by 2050 Urbanization offers great opportunities if managed properly

Supply Problems Lahan luas lahan pertanian terus menurun dan kualitas tanah menurun (?) aspek spasial [tekanan penurunan lahan terjadi pada daerah lumbung pangan daerah kompensasi/ekspansi miskin infrastruktur, tenaga kerja dan tingkat kesuburan] Perubahan iklim frekuensi bencana jika tidak bertambah lebih severe ; perubahan musim hujan. Ketersediaan air menjadi masalah di daerah penghasil pangan. Teknologi bibit : eksperimen dengan bibit impor gagal bibit pengembangan lokal sudah di frontier. Meningkatnya inefisiensi dalam pasca panen [Husein Sawit Hipothesis] Susut dalam proses dan pasca panen, penggilingan yang ketinggalan. Daya saing beras mulai menurun dan bahkan hilang. Biaya produksi beras Indonesia sudah jauh diatas biaya di negara tetangga di tengah derasnya subsidi pemerintah. Kompetisi antar komoditas : with food commodities dan food and energy Perubahan dalam rantai pemasaran: revolusi supermarket Perlu Pendekatan Supply Value Chain dalam melihat persoalan.

Limited land resources Land degradation / soil erosion Loss of annual net primary productivity, 1981-2003 (due to degradation) Large declines in agric. productivity Loss of forest cover in Indonesia, 2000-05 Source: World Resources Institute 2010 Source: Bai et al. 2007 (LADA, FAO/ISRIC)

Higher risk of agriculture-associated diseases Picture source: ILRI 2013 Human diseases linked directly or indirectly to practices in food and agriculture are more prevalent

High vulnerability to climate change Direct risks Physical climate impacts (extreme weather, sea level rise, agric. productivity loss, overall) Overall vulnerability Physical impacts adjusted for coping ability Source: Wheeler 2011 Higher agric. R&D investment with 10% productivity increase can overcome adverse impacts (Oktaviani 2011)

Masalah Produksi Pertumbuhanproduksidanproduktivitasyanglambatsangatmempengaruhisupplydomestikberas PRODUKTIVITAS TUMBUH LAMBAT AKIBAT MELAMBATNYA PERTUMBUHAN HASIL LAHAN Peningkatan tahunan (%)* 61-70 70-80 80-90 90-00 00-11 Hasil 3.4% 3.3% 2.7% 0.2% 1.1% Lahan 1.9% 1.0% 1.5% 1.2% 1.0% Prod. 5.4% 4.4% 4.3% 1.4% 2.2% Sumber: IRRI and FAO, perhitungan Bank Dunia Catatan: Peningkatan tahunan merupakan gabungan dari rata rata pertumbuhan tahunan. 10 8 6 4 2 0 PRODUKTIVITAS BERAS INDONESIA RENDAH BERDASARKAN STANDAR DUNIA DAN KAWASAN EGYPT AUSTRALIA UNITED STATES OF AMERICA URUGUAY SPAIN PERU MOROCCO SOUTH KOREA TURKEY GREECE CHINA JAPAN SOMALIA ARGENTINA TAIWAN TAJIKISTAN ITALY EL SALVADOR CHILE UKRAINE FRANCE PORTUGAL 08 Hasil Beras Internasional (T/Ha) RWANDA VENEZUELA VIETNAM MEXICO BULGARIA RUSSIA MAURITANIA MACEDONIA PARAGUAY INDONESIA IRAN BRAZIL ECUADOR COLOMBIA MYANMAR MALAYSIA SRI LANKA PHILIPPINES KAZAKHSTAN LAOS INDIA PAKISTAN NEPAL MALI CAMBODIA NORTH KOREA THAILAND MADAGASCAR BANGLADESH TANZANIA GUINEA NIGERIA Sumber: IRRI and FAO Catatan: mencakup semua penghasil diatas 1 juta ton. Indonesia Asia 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00-2.00-4.00 PRODUKSI BERAS DI TAHUN 2014 TURUN 0.94%, KETIGA KALINYA SETELAH KRISIS 97-98 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan Produksi (%) Pertumbuhan Produktivitas (%) Sumber: BPS, 2015 0.06 0.04 0.02 0.00-0.02-0.04-0.06-0.08

Masalah Produksi Beberapafaktorpenyebablambatnyapertumbuhanproduktivitas:Lahanpertanianyangrelatifkecil 09 UKURAN OPERASIONAL LAHAN PERTANIAN BERADA DI BAWAH LEVEL OPTIMAL Ukuran lahan pertanian (Ha) 0.06 0.058 LUAS PANEN PER KAPITA JUGA MASIH BELUM KEMBALI KE LEVEL PRE-KRISIS 97-98 0.056 0.054 0.052 0.05 0.048 1993 1994 1995 Luas Panen per Kapita (Hektar) 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Sumber: BPS, 2015 KONVERSI TANAH DIDOMINASI OLEH PERKEBUNAN MINYAK SAWIT SEJAK TAHUN 2000 2007* 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: Sensus Pertanian Nasional, Dawe 2015 Sumber: FAO 2013, Dawe 2015

Masalah Produksi Mekanisasidaninovasiberjalanlambat INDONESIA LAMBAT DALAM HAL MEKANISASI (Dawe, Timmer, Warr, 2014) Penggunaan tenaga kerja (termasuk tenaga kerja keluarga) dalam budi daya beras PENGELUARAN R&D UNTUK PERTANIAN KECIL (Dawe, 2015) 10 Pengeluaran publik untuk R&D pertanian dari GDP pertanian (%) Sumber: Moya et al (2004), Bordey et al (2014), Dawe (2015). Data untuk Indonesia: 1994-1997. Sumber: Flaherty, Stads and Srinivasacharyulu (2013), Dawe (2015).

Seandainya kita dapat seefisien Thailand dalam mengolah GKG menjadi beras maka akan ada tambahan beras minimal 2 juta ton. 76 Average Milling Ratio in Selected Asian Countries 74 72 70 68 66 64 62 60 58 56 Cambodia China Indonesia South Korea Philippines Malaysia Thailand Vietnam

Identifikasi Masalah Apa saja faktor yang mungkin mempengaruhi harga beras? Instrumen jangka pendek dibutuhkan untuk mengatasi volatilitas harga jangka pendek Satgas Sub Divre Petani Pemilik Lahan Unit Pengolahan Gabah Beras HPP Mitra Bulog Impor Bulog-Dolog OP PT. Food Nation Impor Ilegal Pemda/Camat 06 OP, Raskin Petani Penggarap Pengumpul Penggiling Pedagang Lokal Grosir/Mitra/ Penyalur Bulog Industri Makanan/Tepung Pengecer Konsumen MASALAH JANGKA PANJANG Produktivitas Biaya produksi Diversifikasi Peningkatan luas lahan Mekanisasi Struktur pasar Revolusi rantai nilai dan retail Biaya distribusi Informasi Permintaan Urbanisasi Transisi pola diet

Struktur Harga TingginyahargaIndonesia disetiaptitikmenunjukkanbanyakkemungkinanmasalah 07 12,000 10,000 8,000 Rupiah per Kilo Struktur Harga Beras Indonesia dan Thailand, Mei 2014 6,000 4,000 2,000 Harga jual petani tinggi: mungkin terdapat masalah biaya produksi atau produktivitas Harga jual grosir dan eceran tinggi: mungkin karena panjangnya rantai nilai/distribusi Harga jual grosir dan eceran tinggi: mungkin juga terdapat masalah biaya logistik tinggi Mungkin juga terdapat masalah struktur pasar di setiap titik (petani, pedagang, grosir, atau pengecer). Harus diadakan studi lebih mendalam mengenai struktur pasar. 0 Indonesia Harga jual petani Harga jual grosir Thailand Harga jual penggiling Harga jual eceran Sumber: BPS, FAO, CEIC (data Thai ) dan perhitungan Bank Dunia Catatan: Harga Penggiling dan petani adalah harga untuk beras yang sudah dikeringkan. Eceran dan grosir adalah untuk IR64 di Jakarta. Harga untuk Mei 2014 menggunakan kurs THB:IDR = 356.

Disintermediasi Rantai Nilai TidakdiketahuiapakahIndonesiasudahmulaimengikutipolamodernisasiyangsedangterjadidibeberapanegaraberkembang Trend disintermediasi internasional di negara berkembang: Secara geografis panjang, secara intermediasi pendek (Reardon and Timmer, 2012) 11 Value-creation, Value-addition, Value from-trading Petani/ Penggiling Pedagang Grosir di Kota Eceran/ Supermarket Konsumen Perusahaan Pangan Modern Peran dari perantara telah berkurang karena berkurangnya interaksi antara petani dan tengkulak, perbaikan jalan ke pasar dan pemakaian telephone seluler. (Timmer and Reardon, 2012) Munculnya aktor modern, termasuk: 1. Grosir Modern melakukan aktivitas value-added: mengumpulkan, memilih, menilai, mengemas, memproses dan mengantar. 2. Perusahaan logistik modern melakukan wholesaling, pergudangan, Teknologi Informasi terintegrasi dan pengemasan. (Timmer and Reardon, 2012) Supermarket menggantikan pasar tradisional, walaupun infrastruktur pasar tradisional yang jelek merupakan masalah utama dan bukan karena munculnya Supermarket. (Suryadharma et al, 2010) REKOMENDASI: DIBUTUHKAN PENELITIAN LEBIH DALAM MENGENAI RANTAI NILAI DI INDONESIA

Pola Perdagangan Domestik Ketidakseimbanganpasarantarwilayah menunjukanpentingnya logistikantarawilayahsurplus (Jawa)dandefisitberas (wilayahtimur) 12 Keseimbangan beras = Total Produksi-Total Konsumsi (2012) Hijau = Surplus Merah = Defisit Sumber: Produksi (BPS) Konsumsi (Susenas) Distribusi (Kemendag)

Biaya Logistik: Darat dan Laut Biaya truk di kota tujuan merupakan yang tertinggi diantara komponen transportasi lainnya dalam rantai nilai beras. (BD, Rice Supply Chain, 2014) 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Rp/TEU/Km Trucking costs at destination city Trucking costs at origin city Sea Freight Costs + Port Costs 60,840 60,840 23,864 38,611 25,000 13,801 10,642 7,516 13,801 7,277 5,313 4,620 5,367 2,587 22,602 22,602 17,724 17,724 22,602 22,602 22,602 Surabaya - Banjarmasin Surabaya - Sorong Makassar - Sorong Makassar - Manado Surabaya - Makassar Surabaya - Manado Surabaya - Medan 13 Sumber: Kementrian Perdagangan, BBP2KP, 2013. Ini adalah estimasi untuk kontainer berukuran 20feet. Biaya rata-rata (Rp/TEU/km) di kota asal dipengaruhi oleh kemacetan dan infrastruktur jalan (misalnya, Makasar vs. Surabaya). Biaya rata-rata (Rp/TEU/km) di kota tujuan tertinggi di Sorong. Ini disebabkan oleh peraturan lokal yang menghabat pergerakan transportasi kontainer. Pengiriman antar pulau dapat menjadi mahal dan dapat berkontribusi pada tingginya harga distribusi disebabkan oleh beberapa hal termasuk: Jarak yang pendek (biaya pengiriman laut domestik per kontainer per km yang menjadi tinggi). Ketidakseimbangan perdagangan (empty backhaul) yang menyebabkan kekosongan kargo pada perjalanan pulang dan biaya pengiriman lewat laut ke tempat tujuan yang tinggi. Frekuensi pelayaran yang rendah. Infrastrukrur pelabuhan seperti banyaknya dan panjangnya tempat merapat, produktivitas penanganan kargo, waktu penurunan dan penaikan barang.

Persoalan masa transisi Harmonisasi perubahan structural di sisi permintaan bagaimana mengamodasi perubahan komposisi kalori dalam diet penduduk Indonesia dan persoalan tekanan di sisi supply. Apakah kita akan terus menghabiskan resources pada komoditas yang sebetulnya telah menurun dalam diet rumah tangga Indonesia sementara mengabaikan (termasuk memberikan disinsentif ) kepada komoditas yang sedang tumbuh dalam diet keluarga Indonesia. Jangan kaget jika telah dan akan terjadi lonjakan dalam impor sayuran, daging karena domestic supply responsnya terlambat. Sedikit good news: negara-negara tetangga seperti Vietnam akan terus mengalami peningkatan produktivitasdan kemungkinan masuknya new comers: Myanmar, Laos dan Cambodia serta transformasi permintaan yang berlanjut di Thailand akan membantu pasokan pangan di tingkat regional. Coordination failures terus berlanjut di dalam negeri terus mengulangi kesalahan yang sama. Persoalan kelembagaan : Organisasi pada tingkat petani, penggilingan, BUMN bibit, Bulog membutuhkan transformasi. Perlu revolusi mental untuk menerima kenyataan dan menyelesaikan masalah. Jangka panjang : kita terjebak dengan persoalan yang dihadapi Jepang tetapi dengan kondisi kesejahteraan yang berbeda. Jepang petani politically powerful vis a vis Indonesia dominasi buruh tani yang miskin.

Policy Recommendations (taken from IFPRI) Hanya untuk memancing diskusi

1. Accelerate investments in agric. R&D Invest in technologies for High-yielding, high-nutrient, biotic- and abiotic-resistant crop varieties e.g. Hybrid rice High-iron and high-zinc rice Climate-change ready rice Disease and pest resistant rice Resource-saving e.g. low-cost (solar panel) drip irrigation Low carbon agriculture Food safety Picture source: IRRI 2013

2. Promote agricultural diversification Focus on high-value products such as vegetables, fruits, poultry, and seafood Production of high-value commodities are driven by both pull (demand) and push (supply) factors (Joshi et al. 2007) Demand: e.g. rising incomes and urbanization Supply: e.g. improvements in infrastructure and technology Continue to improve smallholder access to urban and export markets by Improving rural infrastructure Enhancing farmer organizations or cooperatives Promoting rural information technologies Upgrading food safety standards

3. Enhance social safety net system Expand coverage and improve targeting to protect elderly, women, children, and disabled Link social safety nets to nutrition and education e.g. School feeding programs Explore cross-sectoral approaches to reach poor more effectively Integrate safety nets and agricultural support rather than stand alone programs Utilize a variety of instruments e.g. public works, cash transfers, agricultural credit programs

4. Improve markets and trade Convert food stocks to national strategic reserves to reduce costs Target strategic reserves to poor and vulnerable groups Further collaborate with ASEAN to improve regional rice reserves Utilize trade as an effective tool to stabilize domestic food prices (reduce tariffs, etc.) Create enabling environment for private sector re food trade, storage, and transport

Latar belakang Stabilitashargaberaspentinguntukalasanekonomi,sosial,danpolitik BERAS MERUPAKAN KOMODITAS TERPENTING DI INDONESIA HARGA BERAS AKAN SANGAT MEMPENGARUHI RAKYAT MISKIN 02 FLUKTUASI HARGA BERAS ADALAH ISU POLITIK 80% Orang Indonesia merupakan konsumen netto beras 5 Ranking Indonesia secara global untuk konsumsi kalori beras per kapita 25% Proporsi konsumsi beras dari pada total konsumsi oleh rumah tangga miskin Harga beras naik 10% = Kemiskinan naik 1.3% Beras merupakan kunci dari ekonomi pedesaan Petani beras lokal meminta perlindungan perdagangan beras untuk menjaga harga tinggi Namun, harga tinggi merugikan konsumen, pedagang kecil, dan petani miskin Sumber: IRRI World Rice Statistics, Susenas, kalkulasi staf World Bank

Rekomendasi Jangka Panjang 14 DATA PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS HARUS LEBIH AKURAT, TRANSPARAN DAN KONSISTEN Ketidakpastian stok beras nasional menimbulkan banyaknya spekulasi di pasar. Information signaling yang baik dan keterbukaan data dan kebijakan dapat mengurangi tingkah laku spekulatif. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MENJADI PRIORITAS UTAMA JANGKA PANJANG Percepatan mekanisasi dan pemanfaatan teknologi pangan lainnya Perlu penyuluhan untuk meningkatkan informasi dan kemampuan petani BIAYA LOGISTIK HARUS DITURUNKAN DENGAN INVESTASI INFRASTRUKTUR Kondisi jalan darat, komponen terbesar biaya logistik, harus diperbaiki Masalah di transportasi laut (frekuensi pelayaran dan empty backhaul) harus diatasi PERLU DILAKUKAN BEBERAPA PENELITIAN LEBIH LANJUT Tinjauan struktur kompetisi di tingkat petani, grosir, dan eceran Kondisi modernisasi rantai nilai di Indonesia

Instrumen Jangka Pendek Ada berbagai kebijakan pemerintah yang mempengaruhi supply beras di pasar 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Proporsi kuantitas Raskin, Impor, dan OP terhadap total produksi beras (%) Raskin Imports OP 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 15 Source: Indonesia customs, BPS, Bulog, SUSENAS.

Instrumen: Impor Rezim impor sangat berpengaruh terhadap perbandingan harga domestik dan lokal 16 5,000,000 4,500,000 9000 8000 Impor (Ton)(Secondary Axis) Vietnam 15% brokens, fob(rp./kg) Harga Grosir Beras Domestik (PIBC), IR64 III (Rp./Kg) 4,000,000 7000 Monopoli impor Bulog dihapus, terjadi persaingan impor, harga domestik mendekati harga dunia 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 6000 5000 4000 AFC & El Nino tariff & non-tariff barrier terhadap impor larangan impor, harga meningkat tajam 1,500,000 3000 1,000,000 2000 500,000 1000 0 0 Aug-97 Nov-97 Feb-98 May-98 Aug-98 Nov-98 Feb-99 May-99 Aug-99 Nov-99 Feb-00 May-00 Aug-00 Nov-00 Feb-01 May-01 Aug-01 Nov-01 Feb-02 May-02 Aug-02 Nov-02 Feb-03 May-03 Aug-03 Nov-03 Feb-04 May-04 Aug-04 Nov-04 Feb-05 May-05 Aug-05 Nov-05 Feb-06 Harga grosir beras domestik, internasional dan impor Sumber: CEIC (Vietnamese rice price), Kemendag and BPS (Import), FAO Rice Data; Saifullah (2010), WB Rice Report (2008), berbagai kliping dan artikel, interviews

Instrumen: Impor Rezim impor sangat berpengaruh terhadap perbandingan harga domestik dan lokal 17 Krisis pangan dunia Impor (Ton)(Secondary Axis) Vietnam 15% brokens, fob(rp./kg) Harga Grosir Beras Domestik (PIBC), IR64 III (Rp./Kg) Monopoli impor Bulog dikembalikan Monopoli impor dihapus untuk broken 0, 1, 5% 9,000 8,000 7,000 5000000 4500000 4000000 Otomatisasi impor 6,000 3500000 larangan impor 5,000 3000000 2500000 4,000 2000000 3,000 1500000 2,000 1000000 1,000 500000 0 0 Apr-06 Jul-06 Oct-06 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Jan-14 Apr-14 Jul-14 Oct-14 Harga grosir beras domestik, internasional dan impor Sumber: CEIC (Vietnamese rice price), Kemendag and BPS (Import), FAO Rice Data; Saifullah (2010), WB Rice Report (2008), berbagai kliping dan artikel, interviews

Instrumen: Operasi Pasar OP, sebagai intervensi pemerintah untuk stabilisasi harga beras, tidak efektif TERDAPAT BEBERAPA MASALAH DENGAN IMPLEMENTASI OP TIDAK TERLIHAT KORELASI ANTARA PELAKSANAAN OP DAN INFLASI BERAS (2010-2012) 18 Trigger harga Pemantauan harga beras oleh Pemda tidak reguler 80 70 180000 160000 Permintaan Pemda Instruksi Mendag/ rekomendasi Mentan kepada Bulog Lobi petani untuk menjaga harga tinggi menyebabkan Pemda tidak meminta OP Distribusi kadang terhambat karena rendahnya stok di gudang regional Bulog 60 50 40 30 20 10 0 140000 120000 100000 80000 60000 40000 Penetapan Harga oleh Mendag Proses kaku dan panjang menyebabkan OP terlambat atau tidak terlaksana -10-20 20000 0 Provincial Rice Inflation (%) OP in ton (secondary axis) Pelaksanaan OP oleh Bulog Pemantauan dan evaluasi terhadap OP tidak dijalankan Ada korelasi positif, namun tidak signifikan

Instrumen: Raskin Proses Raskin memiliki banyak masalah, sehingga tidak efektif untuk mencapai tujuan 19 TUJUAN RASKIN: Memberikan akses beras kepada orang miskin dengan harga 60-75% di bawah harga pasar. Pembelian Penyimpanan Distribusi ke Desa Distribusi ke RT Pengaduan dan Keluhan 54-81% Responden menyatakan kualitas Raskin buruk (JPAL, 2014) Beras terpapar kelembaban di gudang dalam waktu yang lama. Distribusi Raskin bulanan jauh lebih rendah dari total stok di gudang, sehingga stok tertahan di gudang cukup lama. (World Bank, 2014) 40% Raskin terlambat tiba ke titik distribusi di desa (World Bank, 2014) Distribusi ke desa, yang dikelola Bulog, sering tertunda. Walaupun hampir seluruh beras tiba ke titik distibusi/alokasi di akhir tahun, keterlambatan ratarata selama 2 bulan. 30% Raskin di titik distribusi tidak sampai ke RT/pembeli (World Bank, 2014) Karena tidak ada SOP tingkat local, distribusi dari TA/TD ke RT tidak merata. Banyak kejadian bagi rata sehingga rumah tangga target tidak mendapat manfaat yang seharusnya.

Informasi dan Spekulasi Pasar Instrumenjangkapendekharusbisamencegahterjadinyaspekulasihargaberas. 21 Harga mulai naik Respon kebijakan: Impor / OP Komunikasi Publik tentang Kebijakan Harga kembali stabil OP/impor terlalu jarang Komunikasi kebijakan tidak lancar Spekulan menimbun beras Harga semakin naik Siapa saja spekulan? Berdasarkan bukti anekdotal, ada spekulan dari petani-pedagang di daerah dengan stok puluhan ribu ton, ada spekulan di tingkat gudang dan penggilingan, ada juga politisi.

Instrumen: HPP Faktor-Faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebijakan HPP Dampak peningkatan HPP: HPP dapat meningkat jika: Inflasi meningkat: Inflasi atau harga beras eceran Elastisitas HPP terhadap inflasi: 0.01 (Analisis Bank Indonesia, meningkat: Karnain 2013) HPP flexible (HPP diatas ketentuan Inpres) meningkatkan Harga Dengan mengkontrol two-way causality, peningkatan Eceran Beras (HEB) di Sul-Teng (Bank Indonesia, Kajian Ekononomi inflasi sebesar 1% meningkatkan GKP sebesar 0.00347% Regional), GKG 0.00098% dan HEB 0.47% satu arah(karnain, 2013) HPP berpengaruh terhadap inflasi masa pendek dan panjang, impor jangka pendek, produksi jangka panjang. (Widiarsih, 2012; Karnain, 2013) Peningkatan HEB lambat dalam meningkatkan harga gabah petani, tetapi peningkatan harga gabah petani cepat dalam Insentif produksi meningkat: meningkatkan HEB (Arifin, 2006) Harga beras meningkat 1%, produksi meningkat 0.041% di Sul-Utara Produktifitas menurun atau ongkos (Hasyim, 2007) produksi meningkat: Disparitas harga domestik dan impor meningkat: Dalam enam tahun terakhir, penetapan HPP tidak Pasar beras/ gabah domestik kalah daya saing dibanding pasar impor merujuk pada harga beras internasional, tetapi sepenuhnya ditentukan oleh ongkos produksi yang Dengan tingginya harga gabah dan beras di pasaran, Bulog tetap terus meningkat (harga saran produksi, BBM, nilai sewa tidak mampu menyerap pasar domestik dan memilih impor untuk lahan, upah tenaga kerja) Ini mendorong penurunan mengisi kekosongan stoknya. (Maulana, 2012) daya saing beras berkualitas medium. (Maulana, 2012) Beras selundupan bakal marak karena disparitas harganya sangat Pemerintah mentargetkan HPP dengan tinggi(ketua PPPPBI, Nellys Soekidi, 2015) memperhitungkan harga GKP sebesar 30% lebih tinggi dari harga ongkos produksi. (Maulana, 2012) Kualitas belum tentu meningkat: Keuntungan usah tani padi dengan memperhitungkan Kebijakan HPP hanya untuk kualitas tunggal sehingga tidak ada harga GKP telah lebih besar dari 30% dari biaya. diferensiasi kualitas (Maulana, 2012) (Maulana, 2012) Informasi antara pedagang dan petani asymetris, penentuan Harga beras international untuk kualitas kualitas tidak terukur (Maulana, 2012) Tidak ada standardisasi kemitraan (Bank Indonesia, Kajian Ekonomi medium meningkat: Regional) Tetapi disparitas harga domestik dan impor membesar Anggaran negara untuk subsidi beras meningkat Pilihan kebijakan HPP sebaiknya menimbang faktor: sejauh mana petani diuntungkan, konsumen diuntungkan, efisiensi, dan efektifitas 20

Analisis Kuantitatif: Dampak Faktor-Faktor Penyebab Inflasi Beras Studi kuantitatif yang melihat pengaruh konvergensi, produksi, konsumsi, impor, harga beras internasional, distribusi Raskin, kualitas jalan, efek spasial dan efek tahunan terhadap inflasi harga beras di tingkat propinsi menunjukan: 1. Pentingnya kualitas jalan terhadap inflasi harga beras. 2. Terdapat transmisi inflasi antar wilayah di Indonesia, dimana penambahan 1 persen rata-rata inflasi di wilayah di Indonesia bisa meningkatkan inflasi di suatu daerah yang terkoneksi dengan perdagangan melalui kontainer laut sekitar 0.3 persen. (BD Analisis, Efek Spasial Terhadap Inflasi di Indonesia, 2014) 3. Efek impor tidak konsisten yang mungkin disebabkan oleh kebijakan impor yang tidak konsisten. 4. Raskin menurunkan inflasi beras tetapi tidak signifikan. 5. Produksi beras menurunkan inflasi (signifikan), Konsumsi meningkatkan inflasi beras (tidak signifikan). 22 VARIABLES Inflasi Beras (OLS) Inflasi Beras (Fixed Effect) Inflasi Beras (Dynamic AB-GMM) Inflasi Beras (T-1) -0.250** -0.356** -0.381** Konsumsi Beras (Ln, Kg) 0.185 19.08 53.66 Produksi Beras (Ln, Ton) 0.636-11.50-44.26** Impor (Ln, Ton) 2.264*** - - Impor (Ln, Ton) (T-1) -0.964 - - Impor (Ln, Ton) (T-2) -4.053*** - - Impor*Harga Beras Vietnam - 0.0573 0.00813 Impor (T-1)*Harga Beras Vietnam (T-1) - -0.00759*** -0.0114*** Impor (T-2)*Harga Beras Vietnam(T-2) 0.00213-0.000822-0.00573** Inflasi Harga Beras Vietnam (%) - -0.761-0.203 Inflasi Harga Beras Vietnam (%) (T-1) - - - Distribusi Raskin (Ln, Ton) -0.985-1.225-0.833 %Jalan Berkualitas Bagus dari Total Jalan Provinsi -0.0117*** -0.0192*** -0.0388*** Efek Spasial 0.0784 0.239 0.326* Konstan 49.88* 94.65 Observasi 143 143 112 Total Propinsi 29 29 *** p<0.01, ** p<0.05, * p<0.1 - variabel dijatuhkan karena multicollinearity