Tantangan Anak-Remaja. Zaman Now

dokumen-dokumen yang mirip
Berani Konseling, Lawan Bullying

SOSIALISASI KONSELING ONLINE GEBER SEPTI (GERAKAN BERSAMA SEKOLAH SEMARANG PEDULI DAN TANGGAP BULLYING)

BULLYING. I. Pendahuluan

PENGATURAN CYBER BULLYING


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

RUMAH DUTA REVOLUSI MENTAL KOTA SEMARANG. Diversi : Alternatif Proses Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku

Balikpapan, 19 Agustus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cyberbullying. perlakuan kejam yang dilakukan dengan sengaja kepada orang lain dengan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

REVISI UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) STOP SPREADING FAKE NEWS, STOP THE [1] RUMOURS, STOP HOAX

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

BAB III METODE PENELITIAN

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental Kota Semarang

Perspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

PEDOMAN KUESIONER TERBUKA CYBER BULLYING. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG - UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. informasi dapat diakses kapan saja dan dimana saja, sehingga penyebaran. informasi dapat berjalan cepat dan tidak mengenal jarak.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

I. PENDAHULUAN. kebosanan, serta dapat berfungsi juga sebagai media menyuarakan aspirasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memiliki pengetahuan umum yang lebih luas sebelum atau sesudah guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebutuhan, menempatkan kebutuhan individu akan harga diri sebagai kebutuhan pada level

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

Bab 2 Etika, Privasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, baik itu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

CHECK LIST POTENSI KOMPONEN KETERANGAN KOMITMENT TERTULIS /KEBIJAKAN

ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

Keamanan Sistem Informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

UNTUK PENCEGAHAN KEKERSAN DAN PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA OLEH RR. SUHARTATI, S.H.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

KODE ETIK PSIKOLOGI. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Tantangan Anak-Remaja Zaman Now

Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog 081 329 266 228 / (024) 76432642 kakak_ciput@yahoo.com Koordinator Rumah Duta Revolusi Mental Kota Semarang S1 Psikologi Universitas Gadjah Mada S2 Profesi Psikologi Universitas Gadjah Mada S3 On Process Universitas Gadjah Mada

Tantangan Anak-Remaja (Geldard, 2011) Biologis Kognitif Psikososial Moral & Spiritual Kemajuan Teknologi*

Tantangan BIOLOGIS PERUBAHAN SEKSUAL-HORMONAL (PUBERTAS) PERUBAHAN FISIOLOGIS PERUBAHAN EMOSI AKIBAT HORMONAL

Perkembangan persepsi terhadap orang lain Perkembangan mengolah informasi Perkembangan pemikiran dari operasi konkret menuju tahap operasi formal (berpikir abstrak) TANTANGAN KOGNITIF Pemikiran egosentris Perkembangan berpikir kritis

TANTANGAN PSIKOSOSIAL Pembentukan Identitas Baru Kebermaknaan Diri Dari Pemenuhan Harapan, Tuntutan, Dan Kenyataan Penyesuaian Intrapersonal Dan Interpersonal Pembentukan Kemampuan Mengatasi Konflik

TANTANGAN MORAL & SPIRITUAL Pengambilan Keputusan Moral Pembentukan Kontrol Diri Pembentukan Spiritualitas (Eksplorasi)

Tantangan Kemajuan Teknologi & Keterbukaan Informasi Pembentukan Keterampilan Penggunaan Teknologi, Terutama Gadget. Perkembangan Wawasan Tentang Aplikasi (Media Sosial) Penyesuaian Antara Real Self Dengan Self Image (Identitas Maya) Pembentukan Resiliensi

Bahaya yang dihadapi Anak-Remaja Penyimpangan perilaku seksual Adiksi terhadap zat kimia dan non zat kimia Terlibat dalam geng (pengaruh negatif teman sebaya) Kateksis tubuh Depresi Bullying Radikalisme, dsb...

Strategi Sekolah Terhadap Kasus Kekerasan

Strategi Sekolah dalam Penanganan Bullying Peran sekolah dalam menangani bullying dengan prinsip kepentingan terbaik bagi anak, meliputi anak sebagai saksi dan atau korban bahkan pelaku. Peran sekolah dalam membentuk program dan kebijakan anti bullying dengan melibatkan seluruh komunitas sekolah.

Strategi Proaktif Sekolah dalam Isu Bullying Kurikulum atau materi pembelajaran tentang Anti Bullying yang diberikan secara terstruktur melalui kegiatan sekolah ataupun kelas. Perlu menjadi pertimbangan mengenai usia, gender, dan budaya dalam perancangan materi pembelajaran. Strategi proaktif sekolah dalam memberikan materi pembelajaran tentang Anti Bullying, merupakan salah satu tindakan prevensi primer, yakni mencegah dan atau menghentikan kelanjutan perilaku bullying.

Strategi Reaktif Sekolah dalam Isu Bullying Manajemen/intervensi krisis pada kasus bullying, terkait dengan beberapa hal, yakni 1. Sistem pelaporan korban kasus bullying di sekolah. 2. Sistem penanganan bullying berbasis musyawarah kekeluargaan. 3. Program konseling sekolah bagi saksi dan atau korban bullying. 4. Sistem sanksi disipliner berbasis keadilan restoratif bagi pelaku bullying. 5. Rehabilitasi sosial berbasis sekolah bagi pelaku bullying. 6. Pemulihan mental bagi saksi dan atau korban bullying melalui psikoterapi berkelanjutan.

Bentuk Program Anti Bullying di Sekolah Seminar atau pembelajaran kelas tentang Anti Bullying. Pembuatan video tentang kepedulian terhadap teman sebaya atau ajakan tidak melakukan bullying. Pentas seni berupa drama, musik, story telling, dsb bertema Hentikan bullying. Workshop tentang kompetensi sosial dalam menghadapi bullying. Workshop tentang konseling teman sebaya. Kebijakan aplikatif dari pihak sekolah.

MANFAAT PROGRAM ANTI BULLYING DI SEKOLAH 1) Membangkitkan kesadaran tentang jenis dan bahaya bullying. 2) Meningkatkan pengetahuan siswa tentang berbagai program anti bullying. 3) Mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam menghadapi bullying. 4) Mengembangkan sikap empati terhadap teman sebaya. 5) Mendorong keaktifan dan kreatifitas siswa dalam membuat program anti bullying seperti kampanye Jauhi bullying, peduli sesama

Efek positif dari program Anti Bullying berbasis sekolah akan terus bertahan, JIKA ada dukungan berupa kebijakan dan program yang berkelanjutan (Smith & Sharp, 1994)

STRATEGI PROAKTIF SEKOLAH DAN KELOMPOK SISWA Berbagai strategi proaktif sekolah dalam mencegah perilaku bullying di sekolah, secara tidak langsung dapat memicu terbentuknya kelompok-kelompok sosial yang positif pada siswa, yakni kelompok psikoedukasional dan dukungan

Peran Stakeholder Sekolah (KIS ME) KONSEPTOR KONSELOR INISIATOR SUPERVISOR MOTIVATOR MEDIATOR EDUKATOR

Berani Konseling, Lawan Bullying

Dinar Wukirsari, S.Psi, M.Psi, Psikolog 081 329 266 228 / (024) 76432642 dinarwukirsari@gmail.com S1 Psikologi Universitas Diponegoro S2 Profesi Psikologi Universitas Gadjah Mada Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental Kota Semarang Psikolog di PAUD Konseptor Modul Optimalisasi Perkembangan Anak dan Remaja Assemsent di bidang Industri

Bullying? Bullying (perundungan) adalah suatu perilaku negatif (kekerasan fisik, psikis, dan sosial) yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok pada individu atau kelompok yang lemah, dilakukan secara berulang ulang dan bertujuan untuk menyakiti

Saat ini bullying terbagi menjadi 2, yaitu : Bullying Tradisional Fisik Memukul, menendang, mencubit, menginjak kaki, menjegal, meludahi, melempar barang, dan bentuk kekerasan yg menggunakan fisik. Verbal Memaki, mencemooh, menghina, menjuluki, menyoraki, memberi nama panggilan, merendahkan, dll Psikis Mengucilkan, menghindar, mempermalukan seseorang di depan umum, menertawakan, menggunakan bahasa tubuh yg merendahkan, memanipulasi persahabatan, dll Cyber Bullying Melalalui media elektronik (handphone, komputer)

Apa yang kamu ketahui ttg cyber bullying?

Cyber Bullying adalah tindak kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan menggunakan teknologi elektronik. SMS, Email, Gambar/Video, Website, Blog, atau Sosial Media (Facebook, Instagram, Twiter, Path, Whatsapp, dll)

Ada 3 kunci dalam cyber bullying, yaitu: Korban Pelaku Pelaku Aktif (pelaku yang langsung melakukan tindakan cyberbullying) Pelaku Pasif (pelaku yang secara tidak langsung melakukan, tetapi menyebarkan, meneruskan, dll) Saksi

Jenis Jenis Cyber Bullying

Mengirimkan pesan teks yang isinya merupakan kata-kata yang penuh amarah dan frontal

HARASSMENT Pesan-pesan yang berisi gangguan yang menggunakan email, sms, maupun teks di sosial media yang dilakukan secara terus menerus

Mengumbar keburukan seseorang di internet dengan maksud merusak reputasi dan nama baik orang tersebut

IMPERSONATION Berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik

OUTING Menyebarkan rahasia orang lain ( foto-foto/video pribadi milik orang lain)

TRICKERY Membujuk seseorang dengan tipu daya agar mendapatkan rahasia/foto/video pribadi orang tersebut

EXCLUSION Secara sengaja dan kejam mengeluarkan seseorang dari grup online

CYBERSTALKING Mengganggu dan mencemarkan nama baik seseorang secara intens sehingga membuat ketakutan besar pada orang tersebut

Perilaku bullying bisa di hukum lhooo

Ketentuan pidana tentang anak ini bukan delik aduan. Maksudnya, proses hukum dapat berjalan meski tanpa pengaduan atau persetujuan lebih dahulu dari anak yang menjadi korbannya.

UU ITE Pasal 27 (1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan informasi elektronik yang melanggar kesusilaan UU ITE Pasal 45 (1) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), dipidana dengan pidana dengan penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

UU ITE Pasal 27 (3) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pengihanaan dan/atau pencemaran nama baik UU ITE Pasal 45 (3) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3), dipidana dengan pidana dengan penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)

UU ITE Pasal 28 (2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). UU ITE Pasal 45 (2) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

UU ITE Pasal 29 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi. UU ITE Pasal 45B Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud Pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)

Berfikirlah dua kali sebelum Anda berbicara karena kata-kata Anda akan menanam benih keberhasilan atau kegagalan dalam pikiran orang lain -Napolleon Hill-

G E B E R S E P T I (GERAKAN BERSAMA SEKOLAH SEMARANG PEDULI DAN TANGGAP BULLYING)

Program GEBER SEPTI (Gerakan Bersama Sekolah Semarang Peduli Dan Tanggap Bullying) merupakan layanan konsultasi psikologi dan edukasi berbasis teknologi dalam rangka pencegahan dan penanganan terapeutik terhadap kasus bullying (kekerasan terhadap anak) di sekolah Kota Semarang. Dasar pemikiran GEBER SEPTI yaitu meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan pemberdayaan masyarakat di bidang intervensi psikologis pada kasus bullying di sekolah. Selain itu, memberikan wadah konsultasi psikologi dan hukum secara online bagi para Guru, Korban dan Pelaku Bullyin serta Orangtua Siswa. Program GEBER SEPTI ini menjadi wujud nyata sebagai peningkatan pelayanan kesehatan mental masyarakat, kesejahteraan sosial, dan kualitas pendidikan. Selain itu, sebagai bentuk dukungan terhadap Program Sekolah Ramah Anak, Resilience City, dan Smart City.

PROGRAM GEBER SEPTI Seminar / Sosialisasi Memberikan informasi psikologi (psikoedukasi) atau seminar (sosialisasi) yang tepat dan bermanfaat guna mencegah perilaku bullying dan hal- hal yang berkaitan dengan penanganan kasus bullying Mediasi Ramah Anak Melakukan mediasi ramah anak antara pelaku dengan korban bullying beserta keluarga sebagai alternative proses penyelesaian permasalahan hukum dengan memperhatikan kondisi masing masing pihak Pendampingan Psikologi & Hukum Memberikan pendampingan secara psikologis dan hukum terhadap pelaku dan korban bullying

PROGRAM GEBER SEPTI Pelatihan Menyediakan jasa pelatihan sumber daya manusia yang bertujuan dengan pencegahan dan penanganan perilaku bullying, seperti leadership training, counseling workshop untuk para guru BK, motivation training, dll Rehabilitasi Memberikan rekomendasi rekomendasi program rehabilitasi untuk pelaku bullying pada pihak terkait dan berkepentingan Kurasi Melakukan intervensi seperti konseling dan teknik modifikasi perilaku baik terhadap pelaku maupun korban bullying

Bagi Korban Bullying Pengembangan dan Peningkatan : Self Esteem Konsep Diri Penyesuaian Diri Kepercayaan Diri Potensi Diri Kesejahteraan Psikologi Bagi Pelaku Bullying Kesadaran pelaku bahwa perilaku bullying itu salah Peningkatan rasa dan perilaku empati terhadap korban Menurunnya sifat agresif Mengurangi perilaku bullying

rdrm.semarangkota.go.id

Silahkan Klik Menu Konsultasi Psikologi lalu Pilih Bagian yang Sesuai dengan Anda

Isilah Form Konsultasi Siswa dengan Lengkap, lalu Klik Kirim

Isilah Form Konsultasi Orang Tua dengan Lengkap, lalu Klik Kirim

Isilah Form Konsultasi Guru Mapel/BK dengan Lengkap, lalu Klik Kirim

KONSULTASI PSIKOLOGI ONLINE DITANGANI OLEH TENAGA AHLI PSIKOLOGI YANG BERPENGALAMAN

Sekilas Tentang RDRM Rumah Duta Revolusi Mental merupakan program pemerintah dalam rangka memperbaiki dan membangun karakter bangsa Indonesia sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya pada program Gerakan Indonesia Tertib yang fokus pada: menumbuhkan lingkungan keluarga; satuan pendidikan; satuan kerja dan komunitas yang ramah dan bebas kekerasan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental. 9) RDRM (Rumah Duta Revolusi Mental) adalah pemantapan Pemerintah Kota Semarang untuk mewujudkan Smart City, Resilient City, Health City, Kota Layak Anak dan Semarang Hebat yang berbasis tekhnologi.

Tujuan Mewujudkan program dan kegiatan Pemerintah Kota Semarang yang terintegrasi (menyeluruh dan terpadu) dengan melibatkan kerja sama seluruh stakeholders yang ada, khususnya dalam penanganan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kota Semarang.

Jenis Pelayanan RDRM : a) Konsultasi Bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum b) Konsultasi Keluarga c) Konsultasi Masalah Anak dan Remaja d) Tes Psikologi untuk Anak dan Remaja e) Terapi Psikologi dan Trauma Healing

Program RDRM 1) Restoratif Justice Program 2) Moral & Character Education Program 3) Public Mental Health Program 4) Community Development Program 5) Action Research 6) Human Resource Development Program

Jl. Simongan Raya No. 49 Semarang 024-76432642 0813 2926 6228 rdrm.kotasemarang www.rdrm.semarangkota.go.id www.gebersepti.semarangkota.go.id