BAB III METODOLOGI PENELITIAN Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Februari 2016.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Februari 2016."

Transkripsi

1 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Tahapan pelaksanaan ini yakni pembuatan keramik berpori berbahan baku tanah lempung (clay) dan serbuk kulit kakao, pengujian sifat fisis (densitas, porositas dan daya serap air) dan sifat mekanik (kuat tekan dan kekerasan) dilakukan di Laboratorium Material Test PTKI Medan serta pengujian sifat morfologi permukaan (Scanning Electron Microscope/SEM)-EDX di Laboratorium Fisika UNIMED Medan Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Februari Peratan Dan Bahan Peralatan 1. Ayakan 100 mesh: untuk memisahkan butiran sesuai ukuran yang diperlukan. 2. Neraca Digital : untuk menimbang massa sampel. 3. Beaker Glass 500 ml: untuk mengukur volume dan sebagai wadah sampel. 4. Spatula: untuk mengaduk bahan agar tercampur merata (homogen). 5. Kertas Saring: untuk menyaring partikel suspensi dengan cairan. 6. Magnetik stirer: untuk mengaduk larutan secara otomatis. 7. High Temperature Furnance (Tanur): sebagai tempat pembakaran sampel dengan kapasitas pembakaran 1100 o C. 8. Cetakan Sampel (Moulding): sebagai tempat mencetak sampel. 9. Botol vial : sebagai wadah meletakan sampel. 10. Hidraulik Cold Press: untuk menekan sampel yang sudah dimasukkan ke cetakan agar padat. 11. Jangka Sorong: untuk mengukur tebal dan panjang sampel. 12. Pisau: untuk memotong kulit kakao.

2 Stopwacth: untuk menghitung lamanya waktu kompaksi dan pembakaran. 14. Microhardness Testing Machine (uji kekerasan rockwell): sebagai alat untuk menguji sifat kekerasan material. 15. Universal Testing Machine (UTM) : sebagai alat untuk menguji sifat kuat tekan material. 16. Scanning Electron Microscope (SEM) : untuk melihat morfologi permukaan keramik berpori. 17. Energy Disversive X-Ray (EDX) : untuk menentukan unsur-unsur partikel Bahan 1. Tanah lempung (clay) : sebagai matriks pada pembuatan keramik berpori. 2. Serbuk kulit kakao : sebagai filler pada pembuatan keramik berpori. 3. Aquadest (H 2 O) : sebagai penetral ph tanah lempung. 4. HCL 1 mol : sebagai larutan untuk aktivasi kimia tanah lempung. 3.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian pada pembuatan material keramik berpori dari bahan tanah lempung (clay) dan serbuk kulit kakao antara lain komposisi bahan baku, suhu sintering dan karakterisasi. Variasi komposisi ditunjukkan pada Tabel 3.1 : Tabel 3.1 Persentase Keramik Berpori Dari Tanah Lempung (Clay) Dan Serbuk Kulit Kakao Kode Sampel Tanah Lempung (Clay) (% massa) Serbuk Kulit Kakao (% massa) A B C D E Sedangkan untuk variasi perlakuan suhu sintering sebesar : 800 o C, 900 o C dan 1000 o C dan karakterisasi material keramik berpori dari tanah lempung (clay) dan serbuk kulit kakao meliputi: sifat fisis (densitas, porositas dan daya serap air), sifat mekanik (kuat tekan dan kekerasan) dan sifat morfologi (SEM).

3 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Dan Karakterisasi Keramik Berpori Dari Tanah Lempung dan Serbuk Kulit Kakao

4 Prosedur Penelitan a. Tanah lempung - Preparasi Sampel Tanah lempung 1. Diambil tanah lempung di daerah Pancur Batu dengan kedalaman ± 40 cm dari permukaan tanah. 2. Dijemur tanah lempung dibawah sinar matahari sampai kering. 3. Dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama ± 15 menit. 4. Digerus tanah lempung sampai halus kemudian diayak dengan ukuran 100 mesh. - Aktivasi Sampel Tanah lempung 1. Dimasukan 50 gram serbuk tanah lempung kedalam beaker glass 500 ml. 2. Ditambahkan 250 ml larutan HCL 1 mol konsentrasi 7% sambil diaduk dengan magnetik stirer selama 24 jam. 3. Disaring hasil larutan HCL 1 mol dengan kertas saring untuk mendapatkan hasil residu. 4. Dicuci hasil residu dengan aquadest (H 2 O) panas sampai ph netral dan bebas ion klorida (Cl - ). 5. Dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama ± 15 menit. b. Kulit Kakao - Preparasi Kulit Kakao 1. Dibersihkan kulit kakao dari getahnya dan sisa sisa dari daging buah kakao. 2. Dipotong-potong kulit kakao dengan ukuran ± 3 cm dan dikeringkan secara alami dibawah panas matahari. 3. Dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama ± 15 menit. 4. Digerus kulit kakao sampai halus kemudian diayak dengan ukuran 100 mesh.

5 32 c. Pembuatan Keramik Berpori Pembuatan keramik berpori dilakukan dengan metode konvensional cetak dan tekan dimana prosesnya sebagai berikut : 1. Dicampurkan tanah lempung (clay) dan serbuk kulit kakao dengan variasi komposisi tanah lempung (clay) dan serbuk kulit kakao 85% : 15%, 80% : 20%, 75% : 25%, 70% : 30% dan 65% : 35% sampai homogen. 2. Dimasukkan campuran yang homogen kedalam cetakan berbentuk tabung. 3. Dikompaksi cetakan tersebut dengan tekanan 300 MPa dengan waktu tahan 10 menit kemudian dikeluarkan dalam cetakan dan didiamkan pada suhu kamar. 4. Setelah itu, campuran yang telah di press kemudian disintering dengan variasi sintering 800 C, 900 C dan 1000 C ditahan selama 2 jam.

6 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Keramik berpori berbasis tanah lempung dan serbuk kulit kakao yang telah dibuat menggunakan teknik konvensional cetak dan tekan yang dicampur dengan pencampuran kering (dry mixing). Variasi komposisi tanah lempung dan serbuk kulit kakao dibuat dengan perbandingan : 85% : 15%, 80% : 20%, 75% : 25%, 70% : 30% dan 65% : 35% dengan massa total 12 gram yang dikompaksi dengan tekanan 300 MPa selama 10 menit kemudian disintering dengan variasi temperatur sintering 800 o C, 900 o C dan 1000 o C. Karakterisasi material dilakukan pada keramik berpori berbasis tanah lempung dan serbuk kulit kakao dengan tujuan untuk melihat bagaimana interaksi antar bahan dalam membentuk keramik berpori terhadap sifat fisis : densitas, porositas, daya serap air morfologi permukaan dan ukuran pori, sifat mekanik : kekerasan dan kuat tekan. Dalam hal ini, dilihat parameter yang mempengaruhi sifat-sifat dari material tersebut adalah pengaruh komposisi yang mana memberikan suatu gambaran interaksi untuk membentuk suatu ikatan antar campuran bahan yang satu dengan bahan yang lain. 4.1 Karakterisasi Sifat Fisis Keramik Berpori Densitas (Massa Jenis) Densitas merupakan ukuran suatu kerapatan atom-atom penyusun material yang saling berikatan atau berinteraksi antara satu atom dengan atom lainnya. Untuk menentukan nilai densitas dapat dilakukan dengan menggunakan ASTM C untuk geometri material yang berbentuk seperti silinder, didapatkan nilai densitas dengan menggunakan Persamaan 2.1. Contoh perhitungan untuk menentukan nilai densitas dapat dilihat pada lampiran A. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel B1( lampiran B) dari data pada Tabel B1 dapat dibuat grafik seperti pada Gambar 4.1.

7 34 Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Densitas Dengan Variasi campuran Keramik Berpori Pada Suhu Sintering yang Berbeda Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume material. Semakin tinggi densitas (massa jenis) suatu material, maka porositas dan daya serapnya semakin kecil. Densitas rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volume. Gambar 4.1 menggambarkan hubungan antara pengaruh variasi icampuran dengan nilai densitas bahwa nilai densitas keramik berpori yang optimum terjadi pada komposisi tanah lempung : serbuk kulit kakao 85% : 15% dengan nilai densitas sekitar yaitu (3,695-6,644) x 10 3 gr/cm 3. Sedangkan nilai densitas yang kurang optimum pada komposisi tanah lempung : serbuk kulit kakao 65% : 35% dengan nilai densitas sekitar (3,219 3,894) x 10 3 gr/cm 3. Nilai densitas dipengaruhi oleh penambahan komposisi penguat tanah lempung. Ini disebabkan karena sifat dari tanah lempung tersebut yaitu adanya ikatan kohesivitas (gaya adesi-kohesi) antara lain : kekasaran permukaan partikel tanah lempung dengan serbuk kulit kakao dimana semakin tinggi kekasaran serbuk maka semakin luas kontak antar permukaan, adanya gaya gesek antar permukaan partikel yang diakibatkan oleh proses kompaksi (tekanan). Dimana apabila gaya tekan yang diberikan dibawah kekuatan tarik dari serbuk kulit kakao dan dibawah kekuatan

8 35 tarik tanah lempung maka terjadi deformasi elastis yang mengakibatkan nilai densitas semakin rendah. Sedangkan terhadap perlakuan suhu pembakaran berbanding lurus dengan densitas. Hasil pengamatan nilai densitas optimum pada perlakuan suhu sintering 1000oC dengan nilai densitas berkisar (3,894 6,644) x 103 gr/cm3 sedangkan nilai densitas yang kurang optimum pada perlakuan suhu sintering 800oC dengan nilai berkisar (3,219 3,695) x 103 gr/cm3. Ini terjadi karena pada saat diberikan suhu tinggi atom-atom yang menyusun material komposit tersebut mengalami difusi sehingga atom-atom antara filler dengan matriks berinteraksi membentuk suatu ikatan yang kuat dan memadat sehingga terjadi penyusutan pori-pori dan menjadi rapat Porositas Porositas merupakan jumlah pori-pori yang terdapat pada material, dimana pori-pori tersebut terbentuk karena adanya pengosongan atom-atom atau cacat kristal yang menyusun material tersebut. Nilai porositas hasil penelitian dihitung dengan menggunakan persamaan 2.2. Contoh perhitungan untuk menentukan nilai porositas dapat dilihat pada lampiran A. Data hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel B2 (lampiran B). Dari data pada Tabel B1 dapat dibuat grafik pada Gambar 4.2 Porositas (%) Series1, 65:35, Porositas Vs Kompoisi Series2, 65:35, Series1, 85:15, Series Series2 Series2, 85:15, Series3 800oC Series3, 65:35, o Series3, 85:15, 900 C oC Variasi Komposisi Tanah Lempung : Serbuk Kulit Kakao (%wt) Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Porositas Dengan Variasi campuran Keramik Berpori Pada Suhu Sintering yang Berbeda

9 36 Gambar 4.2 menunjukan bahwa semakin kecil variasi komposisi serbuk kulit kakao dan semakin besar variasi komposisi tanah lempung maka nilai porositas material keramik berpori tersebut semakin kecil. Dari hasil pengamatan bahwa variasi campuran yang kurang optimum memiliki porositas yang besar pada komposisi 85% : 15% dengan nilai porositas berkisar 18,272% - 33,017%. Sedangkan nilai porositas yang besar pada komposisi 65% : 35% dengan nilai porositas berkisar 22,959% - 50,06%. Ini disebabkan karena adanya ketidak homogenitas campuran antara peguat tanah lempung dan serbuk kulit kakao tidak terdistribusi merata sehingga terjadilah porositas sehingga adanya oksigen yang masuk atau zat pengotor dalam material tersebut. Selain itu, densitas dengan porositas sangat berhubungan yaitu saling berbanding terbalik dimana semakin tinggi densitas keramik berpori maka semakin kecil porositas yang dihasilkan. Ini artinya semakin tinggi densitas keramik berpori maka semakin rapat atom-atom untuk membentuk suatu ikatan kovalen yang kuat. Akan tetapi hasil dari pengamatan grafik bahwa nilai porositas berbanding terbalik dengan suhu sintering. Semakin besar suhu yang diberikan maka semakin kecil porositas yang dihasilkan. Ini menunjukkan bahwa pada saat diberikan suhu atom-atom penyusun material tersebut mengalami difusi sehingga terjadi penyusutan pori-pori. Ini dibuktikan dari hasil penelitian bahwa perlakuan suhu sintering yang optimum pada suhu 1000 o C dengan nilai porositas kecil yaitu berkisar 18,272% - 22,959% sedangkan suhu sintering pada 800 o C dengan nilai porositas yang besar berkisar 33,017% - 50,06% Daya Serap Air Daya serap air merupakan kemampuan suatu material menyerap air maupun oli, dimana daya serap ini sangat penting dalam pembuatan keramik berpori dimana mengetahui daya serap optimum pada keramik berpori. Daya serap air hasil penelitian dihitung dengan dengan menggunakan Persamaan 2.3. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel B3 (Lampiran B) dari data pada Tabel B1 dapat dibuat grafik seperti pada Gambar 4.3

10 37 Series1, 65:35, Daya Serap Air Vs Komposisi Daya Serap Air (%) Series2, 65:35, Series3, 65:35, Series1, Series1 85:15, Series2 800 o C Series3 900 o C Series2, 85:15, 1000 o C Series3, 85:15, Variasi Komposisi Tanah Lempung : Serbuk Kulit Kakao (%wt) 2.75 Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Daya Serap Air Dengan Variasi campuran Keramik Berpori Pada Suhu Sintering yang Berbeda Berdasarkan grafik pada Gambar 4.3 jelas terlihat bahwa nilai daya serap air kurang optimum yaitu keramik berpori dengan variasi komposisi tanah lempung : serbuk kulit kakao 85% : 15% dengan nilai daya serap air sekitar 2,75% - 9,125%. Sedangkan nilai daya serap air yang optimum pada komposisi tanah lempung : serbuk kulit kakao 65% : 35% dengan nilai yaitu 6,787% - 15,55%. Nilai daya serap air pada keramik berpori berbanding terbalik dengan variasi campuran dan berbanding lurus dengan banyaknya komposisi tanah lempung hal ini disebabkan karena tanah lempung memiliki kerapatan yang sangat tinggi sehingga pada saat proses kompaksi maka atom-atom yang menyusun keramik berpori berikatan sangat kuat akibatnya molekul-molekul air sulit menembus dan merembes keluar. Sedangkan pengaruh perlakuan suhu sintering berbanding terbalik dengan daya serap air. Hasil pengamatan nilai daya serap air kurang optimum pada perlakuan suhu sintering 1000 o C dengan nilai daya serap air berkisar 2,75% - 6,787%. Sedangkan nilai daya serap air optimum pada suhu sintering 800 o C dengan nilai daya serap air berkisar 9,125% 15,55%. Semakin rendah suhu yang diberikan maka semakin besar kemampuan daya serap air pada material keramik berpori tersebut. Hal ini dikarenakan suhu yang diberikan tidak mencapai suhu sintering sehingga adanya kekosongan antar partikel yang menyebabkan terjebaknya oksigen dalam sampel selama proses pembakaran walaupun berada

11 38 pada lingkungan vacum sehingga timbul pengotor yang dapat meningkatkan sifat porositas pada material keramik berpori. 4.2 Karakterisasi Sifat Mekanik Kuat Tekan Kekuatan tekan merupakan suatu kemampuan material dalam menahan beban atau gaya mekanis yang diberikan sampai terjadinya kegagalan (failure). Nilai kuat tekan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.4. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel B1(lampiran B). Dari data pada Tabel B.4 dapat dibuat grafik seperti pada Gambar 4.4 Kuat Tekan (MPa) Kuat Tekan Vs Komposisi Series3, 85:15, Series1 Series3, 65:35, oC Series2 Series2, 85:15, o 900 C Series oC Series2, 65:35, Series1, 85:15, Series1, 65:35, Variasi Komposisi Tanah Lempung : Serbuk Kulit Kakao (%wt) Gambar 4.4 Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan Dengan Variasi campuran Keramik Berpori Pada Suhu Sintering yang Berbeda Gambar 4.4 menunjukkan bahwa nilai kuat tekan meningkat sebanding dengan penambahan komposisi tanah lempung. Ini ditunjukan dari hasil penelitian bahwa kondisi optimum diperoleh nilai kuat tekan yang optimum pada komposisi tanah lempung : serbuk kulit kakao 85% : 15% menghasilkan kuat tekan sebesar 47, ,489 MPa dan kondisi kurang optimum pada komposisi serbuk kulit kakao : tanah lempung 65% : 35% menghasilkan kuat tekan sebesar 22, ,293 MPa. Sedangkan pengaruh perlakuan suhu terhadap kuat tekan menunjukkan suhu optimum pada perlakuan suhu sintering 1000oC memiliki kuat tekan berkisar 158, ,489 MPa. Selain itu, untuk nilai kuat tekan yang kurang optimum

12 39 pada perlakuan suhu sintering 800 o C dengan nilai kuat tekan 22,833-47,181MPa. Dimana pada proses difusi, atom-atom yang menyusun pada material filter tersebut membentuk suatu ikatan yang tidak sempurna sehingga timbulnya cacat dalam bentuk pori-pori yang sangat banyak. Peningkatan nilai kuat tekan ini tidak hanya dipengaruhi oleh struktur mikro material, yang meliputi rongga dan retakan yang terbentuk pada saat pembakaran, tetapi juga dipengaruhi oleh sifat serbuk penyusun material tersebut. Selain itu, nilai densitas dari sampel uji dapat mempengaruhi karena apabila densitas sampel uji makin rendah maka nilai kuat tekan dari sampel tersebut juga menurun dikarenakan ketidakhomogennya campuran tersebut sehingga distribusi serbuk kulit kakao tidak tersebar merata ke permukaan tanah lempung sehingga porositasnya semakin tinggi yang mengakibatkan keretakan ketika diberi gaya luar dan mengakibatkan tidak tercapainya ikatan antar permukaan dengan baik antar penyusun material keramik berpori tersebut Kekerasan (Hardness) Kekerasan merupakan ketahanan bahan terhadap penetrasi pada permukaan. Pengujian kekerasan menggunakan persamaan 2.5 yang mengacu pada standar pengujian ASTM C 773 menggunakan metode Vickers yaitu menggunakan microhardness testing machine model karl frank dengan menekankan intan indentor menggunakan beban 100 kg dengan waktu penahanan selama 30 detik. Nilai kekerasan dapat di hitung dengan menggunakan pers 2.5. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel B.5 (Lampiran B). Dari data pada Tabel B.5 dapat dibuat grafik seperti pada Gambar 4.5.

13 40 Kekerasan (MPa) Series3, 65:35, Series2, 65:35, Series1, 65:35, Kekerasan Vs Komposisi Series3, 85:15, Series2, 85:15, Series1, :15, Series1 Series2 800 o C Series3 900 o C 1000 o C Variasi Komposisi Tanah Lempung : Serbuk Kulit Kakao (%wt) Gambar 4.5 Grafik Hubungan Antara Kekerasan Dengan Variasi Komposisi Pada Material Keramik berpori Gambar 4.5 menunjukkan bahwa kondisi optimum diperoleh nilai kekerasan yang tinggi pada komposisi tanah lempung : serbuk kulit kakao 85% : 15% dengan nilai kekerasan sekitar 269, ,825 MPa dan kondisi yang kurang optimum pada komposisi tanah lempung : serbuk kulit kakao 65% : 35% dengan nilai kekerasan sebesar 147, ,852 MPa. Nilai kekerasan semakin menurun pada saat peningkatan massa serbuk kulit kakao. Ini dikarenakan pada proses pembuatan dengan teknik konvensional cetak dan tekan memungkinkan distribusi antara tanah lempung dengan serbuk kulit kakao yang tidak merata sehingga mengakibatkan tidak tercapainya ikatan antar permukaan dengan baik antar penyusun komposit. Selain itu adanya kekosongan antar partikel yang menyebabkan terjebaknya oksigen dalam sampel selama proses kompaksi serta adanya pengotor yang dapat menurunkan sifat kekerasan komposit tersebut. Dan juga untuk nilai kekerasan yang kurang optimum pada perlakuan suhu sintering C dengan nilai kekerasan 147, ,293 MPa. Dan nilai kekerasan yang optimum pada perlakuan suhu sintering C dengan nilai kekerasan 187,52 312,825MPa. Nilai kekerasan yang kurang optimum terjadi karena pada proses difusi, atom-atom yang menyusun pada material keramik tersebut membentuk suatu ikatan yang kurang sempurna sehingga timbulnya cacat dalam bentuk poripori yang sangat banyak.

14 Hasil Karakterisasi Scanning Electron Microscope - Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX) Morfologi Permukaan Analisa SEM partikel keramik berpori yaitu untuk mengetahui bentuk morfologi dari partikel keramik berpori pada pembakaran suhu C dengan variasi komposisi 65% : 35% dan C dengan variasi komposisi 85% : 15%. Gambar 4.1 menunjukkan morfologi keramik berpori berbasis tanah lempung dan serbuk kulit kakao pada suhu C dengan perbesaran 1000 dan 1500 kali. Gambar 4.6 Morfologi Keramik Berpori Berbasis Tanah Lempung dan Serbuk Kulit Kakao pada Suhu C dengan Perbesaran 1000 Kali

15 42 Gambar 4.7 Morfologi Keramik Berpori Berbasis Tanah Lempung dan Serbuk Kulit Kakao pada Suhu C dengan Perbesaran 1500 Kali Gambar 4.8 Morfologi Keramik Berpori Berbasis Tanah Lempung dan Serbuk Kulit Kakao pada Suhu C dengan Perbesaran 1000 Kali

16 43 Gambar 4.9 Morfologi Keramik Berpori Berbasis Tanah Lempung dan Serbuk Kulit Kakao pada Suhu C dengan Perbesaran 1500 Kali Berdasarkan Gambar 4.6, 4.7, 4.8 dan 4.9 dapat diambil kesimpulan bahwa morfologi keramik berpori berbasis tanah lempung dan serbuk kulit kakao yang diaktivasi pada suhu C memiliki struktur yang hampir sama dengan morfologi keramik berpori yang diaktivasi pada suhu C. Tetapi terdapat penyebaran pori yg berbeda terhadap kedua sampel tersebut. Penyebaran pori yang lebih merata terlihat pada sampel yang diaktivasi pada suhu C. Hal ini sesuai dengan pengujian porositas dan daya serap air didapatkan bahwa pada suhu pembakaran C dengan variasi komposisi 65% : 35% adalah yg optimum.

17 Ukuran Diameter Pori Gambar 4.3 merupakan Analisa SEM partikel keramik berpori yaitu untuk mengetahui bentuk morfologi dan ukuran diameter pori dari keramik berpori pada suhu C dengan variasi komposisi 65% : 35% dan keramik berpori pada suhu C dengan variasi komposisi 85% : 15% dengan perbesaran yang sama kali. Gambar 4.10 Hasil SEM yang Menunjukkan Ukuran Diameter Pori pada Variasi Komposisi 65% : 35% dan suhu C dengan Perbesaran 1500 Kali.

18 45 Gambar 4.11 Hasil SEM yang Menunjukkan Ukuran Diameter Pori pada Variasi Komposisi 85% : 15% dan Suhu C dengan Perbesaran 1500 Kali. Berdasarkan Gambar 4.10 dan 4.11 dapat dilihat ukuran diameter pori pada keramik berpori berbasis tanah lempung dan serbuk kulit kakao yang dibakar pada suhu C dengan variasi komposisi 65% : 35% memiliki ukuran diameter pori rata-rata 11,86 µm sedangkan sampel yang dibakar pada suhu C dengan variasi komposisi 85% : 15% memiliki ukuran diameter pori rata-rata 25,83µm. Dari hasil ini ternyata didapat bahwa ukuran pori dari sampel yang dibakar pada suhu C dengan variasi komposisi 85% : 15% ternyata lebih besar dibandingkan ukuran pori sampel yang dibakar pada suhu C dengan variasi komposisi 65% : 35%.

19 Kandungan Unsur Analisa Energy Dispersive X-Ray Spectrometer (EDX) partikel keramik berpori yang dimaksudkan untuk mengetahui unsur unsur yang terkandung didalam partikel keramik berpori tersebut melalui grafik hubungan dua parameter energi unsur (kev) terhadap intensitas cacahan perdetik (cps/count per second) yang berarti semakin besar intensitas yang muncul, maka semakin banyak kandungan unsur dalam suatu bahan. Berikut ini (Gambar 4.4a) hasil uji EDX keramik berpori berbasis tanah lempung dan serbuk kulit kakao pada suhu C. Gambar 4.12 Hasil Pembacaan kandungan EDX Keramik Berpori dengan Komposisi 65%:35% Pada Suhu C

20 47 Pada Gambar 4.12 diketahui unsur yang dominan yang terdapat pada keramik berpori berbasis tanah lempung dan kulit kakao yang diaktivasi pada suhu C yaitu O (Oksigen) sebesar 40,44 %, Si (Silika) sebesar 25,41 %, Al (Aluminium) sebesar 11,02 %. Ketiga unsur ini merupakan unsur penyusun utama tanah lempung. Dari sini dapat dilihat bahwa ketika lempung mengalami proses sintering maka tidak ada perubahan berarti pada unsur penyusunnya. Keberadaan unsur O yang paling banyak berasal dari ikatannya dengan Si yang membentuk SiO 2 serta dari oksigen yang terperangkap pada pori-pori keramik. Gambar 4.13 Hasil Pembacaan Kandungan Unsur EDX Keramik Berpori dengan Komposisi 85%:15% Pada Suhu C Pada Gambar4.13diketahui unsur yg dominan yang terdapat pada keramik berpori berbasis tanah lempung dan serbuk kulit kakao yang diaktivasi pada suhu C yaitu O (Oksigen) sebesar 38,65 %, Si (Silika) sebesar 17,29 %, Al (Aluminium) sebesar 14,48 %. Ketiga unsur ini adalah penyusun utama dari tanah lempung. Bila diperhatikan dengan keramik dengan campuran 65%:35% makan dapat

21 48 dilihat bahwa konsentrasi dari unsur O dan Si jumlahnya lebih banyak dan konsentrasi Al jumlahnya lebih sedikit daripada keramik dengan campuran 85%:15% pada suhu C. Berdasarkan komposisi unsur yang terdapat pada Gambar 4.12 dan 4.13 diketahui bahwa keramik berpori yang dibakar pada suhu C memiliki jumlah oksigen lebih sedikit daripada keramik berpori yang dibakar pada suhu C.

22 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Tanah lempung dan serbuk kulit kakao dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan keramik berpori dengan menggunakan teknik konvensional ceak dan tekan. 2. Komposisi dan suhu optimum keramik berpori berbasis tanah lempung dan kulit kakao adalah 85% : 15% pada suhu 1000 C dengan nilai densitas = 6,644 gr/cm 3 ; kuat tekan = 380,489 MPa dan kekerasan = 312,825 MPa. Sedangkan untuk sifat fisis pada komposisi 65% : 35% pada suhu 800 C dengan nilai porositas = 50,06% dan daya serap air = 15,55% dan dengan ukuran pori rata-rata 27,895 µm. 3. Pengaruh variasi komposisi tanah lempung dan suhu pembakaran terhadap sifat fisis (densitas) dan sifat mekanik (kuat tekan dan kekerasan) berbanding lurus, akan tetapi berbanding terbalik dengan daya serap air dan porositas. 5.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melakukan pengujian aplikasi penggunaan keramik berpori sebagai material filterisasi. 2. Melakukan pencampuran serbuk kulit kakao dengan material lain selain tanah lempung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA Unila dan Laboratorium Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Moraida Hasanah 1, Tengku Jukdin Saktisahdan 2, Mulyono 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Proses pembuatan sampel dilakukan dengan menggunakan tabung HEM dan mesin MILLING dengan waktu yang bervariasi dari 2 jam dan 6 jam. Tabung HEM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penimbangan Serbuk Alumunium (Al), Grafit (C), dan Tembaga (Cu) Pencampuran Serbuk Al dengan 1%Vf C dan 0,5%Vf Cu Kompaksi 300 bar Green Compact

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di Laboratorium Fisika Material Universitas Lampung, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Eksperimen Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Karakterisasi sampel

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN III.1 Umum Penelitian yang dilakukan adalah penelitian berskala laboratorium untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi aditif (additive) yang efektif dalam pembuatan keramik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP SIFAT MEKANIK KERAMIK BERPORI MENGGUNAKAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP SIFAT MEKANIK KERAMIK BERPORI MENGGUNAKAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP SIFAT MEKANIK KERAMIK BERPORI MENGGUNAKAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Tengku Jukdin Saktisahdan 1, Moraida Hasanah

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB III. BAHAN DAN METODE 10 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Agustus 2011. Proses pembuatan dan pengujian arang aktif dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat 28 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat SOFC.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian adalah cara yang dipakai dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan ilmiah. Adapun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari 27 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengujian

Lebih terperinci

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2 STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2 Meilinda Nurbanasari Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional, Bandung Dani Gustaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN : Literatur Persiapan Bahan Penimbangan resin ABS dan graphite disesuaikan dengan fraksi volume Dispersi ABS dengan MEK Pencampuran ABS terdispersi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer). 27 III. METODE PENELITIAN A. BAHAN BAHAN PENETILIAN 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung Selatan. 2. Air yang berasal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI Oleh AHMAD EFFENDI 04 04 04 004 6 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 AlaT Penelitian Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan komposit : a. Alat yang digunakan untuk perlakuan serat Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN. 17 Ibnu Maulana Yusuf

BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN. 17 Ibnu Maulana Yusuf BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN Gambar 3.1. Skema proses pembuatan filter air dari karbon serbuk dan pasir silika 17 III.2. TAHAP PERSIAPAN Pada tahap persiapan, proses-proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama mencakup peralatan pembuatan paduan Al-Si dengan penambahan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu pada bulan Februari 2015 hingga bulan Desember 2015. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 5. Sifat Mekanis Nano Komposit Bentonit

BAB 5. Sifat Mekanis Nano Komposit Bentonit BAB 5. Sifat Mekanis Nano Komposit Bentonit a b c Gambar 5.1a. a. Bentonit Alam b. PE-g-Ma c HDPE 5.1. Analisis Mekanik Nano Komposit Bentonit Alam dengan Proses Ball Mill Sifat mekanis nano komposit HDPE,

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3. 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini : Latar belakang penelitian Rumusan masalah penelitian Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN IV.1 Karakterisasi Serbuk Alumina Hasil Milling Menggunakan SEM Proses milling ditujukan untuk menghaluskan serbuk sehingga diperoleh gradasi ukuran partikel yang tinggi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Untuk keperluan Analisis digunakan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. Mulai Mempersiapkan Alat dan Bahan Proses Peleburan Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 19 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 8 bulan, dimulai bulan Juli 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biofisika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi sampel dan uji sifat fisis akan dilakukan di Laboratorium Fisika Material

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Gambar 5. Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang yang merupakan rangkaian proses penelitian yang telah dilakukan. Proses penelitian ini dibagi ke dalam

Lebih terperinci

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu 18 Electron Optical Colw.in Anqcl* Apcftvte High Voitag«E)>clron Gwi Elsctfofi Bern Deflection Coiis- G«aef«tor CftT Oitpliy t Flnjl Aperlur* Oetcdo' Sample Oiiplay Controls Gambar 10. Skema peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Menyediakan Sampel Memotong blok / ingot Al Menyediakan Crusibel Menimbang blok Al, serbuk Mg, dan serbuk grafit Membuat Barrier dari campuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METOOLOGI PENELITIAN III.1 IAGRAM ALIR PENELITIAN Persiapan bahan baku serbuk Karakterisasi serbuk Penimbangan Al Penimbangan NaCl Penimbangan Zn(C 18 H 35 O 2 ) 2 Penimbangan Al 2 O 3 Pencampuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA Dahyunir Dahlan, Sri Mulyati Laboratorium Fisika Material - Jurusan Fisika, FMIPA UNAND

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab hasil dan pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil preparasi bahan dasar karbon aktif dari tempurung kelapa dan batu bara, serta hasil karakterisasi luas permukaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini berupa metode eksperimen. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh daun sukun dalam matrik polyethylene.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. 3.1 Tempat Penelitian Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium pengembangan keramik Balai Besar Keramik, untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIK

LAMPIRAN 1 HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIK LAMPIRAN 1 HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIK a. Pengujian densitas Hasil Pengujian densitas dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (2.1) Densitas (ρ) Dimana : m V m massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni. 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni. 3.2 Alur Penelitian Kegiatan penelitian akan dilakukan dengan alur seperti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari Desa Margakaya Kecamatan Jati Agung

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3 Sri Handani 1, Sisri Mairoza 1 dan Muljadi 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas 2 Lembaga Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan bahan-bahan sebagai berikut : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Kimia FT Unnes yang meliputi pembuatan adsorben dari Abu sekam padi (rice husk), penentuan kondisi optimum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN BAB. III. III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di: Balai Riset Perindustrian Tanjung Morawa Waktu penelitian : Penelitian dilakukan pada Pebruari 2010 - April

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO Fahmi 1109201707 Dosen Pembimbing Dr. Mochammad Zainuri, M.Si PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di Laboratorium Daya dan Alat, Mesin Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci