I KOMANG GIRI SANTIKA, , JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS ILMU SOSIAL, Drs. SURYA KOBI, M.Pd, LUKMAN D. KATILI S.Ag.,M.Th.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I KOMANG GIRI SANTIKA, , JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS ILMU SOSIAL, Drs. SURYA KOBI, M.Pd, LUKMAN D. KATILI S.Ag.,M.Th."

Transkripsi

1

2 TARI PENDET (STUDI KASUS DI DAERAH TRANSMIGRASI KECAMATAN WONOSARI) I Komang Giri Santika, Drs. Surya Kobi, M.Pd*, Lukman D. Katili, S.Ag., M.ThI ** Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo giri.ajus@yahoo.co.id ABSTRAK I Komang Giri Santika. NIM: Tari Pendet, Studi Kasus di Daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari. Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo Dibawah bimbingan Bapak Drs. Surya Kobi, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Lukman D. Katili, S.Ag, M.Th.I selaku pembimbing II. Penelitian ini membicarakan dan mengkaji tentang terjadinya pergeseranpergeseran kebudayaan dalam masyarakat Hindu-Bali, mulai hilangnya eksistensi Tari Pendet di tengah masyarakat Transmigrasi mengingat Tari Pendet merupakan tari yang di dalamnya memiliki nilai religius. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalam metode Kualitatif dengan menggunakan studi kasus tunggal terpancang, sehingga peran peneliti disini sebagai instrument utama yang terlibat langsung dalam pengumpulan data melalui pengamatan, observasi, dan wawancara sehingga data yang dikumpulkan benar-benar data yang dibutuhkan, data yang akurat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang atau faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran-pergeseran terhadap kebudayaan tradisional (Tari Pendet) yang dimiliki oleh masyarakat Hindu -Bali di daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Kronologis terjadinya kepunahan pada Tari Pendet di Kecamatan Wonosari dimulai dari daerah ini merupakan daerah Transmigrasi yang menumbuhkan banyak kebudayaan di tengahtengah masyarakat, kemudian adanya perkembangan zaman yang modern dapat menyebabkan kurangnya minat masyarakat akan Tari Pendet dan lebih memilih untuk mempelajari tarian-tarian ala Eropa atau kebarat-baratan. perkembangan Tari Pendet di daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari mendapatkan tanggapan Pro-Kontra dalam masyarakat khususnya antara golongan tua dan sebagian golongan muda yang menganggap bahwa tidak perlu melestarikan Tari Pendet dan mempelajarinya. Dilihat dari fungsinya, Tari Pendet memiliki peran yang besar pada kebudayaan atau tradisi masyarakat Hindu-Bali. Kata Kunci : Tari Pendet, Transmigrasi 1 1 I KOMANG GIRI SANTIKA, , JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS ILMU SOSIAL, Drs. SURYA KOBI, M.Pd, LUKMAN D. KATILI S.Ag.,M.Th.I

3 Negara Indonesia adalah suatu Negara yang berbentuk Republik, dengan banyak Pulau di dalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan di dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga Indonesia tercatat sebagai Negara yang paling banyak memiliki kebudayaan daerah. Keragaman budaya Indonesia adalah keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri eksistensinya. Dalam masyarakat multi kultur, selain kebudayaan kelompok suku Bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut. Mereka juga mendiami Wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok suku bangsa dan masyrakat di Indonesia yang berbeda. pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilisai kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Mengingat sangat besarnya peranan budaya dalam perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, maka Bangsa Indonesia terus berusaha untuk menggali dan mengembangkan kebudayaan yang besar di berbagai daerah, sehingga mampu memberikan kontribusi dalam pembangunan Nasional. Di samping itu pula dikembangkan kebudayaan-kebudayaan daerah yang ada merupakan salah satu realisasi upaya Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan dari masing-masing daerah yang di nauginya termasuk kebudayaan yang berasal dari daerah Bali yaitu Tari Pendet. Dalam perkembangan zaman dan hidup di era modern serta bertambah pesatnya penduduk maka Pemerintah Indonesia melaksanakan program Transmigrasi. sehingga, kebudayaan daerah asal akan terbawa sampai ke daerah Transmigrasi. Budaya Tari Pendet merupakan bagian dari kebudayaan Bali, yang merupakan tarian tertua yang ada di Bali. pada perkembangannya, Kebudayaan Tari Pendet seharusnya dilestarikan, mengingat Tari Pendet adalah salah satu aset yang dimilki oleh Bangsa Indonesia. Dalam perkembanganya Tari Pendet mengalami suatu peningkatan yang baik, karena kebudayaan Bali banyak diminati oleh para pengunjung Mancanegara, tak lupa juga fungsi pokok dari Tari pendet adalah sebagai tarian ritual keagamaan. Namun, berbeda halnya dengan budaya Tari Pendet yang ada di daerah Transmigrasi di Kecamatan Wonosari. Dalam perkembangan zaman, seharusnya adat istiadat dan seni budaya tidak harus dilupakan melainkan dilestarikan. Tapi pada kenyataan dalam perkembangnya kebudayaan seni Tari Pendet dapat dikatakan hampir punah. Apakah Kebudayaan asli yang dibawa dari daerah asal mulai terkikis oleh perkembangan zaman yang modern atau pengaruh kebudayaan daerah setempat.

4 Tari pendet di daerah Transmigrasi merupakan suatu fenomena yang harus di kaji kebenaranya. Karena, Tari pendet yang seharusnya menjadi suatu kebanggaan masyarakat Hindu sampai saat ini. Namun, fakta menunjukan bahwa telah terjadi perubahan-perubahan di dalam pola masyarakat yang dapat menimbulkan suatu pergeseran-pergeseran suatu kebudayaan. Setiap tarian memiliki makna tersendiri yang tergakandung di dalamnya yang tersirat dalam setiap gerakan-gerakan yang dimainkan oleh sang penari demikian pula halnya tari-tari ritual yang memiliki pesanpesan tersendiri seperti Tari Pendet yang memiliki unsur sakral di dalamnya yang dimainkan dengan iringan-iringan musik. Koentjaraningrat (1985: 5) berpendapat bahwa kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, ialah : 1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. 2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyrakat. 3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Menurut Patrice Levang (dalam Kanti Lestari 2013: 8) menyebutkan, Ada dua macam Transmigrasi yaitu Transmigrasi umum dan Trasnmigrasi swakarsa. Trasnmigrasi umum adalah Trasnmigrasi yang sepenuhnya biayanya ditanggung oleh pemerintah. Sedangkan Trasnmigrasi swakarsa secara harfiah adalah Transmigrasi yang dilaksanakan atas dorongan sendiri, dengan kemauan dann biaya ditanggung sendiri, berpindah dari daerah, menetap di daerah asal dan menetap di daerah Transmigrasi merupakan tumpuan bagi petani kecil saja. METODE PENELITIAN 1. Waktu Penelitian Penentuan lokasi dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : 1. Kecamatan Wonosari adalah salah satu dari sekian banyak Wilayah Transmigrasi di Indonesia. 2. Belum adanya penelitian yang mendalam mengkaji tentang Tari Pendet di daerah Penelitian direncanakan selama dua bulan yang diawali dengan persiapan awal sampai penyusunan laporan akhir yakni dari bulan Januari Juni Bentuk dan Strategi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Kualitatif yang membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara deskriptif analisis kritis, dan penelitian ini bersifat naturalistic yang memfokuskan pada pengumpulan informasi tentang keadaan atau realita yang sedang berlangsung dengan menggambarkan sifat dari keadaan saat penelitian dilakukan.

5 Penelitian ini menggunakan bentuk studi kasus tunggal terpancang (embedded case study research) karena fokus permasalahan sudah ditentukan dalam proposal sebelum peneliti melaksankanya. Disebut kasus tunggal terpancang karena penelitian ini mempunyai karakteristik tunggal Sutopo (dalam Kanti lestari 2013: 37). Tujuan untuk mengetahui efektivitas pencapaian tujuan, hasil, atau dampak suatu kegiatan mengenai suatu proses pelaksanaan yang telah direncanakan, yaitu tentang Tari Pendet di daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari. 3. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Informan yaitu tokoh masyrakat bali, budayawan, tokoh agama pelatih seni tari dan institusi terkait di Kecamatan Wonosari. 2. Dokumen, yaitu arsip pada masyrakat, arsip dan data dari pemerintah Kecamatan Wonosari. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi : Dilakukan Observasi berperan (participant observation), dimana peneliti datang ke lokasi penelitian untuk mengamati langsung obyek yang diteliti., Sutopo (dalam Kanti Lestari 2013: 38). 2. Wawancara : wawancara mendalam (indepth interview) 3. Dokumenter yaitu menelusuri data yang berkaitan dengan materi dan kegiatan penelitian seperti literature, dokumen-dokumen tertulis yang relevan dengan masalah penelitian. 5. Teknik Analisis Data Paton (dalam Iksan Hasim 2013: 21) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses pengaturan urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar analisis dalam ini bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya 6. Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagi berikut : 1. Tahap Pra Lapangan a. Observasi atau pengamatan lapangan b. Menyusun rancangan lapangan 2. Tahap Pekerja Lapangan a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri b. Mengumpulkan data dengan cara observasi dan wawancara

6 c. Melakukan analisa data d. penyusunan laporan akhir 7. Pengecekan Keabsahan Data Salah satu aspek yang sangat urgen dan mutlak dalam setiap penelitian adalah keabsahan data. Untuk memastikan apakah data yang diperoleh benar-benar sah, maka peneliti mengadakan interaksi secara langsung dan terus menerus, subjektif, selektif dan sungguh-sungguh terhadap objek penelitian. HASIL PENELITIAN 1. Sejarah Masuknya Tari Pendet di Daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari Terkait masalah pertumbuhan penduduk yang cepat, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu UU tentang Transmigrasi. Transmigrasi merupakan sistem perpindahan penduduk dari daerah satu ke daerah lainya. Dengan program ini maka banyak penduduk yang melakukan perpindahan ke daerah yang belum padat penduduk dengan cara sukarela dan dengan tujuan untuk mengadu nasib di daerah baru, Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari banyak daerah yang digunakan sebagai bursa perpindahan penduduk oleh pemerintah. Penduduk atau masyarakat Trasnmigrasi yang masuk di Kecamatan Wonosari berasal dari berbgai daerah yang memiliki penduduk yang padat baik dari pulau jawa, Sulawesi Utara dan bali. Dengan adanya penduduk yang berasal dari berbagai daerah maka terjadi perbauran agama dan kebudayaan di dalam masyarakat. Agama-agama yang ada pada masyarakat Trasmigrasi di Kecamatan Wonosari yaitu Agama Islam yang merupakan penduduk yang berasal dari daerah Jawa dan penduduk pribumi, agama Kristen yang dibawa oleh penduduk Transmigrasi asal Manado dan agama Hindu yang dibawa oleh masyarakat Transmigrasi berasal dari Daerah Bali. Selain agama, masyarakat Transmigrasi memiliki ragam suku atau etnis di antaranya adalah suku Jawa, Minahasa, Sangir, Gorontalo dan Bali. Dengan adanya etnis-etnis yang berbeda maka terdapat ragam budaya yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Trasmigrasi Kecamatan Wonosari. Hal ini disebakan oleh penduduk yang tidak dapat dipisahkan dengan kebiasaan atau tradisi yang ada di daerah asal dan tradisi atau kepercayaan masyarakat sudah menyatu pada diri masyarakat Transmigrasi. Demikian pula halnya dengan masyarakat Hindu-Bali yang ada di Kecamatan Wonosari, masyarakat sangat kental dengan kebiasaan-kebiasaan Bali baik dari segi ritual, adat maupun seni buadayanya. Masuknya Tari Pendet di Kecamatan Wonosari dibawa oleh masyarakat Hindu-Bali yang melakukan perpindahan penduduk atau melakukan Trasnmigrasi di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa masyarakat akan membawa tradisi atau adat istiadat dareha asal mereka kemanapun dan di manapun mereka berada. Tradisi atau adat istiadat tidak dapat dipisahkan oleh siapapun karena hal tersebut merupakan warisan dari leluhur yang hidup pada generasi sebelumnya.

7 PEMBAHASAN 1. Perkembangan Tari Pendet di Daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari Perkembangan kebudayaan merupakan suatu hal yang sangat diharapkan bagi setiap kalangan masyarakat, Negara maupun pemerintah setempat. Karena kebudayaan merupakan suatu inti pokok dari suatu kesenian yang ada di dalam masyarakat, dalam arti sempit, kebudayaan ialah pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang memenuhi hasrat akan keindahan. Pendek kata, kebudayaan adalah kesenian Koentjaraningrat ( dalam Rafael Raga Maran 2007: 31 ). pengertian ini dikatakan sempit, sebab kesenian hanyalah salah satu aspek kebudayaan. Padahal kebudayaan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat yang dibangun berdasarkan proses belajar. Menurut Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat (1998:69) bahwa tradisi merupakan suatu aspek budaya yang sangat penting yang dapat diekspresikan dalam kebiasaan-kebiasaan tak tertulis, pantangan-pantangan dan sanksi-sanksi. Tradisi dapat mempengaruhi suatu bangsa tentang apa yang merupakan prilaku dan prosedur yang layak berkenaan dengan makanan, pakaian, apa yang berharga, apa yang harus dihindari atau diabaikan. Kemudian Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat (1998:69) menga takan bahwa Tradisi-tradisi melengkapi masyarakat dengan suatu tatanan mental yang memiliki pengaruh kuat atas sistem moral mereka untuk menilai apa yang benar atau salah, baik atau buruk, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Tradisi mengekspresikan suatu budaya, memberi anggota-anggotanya suatu rasa memiliki dan keunikan. Tradisi yang ada di dalam masyarakat seharusnya selalu dijaga kelestarianya, seperti halnya tradisi umat hindu yang dibawa dari daerah asal Bali yaitu Tari Pendet. Tari Pendet merupakan suatu tradisi ritual yang dimiliki oleh umat Hindu dari dahulu hingga saat ini, Tari Pendet memiliki fungsi sebagai penyambutan turunya para Dewa ke Bumi ketika dilaksanakanya suatu upacara yadnya disetiap Pura Umat Hindu. I Wayan Slamet mengatakan Bahwa Tari Pendet adalah sebuah tarian yang digunakan oleh umat Hindu ketika ada hari-hari besar atau upacara di Pura. Tari Pendet merupakan tarian tradional yang sifatnya sakral. Sehingga tidak dapat dipentaskan di sembarang tempat. (Wawancara 28 Maret 2014). Hal senada juga dikatakan oleh I Nengah Subagia Tari Pendet adalah tarian yang digunakan untuk menyambut turunya Dewa-Dewi dari surga turun ke Bumi dan tarian ini hanya dilakukan dalam lingkungan Pura dan sekali lagi saya tegaskan bahwa tarian ini tidak dapat dilakukan di luar Pura. Memang pada perkembangannya tarian ini banyak dipamerkan ditempat umum atau diluar Pura dan biasanya untuk penyambutan para tamu-tamu agung namun tari ini geraknya telah dimodifikasi atau telah dipugar gerakanya dan namanyapun diganti menjadi Tari Panyembrame yang artinya tari penyambutan. (wawancara 28 Maret 2014) Keberadaan Tari Pendet di daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari seharusnya dapat dilestarikan, mengingat banyaknya populasi masyarakat Hindu yang

8 berasal dari daerah Bali. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Tari Pendet adalah tari sakral yang berasal dari Bali. Dengan banyaknya masyarakat Hindu dan jumlah Pura yang tidak sedikit pula, Tari pendet layak memiliki tempat tersendiri di dalam masyarakat. Namun, pada perkembanganya menagalami pergeseran-pergeseran kebudayaan di dalam masyarakat. Hal ini menimbulkan permasalahan baru di tengah masyarakat, dimana masyarakat hampir kehilangan suatu kebudayaan yang telah diwariskan oleh para leluhur kepada generasi berikutnya. Lebih lanjut Gillin dan Gillin ( dalam Soerjono Soekanto 2010:263) mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materill, komposisi penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyrakat. Perubahan-perubahan yang ada dalam masyarakat yang disebabkan oleh perubahan pada kebudayaan materil akan memiliki dampak negatif pada masyarakat banyak, khususnya masyarakat Hindu-Bali itu sendiri dan juga kerugian bagi Negara yang akan kehilangan suatu kebudayaan tradisional yang dimiliki Bangsa Indonesia. Kemudian Sole Soemarjan (dalam Soerjono Soekanto 2010:263) mengatakan perubahan-perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, yang termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyrakat. Perkembangan Tari Pendet di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo jauh dari harapan pemerintah, seharusnya masyarakat Hindu-Bali mampu melestarikanya, mengingat tari ini merupakan tari sakral yang diguanakan ketika upacara besar masyarakat Hindu-Bali di masing-masing Pura yang ada. Namun, pada kenyataanya keberadaan Tari Pendet tidak mendapatkan tempat di hati masyarakat. Kurangnya minat masyarakat terhadap Tari Pendet menyebabkan tidak terlestarikanya Tari Pendet di tengah masyarakat. Tari pendet kurang diminati oleh masyarakat modern, khusunya kaum muda yang akan menjadi penerus suatu tradisi yang diwariskan oleh para leluhur. Masyarakat menganggap bahwa Tari Pendet sudah ketinggalan zaman sehingga masyarakat merasa enggan untuk mempelajarinya. Terkait hal ini, I Nengah Subagia juga menjelaskan bahwa Keberadaan Tari Pendet di Kecamatan Wonosari hampir-hampir punah atau dapat dikatakan sangat jarang dijumpai ketika ada upacara besar di tiap-tiap Pura. Hal ini mungkin disebabkan oleh kuarangnya kesadaran dari masyarakat akan pentingnya dari suatu kebudayaan. Juga kurangnya minat anak-anak muda untuk belajar menari dan mementingkan pekerjaan lain. (wawancara 28 maret 2014). Nilai-nilai yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun mengalami kegoncangan. kegoncangan tersebut diakibatkan oleh masuknya kebudayaan asing yang kemudian mendominasi kebudayaan lokal dalam hubungan kekerabatan yang dianggap sebagai sistem nilai paling mendasar saja terjadi reorientasi baru bentuk masyarakat kearah individual dan mementingkan kehidupan material ( Agus Sachari. 2007: 6).

9 Melemahnya suatu kebudayaan di dalam masyarakat disebabkan oleh masyarakat itu sendiri yang ada tidak mampu melestarikan apa yang sudah diwariskan oleh orang-orang terdahulu. Sementara itu, keberadaan kebudayaan Hindu-Bali hidup berdampingan dengan kebudayaan-kebudayaan daerah lainya. Seperti, kebudayaan dari suku minahasa, Jawa, Lombok dan Gorontalo yang memiliki keeksisan yang tinggi di dalam masyarakat. Namun, mulai hilangnya Tari Pendet bukan disebabkan oleh kebudayaan-kebudayaan lain yang ada di Kecamatan wonosari. Menurut Ida Bagus Made Putra Sucipta menjelaskan bahwa, Mulai melemahnya kebudayaan hindu atau mulai hilangya tradisi Tari Pendet di Kecamatan Wonosari bukan disebakan atau pengaruh dari keberadaan suku-suku lain yang berada di kecamatan wonosari, bahkan jika umat hindu melaksanakan pagelaran seni tari suku lain sangat mensuportnya. Hilanya kebudayaan Tari Pendet itu sendiri disebabkan kurangnya pelestarian seni Tari Pendet di kalangan masyrakat, khususnya dikalangan anak-anak muda dan remaja yang nantinya sebagai pewaris dari kebudayaan itu sendiri. (wawancara 30 maret 2014). Melemahnya suatu kebudayaan Hindu-Bali (Tari Pendet) tidak dapat sematamata menyalahkan masyarakat itu sendiri. Kurangnya perhatian pemerintah pusat dan pemerintah setempat terhadap keberadaan Tari Pendet di Kecamatan Wonosari juga menyebabkan mulai hilangnya salah satu kebudayaan hindu-bali yang merupakan warisan tradisi dari Bali. Hal lain juga disebabkan oleh kurangnya pelatih tari-tari Religius kalangan masyarakat Hindu-Bali dan juga tidak adanya sanggar seni Tari yang dapat digunakan sebagai pelestarian Seni Tari Hindu-Bali (Tari Pendet). Hal ini juga disampaikan oleh Ni Dewa Ayu Sroni ada beberapa hal yang menyebabkan mulai hilangnya seni budaya Tari Pendet di Kecamatan Wonosari yaitu pertama, kurangnya minat masyarakat terhadap pelestarian Tari Pendet, hal ini disebabkan masyarakat lebih memntingkan kesibukanya masing-masing dibandingkan untuk mempelajari Tari Pendet, jika dilihat untuk mempelajari Tari Pendet tidak sesulit mempelajari tari-tari Bali lainya. Kedua, kurangnya pelatih Tari Pendet di Kecamatan Wonosari, sehingga masyarakat sangat enggan untuk belajar menari dengan panduan Vidio. Ketiga kurangnya perhatian pemerintah terhadap kelestarian Tari Pendet di Kecamatan Wonosari. (wawancara 26 Maret 2014). Sehingga, perkembangan Tari Pendet di daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan perkembangan Tari Pendet di daerah Bali. Di Bali Tari Pendet semakin berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat. Dimana, Bali ingin melestarikann kebudayaankebudayaan atau tradisi-tradisi yang telah diwariskanya kepada masyarakat Bali. I Ketut Mandre berpendapat bahwa keberadaan Tari Pendet di Kecamatan Wonosari tidak dapat disamakan dengan keberadaan Tari pendet di daerah Bali karena antara kondisi Tari Pendet di Kecamatan Wonosari dengan daerah Bali sangatlah berbeda. Tari Pendet di Kecamatan Wonosari pada saat ini sudah mulai sulit ditemukan ketika upacara besar di masing-masing Pura dan posisinya digantikan oleh tarian-tarian lainya. Hal ini disebabkan kurangnya minat masyarakaat untuk

10 ambil bagian dalam pelaksanaan Tari pendet, Bahkan ada anak muda mengatakan bahwa Bo sing jamane artinya sudah tidak zamanya lagi untuk menari-menari tradisional karena mereka lebih suka dengan musik disco atau sering dikenal dengan istilah dugem. (wawancara 03 April 2014). Seiring perkembangann zaman yang modern dan banyak masuknya kebudayaan-kebudayaan baru di tengah-tengah masyarakat seharusnya masyarakat mampu membudidayakan kebudayaan yang dimilikinya. Dengan adanya pengaruhpengaruh kebuayaan lain masyarakat akan lebih tanggap terhadap gejala-gejala yang terjadi di dalamnya. Masyarakat (orang tua) diharapkan mampu mengarahkan kepada generasi-generasi muda yang ada untuk tetap melestarikan tradisi yang dimiliki, Orang tua juga sebagai motor penggerak di dalamnya. Hal ini juga tidak akan berjalan mulus jika tidak adanya suatu dorongan-dorongan atau dukungan-dukungan dari lain pihak, baik dari segenap komponen masyarakat maupum pemerintah. Peran pemerintah di dalam pelestarian suatu kebudayaan masyarakat sangat diperlukan. Pemerintah dapat memberikan dukungan kepada masyarakat dengan cara tidak langsung. Misalnya, menyediakan tempat sanggar tari yang nantinya akan digunakan sebagai tempat pelestarian kebudayaan (Tari Pendet) dan tentunnya juga harus adanya pelatih-pelatih handal yang harus disiapkan oleh pemerintah. Selain pemerintah, di dalam masyarakat Hindu-Bali sangat kental dengan tradisi adat istiadat, masyarakat Hindu-Bali di manapun berada dan di daerah Transmigrasi sekalipun masyarakat memiliki beberapa pemimpin umat yang berfungsi sebagai pengarah masyarakat. Tokoh-tokoh agama dan pemangku adat dapat membantu dalam pelestarian Tari Pendet. 2. Pro-Kontra Tari Pendet di Daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari Keberadaan Tari Pendet di Kecamatan Wonosari mendapat tanggapan yang berbeda dari kalangan masyarakat itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian bahwa banyak masyarakat Hindu-Bali yang menginginkan adanya pelestarian Tari Pendet di Kecamatan Wonosari. Tari Pendet dilestarikan dengan tujuan untuk mempertahankan kebudayaan Hindu-Bali sendiri dan juga Tari Pendet memiliki fungsi yang amat erat dengan upacara-upacara keagamaan, hal ini disebabkan Tari Pendet merupakan suatu tari yang memilki nilai spiritual dan magis dalam perananya. Tari Pendet banyak mendapat dukungan dari golongan tua yang mengerti akan fungsi Tari Pendet di dalam masyarakat dan khususnya masyarakat Hindu-Bali yang memiliki kebutuhan akan Tari Pendet ketika berlangsungnya upacara besar di Pura-Pura yang dimiliki oleh masyarakat Hindu-Bali. Sehingga dianggap perlu adanya pelestarian Tari Pendet di tengah-tengah masyarakat Hindu-Bali di Kecamatan Wonosari. Keinginan para masyarakat yang ingin melestarikan Tari Pendet dan ingin mewariskanya kepada generasi muda mendapat pertentangan dari Golongan muda yang kurang meminati Tari Pendet di era modern pada saat ini. Tari Pendet banyak mendapat tanggapan miring dari kaum muda khususnya, anggapan-anggapan ini menjatuhkan martabat dari Tari pendet itu sendiri baik secara langsung maupun tidak

11 langsung. Zaman yang serba modern yang menyebabkan pemikiran para remaja beralih kearah negatif, para remaja lebih menggemari kebudayaan Eropa yang serba eksotis dibandingkan dengan Tari Pendet, para remaja menganggap bahwa Tari Pendet terlalu ketinggalan zaman karena sifatnya yang sangat tradisional. Pro-kontra Tari Pendet seharusnya tidak terjadi di tengah masyarakat Hindu- Bali, Sehingga masalah ini harus ada penengahnya dalam hal ini pimpinan umat yang ada harus melakukan gerakan-gerakan yang dapat membangkitkan kemauan para remaja untuk melestarikan warisan leluhur dan siap mewariskanya kepada generasi berikutnya. Masalah yang dihadapi oleh masyarakat ini hendaknya mendapatkan perhatian yang baik dari pemerintah setempat karena Tari Pendet telah menjadi bagian dari banyak kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat di Kecamatan Wonosari. 3. Makna Seni Budaya Tari Pendet Berdasarkan perananya di dalam masyarakat dan eksis pada kegiatankegiatan ritual agama atau religius sudah disinggung sebelumnya bahwa Tari Pendet memiliki makna sebagai penyambutan Dewa-Dewi untuk turun ke Bumi tatkala manusia di Bumi melaksanakan upacara besar di masing-masing Pura yang ada. Tari pendet dilakukan layaknya sang bidadari yang sedang menari dan dengan pakaian yang berkilau-kilau dan membawa wadah Bokor yang berisikan bunga, janur kuning, pandan dan lain sebagainya yang dimagsudkan untuk bersedianya Dewa-Dewi menghadiri undangan yang dilakukan oleh umatnya. Tari Pendet hanya dilakukan di halaman Pura saja karena sifatnya yang sakral dan tidak dapat digunakan sebagai tarian hiburan. Walaupun ada yang digunakan sebagai tari penyambutan tarian ini sudah di pugar dan juga telah diganti namanya. Tari Pendet umunya ditarikan oleh kaum Pria dan Juga wanita, pada dasarnya Tari Pendet tidak sama halnya dengan Tari-tarian lainya. Tari Pendet dimainkan dengan cara mengikuti gerakan-gerakan pemimpinya, sehingga tidak perlu melakukan latihan intensif. 4. Nilai-nilai Yang Terkandung Pada Tari Pendet Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Nilai adalah gambaran mengenai apa yang dinginkan, yang pantas, yang berharga, yang mempengaruhi prilaku sosial orang yang memiliki nilai itu. Robert M.Z. Lawang (dalam ) Notonegoro (dalam menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut : a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia. b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai Kerohanian Meliputi :

12 1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia. 2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia. 3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,will) manusia. 4). Nilai religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia. Tari pendet dalam eksistensinya pada masyarakat Hindu-Bali memiliki nilai spiritual dalam keagamaan terkandung di dalamnya yang dipercaya atau diyakini oleh masyarakat Hindu-Bali sebagai sarana dalam pagelaran upacara-upacara besar yang ada di Pura-Pura umat Hindu-Bali. PENUTUP KESIMPULAN Tari Pendet merupakan tari tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Hindu-Bali, sehingga kebudayaan ini akan dibawa oleh masyrakat ke manapun dan di manapun masyarakat berada. Demikian pula dengan masyarakat Hindu-Bali yang berada di daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari membawa adat istiadat atau tradisi yang dibawanya dari Bali. Baik dari segi ritual maupun agamanya. Pada perkembangan zaman yang modern dan masuknya pengaruh-pengaruh kebudayaan baru di dalam masyarakat Transmigrasi menimbulkan permasalahan baru di dalam masyarakat. Masyarakat seharusnya mampu membudidayakan suatu tradisi atau kebudayaan yang sudah melekat pada diri masyarakat. Namun, pada kenyataannya masyarakat Hindu-Bali yang berada di daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari tidak dapat melaksanakanya. Hal ini terjadi karena adanya pergeseranpergeseran dalam tatanan masyarakat yang menyebakan mulai terkikisnya kebudayaan-kebudayaan yang sudah ada di dalam masyatakat. Pergeseran atau perubahan kebudayaan di dalam masyarakat yang ditimbulkan oleh kurangnya minat masyarakat terhadap seni Tari Pendet, masyarakat modern menganggap Tari Pendet merupakan tarian yang sudah ketinggalan zaman sehingga masyarakat enggan untuk membudidayakannya. Disamping itu, tidak adanya sanggar seni, pelatih dan kurangnya dukungan dari segala pihak juga menyebabkan tidak terlestarikanya Tari Pendet di Kecamatan Wonosari. Kemudian faktor keberadaan tari Sakral lainya yang mampu menggantikan fungsi Tari Pendet pada masyarakat Hindu- Bali juga menjadi faktor mulai tidak nampaknya Tari Pendet di tengah masyarakat Hindu-Bali di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. SARAN 1. Generasi muda Kecamatan Wonosari sebagai generasi penerus khusunya hendaknya dapat menjadi generasi penerus yang dapat membudayakan tradisi yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya. 2. Untuk Tokoh-tokoh agama dan pimpinan umat hendaknya mampu mengarahkan dan mampu menjadi motor penggerak di dalam masyarakat,

13 khususnya masyarakat Hindu-Bali. Peran seorang pemimpin sangat dibutuhkan di dalam menagani suatu permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat yang menyangkut masa depan kebudayaan atau tradisi yang diyakini oleh masyarakat Hindu-Bali. 3. Untuk pelatih Tari, hendaknya mampu memberikan yang terbaik kepada masyarakat Hindu-Bali itu sendiri dengan cara membudidayakan seni-seni tari tradisional Bali dan selalu mengembangkanya kepada generasi-generasi berikutnya. 4. Untuk pemerintah daerah kiranya dapat memperhatikan keberadaan Tari Pendet di daerah Transmigrasi Kecamatan Wonosari dan juga mampu memberikan pelayanan dan pembinaan yang baik di dalam masyarakat. Hendaknya pemerintah Daerah mampu membentuk sebuah lembaga atau badan kemasyarakat atau forum komunikasi yang membina kerukunan umat beragama maupun suku yang kemudian mampu mengurus segala permasalahan yang ada pada masing-masing suku dan agama termasuk mulai hilangnya kebudayaan atau tradisi-tradisi yang sudah ada di dalam diri masyarakat.

14 DAFTAR PUSTAKA Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Koentjaraningrat Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineke Cipta. Raga Maran, Rafael Manusia dan kebudayaan dalam prespektif ilmu budaya dasar. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Yudohusodo, Siswono Transmigrasi. Jakarta: PT. Jurnalindo Aksara Grafik. Ahmadi, Abu Antropologi Budaya. Surabaya: CV. Pelangi. Sachari, Agus Budaya Visual Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Mirwanto, Manuwiyoto Mengenal dan Memahami Transmigrasi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Yunan, A Antropologi, Bandung: Angkasa Black. J. A, dan D. J. Champion Methods and issues in sosial research. Terjemahan Koswara. E., Dkk Metode dan Masalah Penelitian Sosial. PT. Rafika Aditama. Bandung Edy purwito p Dinamika Sosiologi. Surakarta: PT. Widya Duta Grafika Syani, Abdul Sosiologi dan perubahan masyrakat. Bandung: Pustaka Jaya Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaludin Komonikasi Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Hasim, Iksan Jobo Sone. Skripsi. Program Sarjana Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo Lestari, Kanti Wanita jawa. Skripsi. Program Sarjana Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo Atim, Suryani Harmonisasi sosial masyrakat transmigrasi di kecamatan wonosari kabupaten boalemo.skripsi. Program Sarjana Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo Nau, Ridwan Studi Kompratif Tradisi Tarian Cakalele di Daerah Ternate dan Minahasa:Skripsi. Program Sarjana Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo Silvia Florensia Teknik Wawancara. wawancara.htm/ 03 Maret 2014 I made swarika aryanta Aktualisasi Kesenian Tari Pendet Dalam Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat Bali. Diakses pada tanggal 26/6/ Diakses pada tanggal 07/12/ gentra.lk.ipb.ac.id/sejarah-tari-pendet/ Diakses pada tanggal 6/12/2013.

15 Diakses pada tanggal 6/12/ Diakses pada tanggal 6/12/ Diakses pada tanggal 4/12/ Diakses pada tanggal 4/12/2013

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah suatu Negara yang berbentuk Republik, dengan banyak Pulau di dalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan di dalamnya tumbuh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama dan bahasa daerah berbeda sehingga, Indonesia tercatat sebagai negara yang

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama dan bahasa daerah berbeda sehingga, Indonesia tercatat sebagai negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang berbentuk Republik, dengan banyak pulau didalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan didalamnya tumbuh berbagai suku,

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku Jawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional dalam pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa dimanapun berada memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil kreativitas manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Setiap suku atau etnik yang terdapat pada Negara kita Indonesia pasti memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten yang terlatak di Provinsi Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan sesuai dengan dinamika peradaban yang terjadi. Misalnya, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan dan masyarakat akan selalu berkembang dan akan mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan induk dari beberapa bentuk cabang seni yang ada di Indonesia, diantaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena, masyarakat adalah pencipta sekaligus pendukung kebudayaan. Dengan demikian tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasionalisme adalah rasa cinta dan bangga terhadap tanah air. Lebih khusus lagi, nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Kebudayaan a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Dayak Ngaju merupakan suku Dayak yang berdomisili di Provinsi Kalimantan Tengah. Umumnya, suku Dayak Ngaju tinggal di sepanjang sungaisungai besar seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan dan kesenian tradisionalnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan dan kesenian tradisionalnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbentuk kepulauan, maka dari itu Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan dan kesenian tradisionalnya. Menurut Alwi (2003

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di Kabupaten Bintan Tahun 1980-2007 diketahui bahwa kesenian Mak Yong merupakan seni pertunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dan diperoleh melalui proses belajar (Koentjaraningrat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di tengah masyarakat dan merupakan sistem yang tidak terpisahkan. Kesenian yang hidup dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara merupakan kebanggaan yang luar biasa bagi negaranya sendiri. Begitu juga dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48

BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/- 3.501,48 km 2, terbagi dengan ciri topografi sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki segudang kesenian dan kebudayaan yang sangat menarik untuk kita gali. Banyak sekali kebudayaan serta kesenian Indonesia yang sudah mulai punah karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia terutama dalam aktivitas bermasyarakat, komunikasi juga

Lebih terperinci

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Budaya lahir dan dibentuk oleh lingkungannya yang akan melahirkan berbagai bentuk pola tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. Berbicara tentang kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Seni tradisi merupakan warisan nenek moyang yang masih berkembang di masyarakat dan mengandung nilai-nilai budaya masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ketua/Anggota Peneliti: Dra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan pola tingkah laku yang dipelajari dan disampaikan dari satu generasi ke genarasi berikutnya karena kebudayaan merupakan proses belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Kemajemukan suku dan budaya yang berada di Indonesia menunjukkan kepada kita selaku warga negara dan masyarakat dunia bahwa indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi 126 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1). Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah sebagai berikut.

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kebudayaan yang melimpah dari Sabang hingga Merauke. Keanekaragaman etnis di Indonesia menjadi sumber terbentuknya musik dan tari daerah;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ekspresi dan sifat eksistensi kreatif manusia yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu kesenian bangsawan dan kesenian rakyat. Dalam kesenian rakyat terdapat seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007:150).

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007:150). 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Kebudayaan Menurut E.B Taylor dalam Soerjono Soekanto Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup kepercayaan, kesenian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang hingga merauke. Oleh karena itu Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya terdapat berbagai macam keragaman budaya, budaya merupakan satu cara hidup yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Sunda dan bambu (awi) adalah dua hal yang sangat erat kaitannya. Mulai dari rumah, perkakas, bahkan hingga alat-alat kesenian dan ritual pun banyak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang memliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang bermakna, bukan sekedar dalam kata-kata, ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan norma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti pangan, tempat tinggal dan

Lebih terperinci