RITUAL MANGGILO PADA SUKU TOLAKI (Studi di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RITUAL MANGGILO PADA SUKU TOLAKI (Studi di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe)"

Transkripsi

1 RITUAL MANGGILO PADA SUKU TOLAKI (Studi di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe) SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Budaya Pada Jurusan Tradisi Lisan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Oleh ARDILA PRADITA C1C FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017

2

3

4 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan hidayah-nya sehingga skirpsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Tradisi Lisan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari. Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis berterima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak La Ode Syukur, S.Pd., M.Hum selaku pembimbing I dan Ibu Nurtikawati, S.Sn., M.Hum selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kritik serta saran yang bermanfaat bagi penulis. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Melalui kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F, S,Si., M.Si., M.Sc selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Ibu Dra. Wd Sitti Hafsah., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo. 3. Ibu Sitti Hermina, SST. Par., M.Hum selaku Ketua Jurusan Tradisi Lisan. 4. Ibu Ajeng Kusuma Wardani. S.S selaku Sekretaris Jurusan Tradisi Lisan. iv

5 v 5. Para Dosen dan staf jurusan Tradisi Lisan Fakultas Ilmu Budaya atas bimbingan arahan dan ilmunya yang diberikan selama menjadi mahasiswi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo. 6. Kepada Bapak Camat Wawotobi yang telah memberikan kemudahan kepada penulis selama mengadakan penelitian. 7. Kepada Bapak Ridwan M, Bapak Tahir, Bapak Arsad, Bapak Basir dan Bapak Halim yang telah bersedia menjadi Informan dalam penelitian ini. 8. Terkhusus, penulis dengan rasa hormat, cinta dan terima kasih yang tidak ternilai kepada Bapak La Muda dan Ibu Peni, yang tiada berhenti memberi dukungan serta berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan anaknya dalam menuntut ilmu untuk menyelesaikan kuliah Strata Satu (S1) di Universitas Halu Oleo. 9. Kepada saudara-saudaraku yang telah memberikan dorongan moril maupun finansial. Serta buat seluruh keluargaku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan doa serta dukungannya. 10. Sahabat-sahabatku Irmayanti, Luna Wulandari, Sherlinawati, Win Uzwatun Aliya, Irnawati, Alpin Adam, Andi Achmad Yani, Asep Sunandar, Taufik Said, Ferdianto serta teman-teman Angkatan 2013, terima kasih atas persaudaraan, kebersamaan, motivasi, dan segala bantuannya selama penulis menjalani masa kuliah, penelitian hingga penulis menyelesaikan tugas akhir. 11. Sahabat-sahabatku Kedubes FBI: Apriliana, Hasnawati Munandar, Wangsa Canrezza, Clara Novelina, Artika A.P, Ary Lordwyc Sinay dan sabahat yang tidak sempat disebutkan satu-persatu terima kasih atas semangat, motivasi,

6 vi bantuan dan memberi dukungan dikala susah dan senang serta terima kasih telah mendengarkan keluh kesah selama ini. Akhirnya atas segala bantuan dari semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua. Kendari, Agustus 2017 Penulis

7 ABSTRAK ARDILA PRADITA (C1C713038) : Ritual Manggilo Pada Suku Tolaki (Studi Kasus di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe). Dibawah bimbingan Bapak La Ode Syukur,S.Pd.,M.Hum dan Ibu Nurtikawati, S.Sn.,M.Hum Ritual manggilo adalah ritual pengislaman oleh suku tolaki. Ritual Manggilo sebagai tradisi budaya lama suku Tolaki yang disakralkan, memiliki fungsi sosial yang terkandung, tata cara yang menarik dan khas dari pengislaman suku Tolaki, serta makna yang terkandung dalam bahan-bahan dalam ritual. Permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana proses serta apa fungsi dan makna yang terkandung dari ritual Manggilo Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. Metode Penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui pra-lapangan, pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Snowball Sampling serta menggunakan teknik analisis data oleh Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Berdasarkan hasil penelitian dari permasalahan pada ritual Manggilo pada di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe, bahwa prosesi ritual Manggilo yaitu Nibaho, Manggilo/mesuna, Niso u dan Nipakai. Fungsi sosial dalam ritual manggilo pada suku Tolaki yaitu menunjukkan perubahan tingkah laku kepada anak yang telah melaksanakan Manggilo, tergambar dalam pengucapan syahadat dan shalawat serta larang-larangan dari sando bahwa anak dilarang untuk kencing berdiri, berbicara sementara makan, bertelanjang bulat atau makan minum sehabis buang air besar. Makna dari bahan-bahan yang ada dalam ritual Manggilo yaitu beras merah dan beras putih sebagai darah yang ada pada manusia, ayam kampung yang diambil isi dalamnya bermakna bahwa ritual Manggilo bukan hanya sekedar diluar saja melainkan benar-benar dari dalam diri manusia dan seperti layaknya kelapa yang berguna mulai dari akar, batang, daun dan buah, kelapa / kaluku dalam ritual manggilo bermakna bahwa anak yang telah melewati manggilo berguna dalam masyarakat sosial. Kata Kunci : Proses, Fungsi, Makna, Ritual Manggilo vii

8 ABSTRACT ARDILA PRADITA (C1C713038) : Ritual of Manggilo on Tribe of Tolaki. (Case Study in Wawotobi District, Konawe Regency). Under guidance of Mr. La Ode Syukur, S.Pd., M.Hum and Mrs. Nurtikawati, S.Sn., M.Hum. The ritual of Manggilo is islamization ritual of Tolakinese people. Ritual Manggilo as an old cultural tradition of tolaki tribe which is sacred, has a social function in it, a typical and interesting procedures from islamization of tolaki tribe, and also the meaning contained in the materials of ritual. The problem of this research is how the process and what function and meaning contained from Manggilo ritual of Wawotobi district, Konawe regency. The research method used in this study is descriptive qualitative with data collection method involving pre-filed, observations, interview and documentation. Technique of informan determination used in this research is snowball sampling and this research also uses technique of data analysis from Miles and Huberman including data reduction, data display and data verification. Based on the result of the problem in manggilo ritual is in Wawotobi district of Konawe regency, it is found that process in manggilo ritual involved nibaho/ washed, manggilo/ mesuna, ni sou and nipakai. Social function in manggilo ritual on tolaki tribe is to show a change of behavior to the child who had been carrying out manggilo, showed in the pronounciation of shahadah, shalawat and prohibitions from Sando, that a child is banned to pee by standing up, talking while eating, to being naked or drinking or eating after defecation. The meaning of materials in ritual manggilo is brown rice and white rice as blood in humans body, chicken which its inside content been taken means that manggilo ritual is not just from the outside instead it really comes from the inside of humans and like a coconuts / Kaluku that is useful from roots, stems, leaves and fruits, coconuts / kaluku in manggilo ritual means that child who has passed manggilo is useful in the social community. Keyword: Process, Function, Meaning, Manggilo Ritual. viii

9 DAFTAR ISI SAMPUL... HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN...iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Landasan Teori Teori Semiotik Teori Fungsional Struktural BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Data dan Sumber Data Data Primer Data Sekunder Teknik Pengumpulan Data Pra-lapangan Pengamatan / observasi Wawancara Dokumentasi Teknik Penentuan Informan Teknik Analisis Data BAB IV GAMBARAN PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Demografi Sosial ix

10 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sejarah Ritual Manggilo Deskripsi Ritual Manggilo Proses Ritual Manggilo Nibaho atau Mebaho Manggilo / mesuna Niso u Nipaka atau Nipakai Fungsi Sosial Ritual Manggilo Makna Ritual Manggilo Paedai Momea Paedai Mowila Manu Kambo Kaluku BAB IV PENUTUP 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 2. Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tahapan Nibaho / Mebahoi pada Anak laki-laki Gambar 2. Tahapan Nibaho / Mebahoi pada Anak perempuan Gambar 3. Ayam Kampung yang dilukai jenggernya Gambar 4. Puncak Ritual Manggilo pada Anak laki-laki Gambar 5. Puncak Ritual Manggilo pada Anak perempuan Gambar 6. Dituntun membacakan Al-Fatihah, Shalawat, 2 kalimat Syahadat Gambar 7. Anak diletakkan dibahu orang dewasa yang akan dibawa diacara Gambar 8. Anak yang telah dimanggilo duduk depan sajian makanan Gambar 9. Paedae Momea / Beras Merah Gambar 10. Paedae Mowila / Beras Putih Gambar 11. Kaluku / Kelapa xii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritual Manggilo adalah ritual suku tolaki yang merupakan perwujudan dari ide-ide dalam lingkaran Kalosara. Kalosara merupakan lambang atau simbol yang mengekpresikan konsepsi suku Tolaki, baik itu mengenai manusia, alam semesta serta hubungan antara manusia dan manusia lainnya. Kalosara juga mengandung ajaran-ajaran kehidupan serta berbagai tradisi dan ritual masyarakat Suku Tolaki. Ide-ide dalam lingkaran Kalo ini dinyatakan oleh orang Tolaki melalui penggunaan Kalo dalam upacara-upacara yang berkaitan dengan kegiatankegiatan meraka dalam bidang-bidang sosial, ekonomi, politik dan keagamaan. Ide-ide itu diwujudkan dalam upacara-upacara, juga diwujudkan dalam kegiatan sehari-hari (Tarimana 1985). Salah satunya adalah ide kesucian yang tertuang dalam aktivitas lingkaran hidup seorang, seperti manggilo (penyunatan / pengislaman ). Manggilo menjadi sebuah pengislaman karena masyarakat suku Tolaki meyakini bahwa ritual ini merupakan sebuah sunnah rasul sebagai ummat islam yang meyakini Nabi Muhammad dan Allah SWT. Menurut pandangan masyarakat Tolaki bahwa demi untuk kelangsungan kehidupan manusiawi maka kondisi tersebut perlu dipertahankan. Karena tanpa kondisi seperti itu, maka sulit bagi seseorang untuk mampu mengatasi masalahmasalah yang timbul dalam hidupnya. Kondisi ini adalah hubungan yang sifatnya timbal balik antara unsur-unsur tubuh dengan unsur-unsur jiwa manusia, yang menggambarkan hubungan yang serasi, seimbang dan selaras (Saleh 106:2015) 1

14 2 Ritual Manggilo merupakan tradisi atau budaya lama suku Tolaki, yang menandakan proses kehidupan manusia dari anak-anak menuju remaja. Ritual Manggilo pada masyarakat suku Tolaki merupakan salah satu ritual penting dilakukan dalam pola kehidupan dan ritual ini masih dipertahankan pelaksanaannya. Ritual Manggilo telah menjadi tradisi dan menjadi bagian dari kehidupan sebagian besar masyarakat suku Tolaki karena telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka kepada generasi berikutnya dan masih dilaksanakan hingga saat ini. Dalam hal ini, ritual Manggilo merupakan ritual yang bersifat pemisahan, peralihan atau pengukuhan. Pada masyarakat suku Tolaki, Manggilo adalah ritual yang dapat dilaksanakan oleh semua kalangan masyakarat suku Tolaki tanpa mengenal strata tertentu saja. Ritual Manggilo adalah ritual pengislaman pada masyarakat Tolaki, ritual ini dilakukan oleh anak-anak laki-laki maupun perempuan yang memasuki usia 6-9 tahun, sebagai salah satu ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat suku tolaki beragama islam. Ritual Manggilo menunjukkan bahwa ajaran-ajaran Islam dalam sebuah ritual yang diimplementasi dari ajaran, kepercayaan dan keyakinan kepada Allah sebagai pencipta dan sunnah Nabi Muhammad yang terlihat pada tuntunan untuk membaca dua kalimat syahadat berserta terjemahannya, bershalawat, bacaan ayat-ayat Al-qur an. Proses Manggilo, dimulai dengan pemandian anak-anak yang dipimpin oleh seorang Sando. Anak-anak yang akan dimanggilo wajib mengenakan sarung untuk menutupi tubuh sampai dada serta menggunakan penutup kepala, pada anak perempuan menggunakan selendang, sedangkan laki-laki menggunakan peci.

15 3 Berdasarkan penelitian oleh Aswati (2011:102), ritual Manggilo merupakan hasil dari salah satu sosialisasi ajaran Islam dengan mengeluarkan maklumat, yang salah satu isi dari maklumat dari Raja Lakidende II adalah mengucapkan dua kalimat syahadat bagi anak-anak Manggilo / pengislaman. Setelah anak telah selesai di Manggilo, anak tersebut dipikul oleh laki-laki dewasa untuk dibawa ketempat acara. Akhir dari ritual Manggilo yaitu anak disuapi atau memakan sajian yang telah disediakan oleh orang tua anak-anak tersebut yang menandakan bahwa mereka telah selesai melakukan ritual Manggilo. Dalam sebuah ritual, pasti menggunakan banyak peralatan atau perlengkapan dalam pelaksanaannya. Pada ritual Manggilo adapun alat-alat yang digunakan seperti pisau dan ayam. Ayam betina untuk anak perempuan, sedangkan peserta laki-laki ada menggunakan ayam jantan. Setelah itu jengger ayam dipotong atau hingga mengeluarkan darah, setelah jengger ayam dipotong Sando membacakan tuturan-tuturan tertentu, kemudian anak-anak tersebut dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat berserta terjemahannya, bershalawat, bacaan ayat-ayat Al-qur an oleh Sando. Bahan-bahan lainnya yang tak kalah pentingnya juga adalah bahan yang diyakini memiliki makna tersendiri yang harus dipenuhi persyaratannya yaitu Kaluku (kelapa), Paedai Momea (beras merah), Paedai Mowila (beras ketan putih) dan Manu Kambo (ayam kampung). Pada zaman dahulu, ritual Manggilo merupakan ritual sakral masyarakat suku Tolaki. Dalam prosesi intinya, anak-anak diberi tanda oleh Sando sebagai bukti bahwa anak itu telah dimanggilo / diislamkan seperti dilukai hingga meneteskan darah, adapula hingga memar pada bagian alat kelamin/ kemaluan

16 4 (aurat). Beberapa tahapan-tahapan dalam ritual Manggilo yang dilakukan saat ini dengan zaman dulu mengalami perubahan. Perubahan itu pula terjadi pada tahapan Nisou atau dipikul yaitu tahapan ini terhitung sangat jarang dilakukan lagi, perubahan lainnya bahwa musik gong sebagai penghantar anak sudah jarang pula terdapat dalam pelaksanaan ritual-ritual Manggilo saat ini. Perubahan atau bahkan pemudaran beberapa tahapan-tahapan dalam ritual Manggilo tidak lepas dari pola pikir masyarakat suku Tolaki yang telah berkembang mengikuti zaman, selain itu pengetahuan tentang fungsi dari ritual Manggilo serta makna-makna yang terkandung dalam ritual Manggilo. Pada dasarnya, suatu unsur-unsur kebudayaan akan tetap bertahan pada masyarakat kolektifnya, apabila masih memiliki fungsi atau peranan dalam kehidupan masyarakatnya, sebaliknya unsur itu akan punah apabila tidak berfungsi lagi, serta adanya makna-makna yang tersirat maupun tersurat dalam pelaksanaan prosesi-prosesi ritual yang mengandung ajaran serta pesan-pesan dari leluhur. Demikian pula dengan kebudayaan Tolaki yang hingga saat ini, masih dipertahankan oleh masyarakat pemiliknya. Dalam ritual Manggilo terdapat fungsi serta makna tertentu pada setiap tata cara yang dilakukan serta dalam tuturannya. Dengan demikian, ritual Manggilo memiliki ketertarikan tersendiri yaitu pada fungsi dan makna-makna dalam prosesi yang diyakini oleh suku Tolaki. Oleh karena itu, menjadi sangat menarik bagi penulis untuk mendeskripsikan bagaimana proses pelaksanaan sebelum dan saat ritual Manggilo dilakukan serta

17 5 bagaimana fungsi ritual dan makna yang terkandung dalam ritual Manggilo/ pengislaman yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat suku Tolaki. 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana Prosesi Ritual Manggilo pada Masyarakat suku Tolaki Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe? 2) Bagaimana Fungsi Ritual Manggilo pada Masyarakat suku Tolaki Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe? 3) Apa saja Makna yang terkandung dalam Ritual Manggilo pada Masyarakat Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe? 1.3 Tujuan Penelitian Setiap suatu kegiatan yang dilakukan jelas memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan kegiatan atau penelitian yang penulis lakukan di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan prosesi ritual Manggilo pada Masyarakat suku Tolaki Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. 2) Untuk mendeskripsikan fungsi ritual Manggilo pada Masyarakat suku Tolaki Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. 3) Untuk menganalisis makna yang terkandung dalam ritual Manggilo pada Masyarakat suku Tolaki Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. 1.4 Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang akan dilakukan memiliki manfaat, minimal bagi dirinya sendiri, maupun bagi orang lain serta bagi masyarakat umum. Begitu pula dengan penelitian yang penulis lakukan tentang Upacara Ritual Manggilo sebagai

18 6 tradisi lisan masyarakat suku Tolaki, diharapkan mampu memberikan manfaat yang bersifat praktis dan manfaat teoritisnya. 1) Manfaat Teoritis Dari penelitian yang dilakukan penulis, adapun manfaat praktis penelitian yang ingin peroleh diantarnya : Agar hasil dari penelitian atau temuan yang didapat oleh penulis tentang Upacara Ritual Manggilo memiliki manfaat bagi masyarakat Suku Tolaki secara umum, khususnya Masyarakat Suku Tolaki di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe, agar menambah wawasan tentang pentingnya tradisi Manggilo agar mampu dilestarikan dan dijaga tradisi yang unik yang memiliki kekhasan tersendiri. 2) Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penyusunan proposal ini antara lain: (1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis tentang Upacara Ritual Manggilo pada Masyarakat Suku Tolaki. (2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan terhadap Masyarakat suku Tolaki. (3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan melestarikan Kebudayaan tradisi lisan yang terkandung dalam Upacara Ritual Manggilo Masyarakat Suku Tolaki.

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang relevan pada penelitian yang akan dilakukan oleh Wa Ode Narti (2016) E -Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UHO, dengan Jurnal berjudul Makna Ungkapan Dalam Adat Prosesi Pengislaman (Patoba) Pada Masyarakat Bajo Di Desa Bontu-Bontu Kecamatan Towea Kabupaten Muna. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah data lisan. Sumber data yaitu informan dari tokoh adat yang mengetahui ungkapan adat pengislaman ( dipatoba). Teknik pengumpulan data adalah teknik wawancara dan teknik simak catat. Teknik analisis data adalah teknik deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Hasil penelitian dalam pembahasan makna ungkapan pengislaman (dipatoba) pada masyarakat Bajo misalnya: (1) Kata daruana dinda yang memiliki arti orang tua perempuan (ibu) ibaratkan pengganti Nabi Muhammad Saw dan Kata daruana pappu yang memiliki arti orang tua laki-laki (Ayah) ibarat pengganti Allah Swt. Kata tersebut merupakan ungkapan yang memiliki makna dalam pengislaman (patoba) untuk tunduk, patuh, dan takut terhadap orang tua perempuan (ibu) dan orang tua laki-laki (ayah) karena mereka telah merawat kita dari sejak kecil sampai dewasa. 7

20 8 (2) Kata daruana malaika yang memiliki arti pengganti malaikat dan Kata daruana mukmin yang memiliki arti pengganti mukmin kata tersebut merupakan ungkapan yang memiliki makna dalam pengislaman (patoba) seorang adik harus senantiasa menghargai, menghormati, serta menuruti perintah kakaknya sebab hal itu merupakan pencerminan jika ia menghormati dan mengakui malaikat ciptaan Allah SWT, serta akan mematuhi segala aturan-aturan yang diperintahkan oleh Allah Swt dan menjauhi segala larangan-nya dan tidak ada yang lain disembah selain kepada Allah Swt. Manfaat penelitian diatas bagi penulis adalah mengetahui makna-makna dari ungkapan adat prosesi ritual pengislaman ( Patoba) pada masyarakat suku Bajo dengan penelitian menggunakan teori semiotika dan teknik deskriptif kualitatif yang dapat menunjang dan menjadi referensi untuk penyelesaian hasil penelitian oleh penulis. Penelitian yang relevan selanjutnya adalah jurnal berjudul Tradisi Kangkilo (Pengislaman): Salah satu Modal Sosial Budaya Bagi Pembentukan Karakter Positif Masyarakat Buton oleh Hamiruddin Udu. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dan pendekatan hermeneutika. Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa: Tradisi kangkilo dalam masyarakat Buton meliputi : (1) Istinja atau tata cara membuang hajat, mulai dari awal hingga akhir (2) Tata cara berwudu serta segala hal yang dapat membatalkannya (3) Tata cara mandi junub

21 9 (4) Syahadat Masyarakat suku Buton harus menjaga kesuciannya dalam interaksinya sebagai individu dalam suatu komunitas atau kehidupan berbangsa. Kesucian dalam konteks ini berkaitan dengan lima filosofi kesucian rasa dan akhlak yang dalam prakteknya dikenal dengan istilah: (1) Pobinci-binciki kuli (saling cubit mencubit) (2) Poangka-angkataka (saling utama-mengutamakan) (3) Poma-maasiaka (saling cinta-mencintai) (4) Popia-piara (saling abdi-mengabdi) (5) Pomae-maeka (saling takut menakuti) Manfaat untuk penelitian yang dilakukan adalah mengetahui bentuk dari tradisi Kangkilo (pengislaman) pada masyarakat Buton yaitu pada cakupan tradisi Kangkilo dan serta apa saja filosofi masyarakat Buton yang didalamnya mengandung ide kesucian yang tertuang dalam tradisi Kangkilo. Penelitian relevan selanjutnya adalah penelitian oleh Ulfah Hidayah (2014) dengan skripsi berjudul Persepsi dan tradisi Khitan Perempuan di Masyarakat Pasir Buah Karawang : Pendekatan Hukum Islam. Penelitian ni menggunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dengan menggunakan metode kuisioner dan wawancara. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mencari responden dan wawancara oleh ahli agama, ahli medis dan warga masyarakat mengenai tata cara, tujuan dan manfaat khitan bagi perempuan.

22 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat tentang khitan bagi perempuan yaitu untuk menjalankan syariat Islam dan sunnah Rasul yang sudah menjadi tradisi di tengah-tengah masyarakat, meski banyak yang salah persepsi terhadap hukum khitan anak perempuan yang sesuai dengan syariat Islam. Namun mereka tetap melakukan karena dianggap untuk mengislamkan anak dan sudah menjadi tradisi di masyarakat yang susah untuk dihapuskan meski banyak kontroversi yang timbul di dalam maupun luar negeri. Manfaat penelitian tersebut terhadap penelitian ini yaitu dapat menjadi rujukan penelitian tentang penelitian yang diangkat oleh penulis. Penelitian yang relevan selanjutnya adalah skripsi berjudul Bentuk dan Fungsi Tradisi Sunatan Di Kampung Tian Matu Sarawak Malaysia oleh Muhammad Syazwan Bin Abu Bakar tahun Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa: (1) Bentuk tradisi sunatan ini meliputi atribut yang digunakan dan prosesi tradisi sunatan ini dimana pemakaian anak-anak khitan dengan memakai baju melayu dan anak khitan ini dibawa keliling kampung dan sewaktu hendak melaksanakan tradisi sunatan ini, acara bacaan doa selamat bagi memberkati majelis tersebut untuk menghilangkan rasa takut dan timbul sifat berani didalam diri anak-anak khitan, siraman air oleh tokoh masyarakat bagi memberikan semangat untuk menghadapi sunatan itu dengan selamatnya. Didalam tradisi sunatan kampung Tian Matu, pantangan ada dimasukkan karena menjaga kesehatan diri anak khitan

23 11 tersebut. Pantangan tersebut diamalkan oleh orang tua tersebut sehingga kini. (2) Fungsi tradisi sunatan dikalangan masyarakat kampung Tian dikaitan dengan adaptasi dimana unsur budaya seperti pemakaian baju melayu, paluan kompang dan siraman air ini dimasukkan dan diadaptasi di kampung Tian Matu. Kedua, pencapaian tujuan ini dimana tradisi sunatan dilakukan untuk menjalankan perintah Allah SWT karena merupakan mempunyai kebaikan yaitu dapat menghindarkan penyakit. Ketiga, integrasi di kampung Tian ini dimana dapat memberi tahu keunikan unsur budaya dipamerkan sewaktu tradisi sunatan dilakukan. Keempat, pemeliharaan pola ini dikatkan dengan sewaktu tradisi sunatan dilakukan unsur islam diterapkan bagi memberkati majelis tersebut dan dapat mendapat pahala bagi yang mendukung tradisi sunatan ini. Manfaat ini untuk penelitian yang dilakukan adalah mengetahui bentuk dari tradisi sunatan yaitu atribut yang digunakan dan pada profesi sunatan serta fungsi tradisi sunatan yang diadaptasi dari unsur budaya. Berdasarkan 4 penelitian yang relevan di atas, maka persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu: 1. Mengkaji tentang ritual pengislaman atau sunatan 2. Menggunakan metode penelitian kualitatif 3. Penelitian relevan yang pertama metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif dan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi

24 12 4. Penelitian relevan yang kedua memiliki persamaan pada kajian tentang pengislaman. 5. Penelitian relevan yang ketiga memiliki persamaan pada tujuan yang akan dicapai yaitu mengetahui tata cara pada tradisi atau ritual. 6. Penelitian relevan yang keempat memiliki persamaan pada kajian fungsi ritual pengislaman. Perbedaan dari penelitian yang relevan di atas yaitu penelitian yang akan dilakukan penulis adalah tentang fungsi dan makna dalam prosesi ritual Manggilo atau pengislaman, sedangkan penelitian di atas mengkaji tentang makna ungkapan. Maka manfaat untuk penelitian yang akan dilakukan adalah menjadi referensi penunjang dalam penulisan maupun penelitian yang akan dilakukan, membantu penerapan metode penelitian yang akan dilakukan, serta menjadi acuan dalam penentuan dan penerapan teori yang akan digunakan dalam penelitian. 2.2 Landasan Teori Teori Semiotika Secara etimologis, semiotika disebut sebagai ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tugas pokok dari semiotika adalah mengidentifikasi dan mengklasifikasi jenis-jenis tanda dan cara penggunaannya dalam aktivitas yang bersifat representatif. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri. (Littlejohn, 2009 : 53) Dalam sebuah ritual, memiliki simbol-simbol yang memiliki hubungan atau memiliki maksud tertentu yang sarat akan simbol-simbol. Menurut Brata

25 13 (2008:11) bahwa simbol adalah suatu (benda, gerak suara, cahaya) yang bisa memiliki makna dengan terlebih dahulu harus dihubungkan dengan sesuatu yang lain. Penggunaan simbol sebagai media penyampaian pesan tertentu. Geertz (1989: 12) berpendapat bahwa peranan upacara (baik ritual maupun ceremonial) selalu mengingatkan manusia berkenaan dengan eksistensi dan hubungan dengan lingkungan mereka. Dengan adanya upacara atau ritual, warga suatu komunitas suku bukan hanya diingatkan tetapi dibiasakan untuk menggunakan dan memaknai simbol-simbol yang bersifat abbtrak yang berada pada tingkat pemikiran untuk berbagai kegiatan sosial yang nyata yang ada dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Pierce, semiotika memungkinkan kita untuk berpikir tentang tanda-tanda yang berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya dan memiliki hubungan sebab akibat. Untuk melengkapi konsep itu, maka diciptakannya kata-kata baru (Kaelan 2009:166). Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda, ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Tanda adalah sesuatu yang mempresentasikan atau menggambarkan sesuatu yang lain dalam benak seseorang yang memikirkannya (Denzin, 2009: 617). Berdasarkan objeknya Pierce membagi tanda atas ikon ( icon), indeks (index) dan simbol (symbol) a) Ikon adalah tanda yang hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.

26 14 b) Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. c) Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan pentandanya. Simbol tidak harus mempunyai kesamaan, kemiripan, atau hubungan dengan objeknya (Sobur, 2004:39). Pada penelitian yang akan dilakukan, teori semiotika oleh digunakan untuk menganalisis makna-makna dari bahan-bahan dalam ritual Manggilo pada Masyarakat Suku Tolaki kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. Makna yang dimakud yaitu teori Brodbeck (dalam Sobur, 2004;262) yang menyajikan teori makna dengan cara yang cukup sederhana makna dengan membagi makna tersebut menjadi tiga corak, yakni: a) Makna yang pertama adalah makna inferensial, yakni makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut. b) Makna yang kedua menunjukkan arti (significance) suatu istilah sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain. c) Makna yang ketiga adalah makna intensional, yakni makna yang dimaksud oleh seorang pemakai lambang. Pada penelitian ini, teori semiotika oleh Pierc akan menjadi teori yang menjelaskan makna-makna dari tanda atau benda yang ada dalam pelaksanaan ritual Manggilo memiliki hubungan dengan ritual tersebut. Pada penelitian yang dilakukan makna-makna dari ritual Manggilo merujuk pada makna yang

27 15 menunjukkan arti ( significance), benda atau bahan memiliki makna yang berhubungan dengan ritual yang dilaksanakan, memiliki makna yang erat kaitannya Teori Fungsional Struktural Struktural Fungsional adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Teori fungsionalisme menurut Malinowski dalam tafsir para fungsionalis, fungsionalisme adalah metodologi untuk mengekspor saling ketergantungan. Secara garis besar Malinowski merintis bentuk kerangka teori untuk menganalisis fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya sutu teori fungsional tentang kebudayaan atau a functional theory of Culture. Malinowski membedakan antara fungsi sosial dalam tiga tongkat abstraksi (Koentjaraningrat, 1987:167), yaitu: a) Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau efeknya, terhadap adat, tingkah laku manusia dan pranata sosial yang lain dalam masyarakat b) Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh atau efeknya, terhadap kebutuhan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai maksudnya, seperti yang dikonsepsikan oleh warga, masyarakat yang bersangkutan. c) Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi ketiga mengenai pengaruh atau efeknya, terhadap

28 16 kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara integrasi dari suatu sistem sosial yang tertentu. Disamping itu para fungsionalis menyatakan bahwa teori fungsionalisme merupakan teori tentang proses kultural. Pada penelitian yang dilakukan, teori fungsional struktural digunakan menjawab rumusan masalah tentang Fungsi Ritual Manggilo yang terdapat Prosesi pada Ritual Manggilo pada Masyarakat suku Tolaki Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. Fungsi yang dimaksud dalam ritual Manggilo yaitu bahwa ritual memiliki fungsi pada adat pranata sosial atau dalam kehidupan masyarakat sosial.

29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Pada penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif. Moleong (2007:6) menjelaskan, bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah, serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah yang salah satunya bermanfaat untuk keperluan meneliti dari segi prosesnya. Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yakni karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji sebuah hipotesis, tetapi berusaha untuk mendapatkan gambaran tentang Ritual Manggilo pada Masyarakat suku Tolaki. 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe meliputi 3 desa/kelurahan yaitu Wawotobi, Nohu-nohu dan Kasupute. Adapun alasan memilih lokasi penelitian tersebut yaitu: 1. Penduduk pada lokasi penelitian adalah mayoritas suku Tolaki sebagai pemilik tradisi. 2. Objek penelitian oleh peneliti masih dilaksanakan pada lokasi penelitian. Lokasi penelitian juga diakui masih menjunjung tinggi 17

30 18 3. tradisi-tradisi dalam hal ini keaslian tradisi-tradisi masih terjaga dilokasi penelitian 3.3 Data dan Sumber Data Sumber data menurut Arikunto (2005:88) adalah benda, hal atau orang tempat peneliti, mengamati, membaca atau bertanya tentang data. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya yaitu tokoh adat atau pemilik tradisi yang menjadi objek penelitian berupa kata-kata. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data lisan dan sumber data tertulis. Data lisan diperoleh dari pelaku atau pemilik tradisi, baik yang terlibat langsung sebagai warga masyarakat yang mengikuti tradisi tersebut, dan juga dari para tokoh masyarakat yang mengetahui Upacara Ritual Manggilo secara lebih rinci. Adapun data tertulis diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis dan dokumentasi yang berupa gambar dan video pelaksanaan pada tahun-tahun sebelumnya, juga beberapa arsip pemerintahan. Sumber data tersebut dimanfaatkan untuk mendapatkan objek dalam penelitian ini Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama). Data primer berupa informasi dari pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan atau objek penelitian mengenai prosesi, fungsi serta makna makna yang ada didalam Ritual Manggilo dengan melakukan observasi dan wawancara mendalam pada informan. Alasan dari pemilihan data primer yaitu informan yang pada dasarnya telah mengetahui lebih tentang proses, fungsi hingga makna yang terkandung

31 19 dalam ritual Manggilo, serta informan merupakan salah satu pemimpin upacara ritual Manggilo atau sebagai orang memahami adat maupun ritual masyarakat Suku Tolaki Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala bentuk catatan tentang berbagai macam peristiwa atau keadaan di masa lalu yang memiliki nilai atau arti penting dan dapat berfungsi sebagai data penunjang dalam penelitian ini. Dokumen yang dimaksud berupa foto-foto, catatan wawancara, dan rekaman yang digunakan sewaktu peneliti mengadakan penelitian, selain itu dapat menggunakan dokumen yang terkait dengan penelitian mengenai prosesi Upacara Ritual Manggilo. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatakan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan Pra Lapangan Peneliti mengadakan survei pendahuluan yakni dengan mencari subjek sebagai narasumber. Selama proses survei ini peneliti melakukan penjajagan lapangan ( field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi tentang ritual manggilo. Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan

32 20 penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Adapun tahap pra lapangan yang dilakukan peneliti selama bulan April 2017 adalah: (1) Memilih lokasi penelitian (2) Menyusun rancangan penelitian (3) Mengurus perizinan (4) Memilih dan memanfaatkan informan (5) Menyiapkan perlengkapan penelitian Pengamatan / Observasi Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki ( Narbuko dan Achmadi (2013:70) ). Peneliti hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2008:115). Peneliti melakukan pengamatan pada lokasi penelitian yaitu dengan objek observasi yaitu place atau tempat interaksi situasi sosial, Actor atau siapa saja pelaku dalam ritual manggilo dan Activity atau bagaimana kegiatan berlangusng pada masyarakat yang tinggal di daerah Kecamatan Wawotobi khususnya masyarakat suku Tolaki yang menjadi pemilik ritual manggilo.

33 Wawancara Menurut Denzin dan Lincoln (1994:353) mengemukakan wawancara merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan. Wawancara juga merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tententu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik (Setyadin, ). Langkah-langkah wawancara yang digunakan peneliti yaitu : 1) Menentukan topik wawancara 2) Menentukan narasumber/informan 3) Menyusun daftar pertanyaan (dengan memperhatikan kelengkapan isi (5W + 1H). 4) Melakukan wawancara dengan bahasa yang santun, baik, dan benar. 5) Mencatat pokok-pokok informasi berdasarkan jawaban informan (Dapat menggunakan alat perekam sebagai alat bantu). 6) Menulis laporan hasil wawancara Dokumentasi Menurut Bungin (2008 : 121), teknik dokumentasi adalah metode pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data historis. Dokumen dapat berbentuk seperti tulisan, gambar, atau karya monumental, dalam bentu tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan kebijakan. Menurut Bungin ( ) bahan dokumen itu berbeda secara gradual dengan literatur, dimana literatur merupakan bahan-bahan yang diterbitkan, sedangkan dokumenter adalah informasi yang disimpan atau

34 22 didokumentasika sebagai bahan dokumenter. Dokumentasi dalam penelitian Ritual Manggilo pada Kecamatan Wawotobi berbentuk foto atau video pelaksanaan ritual serta apa saja yang ada dalam ritual Manggilo, serta rekaman wawancara. 3.5 Teknik Penentuan Informan Informan adalah orang yang dipilih sesuai dengan kepentingan permasalahan dan tujuan penelitian. Informan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-benar terlihat, mengetahui dan menguasai masalah penelitian. Dalam penelitian yang akan dilakukan informan sangat erat kaitannya. Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat. Informan yang bertindak sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat, yang akan menjadi informan narasumber ( key informan). Dalam penelitian yang dilakukan, teknik penentuan informan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Teknik snowball sampling adalah salah satu teknik pengambilan sample yang tidak memberikan peluang / kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sample (Sugiyono, 2011 : 84). Peneliti menentukan sample atau informan yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi yang tepat pemilihan informan harus dipilih secara cermat, peneliti melakukan observasi terlebih serta wawancara mendalam kepada informan kunci yang memenuhi karakteristik.

35 Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif, Bogdan dalam Sugiyono (2011:244) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Tujuan Analisis Data kualitatif yaitu agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna (Ariesto Hadi Sutopo:2010) Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011: ) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Analisis data menurut model Miles dan Huberman 1. Data Reduction atau Reduksi Data Reduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dengan kata lain bahwa reduksi data memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti. Analisis ini dapat dibantu dengan peralatan elektronik. Reduksi data pada penelitian ini yaitu dengan memilih-milih hal-hal yang pokok pada data-data yang dimiliki dan mereduksi data dengan memperhatikan tujuan yang akan dicapai dari penelitian.

36 24 2. Data Display atau Penyajian data Artinya penyajian data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan anatar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan melakukan display data, maka akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Pada penelitian yang dilakukan, penyajian data dikerjakan dengan membuat pola hubungan antar data. 3. Verifikasi atau kesimpulan Artinya penarikan kesimpulan dan verifikasi atau kesimpulan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat. Penarikan kesimpulan pada penelitian ini, berdasarkan hasil dari dari reduksi data dan penyajian yang memiliki hubungan.

37 BAB IV GAMBARAN PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kecamatan Wawotobi merupakan salah satu wilayah dari kabupaten Konawe. Berdasarkan topografinya wilayah Kecamatan Konawe sebagaian besar adalah daratan. Kecamatan Wawotobi terletak pada 03º LS dan 122º BT. Dengan permukaan tanah sebagian besar berada diketinggian m diatas permukaan laut. Kecamatan Wawotobi memiliki wilayah 7 kelurahan dan 12 desa dengan setiap desa atau keluarahan terdiri dari 3 sampai 5 dusun. Ibu kota kecamatan Wawotobi adalah Kelurahan Wawotobi, dengan jarak ibukota kecamatan ke kabupaten adalah 7 Km dan jarak ibukota kecamatan terhadap provinsi adalah 65 Km. KecamatanWawotobi merupakan salah satu kecamatan yang termaksud wilayah perkotaan di kabupaten Konawe. Berdasarkan administratif, batasan-batasan wilayah Kecamatan Wawotobi yaitu: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Meluhu b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Konawe c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wonggeduku d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Anggaberi 25

38 Demografi Kecamatan Wawotobi memiliki luas wilayah hektar atau sekitar 1.02 persen dari Kabupaten Konawe. Dengan luas wilayah 6768 Ha, presentasi km² dengan kepadatan jiwa/km persegi sebesar 322 jiwa/km persegi. No Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-laki Perempuan Total Sumber : Data BPS Kecamatan Wawotobi Berdasarkan data tabel yang telah diolah, menyatakan bahwa penduduk Kecamatan Wawotobi didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki. Dengan kelompok umur sebagai berikut:

39 27 Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Sumber: Data BPS Kecamatan Wawotobi Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa angka kelahiran di Kecamatan Wawotobi sangat tinggi. Berdasarkan hasil proyeksi sensus penduduk 2010, penduduk kecamatan Wawotobi pada tahun 2015 mencapai jiwa, mengalami kenaikan kebesar 360 jiwa atau sebesar 1.65 persen dari

40 28 tahun 2014, serta kecamatan Wawotobi merupakan kecamatan padat penduduk kedua di kabupaten Konawe setelah kecamatan Unaaha. Kelompok umur terbanyak kedua adalah tahun dengan jumlah penduduk. Dalam hal ini, pelaksanaan ritual manggilo pada masyarakat Suku Tolaki masih dapat ditemukan, karena kelompok umur ini merupakan sasaran dari ritual tersebut, hingga mempengaruhi eksisensi ritual manggilo di kecamatan Wawotobi. 4.3 Sosial a) Agama Kecamatan Wawotobi merupakan wilayah luas dengan mayoritas masyarakatnya beragama islam, dengan presentase 99,1 adalah muslim dan 0,9 adalah non muslim. No Agama Jumlah 1 Islam Protestan Katholik 3 4 Hindu 1 5 Budha - Jumlah Sumber : Data BPS Kecamatan Wawotobi Keberadaan mayoritas penduduk muslim di Kecamatan Wawotobi sangat mempengaruhi eksistensi ritual manggilo, karena ritual merupakan pengislaman bagi masyarakat suku tolaki.

41 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sejarah Ritual Manggilo Sebelum Mokole Lakidende diangkat menjadi raja, beliau telah belajar tentang Ilmu agama Islam dipulau Wawonii. Pada masa pemerintahan Raja Lakidende inilah Agama Islam berkembang secara resmi yang ditandai dengan datangnya serombongan penyiar Islam sebanyak 12 orang yang dipimpin oleh seorang Moji keturunan Tiworo-buton yang bernama La Ode Teke yang diundang Raja Lakidende melalui Sultan Buton. Mereka inilah yang menyiarkan Islam di Pusat Kerajaan Konawe di Unaaha. Islam masuk pada kerajaan Konawe pada akhir abad XVI. Pada masa pemerintahan Mokole Lakidende (Raja Konawe XXXIII) yang dinobatkan sebagai Raja Konawe pada tahun 1641 M, barulah kerajaan Konawe menganut Agama Islam secara resmi. Karena Lakidende mendalami Al-Qur an maka beliau sangat patuh dan menjalankan Syariat Islam. Dalam usaha kedudukannya sebagai mokole sangat mendukung usaha penyiaran Islam di kalangan rakyat Konawe (Tarimana, 1987 : 26). Dalam rangka mensosialisasikan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah kerajaan Konawe maka raja Lakidende mengeluarkan beberapa maklumat, yaitu: 1. Menghentikan memakan babi 2. Penguburan mayat menurut Agama Islam 29

42 30 3. Mendirikan surau atau mesjid (masigi) di setiap kampung 4. Belajar membaca Al-Quran (Mangadi) 5. Bersunat (mesuna) bagi laki-laki yang telah akil baligh. 6. Mengucapkan dua kalimat syahadat bagi anak-anak Manggilo (Pengislaman) 7. Hatam Qur an (Hatamu) 8. Pembacaan akad nikah dalam pesta perkawinan (Sukimin 1992:45) 5.2 Deskripsi Ritual Manggilo Salah satu syarat seorang anak yang beragama Islam haruslah melalui sunatan. Sunatan, bagi orang Tolaki selain merupakan suatu peristiwa ritus juga adalah suatu fase yang harus dilalui oleh anak-anak untuk memasuki masa remajanya. Untuk pengertian sunatan, orang Tolaki memakai istilah Manggilo atau Mesuna. Ritual ini diiringi dengan pukulan gong, mulai dari rumah tempat sunatan menuju ke rumah tempat pesta sunatan untuk diajarkan membaca kalimat syahadat, Ashadu alla ilaaha illa Allah, wa ashhadu anna Muhammadan Rasulullah. Hal ini terlihat dari upacara, sikap, ajaran-ajaran seperti pembacaan Al- Qur an Syahadat, taubat dan tingkah laku keluarga serta setiap orang yang terlihat proses pelaksanan atau penyelenggaraan manggilo yang dilandasi oleh keagamaan. Biasanya mesuna dan manggilo dilakukan secara beramai-ramai oleh banyak anak laki-laki dan anak perempuan. Anak-anak yang hendak disunat terlebih dahulu dipingit dalam sebuah rumah selama empat hari empat malam. Selama dalam pingitan, mereka melatih

43 31 diri untuk kurang tidur, sedikit makan dan minum, tidak banyak bicara, membersihkan badan dan menghiasi tubuh, memotong kuku dan Metirangga (mengecet kuku dengan tirangga, ialah sejenis daun yang dapat memerahkan kuku). Pada keesokan harinya di pagi buta orang tua datang menyunatnya yaitu dengan mngeluarkan darah dari bagian kemaluan (aurat) anak itu. Setelah demikian, barulah mereka disunat dengan cara melukai bagian kulit dari alat kelamin oleh seorang Ibu yang disebut o sando bagi anak perempuan dan oleh seorang pegawai masjid bagi anak laki-laki. Selanjutnya merela diberi pakaian berkain sarung yang dililitkan sampai bawah ketiak dan kalunggalu bagi perempuan, dan kopiah bagi anak laki-laki. Maka mereka diberi hiasan berupa bedak dari tepung beras bercampur kunyit serta bau wangi sanggula. Setelah itu barulah mereka diusung menuju ke rumah pesta. Sebelum mereka menaiki tangga rumah pesta mereka telah disambut oleh banyak orang yang menghamburkan beras kuning dan taburan bunga yang semerbak baunya kehadapan mereka. Dirumah pesta disambut dengan pukulan gong menurut irama Lariangi Setelah anak tadi tiba ditemapt didepannya tersedia talam yang penuh dengan nasi dari beras ketan. Setelah selesai, gong dipukul orang lalu anak itu mengikut orang-orang tua dan pemuda-pemudi untuk melakukan tarian Lariangi yang dimaksudnya adalah untuk menggugurkan bedak dimukanya. Seorang anak yang sudah melaksanakan manggilo dilarang untuk kencing berdiri, berbicara semenatar makan, bertelanjang bulat atau makan minum habis buang air besar.

44 Prosesi Ritual Manggilo Manggilo merupakan ritual yang dilakukan oleh Sando sebagai pemimpin acara, dan anak-anak usia 6-9 tahun sebagai yaang akan melaksanakan manggilo. Ritual ini dilaksanakan acara-acara seperti aqiqah. Dengan menggunakan bahanbahan yang memiliki makna-makna seperti kelapa, beras ketan merah dan putih sebagai santapan serta ayam kampung. Manggilo merupakan salah satu ritual turun temurun masyarakat Suku Tolaki, yang sering disebut pengislaman. Ritual ini dilakukan oleh usia anak dini (6-9 tahun) sebagai pengukuhan atau pengalihan. Pengalihan yang dimaksud adalah anak-anak telah sah secara adat suku Tolaki bahwa anak yang kelak di Manggilo beragama Islam. Pada dasarnya istilah pengislaman dalam hal ini adalah adanya unsur-unsur atau akulturasi antara Islam dan kebudayaan Suku Tolaki. Akulturasi adalah adanya perpaduan satu budaya ke budaya yang lain, sama dengan itu ritual Manggilo milik suku Tolaki dalam pelaksanaannya terdapat tuturan-tuturan menggunakan doa-doa. Ritual biasanya erat kaitannya dengan mantra-mantra yang ada didalamnya, namun ritual Manggilo tidak terdapat tuturan-tuturan tertentu (mantra-mantra) karena ritual ini lebih dekat dengan agama Islam yang dianut, yang pada ajaran agama Islam, mantra-mantra dekat dengan menduakan Tuhan atau dalam hal ini disebut syirik, sesuai dengan penyataan oleh Informan sebagai Sando atau Imam yaitu, Tidak pake mantra dia itu, karena menjurus kepada Islam. Islam itu tidak tahu mantra, karena kapan dia diselipkan mantra disitu, dengan sendirinya kita menjurus kepada syirik (Basir, 58 tahun Wawancara 12 Mei 2017)

45 33 Berdasarkan penjelasan informan diatas, dapat dijelaskan bahwa dalam ritual Manggilo tidak ada mantra-mantra tertentu dalam pelaksanaannya. Maka telah jelas bahwa ritual Manggilo pada komunitas suku Tolaki mengandung unsur Islam yang sangat dijunjung tinggi dengan tidak yang menjadi sebuah keyakinan masyarakat suku Tolaki pada umumnya. Ritual Manggilo pada Masyarakat Suku Tolaki, dilaksanakan oleh anak laki-laki maupun perempuan. ritual ini biasa di gabungkan dengan acara-acara lainnya yang berhubungan dengan agama dan ritual ini sebagai pembuka dan selanjutnya potong rambut, sunatan, khatam qur an. Setiap ritual memiliki sebuah runtutan atau tahapan dalam pelaksanaannya, yaitu: 1) Nibaho atau Mebaho Mebaho atau Nibaho adalah tahap mandi atau dimandikan yang merupakan tahap yang paling utama. Sebelum ritual Manggilo dimulai, setiap anak yang akan melaksanakan Manggilo wajib dimandikan oleh Oima/Sando/Tonomotuo atau yang sering disebut Sando atau orang yang dituakan sebagai pemimpin acara. Dalam tahapan ini, Sando sebagai pemimpin ritual meniatkan sebelum dimandikannya anak yang akan melaksanakan Manggilo Tahap dikasih mandi islam itukan punya niat : Nawaitu husla minal islam illa ruuhi (illa ruuhi artinya itu nama) baru disebut nama yang mau Manggilo (Basir, 58 tahun. Wawancara 12 mei 2017). Berdasarkan kutipan informan diatas, menjelaskan bahwa Manggilo itu merupakan salah satu ritual pengislaman, yang dapat kita lihat dari tuturan didalamnya dengan naitnya yang diawali dengan kata Nawaitu. Pada tahap

46 34 dimandikan, ada tuturan oleh Sando yang dituturkan sebelum anak yang akan melaksanakan Manggilo. Setelah Sando membacakan niatnya, selanjutnya dilakukanlah mandi tersebut. Siram, itu baca mi itu alfatihah, istigofar, baru dua kalimat syahadat, sesudah itu mulai mi itu dia sah disitu dimandi (Basir 58 tahun, wawancara 12 Mei 2017 ) Prosesi dimandikan anak yang akan di Manggilo oleh Sando atau orang tua yang dipercayakan dalam pelaksanaan ritual diawali dengan niat, lalu disiram dan dilanjutkan dengan pembacaan Al-Fatihah, beristigfar dan ditutup dengan pengucapan dua kalimat syahadat. Penjelasan informan memperjelas bahwa tradisi masyarakat suku Tolaki yaitu Manggilo merupakan tradisi yang sangat kental dengan Islam.

47 35 Gambar 1. Tahapan Nibaho / Mebaho (dimandikan) anak laki-laki sedang dimandikan oleh sando. Anak dihadapkan ke kiblat. Sumber: Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun 2017 Gambar 2. Tahapan Nibaho / Mebaho (dimandikan) anak laki-laki sedang dimandikan oleh sando. Anak dihadapkan ke kiblat. Sumber: Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun 2017

48 36 2) Manggilo / Mesuna Tahapan ini adalah puncak dari ritual Manggilo, anak ditempatkan didalam kamar yang telah ditentukan untuk menjalankan ritual ini. Anak-anak yang melaksanakan manggilo menggunakan sarung untuk menutupi tubuhnya. Kemudian Sando membawa masuk ayam kampung yang disiapkan sebagai bahan untuk penanda bahwa ritual inti Manggilo akan dilaksanakan. Ayam kampung dilukai jenggernya hingga keluar darahnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut. Alat sunatnya itu adalah ayam, ayam itu sebagai dikeluarkan darahnya melalui sunat pengesahan bahwa betul- islam betul antara para manusia ini sudah betul-betul menjadi 100 persen makanya itu terjadi manggilo (Ridwan M, 48 tahun. Wawancara 15 Mei 2017) Gambar 3. Ayam Kampung, dilukai jenggernya agar darahnya digunakan. Sumber : Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun 2017

49 37 Penjelasan oleh informan diatas bahwa, jengger ayam dilukai oleh Sando pemimpin ritual Manggilo hingga mengeluarkan darah, kemudian darah itu diseka pada daerah kelamin (kemaluan) anak yang melaksanakan manggilo, dengan dibacakan doa-doa oleh Sando. Binti fatimah ya rasulullahi salawlahu alaihi wassalam, Allhumma sayyidina muhammad waala sayidina muhammad (Tahir 56 tahun, wawancara 18 Mei 2017) Ini menandakan bahwa anak telah sah atau telah selesai melaksanakan Manggilo dan telah beragama Islam yang dianggap sah oleh Suku Tolaki. Pada tahapan puncak ritual Manggilo biasanya, anak dituntun oleh Sando untuk membaca Al-fatihah, Istigfar dan dua kalimat syahadat. Gambar 4. Puncak Ritual Manggilo anak laki-laki yang dipimpin oleh Sando. Darah disekakan oleh kelamin (aurat) Sumber : Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun 2017

50 38 Gambar 5. Puncak Ritual Manggilo pada anak perempuan yang dipimpin oleh Sando Darah disekakan oleh kelamin (aurat) Sumber : Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun 2017 Gambar 6. Dituntunn oleh Sando untuk membaca al-fatihah, shalawat hidup dan dua kalimat syahadat dengan menjabat tangan sando. Sumber : Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun 2017

51 39 3) Niso u Anak yang telah dimandikan selanjutnya harus berpakaian sesuai aturannya yaitu anak laki-laki menggunakan sarung sampai pinggang serta menggunakan peci, sedangkan anak perempuan menggunakan sarung sampai menutupi dada dan menggunakan seledang. Tahap selanjutnya yaitu niso u atau dipikul, yaitu Anak yang akan melaksanakan Manggilo dipikul atau diletakkan di bahu seorang laki-laki dewasa dari rumah tempat berkumpul dimandikan, kerumah tempat pesta. Diberangkatkan dari salah satu rumah keluarga tetangga yang dekat, diberangkatkan dengan dikawal dengan bunyibunyian gong biar satu lembar gong saja asal ada pengantarnya (Arsad 65 tahun, wawancara 13 Mei 2017) Berdasarkan penjelasan informan bahwa anak-anak peserta ritual Manggilo digendong menuju rumah pesta dari rumah tetangga atau keluarga terdekat secara beriring-iringan dengan penghantar sebuah gong. Penghantaran sebuah gong dalam ritual ini menandakan bahwa Anak yang sedang dipikul atau digendong telah resmi di Manggilo yang menandakan kabar bahagia.

52 40 Gambar 7. Anak diletakkan dibahu orang dewasa yang akan dibawa ketempat acara. 4) Nipaka i / disuap Tahapan akhir dari ritual Manggilo adalah Nipaka i atau disuapi. Setelah anak yang telah selesai melaksanakan manggilo masuk pada tepat acara dan duduk ditempat yang telah disediakan, selajutnya anak disuapi dengan makanan yang telah disuguhkan. Disediakan makanan dipiring dan daging ayam (Basir 58 tahun, wawancara 12 Mei 2017) Anak-anak yang di Manggilo disuapi oleh orang tua dengan makanan yang telah disajikan seperti ayam kampung, beras merah dan beras ketan putih. Tahapan ini juga biasanya anak-anak yang sedang disuapi diberikan uang oleh orang tua maupun keluarga atau kerabat sebagai tanda telah berhasil melaksanakan ritual Manggilo.

53 41 Gambar 8. Anak-anak yang telah melaksanakan manggilo duduk didepan sajian makanan Sumber: Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun Fungsi Sosial Ritual Manggilo Fungsi sosial pada abstraksi pertama teori malinowski yang dicapai dalam penelitian ini yaitu menunjukkan perubahan tingkah laku kepada anak yang telah melaksanakan manggilo, tergambar dalam pengucapan dua kalimat syahadat dan shalawat serta larang-larangan dari sando bahwa anak dilarang untuk kencing berdiri, berbicara sementara makan, bertelanjang bulat atau makan minum sehabis buang air besar. Sedangkan fungsi sosial ritual Manggilo pada masyarakat suku Tolaki sebelum adanya perubahan-perubahan dalam tahapannya, adalah anak diuji kesabarannya melalui pingitan empat hari empat malam dengan maksud mereka melatih diri untuk kurang tidur, sedikit makan, dan minum, tidak banyak bicara, membersihkan badan dan menghiasi tubuh, memotong kuku dan metirangga (mengecat kuku dengan tirangga, ialah jenis daun yang dapat memerahkan kuku).

54 Makna Ritual Manggilo Dalam sebuah ritual, makna merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Makna ritual atau tradisi merupakan suatu pesan tersirat, nilai dan maksud yang terdapat di dalam setiap ritual-ritual hasil warisan dari nenek moyang yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam prosesi pelaksanaan ritual Manggilo terdapat bahan-bahan yang mengandung unsur-unsur kebaikan, nasihat atau makna-makna yang berguna untuk masyarakat. Makna simbol yang digunakan dalam ritual Manggilo berkaitan dengan bahan atau perlengkapan yang digunakan dalam ritual. Kehadiran benda-benda yang terdapat dalam ritual Manggilo memungkinkan untuk berpikir bahwa adanya tanda atau simbol yang berkaitan dengan alam semesta. Bahan ataupun alat dalam sebuah ritual adalah suatu yang wajib diadakan dalam pelaksanaan ritual Manggilo yaitu: 1) Beras Merah / Paedai Momea Beras Merah merupakan salah satu perlengkapan bahan yang ada dalam ritual Manggilo dengan disajikan untuk dimakan oleh anak-anak yang telah melaksanakan manggilo. Adapun makna dari Paedai Momea dalam Manggilo, disampaikan oleh informan berikut: Beras merah itu menandakan bahwa berbagai bagian darah yang ada dalam tubuh kita (Ridwan M, 48 tahun. Wawancara 15 Mei 2017) Makna beras merah dalam ritual Manggilo adalah seperti bahwa didalam tubuh manusia terdapat darah yang berwarna merah, maka beras merah dalam ritual Manggilo disimbolkan dalam beras merah. Menjelaskan

55 43 bahwa ritual Manggilo menjadi sebuah ritual suku Tolaki yang melekat pada diri manusia itu sendiri, menjadi bagian dari tubuh seperi keberadaan darah dalam tubuh manusia. Gambar 9. Paedai Momea atau ketan merah yang disajikan akan dimakan oleh anak yang telah manggilo 2) Beras Putih (Ketan Putih) / Paedai Mowila Beras putih atau ketan putih sebagai bahan dalam ritual memiliki makna yang hampir sama seperti beras merah. Pada dasarnya, alam tubuh manusia terdapat darah merah dan darah putih yang sangat dibutuhkan manusia. Beras putih untuk darah putih dalam tubuh kita (Ridwan M, 48 tahun. Wawancara 15 Mei 2017) Makna beras putih pun seperti darah putih bagi tubuh manusia, yang menjadi salah satu kebutuhan didalam tubuh manusia.

56 44 Gambar 10. Paedai Mowila atau beras ketan putih yang disajikan Sumber: Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun ) Ayam Kampung (Manu Kambo) Ayam sangat penting kampung dalam ritual Manggilo merupakan bahan yang keberadaannya. Dalam ritual ini ayam jantan untuk anak laki-laki dan ayam betina untuk anak perempuan yang digunakan untuk Manggilo. Ayam kampung yang telah disembeli diambil hatinya (isi dalamnya) untuk menjadi bahan Manggilo. Ayam dipotong bukan dagingnya yang diambil tapi isi dalamnyaa menunjukkan bahwa diambilnya isi dalamnya ayam itu bahwa keyakinannya itu bukan diluar, bukan kulit tapi betul-betul keyakinannya itu dari dalam isii hati yang tulus ikhlas kepercayaan kita, keyakinan kita melalui isi dalam bahwa Allah SWT kemudian kepada nabi Muhammad SAW. Makna ayam kampung yang digunakan dalam ritual ini adalah sebuah keyakinan yang tulus dan ikhlas kepada Allah SWT dan kepada Nabi Muhammad SAW yang benar-benar dari dalam diri manusia, bukan hanya sekedar diluar saja (kulit). Hati dan daging ayam kampung diyakini bahwa keimanan dan keyakinan dimulai dari dalam sampai luar (Ridwan M, 48 tahun. Wawancara 15 Mei 2017)

57 45 Pernyataan informan diatas menjelaskan bahwa adanya Ayam Kampung yeng telah diambil isi dalamnya dalam ritual Manggilo ini, memiliki makna bahwa diharapkan membawa ajaran-ajaran dalam ritual bukan hanya sekedar diluar atau sekedar diucapkan saja, melainkan menjadi bukti untuk yakin dari dalam diri manusia itu sendiri (dalam hati) kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dengan selalu beriman serta selalu tulus dan ikhlas. Berkaitan dengan keimanan dan keikhlasan, seperti kutipan berikut: Kalau saya tidak salah itu diambil dari pada isi dalam daripada ayam, menunjukkan keimanan dan keikhlasan itu kepada Allah SWT, percaya kepada Nabi Muhammad salah satu rasul itu yang menandakan dari dalam hati, isi hati makanya itu ayam dipotong dan isi hatinya diambil untuk digunakan sebagai bahan Manggilo (Ridwan M, 48 tahun. Wawancara 15 Mei 2017) Berdasarkan penjelasan Informan, bahwa makna ayam kampung dalam ritual Manggilo adalah bahwa keyakinan, kepercayaan serta keimanan kepada Allah dan Nabi Muhammad sebagai rasul Allah. Isi dalam hati ayam kampung yang dimaksudkan dalam ritual Manggilo bahwa keyakinan harusnya ditumbuhkan didalam lubuk hati manusia itu sendiri. Bukan hanya sekedar keimanan diluar, melainkan tertanam dalam diri kita. 4) Kaluku Kaluku atau Kelapa sebagai bahan yang penting pula dalam ritual Manggilo yang diyakini memiliki makna yang tinggi. Pada kenyatannya, kepala merupakan pohon yang serbaguna mulai dari akar, batang, daun dan

58 46 buahnya dapat digunakan, sesuai dengan itu seperti penjelasan infroman sebagai berikut: Pertama-tama kehidupannya kita seperti kelapa tumbuh, seperti sepanjang umur dan kelapa itu berguna bagi manusia mulai dari akar, batang daun dan buah, makanya itu diambil simbol itu pengertian Manggilo (Ridwan M, 48 tahun. Wawancara 15 Mei 2017) Berdasarkan makna dari kelapa dalam ritual Manggilo bahwa anak yang kelak akan melaksanakan manggilo, memiliki umur yang panjang seperti kelapa yang menjulang tinggi, dan anak yang akan melaksanakan manggilo dapat berguna seperti halnya pohon kelapa yang buah, batang, akar dan daunya berguna bagi manusia serta dapat berguna dimana saja seperti pohon kelapa yg dapat tumbuh dimana saja, begitu pula dengan anak-anak yang telah melaksanakan manggilo diharapkan bahwa agar mampu menjadi manusia yang berguna. Gambar 11.. Kaluku atau kelapa sebagai salah satu bahan yang ada dalam ritual

59 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan 1. Ritual Manggilo merupakan ritual pengislaman pada Masyarakat suku Tolaki yang terdiri dari 4 tahap yaitu Nibaho atau Mebaho, Manggilo Niso u dan Nipaka i. 2. Fungsi sosial dalam ritual Manggilo, adalah Fungsi sosial dalam ritual manggilo pada masyarakat suku Tolaki yaitu menunjukkan perubahan tingkah laku kepada anak yang telah dimanggilo, dimana tergambar dalam pengucapan dua kalimat syahadat dan shalawat serta larang-larangan dari sando bahwa anak dilarang untuk kencing berdiri, berbicara sementara makan, bertelanjang bulat atau makan minum sehabis buang air besar. 3. Pada pelaksanaannya ritual Manggilo digunakan bahan-bahan yang memiliki makna yang tersirat seperti beras merah dan beraas putih yang bermakna sebagai darah merah dan darah putih yang ada dalam tubuh manusia,ayam kampung yang diambil isi dalamnya bermakna bahwa keyakinan harus ditanamkan didalam diri serta kelapa yang bermakna bahwa anak yangdi Manggilo mengadopsi sifat kelapa yang sangat berguna mulai dari akar, batang, daun dan buah. 47

60 Saran Manggilo Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan mengenai ritual 1) Diharapkan bahwa ritual Manggilo dapat bertahan dalam komunitas suku Tolaki karena ritual ini, kaya akan kearifan lokal didalamnya. 2) Melihat ritual Manggilo telah mengalami kepudaran, diharapkan bahwa ritual ini dijaga dan dilestarikan keasliannya, walaupun akan mengalami transformasi namun harus tetap dijaga keorisinilan ritual.

61 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, Judul : Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan NVIVO. Jakarta : Penerbit Prenada Media Group Aswati,M Masuk dan Berkembangnya Agama Islam Di Kerajaan Konawe.. SELAMI IPS Edisi Nomor 34 Volume 1 Tahun XVI Badan Pusat Statistik (BPS). Statistik Daerah Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe Badan Pusat Statistik (BPS). Kecamatan Wawotobi Dalam Angka Kabupaten Konawe Brata, Nugroho Trisnu Bahan Ajar: Teori Antropologi 2. Semarang Bungin, Burhan Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Discourse Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta: Kencana Prenada Media Group Denzin dan Lincoln (ed) Hand Book of Qualitative Research. Sage Publication. Thousan Oaks, London Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln Hand Book of Qualitative. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Geertz, Clifford Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jay. Geertz, Clifford Abangan, Santri, Priyayi, Jakarta: Pustaka Jaya Haviland, William A Antropologi jilid1. Jakarta: Erlangga Hidayah, Ulfah Persepsi dan tradisi Khitan Perempuan di Masyarakat Pasir Buah Karawang : Pendekatan Hukum Islam. Jakarta : UIN Syarif Hidayahtullah Kaelan Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta:Paradigma Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, UI Press, Jakarta, Littlejohn, Stephen W Teori Komunikasi Theories of Human Communication Edisi 9. Jakarta: Saleba Humanika 49

62 50 Moleong, Lexy L Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosakarya Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Narti, Wa Ode Makna Ungkapan Dalam Adat Prosesi Pengislaman (Patoba) Pada Masyarakat Bajo Di Desa Bontu-Bontu Kecamatan Towea Kabupaten Muna. E-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UHO Syazwan, Muhammad Tradisi Sunatan Di Kampung Tian Matu Sarawak Malaysia. Surabaya: Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Saleh, Nur Alam Makna Simbolik Kalosara Dalam Kehidupan Sosial Orang Tolaki. Makassar : Balai Penelitian Nilai Budaya Makassar. Setyadin Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: BumiAkasra. Sobur,Alex Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sukimin, Tinjauan Sejarah Proses Penyiaran Agama Islam di Kerajaan Konawe. Kendari: Skripsi FKIP Unhalu Tarimana, A Sawerigading sebagai Tokoh Legendaris Versi Sulawesi Tenggara. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Folktale Sawerigading Memperkaya Kebudayaan Berwawasan Nusantara untuk Keteguhan Integrasi Bangsa. Palu 7-10 Agustus Udu, Hamiruddin. Tradisi Kangkilo (Pengislaman): Salah satu Modal Sosial Budaya Bagi Pembentukan Karakter Positif Masyarakat Buton. Kendari: Universitas Haluoleo

63 GLOSARIUM H Hatamu K Kaluku Kalunggalu Kambo L Lariangi M Masigi Mangadi Medulu Mepoko aso Mesuna Metirangga Mokole Momea Mowila N Nibaho Niso u Nipaka i O Omanu Oima P Pabitara Paedai Pepokui a Puutobu S Sando Sanggula : Khatam Al-Qur an : Kelapa : Ikat kepala : Kampung : Tari tradisional suku Tolaki : Masjid : Mengaji (membaca ayat suci Al-Qur an) : Bergotong royong : Bersatu padu : Sunat : Mengecet kuku dengan tirangga, ialah sejenis daun yang dapat memerahkan kuku : Penguasa Kerajaan/ negeri : Merah : Putih : Dimandikan : Dipikul : Disuap : Ayam : Imam atau Tokoh Agama : Juru Bicara dalam urusan pernikahan suku Tolaki (mempelai wanita) : Ketan : Pemotongan rambut bayi atau aqiqah : Pemangku Adat : Imam atau orang yang mengetahui tentang ritual tertentu : Bahan wangi khusus bagi orang Tolaki). 51

64 52 T Tolea Tonomotuo U Umo ara : Juru Bicara dalam urusan pernikahan masyarakat suku Tolaki (mempelai laki-laki) : Orang Tua atau orang yang dituakan oleh suatu kolektif masyarakat : Tarian tradisional perang

65 LAMPIRAN

66 PEDOMAN WAWANCARA Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe, maka peneliti hendak melakukan pengumpulan data dengan metode observasi dan wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan didasarkan pada butir-butir pertanyaan berkaitan dengan Ritual Manggilo pada Masyarakat Etnis Tolaki: Pertanyaan: 1. Apa yang anda ketahui tentang Manggilo? 2. Bagaimana Manggilo itu dilaksanakan? 3. Apa saja yang ada dalam tahapan Manggilo? 4. Apa bahan-bahannya dalam ritual Manggilo? 5. Apa benda-benda yang harus disediakan untuk Manggilo? 6. Apa saja makna dari benda-benda yang terdapat Manggilo? 7. Siapa yang bisa mengikuti ritual Manggilo? 8. Siapa saja yang bisa memimpin jalannya ritual Manggilo? 9. Kapan Manggilo dapat dilaksanakan? 10. Dimana Manggilo dapat dilakukan? 11. Kenapa ritual Manggilo harus dilakukan oleh masyarakat Suku Tolaki? 53

67 DATA INFORMAN 1. Nama : Ridwan M Umur : 48 tahun Pekerjaan : Petani dan Puutobu (Ketua Adat) Alamat : Kecamatan Wawotobi 2. Nama : Arsad Umur : 65 tahun Pekerjaan : Pensiunan PNS Alamat : Kecamatan Wawotobi 3. Nama : Tahir Umur : 56 tahun Pekerjaan : Petani, Imam Mesjid dan Puutobu (Ketua Adat) Alamat : Kecamatan Wawotobi 4. Nama : Basir Umur : 52 tahun Pekerjaan : Petani dan Imam Desa Alamat : Kecamatan Wawotobi 5. Nama : Halim Umur : 47 tahun Pekerjaan : Tukang Kayu Alamat : Kecamatan Wawotobi 54

68 DOKUMENTASI 55

69 56

70 57

71

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sugiyono (2015, hlm. 2) mengatakan, Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Kulango Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah Suatu penelitian tidak akan berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita 87 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Metodologi sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif. Metode Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai dalam penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui gambaran secara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai dalam penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui gambaran secara BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang meneliti status sekelompok manusia, suatu kondisi, suatu obyek, suatu pemikiran ataupun suatu peristiwa masa sekarang. Tujuan yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. research) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

BAB II METODE PENELITIAN. research) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. 43 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam jiwa individu. Proses pendidikan karakter dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian mudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2010 hlm.6) : Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi 60 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif denganmetode studi kasus. Nasution (2003: 5) menyatakan bahwa: Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN 30 BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, Menurut Sugiyono (2010:14) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007, hlm. 3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertipe deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertipe deskriptif dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bertipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo. Peneliti memilih lokasi ini karena di daerah tersebut tradisi pemasangan tuwuhan sudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, selain itu juga merupakan suatu usaha yang sistemastis dan terorganisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam Penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan tempat ini karena masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menyajikan tentang jenis dan metode penelitian, unit analisis, unit pengamatan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan prosedur analisis data dan metode

Lebih terperinci

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif untuk dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sugiyono (2014, hlm. 15) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Galunggung Tasikmalaya. SDN Galunggung yang terletak di jalan Galunggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting karena salah satu upaya yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi objek, sasaran suatu ilmu yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

PERKAWINAN. Diajukan. Sosial. Oleh: JURUSAN

PERKAWINAN. Diajukan. Sosial. Oleh: JURUSAN EKSISTENSI KESENIAN TRADISIONAL BEGALAN DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJAA KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakartaa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Situs Cagar Budaya Ciungwanara Karangkamulyan. Kawasan ini terletak di antara jalan raya Ciamis dan Banjar, Kecamatan Cijeungjing,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cibeunying Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. Kelurahan Cibeunying merupakan satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. organisasi dalam badan sosial tersebut. cukup untuk diolah, maka peneliti akan memperpanjang waktu.

BAB III METODE PENELITIAN. organisasi dalam badan sosial tersebut. cukup untuk diolah, maka peneliti akan memperpanjang waktu. BAB III METODE PENELITIAN D. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Badan Sosial Mardiwuto, Yayasan dr. Yap Prawirohusodo, Yogyakarta. Peneliti mengambil lokasi tersebut karena di tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat penting keberadaannya didalam proses penelitian yang dilakukan secara terencana dan sistematis, metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Peneliti melakukan penelitian yang berlokasi di UPT P2TP2A Kota Bandung, UPT P2TP2A adalah Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan

Lebih terperinci

Kesenian Sisingaan Grup Putra Mekar Jaya Pada Acara Khitanan Di kabupaten Subang

Kesenian Sisingaan Grup Putra Mekar Jaya Pada Acara Khitanan Di kabupaten Subang 29 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Metode yang disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan di Dusun Pengkolan Desa Rancamulya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang di lakukan di SMP Pondok Modern Selamat Kendal ini tergolong dalam penelitian kualitatif, yakni penelitian yang bermaksud untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2000: 3) penelitian kualitatif adalah prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data; (D) Instrumen Penelitian; (E) Data dan Sumber Data; (F) Teknik Analisis Data;

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data; (D) Instrumen Penelitian; (E) Data dan Sumber Data; (F) Teknik Analisis Data; BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III ini akan membahas tentang hal-hal sebagai berikut: (A) Jenis dan Pendekatan Penelitian; (B) Tempat Dan Waktu Penelitian; (C) Teknik Pengumpulan Data; (D) Instrumen

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Dalam metoda penelitian pada prinsipnya tidak terlepas dari bagaimana

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Dalam metoda penelitian pada prinsipnya tidak terlepas dari bagaimana 36 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam metoda penelitian pada prinsipnya tidak terlepas dari bagaimana cara untuk mempelajari, menyelidiki ataupun melaksanakan suatu kegiatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

Pendapat lain menurut Sugiyono (2010, hlm. 50) bahwa:

Pendapat lain menurut Sugiyono (2010, hlm. 50) bahwa: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Menurut pendapat Nasution (2009, hlm. 49) lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Metode merupakan suatu hal yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data dalam suatu penulisan, dengan kata lain dapat dikatakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penertiban Pengemis, Pengamen dan Gelandangan di Kota Madiun ini, jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif. Metode Kualitatif menurut

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif. Metode Kualitatif menurut 50 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif. Metode Kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007: 4), metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOLIK TANDA DALAM TRADISI PURAK TOMPO DI DUSUN WANASRI DESA CINGEBUL KECAMATAN LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS

MAKNA SIMBOLIK TANDA DALAM TRADISI PURAK TOMPO DI DUSUN WANASRI DESA CINGEBUL KECAMATAN LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS MAKNA SIMBOLIK TANDA DALAM TRADISI PURAK TOMPO DI DUSUN WANASRI DESA CINGEBUL KECAMATAN LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliensi pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dengan menggunakan kajian fenomenologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi pada penelitian ini bertempat di SDN 3 Nagarawangi, Jl. KH. Lukmanul Hakim No. 6, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. Lokasi tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, artinya penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan masalah

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN KECIL DI KELURAHAN DONAN KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN KECIL DI KELURAHAN DONAN KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN KECIL DI KELURAHAN DONAN KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Disusun

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam bab ini di uraikan mengenai prosedur penelitian berupa langkahlangkah yang ditempuh dalam kegiatan penelitian ini untuk mengungkapkan data dan fakta di lapangan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai manajemen di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai manajemen di 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai manajemen di Perpustakaan Masjid PUSDAI Jawa Barat. Untuk memperoleh gambaran yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus merupakan strategi yang

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus merupakan strategi yang 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan metode-metode

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. situasi kondisi yang tengah berlangsung sekarang ini, tujuannya mencoba

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. situasi kondisi yang tengah berlangsung sekarang ini, tujuannya mencoba 58 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian naturalistik kualitatif. Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2012:2) Metodologi merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam suatu penelitian, metode digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Sumedang. Dalam sebuah penelitian metode penelitian menjadi syarat

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Sumedang. Dalam sebuah penelitian metode penelitian menjadi syarat 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap tentang bagaimana proses pembelajaran muatan lokal seni tari daerah setempat di SMPN 1 Rancakalong Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Bogdan & Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Baru Kota Medan, dengan demikian penelitian akan mengarah pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Baru Kota Medan, dengan demikian penelitian akan mengarah pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bermaksud mengetahui dan menggambarkan bagaimana Implementasi Pelaksanaan Program Beras Miskin Tahun 2015 di Kecamatan Medan Baru Kota Medan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk menemukan fakta dengan menggunakan data-data yang dikumpulkan melalui metode-metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR SISWA SMP NEGERI 4 BANYUMAS DITINJAU DARI GENDER

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR SISWA SMP NEGERI 4 BANYUMAS DITINJAU DARI GENDER DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR SISWA SMP NEGERI 4 BANYUMAS DITINJAU DARI GENDER SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Oleh : DIKA CAHYA PERMANA 1301060069

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tradisi lisan merupakan obyek kajian yang cukup kompleks. Kompleksitas kajian tradisi lisan, semisal upacara adat dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 22) metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

III. METODE PENELITIAN. 22) metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena berdasarkan tinjauan awal peneliti, ternyata masalah yang sedang dihadapi lebih sesuai untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu ; dan Logos yang artinya ilmu atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu ; dan Logos yang artinya ilmu atau 57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berasal dari kata Metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu ; dan Logos yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi artinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif dengan maksud untuk memahami dan menggali lebih dalam mengenai fenomena penyesuaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan di dalam

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil lokasi penelitian di SMA N 7 Surakart. Lokasi dari SMA N 7 Surakarta terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini mengunakan pendekatan naturalistis atau penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mengungkapkan data deskriptif. Menurut Bogdan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandasan pada filsafat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif (field research). Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang berlandaskan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek, Subjek, dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah kegiatan tambang emas yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ciwaru Kecamatan Ciemas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian kualitatif, dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari bahasa Inggris qualitative research. 1 Jenis penelitian ini, menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 33

BAB III METODE PENELITIAN. tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan/penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan/penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan/penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu langkah prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bab ini berkaitan erat dengan metode penelitian yang akan digunakan selama penelitian, meliputi pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran dan peran peneliti di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian. Secara umum metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan ( field research). Penelitian lapangan (field research) adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis atau descriptive research. Melalui metode deskriptif analisis peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. analisis atau descriptive research. Melalui metode deskriptif analisis peneliti 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis atau descriptive research. Melalui metode deskriptif analisis peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Interaksi sosial orang dengan HIV/AIDS dalam pemudaran stigma diteliti dengan pendeketan kualitatif. Pendeketan ini dipilih karena aspek interaksi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi atau tempat penelitian mengenai fenomena perempuan pengangkut garam di Desa Kedungmutih, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak khususnya di pangkalan KUB

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara untuk menyimpulkan, menyusun dan menganalisis data tentang masalah yang menjadi objek peneliti.

Lebih terperinci

Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa FUNGSI TRADISI SRAKALAN TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PADA TAHUN 1980 DAN TAHUN 2013 DI DESA PIYONO KECAMATAN NGOMBOL KABUPATEN PURWOREJO (KAJIAN PERUBAHAN BUDAYA) Oleh: Ratna Lestari program studi

Lebih terperinci