BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran merupakan salah satu peristiwa yang sering terjadi di perkotaan besar di Indonesia, masalah tentang kerawanan terhadap kebakaran masih kurang mendapatkan perhatian, baik oleh pihak perencana, pengelola, maupun pihak masyarakat. Kebakaran dapat terjadi akibat kurangnya penataan ruang di daerah perkotaan sehingga keteraturan bangunan yang sangat rendah dengan jarak permukiman satu dengan permukiman yang lain saling berdekatan, sehingga potensi terhadap kebakaran bangunan sangat tinggi. Perkembangan daerah perkotaan biasanya disebabkan oleh beragam kegiatan masyarakat yang ada di kota. Misalnya laju pertumbuhan yang tinggi, baik alami maupun akibat dari arus urbanisasi yang menyebabkan terjadinya pemadatan bangunan sehingga ruang kota yang terbatas. Masyarakat yang secara ekonomi mampu, dapat tinggal dan mendirikan rumah dengan persyaratan rumah yang layak huni, namun bagi masyarakat yang secara ekonomi lemah akan membangun rumah dan tinggal pada suatu lahan yang sempit. Akibatnya pada suatu daerah tertentu akan muncul permukiman yang memiliki kepadatan bangunan yang tinggi, selain itu kualitas bangunan itu sendiri juga rentan akan bahaya kebakaran. Menurut Suharyadi (2001) daerah yang rentan terhadap bahaya kebakaran dicirikan oleh kondisi fisik bangunan yang padat, pola bangunan tidak teratur, dan kualitas bangunan yang rendah, ditambah dengan minimnya fasilitas pemadam kebakaran. Selain itu, jarak antar rumah yang sempit akan menyulitkan mobil petugas pemadam kebakaran, dan kurang berfungsinya hidran akan memudahkan perembetan api. Perkembangan fisik lahan penggunaan lahan terutama di daerah perkotaan relatif cepat dibandingkan dengan di daerah pedesaan. Maksud perkembangan fisik adalah penggunaan lahan di daerah perkotaan didomiasi 1

2 oleh lahan terbangun baik berupa permukiman, perkantoran, pusat jasa, hiburan dan barbagai bangunan yang memfasilitasi kehidupan di perkotaan. Perkembangan fisik yang terjadi diperkotaan tidak hanya meluas secara horizontal tetapi juga secara vertikal. Kepentingan manusia tersebut diwujutkan dalam penggunaan lahan yang bermakna suatu pengusahaan manusia terhadap lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari waktu kewaktu. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan semakin besar, sedangkan ketersediaan lahan semakin terbatas sehingga permasalahan semakin lama akan semakin banyak. Perkembangan fisik akan semakin besar dan lama kelamaan akan semakin sulit untuk dipenuhi, sementara lahan yang digunakan tidak pernah bertambah. Lahan perkotaan yang terbatas dipaksakan untuk menampung sekian banyak penduduk, akibatnya daerah perkotaan mengalami proses perkembangan daerah terbangun yang cukup kompleks yang dapat berupa semakin luasnya lahan terbangun maupun densifikasi (pemadatan). Keadaan yang demikian akan menyebabkan turunnya kualitas lingkungan di perkotaan. Lahan tidak akan cukup lagi untuk memberikan kenyamanan tempat tinggal, memberikan berbagai fasilitas kehidupan yang tidak layak karena penggunaan lahan yang tidak teratur terutama dalam hal penataan bangunan. Rendahnya tingkat penataan dan kesemrawutan pada lahan-lahan yang padat menimbulkan permasalahan membahayakan keselamatan manusia pada lingkungan bangunan tersebut, salah satunya adalah kekhawatiran terhadap rawannya kebakaran sehingga dengan adanya perasalahan tersebut perlu adanya penataan ruang yang baik sehingga musibah kebakaran bangunan dapat di minimalisir agar tidak minimbulkan korban jiwa dan kerugian materi baik masarakat itu sendiri maupun pemerintah. Dewasa ini teknologi penginderaan jauh sedang berkembang dengan pesatnya. Teknologi ini menghasilkan berbagai produk data penginderaan jauh. Data-data yang diperoleh dari penginderaan jauh baik berupa foto udara dan citra satelit dapat menggambarkan kondisi permukaan bumi ini dapat dijadikan referensi dan melalui pengolahan yang lebih lanjut baik manual 2

3 atau digital dapat membantu dalam penelitian berbagai fenomena sosial salah satunya masalah kerawanan kebakaran. Semakin majunya teknologi membuat pekerjaan menjadi lebih ringan terutama dalam bidang penginderaan jauh. Survai secara langsung dilapangan atau terestrial membutuhkan waktu yang lebih lama dan tidak semua daerah terpetakan atau memiliki bidang pandang yang terbatas. Data penginderaan jauh perlu digunakan untuk mengatasi hal tersebut yaitu salah satunya menggunakan citra. Keunggulan citra adalah dapat menggambarkan kenampakan objek, daerah serta gejala yang tampak dipermukaan bumi dengan wujud dan letak yang mirip/ sesuai dengan objek dilapangan. Perlu adanya penggabungan antara data penginderaan jauh dan data lapangan untuk memperoleh akurasi yang tinggi sehingga pemetaan untuk daerah rawan kebakaran dapat disajikan secara tepat dan baik. Salah satu citra satelit yang saat ini banyak digunakan untuk studi perkotaan adalah Citra Quickbird. Keunggulan Citra Quickbird memiliki resolusi spasial yang tinggi, yaitu 0,6 meter sehingga menyajikan ketelitian data cukup akurat. Dengan resolusi setinggi ini, dapat digunakan untuk mengidentifikasi permukiman dengan baik, seperti pola bangunan rumah mukim, kepadatan bangunan rumah mukim, jaringan jalan dan lebar jalan, yang digunakan sebagai parameter untuk menentukan kerawanan bencana kebakaran. Interpretasi citra penginderaan jauh dilakukan untuk menyadap data mentah menjadi informasi yang berguna. Kualitas hasil interpretasi citra tergantung dari pengalaman, kemampuan interpreter (orang yang melakukan interpretasi) dan sifat objek interpretasi. Dasar acuan melakukan interpretasi adalah dengan menggunakan unsur-unsur interpretasi. Unsur-unsur tersebut meliputi Rona/warna, ukuran, bentuk, pola, tekstur, situs, dan asosiasi. Kegiatan interpretasi terdiri dari pengenalan objek dan analisis hasil interpretasi. Diperlukan data lapangan untuk menguji ketelitian hasil interpretasi dan menambah data yang diperlukan yang tidak dapat diperoleh dari citra, oleh karena itu kegiatan lapangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dalam interpretasi (Sutanto,1986) 3

4 Hasil interpretasi dapat diolah menggunakan bantuan perangkat lunak GIS. Menggunakan sistem informasi geografi dan komputer akan memudahkan dalam pengolahan data. Sistem informasi georafi adalah sistem untuk pengolahan, penyimpanan pemrosesan atau manipulasi, analisis dan penyimpanan data, dimana data tersebut secara keruangan terkait dengan muka bumi Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Dapatkah Citra Quickbird menyajikan data spasial terkait tentang kerawanan kebakaran di Kecamatan Umbulharjo? 2. Apakah dengan menggunakan perangkat lunak GIS dapat di gunakan untuk memetakan tingkat kerawanan kebakaran? Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul Pemetaan Tingkat Kerawanan Bahaya Kebakaran Bangunan dengan Memanfaatkan Citra Quickbird dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Umbulharjo 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kemampuan Citra Quickbird dalam menyajikan informasi spasial untuk kerawanan kebakaran. 2. Memetakan tingkat kerawanan bahaya kebakaran bangunan di Kecamatan Umbulharjo Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini mempunyai manfaat baik secara ilmiah maupun praktis yakni : a. Ilmiah 4

5 Hasil tugas akhir ini memepunyai kegunaan dalam perkembangan aplikasi sistem informasi geografi dan penginderaan jauh untuk mengetahui daerah yang memiliki tingkat kerawanan terhadap bahaya kebakaran bangunan. b. Praktis - Hasil dari peneltian ini dapat dipergunakan untuk perencanaan tata ruang pembangunan permukiman untuk penanggulangan bencana kebakaran bangunan - Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melengkapi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang pengolahan aplikasi sistem informasi geografi terutama untuk kelengkapan fasilitas bangunan untuk mengantisipasi bahaya kebakaran. 5