PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN KRIB PADA SUNGAI KATINGAN Oleh: Hendrik Faisal Siburian 1), Hendro Suyanto 2), dan Allan Restu Jaya 3)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN KRIB PADA SUNGAI KATINGAN Oleh: Hendrik Faisal Siburian 1), Hendro Suyanto 2), dan Allan Restu Jaya 3)"

Transkripsi

1 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 72 PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN KRIB PADA SUNGAI KATINGAN Oleh: Hendrik Faisal Siburian 1), Hendro Suyanto 2), dan Allan Restu Jaya 3) Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai sampai kearah tengah yang berfungsi untuk mengatur arah arus sungai, mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai, mempercepat sedimentasi, menjaga keamanan tanggul terhadap gerusan dan mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai. Pada perencanaan ini menjelaskan tentang kajian perencanaan bangunan krib berdasarkan hasil survai dan pengamatan yang telah dilakukan di Sungai Katingan. Adapun yang menjadi tujuan dalam perencanaan ini adalah terjadinya penggerusan tanah secara terus-menerus di sekitar abutmen jembatan Katingan arah kota Palangkaraya, penggerusan terjadi diakibatkan karena bangunan penahan arus sungai atau krib pada sekitar jembatan itu tidak berfungsi dengan baik, untuk itu perlu dibuatkan kembali konstruksi krib yang sesuai untuk aliran Sungai Katingan. Dari hasil perhitungan yang direncanakan tentang konstruksi bangunan krib ini didapat kesimpulan bahwa konstruksi krib tiang pancang merupakan konstruksi yang memungkinkan untuk digunakan pada aliran Sungai Katingan selain lebih tahan lama, dari segi kekuatan konstruksi tiang pancang lebih kuat dari pada konstruksi lainnya karena konstruksi tiang pancang yang direncanakan ini terbuat dari bahan dasar beton bertulang. Kata Kunci: Sungai, Debit, Krib PENDAHULUAN Pada Sungai Katingan tepatnya di sekitar abutment Jembatan Katingan tersebut dapat kita lihat bangunan krib, akan tetapi pada saat ini bangunan krib di aliran Sungai Katingan tersebut sudah tidak berfungsi dengan maksimal, selain umur krib yang sudah tua, kondisi krib tersebut sudah mulai retak-retak dan rusak disebabkan oleh erosi pukulan aliran sungai, penambatan lantinglanting, serta kerusakan yang ditimbulkan dari tabrakan kapal-kapal yang melintas di aliran Sungai Katingan tersebut. Untuk itu perlu dibuatkan bangunan air atau krib yang baru untuk mengatur arah arus sungai sehingga dapat menanggulangi gerusan atau kikisan air pada abutment jembatan dan sekitar tebing sungai, agar kondisi tebing dan sungai tetap stabil. Tujuan dan Manfaat Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Merencanakan desain bangunan krib 2. Merencanakan jumlah bangunan krib 3. Merencanakan jarak antar krib Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini: 1. Sebagai penerapan teori yang telah didapatkan selama mengikuti perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah. 2. Sebagai referensi bagi instansi terkait. LANDASAN TEORI Pekerjaan Persungaian Dalam proses pembuatan perencanaan sungai, terlebih dahulu harus diadakan survai yang lengkap dan menyeluruh. Adapun survai yang dilakukan meliputi: 1. Survai daerah pengaliran sungai, daerah alur sungai, geologi dan mekanika tanah. 2. Survai curah hujan daerah pengaliran, limpasan hujan dan arus air. 3. Survai sedimentasi, perubahan dasar sungai dan voume beban sedimen. 4. Survai potensi air di dataran sekitar sungai, dll. Pengertian dan Klasifikasi Krib Krib adalah konstruksi bangunan air yang sengaja dibuat untuk mengendalikan air dan pengatur arus aliran sungai, krib juga mempunyai arti sebagai bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai kearah tengah, yang tujuan utamanya adalah 1. Mengatur arah arus sungai. 2. Mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai. 3. Mempercepat sedimentasi. 1) Hendrik Faisal Siburian adalah mahasiswa di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya 2) Ir. Hendro Suyanto, M.T. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya 3) Ir. Allan Restu Jaya, M.T. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya

2 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) Menjamin keamanan tanggul atau tebing terhadap gerusan. 5. Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai. Secara garis besar terdapat 3 tipe konstruksi krib yaitu tipe permeabel (permeable type) di mana air sungai dapat mengalir melalui krib tersebut, tipe impermeabel (impermeable type) di mana air sungai tidak dapat mengalir melalui krib tersebut, dan tipe semipermeabel (combined of both the permeable type and the impermeable type). Untuk itu hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan suatu krib adalah bentuk denah, kemiringan memanjang dan bentuk penampang lintang krib, elevasi muka air, debit, kecepatan arus, bahan dasar sungai dan arah pergeseran dasar sungai. Pada Tabel 1 memperlihatkan hasil survai antara kemiringan dasar sungai dan berbagai tipe krib yang dapat berfungsi secara baik dan berhasil pada sungai-sungai baik yang arusnya deras (kecepatan > 5 m/s) maupun yang arusnya tidak deras (kecepatan < 1 m/s). Tabel 1. Hubungan antara Kemiringan Dasar Sungai dan Krib yang Efekif Dalam proses penentuan tipe krib perlu diperhatikan bahwa krib permeabel yang rendah dengan konsolidasi pondasi biasanya cukup memadai untuk melindungi tebing sungai; krib tidak cocok untuk sungai-sungai yang sempit alurnya atau untuk sungai-sungai kecil; krib permeabel bercelah besar (highly permeabel groyne) seperti krib tiang pancang sangat sesuai untuk sungai-sungai yang arusnya tidak deras; kombinasi krib tipe rangka dan konsolidasi pondasi tipe beton blok biasanya digunakan untuk sungai yang arusnya besar. Tipe krib ditetapkan berdasarkan fungsi hidrolika dari krib, pengalaman-pengalaman dan contoh-contoh bangunan krib yang dibuat di waktu yang telah lalu. Dalam penentuan tipe krib yang dibangun akhir-akhir ini memperlihatkan kecenderungan lebih banyak memilih tipe permeabel. Dalam hal ini bahan yang sering digunakan adalah beton dan kayu dikarenakan kedua bahan ini selain mempunyai kekuatan yang cukup tinggi bahan ini juga mempunyai nilai keawetan yang cukup lama. Dalam mempersiapkan perencanaan krib, maka denah, bentuk memanjang, kecepatan arus sungai, debit air sungai, elevasi muka air dan bahan-bahan dasar sungai (kondisi tanah) haruslah disurvai, dipelajari dan ditelaah secara mendalam. Secara umum hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan kribkrib adalah 1. Mengingat metode pembuatan krib-krib sangat tergantung dari resim sungainya perlu diperoleh data mengenai pengalaman pembuatan krib pada sungai yang sama atau yang hampir sama, kemudahan pelaksanaannya. 2. Pada sungai yang terlalu lebar dan untuk mengurangi turbulensi aliran, maka permukaan air sungai normalnya harus dinaikan sedemikian rupa dengan krib yang panjang, akan tetapi panjangnya harus dibatasi secukupnya, karena krib yang terlalu panjang di samping biaya pembangunannya lebih tinggi, pemeliharaannya akan lebih mahal dan lebih sulit. 3. Jika krib yang akan dibangun untuk melindungi tebing sungai terhadap pukulan air, maka panjang krib harus dibatasi, karena krib yang terlalu panjang akan menyebabkan timbulnya pukulan air pada tebing sungai di seberangnya. 4. Krib tidak dapat berfungsi dengan baik pada yang kecil atau sempit alurnya. 5. Apabila pembuatan krib dimaksudkan untuk menaikkan permukaan normal air sungai, maka perlu dipertimbangkan kapasitasnya di saat terjadinya debit yang lebih besar atau debit banjir. Dan juga pertimbangkan mengenai trase serta kapasitas alur sungai, guna mempertahankan stabilitas sungai secara keseluruhan.

3 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 74 Terdapat 4 macam formasi krib yang umumnya diterapkan yaitu tegak lurus arus, condong kearah hulu, condong ke arah hilir, dan kombinasi seperti yang tertera pada Gambar 1. Gambar 1. Formasi Krib dan Proses Pengerusan-Pengendapan di Dasar Sungai Biasanya krib dengan formasi tegak lurus arus baik yang permeabel maupun yang impermeabel dapat berfungsi dengan baik pada bagian sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut dan alirannya bolakbalik. Sehubung dengan krib yang formasinya condong ke hulu telah banyak dilakukan berbagai studi untuk mendapatkan sudut optimum dari krib tesebut terhadap garis tegak lurus arus sungai dan sudut-sudut yang paling cocok untuk berbagai krib telah diperoleh seperti yang tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Arah Aliran dan Arah Sudut Sumbu Krib Jarak antara (interval) krib biasanya ditetapkan sedemikian rupa sehingga arus sungai diujung krib yang lebih dahulu dapat diterima oleh krib yang dilindungi di sebelah hilir krib pertama. Pada bagian-bagian sungai yang airnya dalam kemungkinan dapat terjadi pukulan air, jarak antar krib yang berdekatan terlalu jauh, maka akan tejadi arus yang menyilang terhadap arah arus utama yang sangat membayakan tebing sungai. Interval krib yang telah dibangun dan setelah dilakukan pengamatan maka diperoleh hubungan antara interval dan panjang krib seperti yang tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Hubungan Antara Panjang dan Lebar Krib Sebagaimana yang tertera juga pada Gambar 3 diperoleh hubungan D/l (D= interval krib dan l= panjang krib) yang umumnya pada angka antara 1 4 dan setengah dari padanya terletak di antara 2 3. Krib akan sangat sedikit dibangun jika D/l di atas angka 7 dan di bawah angka 1. Perbandingan antara panjang krib (l) dan lebar sungai (B) umumnya lebih kecil dari 10 % dan yang melebihi 25% hanya pada beberapa sungai saja (periksa Gambar 2). Gambar 2. Hubungan Antara Panjang Krib dan Lebar Sungai Gambar 3. Hubungan Antara Panjang Krib dan Interval Pemasangan Tinggi krib pada umumnya akan lebih menguntungkan, apabila elevasi mercu dibuat serendah mungkin, ditinjau dari segi keamanan terhadap gaya berat dari arus sungai. Elevasi mercu krib sebaiknya sekitar 0,5 sampai 1,0 meter di atas elevasi rata-rata permukaan air rendah dan pengalaman menunjukkan, walaupun elevasi mercu krib dinaikkan secara mencolok, tetapi tidak akan banyak menaikkan efektifitas fungsi krib tersebut. Dari hasil pengamatan terhadap tinggi berbagai jenis krib perbandingan antara

4 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 75 tinggi krib dan kedalaman air banjir (angka hg/h) sekitar 0,2 0,3 (periksa Gambar 4) dan sangat sedikit krib yang akan dibangun dengan ketinggian yang melibihi perbandingan di atas. Gambar 4. Hubungan antara Tinggi Krib dan Kedalaman Air Sungai Saat Banjir Pada sungai-sungai dengan arus deras, batubatu besar terkadang ikut hanyut dan menghantam bangunan krib, sehingga menyebabkan rusaknya pada bangunan krib tersebut. Dalam keadaan demikian krib yang lebih tinggi akan mengalami kerusakan yang lebih parah dan karenanya pada sungaisungai seperti ini penetapan tinggi krib, merupakan tahap yang paling menentukan dalam perencanaan. Selanjutnya pada sungaisungai yang mempunyai penampang yang melebihi penampang basah, maka sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat krib-krib yang tidak terbenam. Selain itu mercu krib biasanya dibuat dengan kemiringan 1/20 1/100 kearah ujung.perancanaan krib tiang pancang Perhitungan Balok Penghubung (Poer) yang dibebani dengan N, M dan H,. Apabila sebuah Poer hanya didukung oleh tiang pancang vertikal, gaya horizontal dapat dibagikan pada sejumlah tiang pancang sehingga masing-masing tiang akan menahan: Gaya horizontal= H/N...(1) Pengaruh kombinasi N dan M adalah sama dengan pengaruh N saja, dan bekerja pada jarak e= M/N...(2) (eksentritas) dari posisi tertentu. Dalam hal ini perhitungannya dapat dilakukan hanya dengan N saja. Apabila tidak mungkin untuk melakukan hal tersebut di atas, maka perhitungannya harus memperhitungkan pengaruh M (sebagai tambahan terhadap N). Apabila tiang pancang yang ada terlalu banyak dan rapat sehingga hampir membentuk satu kesatuan menerus, maka gaya-gaya pada tiang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :...(3) Apabila tiang pancang berjumlah n buah maka: A tot adalah n (luas penampang melintang tiap tiang). I total = Io + Ai.(Xi) 2 Ai. (Xi) 2...(4) di mana Io adalah momen inersia satu tiang, biasanya kecil, bisa diabaikan, Xi adalah jarak dari titik berat kelompok tiang terhadap masing-masing tiang (X1, X2,...dst)....(5)...(6) di mana Px adalah beban yang dipikul oleh tiap satu tiang pancang, N adalah beban vertikal, M adalah momen, n adalah jumlah tiang pancang. Persamaan 6 ini juga masih berlaku untuk kelompok tiang yang jaraknya tidak terlalu rapat asalkan pondasinya/poernya kaku. Persamaan tersebut dapat dipakai untuk menghitung gaya-gaya pada tiang pancang yang berbeda karena N dan M. METODE PENELITIAN Umum Dalam tahap persiapan ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan agar waktu lebih efisien dan pekerjaan lebih teratur. Tahap persiapan ini meliputi kegiatankegiatan berikut: 1. Menentukan data yang diperlukan. 2. Survai lokasi untuk mendapatkan gambaran umum kondisi perencanaan. Analisis dan Pengolahan Data Analisis dan pengolahan data adalah proses awal perencanaan desain struktur krib sesuai

5 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 76 dengan data yang dikumpulkan. Adapun analisis yang dilakukan adalah 1. Analisis data hujan Data hujan digunakan untuk menginventarisir keadaan tinggi muka air banjir yang terjadi selama musim hujan. 2. Analisis data debit Data debit digunakan untuk menentukan elevasi mercu krib. 3. Analisis kondisi tanah Data tanah digunakan untuk mengetahui kekuatan atau daya dukung tanah untuk perencanaan bangunan krib. Setelah data selesai dikumpulkan, proses selanjutnya adalah 1. Pemilihan alternatif perencanaan Untuk mengetahui jenis konstruksi krib apa yang layak untuk perencanaan di sekitar abutment jembatan arah Palangkaraya pada Sungai Katingan. 2. Perencanaan detail struktur Untuk mengetahui bagaimana bentuk struktur krib yang akan dibangun. Perencanaan konstruksi merupakan tahap pemecahan masalah dengan memperhatikan kondisi nyata di lokasi perencanaan dan disesuaikan dengan peraturan-peraturan yang berlaku saat ini. Perencanaan tersebut meliputi: 1. Struktur bangunan krib a. Tiang pancang krib b. Poer plat penghubung krib c. Tiang rambu-rambu krib 2. Penggambaran detail a. Denah sungai b. Denah krib c. Detail krib Analisis dan Pembahasan Dalam perencanaan krib diperlukan data yang dapat mendukung suatu perencanaan krib tersebut, adapun data yang dapat digunakan dalam perencanaaan bangunan krib pada Sungai Katingan adalah 1. Data curah hujan Kabupaten Katingan Data curah hujan dalam perencanaan krib sangatlah diperlukan untuk menghitung besarnya debit air yang melalui Sungai Katingan setiap kala waktu, pada perencanaan ini data curah hujan yang digunakan dalam perencanaan krib pada Sungai Katingan merupakan hasil rangkuman dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, seperti yang terlihat pada Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 4. Data Curah Hujan Kabupaten Katingan Tahun 2007 dan Tahun 2008 Tabel 5. Data Curah Hujan Kabupaten Katingan Tahun 2009 dan Tahun 2010 Tabel 6. Data Curah Hujan Kabupaten Katingan Tahun 2011 dan Tahun 2012 Tabel 7. Data Curah Hujan Kabupaten Katingan Tahun 2013 dan Tahun 2014

6 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) Data profil Sungai Katingan Untuk menentukan desain krib pada Sungai Katingan, perlu terlebih dahulu mengetahui kondisi Sungai Katingan yang meliputi panjang, lebar, dan kedalaman dari sungai tersebut. Dalam Tabel 8 memperlihatkan hasil survai pengukuran panjang, lebar serta kedalaman Sungai Katingan yang dirangkum oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, data diambil dari Tahun Tabel 8. Data Pengukuran Panjang, Lebar dan Kedalaman Sungai Katingan 3. Data daya dukung tanah Dalam perencanaan krib pada sungai katingan maka perlu memperhatikan daya dukung tanah pada sekitar lokasi yang akan dibangun konstruksi krib, guna mengetahui besarnya daya dukung tanah yang diperlukan untuk memikul beban konstruksi bangunan krib yang akan direncanakan, adapun hasil sondir daya dukung tanah sekitar lokasi Sungai Katingan. Perencanaan Konstruksi Data Perencanaan Untuk data perencanaan didapatkan dari hasil analisis yang dikumpulkan, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus-rumus yang tertera pada bab sebelumnya, sehingga dapat digunakan untuk mendesain bentuk dan dimensi krib yang sesuai pada perencanaan ini. 1. Perhitungan arah sudut sumbu krib dan letak bangunan krib Dengan melakukan survai dan pengukuran secara langsung serta melakukan wawancara terhadap dinas terkait tentang cara atau metode yang digunakan dalam pengukuran arah sudut sumbu krib maka diperoleh bahwa arah aliran dan sudut sumbu krib yang efektif digunakan pada Sungai Katingan adalah sebesar 10. Sehingga pukulan air yang terjadi dapat mengarah ke bagian tengah aliran sungai dan hal ini dapat mengurangi gerusan yang terjadi pada tebing sungai. Untuk merencanakan letak posisi ditentukan secara empiris atau tanpa menggunakan aturan khusus, hanya dengan perkiraan semata dan didasarkan pada pengamatan data sungai, kondisi serta pengalamanpengalaman sungai tersebut atau sungai yang perilakunya sama. Dengan melihat dan mempertimbangkan situasi dan kondisi, diambil asumsi perencanaan letak konstruksi krib yang pertama, letak konstruksi krib yang pertama terletak sejauh 100 meter dari jembatan. 2. Perhitungan jumlah bangunan krib tiang pancang Berdasarkan hasil analisis dari peta bathimetri bahwa untuk kemiringan dasar Sungai Katingan adalah sebesar 1/1000. Maka untuk menentukan jumlah bangunan krib tiang pancang yang efektif untuk perencanaan krib pada sungai katingan ini adalah sebanyak 24 konstruksi krib. 3. Perhitungan panjang dan jarak antara bangunan krib Perbandingan antara panjang krib (l) dan lebar sungai (B) umumnya lebih kecil 10%, Dikarenakan pada perencanaan ini letak krib yang akan dibangun terletak pada belokan luar sungai dan bagian lurus sungai maka untuk mengetahui hubungan antara interval krib (D) dan panjang krib (l) harus mengacu pada rumus yang tertera pada Tabel 1 dan Gambar 2. Jadi untuk mengetahui panjang krib dan jarak antara krib pada perencanaan krib yang direncanakan ini sebagai berikut: Diketahui: Lebar sungai (B)= 250 meter Nilai l/b < 10% Dalam perencanaan ini nilai l/b diambil= 8% Dicari: Panjang Krib (l) dan Interval Krib (D) Penyelesaian: Dengan menggunakan rumus l/b = 8% Maka Panjang Krib (l) = 8% x B = 20 meter Dengan menggunakan rumus: D= (1,4 1,8) l untuk belokan luar D= (1,7 2,3) l untuk bagian lurus

7 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 78 Pada perencanaan ini Nilai D diambil = 1,6 (l) untuk krib di belokan luar sungai, dan nilai D diambil= 2,0 (l) untuk krib di bagian lurus sungai. Maka jarak interval krib (D) pada belokan luar sungai = 1,6 (l)= 1,6 x 20 meter = 32 meter Maka jarak interval krib (D) pada bagian lurus sungai = 2,0 (l)= 2,0 x 20 meter = 40 meter Dengan nilai (l/b) = 8%, nilai (D/l)= 1,6 pada belokan luar dan (D/l)= 2 pada bagian lurus maka diperoleh jumlah krib yang akan dibangun adalah 60 buah tiang pancang. 4. Perhitungan tinggi bangunan krib Dengan mengacu pada rumus perhitungan menentukan tinggi bangunan krib, maka untuk merencanakan tinggi mercu bangunan krib yang efektif adalah sekitar 0,5 1,0 m di atas elevasi muka air rendah dan biasanya dibuat dengan kemiringan 1/20-1/100 ke arah ujung. Pengalaman menunjukan juga bahwa perbandingan antara tinggi mercu krib (hg) dan kedalaman air banjir (H) sebaiknya (angka hg/h) sekitar 0,2 0,3. Dengan menggunakan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, diperoleh angka ketinggian air terendah adalah 3 meter dan ketinggian air tertinggi di adalah 6 meter. Jadi untuk mengetahui nilai tinggi krib pada perencanaan krib yang direncanakan adalah Diketahui: Elevasi muka air terendah = 3 meter Elevasi muka air tertinggi = 6 meter Dicari: Tinggi mercu ujung krib (hg) dan tinggi mercu pangkal krib. Penyelesaian: Tinggi mercu ujung krib (hg) = 0,5 meter di atas elevasi muka air terendah. = 3 meter + 0,5 meter = 3,5 meter Tinggi ujung krib dibuat dengan kemiringan 1/20, maka untuk mencari tinggi ujung krib adalah Tinggi mercu pangkal krib (h) = iinggi mercu ujung Krib + (1/20 x panjang krib). = 3,5 meter + 1 meter = 4,5 meter Dari hasil perhitungan di atas didapat nilai sebagai berikut: hg = 3,5 meter H = 6 meter hg/h = 3,5/ 6 = 0,583 Dengan nilai hg/h= 0,583 diperoleh jumlah krib yang akan dibangun adalah sekitar 19 buah Tiang Pancang. Dari perhitungan di atas nilai perhitungan jumlah bangunan krib yang diperoleh dari tinggi krib tidak sama atau sangat jauh perbedaannya dengan perhitungan jumlah bangunan krib berdasarkan nilai hg/h, untuk itu diambil nilai terbesar dari perhitungan jumlah krib tersebut, dan dilakukan nilai pembulatan. Jadi jumlah tiang pancang yang akan dibangun pada perencanaan ini adalah sebesar 60 buah. 5. Data rencana krib a. Jenis krib adalah tiang pancang bentuk kotak. b. Arah sudut sumbu krib adalah 10. c. Jumlah konstruksi bangunan krib adalah 24 buah. d. Panjang krib (l) adalah 20 meter. e. Interval krib pada belokan luar adalah 32 meter. f. Interval krib pada bagian lurus adalah 40 meter. g. Tinggi mercu ujung krib (hg) adalah 3,5 meter. h. Tinggi mercu pangkal krib (h) adalah 4,5 meter. i. Jumlah tiang pancang per satu konstruksi krib sebanyak 60 buah. Data Perencanaan Struktur Krib 1. Tiang pancang dan plat poer krib rencana a. ϒc = kg/m³ b. Panjang Plat = 20 m c. Lebar Plat = 1.8 m d. Tebal Plat (H) = 0,5 m e. K = 0,07 f. H f = 6 m g. = 0,3 m h. Vf = 0,5 m/s i. Ukuran tiang (A) = 0.3 x 0.3 m j. Kedalaman tiang pancang yang masuk kedalam tanah = 8 m k. Jumlah tiang = 60 buah 2. Pembebanan a. Berat sendiri plat = 20 x 1.8 x 0,5 x 2400 = kg = 43,2 ton b. Berat sendiri satu tiang

8 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 79 = 0,3 x 0,3 x 12,5 x 2400 = k = 2,7 ton c. Berat sendiri 60 tiang = 2,7 x 60 = 162 ton d. Berat akibat tekanan air (P R ) = K = 0,032 ton e. Momen yang terjadi = 0,6 x h x PR nilai h diambil dari tinggi krib tertinggi = 0,0864 ton.meter 3. Perencanaan struktur poer plat Pada perencanaan ini tiang pancang harus diletakkan sedemikian rupa sehingga resultan R-nya terletak ditengah konstruksi plat poer dan keadaan ini akan memperoleh keseimbangan dengn menggunakan persamaan rumus perhitungan pondasi dengan 0,4 S h S di mana S adalah jarak tiang, dan h adalah tebal poer. Jarak tiang pancang S maksimum pada arah x dan y adalah S = 0,65 m. h 0,4 S = 0,4 x 0,65 = 0,26 (< S = 0,65) memenuhi syarat untuk poer tipis. H = 0,5 m Berat sendiri poer plat = 43,2 ton Untuk setiap tiang pancang adalah P = = 0,72 ton ok! Gaya-gaya dalam M dan Q diperoleh dengan cara memotong pondasi sepanjang bidang kritis (x x dan y y) dan menuliskan kondisi keseimbangannya pada bagian terpisah. Bidang kritis x x : M = m. B M = 2 P x a = 2 x 0,72 x 0,65 = 0,936 ton.meter Q = 2P = 2x0,72 = 1,44 ton Penulangan: K250/U24 = 2500 t/m2 = 2,4 t/cm2 dengan z = h = x 0,26 = 0,22 m, diperoleh T = = = 4,254 ton Penulangan total pada arah L : A Perlu = = 1,7725 cm2 A min = x B x h = x 180 x 0,26 = 0,117 cm 2 < 1,7725 cm 2 Rencana tulangan dipilih 16, sebanyak 7 buah dengan jarak 30 cm A 16 = = = 200,96 mm 2 A Rencana = 7 x A 16 = 7 x 200,96 = 1406,72 mm 2 = 14,0672 cm 2 >1,7725 cm 2 Ok! Periksa: = = = 36,46 t/m² Periksa: < = t/m² = = = 36,364 t/m² < = 60 t/m² memenuhi persyaratan beton tegangan tarik Bidang kritis y y: Keseimbangan M = m. L M = 20Px = 20x0,72 x = 4,68 ton.meter Q = 20 P = 20 x 0,72 = 14,4 ton Penulangan: K250/U24 = t/m 2 = 2,4 t/cm 2 dengan z = h = x 0,26 = 0,22 m, diperoleh T = = T = 21,273 ton Penulangan total pada arah L: A Perlu = = 8,864 cm2 A min = x B x h = x 2000 x 0,26 = 1,3 cm 2 < 1,7725 cm 2 Rencana tulangan dipilih 14, sebanyak 81 buah dengan jarak 25 cm A 14 = = = 153,86 mm 2 A Rencana = 81 x A 14 = 81 x 153,86 = 12462,66 mm 2 = 124,627 cm 2 > 8,864 cm 2 Ok! Periksa: = = = 45,70 t/m²

9 PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 80 Periksa: < = t/m² = = = 3,273 t/m² < = 60 t/m² memenuhi persyaratan beton tegangan tarik Periksa geseran pons: resiko karena tembusnya tiang pancang harus diperiksa. Dalam contoh ini bagian yang paling kritis terletak pada tiang pancang paling ujung. h rata-rata = 0,26 m P = = = = = 1,619 t/m 2 P = 1,619 t/m 2 < = 75 t/m 2 OK! Sketsa penulangan: Untuk mengasumsikan tingkah laku yang baik terhadap retakan, diperlukan tulangan tambahan pada semua daerah di luar telapak (strips) sebanyak A min. Apabila jarak tiang pancang a 3 juga diperbolehkan untuk mendistribusikan tulangan seragam. 4. Perencanaan struktur tiang pancang Pada perencanaan ini konstruksi tiang pancang yang digunakan pada konstruksi ini adalah tiang pancang kotak dengan ukuran 0,3 m x 0,3 m sebanyak 60 buah tiang satu konstruksi krib. Dengan mutu beton yang digunakan K250/U24, dengan tulangan longitudinal 8 mm dan 10 cm untuk tulangan sengkang. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis yang dilakukan dilapangan, perencanaan konstruksi yang dilakukan menghasilkan beberapa kesimpulan untuk perencanaan konstruksi bangunan krib di Sungai Katingan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis data, jenis konstruksi yang cocok untuk perencanaan Sungai Katingan adalah krib konstruksi tiang pancang. 2. Jumlah bangunan krib yang akan direncanakan adalah sebanyak 24 konstruksi. 3. Jarak antara krib yang satu dengan yang lain adalah sejauh 32 meter pada belokan luar sungai dan 40 meter pada bagian lurus sungai. 4. Pelat penghubung antar tiang pancang didesain dengan mutu beton yang digunakan adalah K-250/U24, dengan panjang 20 m, lebar 1,8 m, dan tebal 0,5 m. Tulangan yang digunakan 16 dengan jarak 30 cm untuk tumpuan arah memanjang, dan tulangan 14 dengan jarak 25 cm untuk arah melintang. 5. Tiang pancang yang digunakan pada konstruksi ini adalah tiang pancang kotak dengan ukuran 0,3 m x 0,3 m sebanyak 60 buah tiang satu konstruksi krib. Dengan mutu beton yang digunakan K250/U24, dengan tulangan longitudinal 8 mm dan 10 cm untuk tulangan sengkang. DAFTAR PUSTAKA Anonim SNI Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum. Anonim Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Humairah, A. M Analisis Bangunan Krib Permeabel pada Saluran Tanah (Uji Model Laboratorium). Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Lucio, C Buku Ajar Memahami Pondasi. Bandung: PT. Angkasa. Paramita, P Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta: PT. Pertja. Setyono, E Krib Impermiabel Sebagai Pelindung pada Belokan Sungai. Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang. Triatmodjo, B Hidraulika I. Yogyakarta: Beta Offset.

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

Prasarana/Infrastruktur Sumber Daya Air

Prasarana/Infrastruktur Sumber Daya Air Prasarana/Infrastruktur Sumber Daya Air Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Air Struktural: Pemanfaatan air Pengendalian daya rusak air Pengaturan badan air (sungai, situ, danau) Non-struktural: Penyusunan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 Sunaryo 1, Darwizal Daoed 2, Febby Laila Sari 3 ABSTRAK Sungai merupakan saluran alamiah yang berfungsi mengumpulkan

Lebih terperinci

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS SEMINAR TUGAS AKHIR OLEH : ANDREANUS DEVA C.B 3110 105 030 DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS JURUSAN TEKNIK SIPIL LINTAS JALUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap ini disusun hal-hal penting yang harus

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA SEMINAR TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA OLEH : AHMAD FARUQ FEBRIYANSYAH 3107100523 DOSEN PEMBIMBING : Ir.

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN 5.1 Tinjauan Umum Sistem infrastruktur merupakan pendukung fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN

PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal 7 BAB III LANDASAN TEORI A. Gerusan Lokal Gerusan merupakan fenomena alam yang terjadi akibat erosi terhadap aliran air pada dasar dan tebing saluran alluvial. Juga merupakan proses menurunnya atau semakin

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK OLEH : FIRENDRA HARI WIARTA 3111 040 507 DOSEN PEMBIMBING : Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO, MS JURUSAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DETAIL STRUKTUR DAN REKLAMASI PELABUHAN PARIWISATA DI DESA MERTASARI - BALI OLEH : SIMON ROYS TAMBUNAN 3101.100.105 PROGRAM SARJANA (S-1) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN mbaran konstruksi beton untuk keperluan pelaksanaan pembangunan gedung sangat berperan. Untuk itu perlu dikuasai oleh seseorang yang berkecimpung dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 225 BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisa penetapan tata

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON Oleh : ANTON PRASTOWO 3107 100 066 Dosen Pembimbing : Ir. HEPPY KRISTIJANTO,

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai merupakan suatu saluran terbuka atau saluran drainase yang terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang mengalir di dalam sungai akan

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai secara umum memiliki suatu karakteristik sifat yaitu terjadinya perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi dikarenakan oleh faktor

Lebih terperinci

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III 3.1 Tinjauan Umum Dalam penulisan laporan Tugas Akhir memerlukan metode atau tahapan/tata cara penulisan untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal mengenai pengendalian banjir sungai

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS Oleh: AGUS JUNAEDI 3108 040 022 Dosen Pembimbing Ir. SUNGKONO, CES Ir. IBNU PUDJI

Lebih terperinci

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA Urgensi Rehabilitasi Groundsill Istiarto 1 PENGANTAR Pada 25 Juni 2007, groundsill pengaman Jembatan Kretek yang melintasi S. Opak di Kabupaten Bantul mengalami

Lebih terperinci

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober

Jom FTEKNIK Volume 3 No.2 Oktober MODEL LABORATORIUM POLA ALIRAN PADA KRIB PERMEABLE TERHADAP VARIASI JARAK ANTAR KRIB DAN DEBIT ALIRAN DI SUNGAI BERBELOK Ahmad Zikri 1), Mudjiatko 2), Rinaldi 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 2)3)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA MAHASIWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh : CAN JULIANTO NPM. :

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA MAHASIWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh : CAN JULIANTO NPM. : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA MAHASIWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : CAN

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat pesat dan pembangunan juga terjadi di segala lahan untuk mencapai efektifitas pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini, juga membuat semakin berkembangnya berbagai macam teknik dalam pembangunan infrastruktur, baik itu

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton juga telah banyak mengalami perkembangan-perkembangan baik

Lebih terperinci

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi Disampaikan Oleh : Habiby Zainul Muttaqin 3110100142 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Iriani W, M.Sc Ir. Fuddoly,

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14 Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Pondasi Pertemuan 12,13,14 Sub Pokok Bahasan : Pengantar Rekayasa Pondasi Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi Daya Dukung Tanah Pondasi Telapak

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI CIBEREUM KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI CIBEREUM KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI CIBEREUM KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 ( S-1 ) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain penampang

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI DENIE SETIAWAN NRP : 9721019 NIRM : 41077011970255 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., MT. FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Sungai Sungai adalah suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan dan senantiasa tersentuh air serta terbentuk secara alamiah (Sosrodarsono,

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102 nalisis Perbandingan Kebutuhan Biaya..(Basuki) NLISIS PERBNDINGN KEBUTUHN BHN (BIY) TULNGN SENGKNG KONVENSIONL DN SENGKNG LTERNTIF PD BLOK BETON BERTULNG BNGUNN GEDUNG 2 LNTI Basuki Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL) PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S 1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No. 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pemeriksaan material dasar dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pasir Ynag digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. Judul Tugas Akhir : EVALUASI DAN PERENCANAAN JEMBATAN KALI PELUS PURWOKERTO. Disusun oleh : Semarang, Agustus 2006

HALAMAN PENGESAHAN. Judul Tugas Akhir : EVALUASI DAN PERENCANAAN JEMBATAN KALI PELUS PURWOKERTO. Disusun oleh : Semarang, Agustus 2006 i HALAMAN PENGESAHAN Judul Tugas Akhir : EVALUASI DAN PERENCANAAN JEMBATAN KALI PELUS PURWOKERTO Disusun oleh : Muhamad Zaenuri L2A0 01 102 Noor Prihartanto L2A0 01 112 Semarang, Agustus 2006 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET Bendung karet adalah bendung gerak yang terbuat dari tabung karet yang mengembang sebagai sarana operasi pembendungan air. Berdasarkan media pengisi tabung karet, ada

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda TUGAS AKHIR RC09 1380 Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda Kharisma Riesya Dirgantara 3110 100 149 Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST., MSc.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Banjir yang sering terjadi di beberapa daerah merupakan peristiwa alam yang tidak dapat dicegah. Peristiwa banjir merupakan akibat misalnya curah hujan yang tinggi dan berlangsung

Lebih terperinci

PERENCANAAN APARTEMEN ATLAS SKY GARDEN JALAN PEMUDA NO 33 & 34 SEMARANG

PERENCANAAN APARTEMEN ATLAS SKY GARDEN JALAN PEMUDA NO 33 & 34 SEMARANG Tugas Akhir PERENCANAAN APARTEMEN ATLAS SKY GARDEN JALAN PEMUDA NO 33 & 34 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM

BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM VI- BAB VI PERENCANAAN CHECK DAM 6.. Latar Belakang Perencanaan pembangunan check dam dimulai dari STA. yang terletak di Desa Wonorejo, dan dilanjutkan dengan STA berikutnya. Dalam perencanaan ini, penulis

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap Standar Nasional Indonesia Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap ICS 93.025; 17.120.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON TUGAS AKHIR RC09 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON OLEH: RAKA STEVEN CHRISTIAN JUNIOR 3107100015 DOSEN PEMBIMBING: Ir. ISDARMANU, M.Sc

Lebih terperinci

PERANAN KONSTRUKSI PELINDUNG TEBING DAN DASAR SUNGAI PADA PERBAIKAN ALUR SUNGAI

PERANAN KONSTRUKSI PELINDUNG TEBING DAN DASAR SUNGAI PADA PERBAIKAN ALUR SUNGAI PERANAN KONSTRUKSI PELINDUNG TEBING DAN DASAR SUNGAI PADA PERBAIKAN ALUR SUNGAI Yuliman Ziliwu Abstrak Defenisi dari siklus hidrolologi yaitu hujan yang turun ke permukaan tanah, sebagian ada yang meresap

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN 4 LANTAI (+ BASEMENT) DI WILAYAH SURAKARTA DENGAN DAKTAIL PARSIAL (R=6,4) (dengan mutu f c=25 MPa;f y=350 MPa)

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN 4 LANTAI (+ BASEMENT) DI WILAYAH SURAKARTA DENGAN DAKTAIL PARSIAL (R=6,4) (dengan mutu f c=25 MPa;f y=350 MPa) PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN 4 LANTAI (+ BASEMENT) DI WILAYAH SURAKARTA DENGAN DAKTAIL PARSIAL (R=6,4) (dengan mutu f c=25 MPa;f y=350 MPa) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan untuk membangun berbagai jenis konstruksi jembatan, yang pelaksanaannya menyesuaikan dengan kebutuhan kondisi setempat.

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK SEMINAR TUGAS AKHIR JULI 2011 MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK Oleh : SETIYAWAN ADI NUGROHO 3108100520

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI KONDISI WILAYAH STUDI 6 BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.1 Tinjauan Umum Kondisi wilayah studi dari Kali Babon meliputi kondisi morfologi Kali Babon, data debit banjir, geoteknik, kondisi Bendung Pucang

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah

Lebih terperinci

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR JURNAL TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR M.S. Pallu 1, M.P.Hatta 1, D.P.Randanan 2 ABSTRAK Agradasi adalah penumpukan bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Definisi dan Klasifikasi jembatan serta standar struktur jembatan I.1.1 Definisi Jembatan : Jembatan adalah suatu struktur yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Definisi dan Klasifikasi jembatan serta standar struktur jembatan I.1.1 Definisi Jembatan : Jembatan adalah suatu struktur yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Definisi dan Klasifikasi jembatan serta standar struktur jembatan I.1.1 Definisi Jembatan : Jembatan adalah suatu struktur yang memungkinkan route jalan melintasi halangan yang berupa

Lebih terperinci

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON I. Kriteria & Jadwal Pedoman ini disusun dengan tujuan untuk: Memberi gambaran tahapan dalam mengerjakan tugas Perancangan Struktur Beton agar prosedur desain

Lebih terperinci

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN UNTUK JALAN RAYA a) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength ) BAB I PENDAHULUAN 1. Data Teknis Bangunan Data teknis dari bangunan yang akan direncanakan adalah sebagai berikut: a. Bangunan gedung lantai tiga berbentuk T b. Tinggi bangunan 12 m c. Panjang bangunan

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pada penelitian ini dimodelkan dengan menggunakan Software iric: Nays2DH 1.0 yang dibuat oleh Dr. Yasuyuki Shimizu dan Hiroshi Takebayashi di Hokkaido University,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan rute/lintasan

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : ALFANIDA AYU WIDARTI

Lebih terperinci

ANALISIS HIDROLIKA BANGUNAN KRIB PERMEABEL PADA SALURAN TANAH (UJI MODEL LABORATORIUM)

ANALISIS HIDROLIKA BANGUNAN KRIB PERMEABEL PADA SALURAN TANAH (UJI MODEL LABORATORIUM) ANALISIS HIDROLIKA BANGUNAN KRIB PERMEABEL PADA SALURAN TANAH (UJI MODEL LABORATORIUM) Ayu Marlina Humairah Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN

PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN PEMILIHAN LOKASI JEMBATAN 1. DIPILIH LINTASAN YANG SEMPIT DAN STABIL. ALIRAN AIR YANG LURUS 3. TEBING TEPIAN YANG CUKUP TINGGI DAN STABIL 4. KONDISI TANAH DASAR YANG BAIK 5. SUMBU SUNGAI DAN SUMBU JEMBATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung dalam bidang tersebut.

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KRIB HULU TIPE IMPERMEABEL PADA GERUSAN DI BELOKAN SUNGAI (STUDI KASUS PANJANG KRIB 1/10 DAN 1/5 LEBAR SUNGAI) Jeni Paresa

STUDI PENGARUH KRIB HULU TIPE IMPERMEABEL PADA GERUSAN DI BELOKAN SUNGAI (STUDI KASUS PANJANG KRIB 1/10 DAN 1/5 LEBAR SUNGAI) Jeni Paresa STUDI PENGARUH KRIB HULU TIPE IMPERMEABEL PADA GERUSAN DI BELOKAN SUNGAI (STUDI KASUS PANJANG KRIB 1/10 DAN 1/5 LEBAR SUNGAI) Jeni Paresa Email : kirana_firsty@yahoo.com Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S1 Teknik Sipil diajukan oleh : ARIF CANDRA SEPTIAWAN

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 5 : Bantalan OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi bantalan dalam konstruksi jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan tipe bantalan serta penggunaan yang tepat sesuai

Lebih terperinci

BEBAN JEMBATAN AKSI KOMBINASI

BEBAN JEMBATAN AKSI KOMBINASI BEBAN JEMBATAN AKSI TETAP AKSI LALU LINTAS AKSI LINGKUNGAN AKSI LAINNYA AKSI KOMBINASI FAKTOR BEBAN SEMUA BEBAN HARUS DIKALIKAN DENGAN FAKTOR BEBAN YANG TERDIRI DARI : -FAKTOR BEBAN KERJA -FAKTOR BEBAN

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PENTAGON PURBA NPM.

Lebih terperinci

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 1

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 1 PERENCANAAN GELAGAR JEMBATAN BETON BERTULANG BERDASARKAN PADA METODE KUAT BATAS (STUDI KASUS : JEMBATAN SUNGAI TINGANG RT.10 DESA UJOH BILANG KABUPATEN MAHAKAM ULU) Arqowi Pribadi 2 Abstrak: Jembatan adalah

Lebih terperinci

BAB V PONDASI DANGKAL

BAB V PONDASI DANGKAL BAB V PONDASI DANGKAL Pendahuluan Pondasi adalah sesuatu yang menyongkong suatu bangunan seperti kolom atau dinding yang membawa beban bangunan tersebut. Pondasi Dangkal pondasi yang diletakan tepat dibawah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Penelitian ini dimodelkan dengan manggunakan software iric : Nays2DH 1.0 yang dikembangkan oleh Hiroshi Takebayashi dari Kyoto University dan Yasutuki Shimizu

Lebih terperinci

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang BAB IV STUDI KASUS PENGGANTIAN JEMBATAN KERETA API BH _812 KM 161+601 DI BREBES IV.1. Deskripsi Proyek 4.1.1. Ganbaran Unun Proyek Proyek yang menjadi studi kasus dalam tugas akhir ini, adalah proyek penggantian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana banjir seakan telah dan akan tetap menjadi persoalan yang tidak memiliki akhir bagi umat manusia di seluruh dunia sejak dulu, saat ini dan bahkan sampai di masa

Lebih terperinci

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut: Pengukuran Debit Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa alat pengukur

Lebih terperinci

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RONA CIPTA No. Mahasiswa : 11570 / TS NPM : 03 02 11570 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR WILAYAH DIRJEN PAJAK SULAWESI SELATAN, BARAT DAN TENGGARA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR WILAYAH DIRJEN PAJAK SULAWESI SELATAN, BARAT DAN TENGGARA PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR WILAYAH DIRJEN PAJAK SULAWESI SELATAN, BARAT DAN TENGGARA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : MIRANA

Lebih terperinci

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM.

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM. STUDI ANALISIS MODIFIKASI BATANG TEGAK LURUS DAN SAMBUNGAN BUHUL TERHADAP LENDUTAN, TEGANGAN PELAT BUHUL DAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA JEMBATAN RANGKA BAJA AUSTRALIA KELAS A JURNAL Disusun Oleh: MUHAMMAD

Lebih terperinci