ANALISIS VARIABILITAS OZON TOTAL 11 KOTA DI INDONESIA PERIODE BERBASIS DATA SATELIT AURA-OMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS VARIABILITAS OZON TOTAL 11 KOTA DI INDONESIA PERIODE BERBASIS DATA SATELIT AURA-OMI"

Transkripsi

1 ANALISIS VARIABILITAS OZON TOTAL 11 KOTA DI INDONESIA PERIODE BERBASIS DATA SATELIT AURA-OMI Ninong Komala Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN Abstract Total ozone analyzes have been conducted in eleven (11) cities in Indonesia based on AURA- OMI data in 2004 to The selection based on the position of the city, located to the north of the equator, near the equator and south of the equator. The selected city which located north of the Equator is Medan and Manado. The chosen city which close to the equator is Riau, Pontianak, Kototabang and Biak, while south of the Equator been in Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya and Denpasar. The results showed the average value of total ozone in 11 cities varied from to DU with a standard deviation of between 7.51 DU to DU. The average value of total ozone in Jakarta is DU with standard deviation of 8.9 DU detected the highest, while the average total ozone in Biak of DU with a standard deviation of DU detected as the lowest compared with other cities. Total ozone values obtained from the analysis of a seven-year total ozone observations indicated that in those cities still in the normal range for total ozone in the Equator in the range between 240 to 270 DU. A detailed analysis of the variability of total ozone in Medan, Manado, Riau, Pontianak, Kototabang, Biak, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya and Denpasar will be discussed in this paper. Keywords: total ozone, OMI-AURA, Abstrak Telah dilakukan analisis ozon total di sebelas (11) kota di Indonesia berbasis data AURA- OMI tahun 2004 sampai dengan tahun Pemilihan berdasarkan posisi kota yang terletak di sebelah utara ekuator, dekat dengan ekuator dan sebelah selatan ekuator. Kota yang terletak di sebelah utara Ekuator dipilih adalah Medan dan Manado. Kota yang dekat dengan ekuator dipilih Riau, Pontianak, Kototabang dan Biak, sedangkan di sebelah selatan Ekuator dipilih kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata ozon total di 11 kota tersebut bervariasi antara 245,91 DU sampai dengan 253,25 DU dengan standar deviasi antara 7,51 sampai dengan 11,32 DU. Nilai rata-rata ozon total di Jakarta 253,25 DU dengan standard deviasi 8,9 DU terdeteksi paling tinggi, sedangkan rata-rata ozon total di Biak 245,91 DU dengan standard deviasi 10,08 DU terdeteksi paling rendah dibandingkan dengan di kota-kota lainnya. Nilai ozon total yang diperoleh dari hasil analisis selama tujuh tahun pengamatan mengindikasikan ozon total di kota-kota tersebut masih ada dalam batasan normal untuk ozon total di wilayah Ekuator yang berkisar antara 240 sampai 270 DU. Analisis secara rinci mengenai variabilitas ozon total di Medan, Manado, Riau, Pontianak, Kototabang, Biak, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar akan dibahas di dalam makalah ini. Kata kunci: Ozon total, OMI-AURA 271

2 1. PENDAHULUAN Kondisi ozon di Indonesia dapat kita ketahui dengan memanfaatkan data dari satelit yang memantau ozon. Penelitian ozon secara insitu dan berbasis data satelit sudah pula di dilakukan di LAPAN (Komala dkk, 2009). Kondisi ozon ini bisa dilihat untuk setiap lokasi yang kita pilih maupun secara keseluruhan untuk wilayah Indonesia. Kondisi ozon 11 kota di Indonesia pada tahun diteliti untuk mengkaji kondisi ozon di kota-kota yang letaknya berbeda. Pemilihan berdasarkan posisi kota yang terletak di sebelah utara ekuator, dekat dengan ekuator dan sebelah selatan ekuator. Kota yang terletak di sebelah utara Ekuator dipilih adalah Medan dan Manado. Kota yang dekat dengan ekuator dipilih Riau, Pontianak, Kototabang dan Biak, sedangkan di sebelah selatan Ekuator dipilih kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Posisi geografis kota yang diteliti tercantum dalam tabel 1. Penelitian dilakukan dari analisis data time series (temporal) di beberapa kota besar di Indonesia. Data diperoleh dari data instrument OMI (Ozone Monitoring Instrument) yang dibawa oleh satelit AURA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ozon total dari satelit beserta variasinya pada 11 kota di wilayah Indonesia pada tahun , serta mempelajari wilayah Indonesia dengan kondisi ozon total paling tinggi dan paling rendah dalam kurun waktu tersebut. 2. TINJAUAN PUSTAKA Ozon memiliki peranan penting dalam beberapa proses di lingkungan yang berpengaruh juga terhadap sistem iklim. Pertama, dengan menyerap radiasi UV yang berbahaya, ozon melindungi kehidupan di bumi dari efek yang berbahaya. Kedua, sebagai agen pengoksidasi kuat, bersama dengan uap air, sebagai prekursor dari radikal OH, ozon memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap kekuatan oksidasi atmosfer dan juga menentukan kecepatan penguraian banyak senyawa kimia alami maupun antropogenik di atmosfer. Kegiatan manusia yang mendorong reduksi dari kekuatan atmosfer dapat secara tidak langsung mempengaruhi iklim karena GHG misalnya metana (yang diuraikan dominan oleh OH) akan dengan mudah terakumulasi di atmosfer (Brasseur, 2001). Menurut NASA (2001), ozon terkonsentrasi di lapisan stratosfer pada ketinggian 10~50 km diatas permukaan bumi. Lapisan ini yang disebut lapisan ozon. Ketebalan lapisan ozon menggambarkan banyaknya konsentrasi ozon di lapisan tersebut. Peristiwa ENSO terdiri dari El Nino dan La-Nina dapat mempengaruhi kondisi ozon. Pada saat El Nino udara di wilayah Indonesia sangat kering sehingga konsentrasi uap air yang minimum mengakibatkan meningkatnya konsentrasi ozon. Sedangkan pada saat La-Nina udara di atas Indonesia sangat basah. Dengan 272

3 demikian konsentrasi uap air sangat tinggi sehingga terjadi proses perusakan ozon oleh uap air yang mengakibatkan konsentrasi ozon menjadi turun. Ozon total dinyatakan sebagai jumlah keseluruhan ozon yang ada di atmosfer. Satuan yang digunakan adalah Dobson Unit (DU). 1 DU = 2.7x10 16 molekul ozon per sentimeter persegi. 1 Dobson unit merujuk pada lapisan ozon dengan ketebalan 0,01 milimeter pada temperatur dan tekanan standard. Lubang ozon adalah satu istilah bila konsentrasi ozon di suatu tempat nilai ozon total nya lebih rendah dari 220 DU. Pembentukan ozon di daerah tropis lebih cepat dibandingkan dengan di lintang yang lain karena di daerah tropis sepanjang tahun mendapat sinar matahari. Tetapi konsentrasi ozon total yang lebih tinggi terjadi di daerah kutub, di lintang tinggi dan lintang menengah karena adanya proses transport ozon dan dinamika atmosfer dari daerah tropik. Konsentrasi ozon total di daerah tropic meningkat pada musim panas dan menurun pada musim hujan [Kaye, et.al, 1993]. Menurut Rowlands (2006), konsentrasi ozon di stratosfer sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu jumlah oksigen di stratosfer, radiasi sinar ultra violet dan keberadaan radikal halogen, Nox dan HOx. Reaksi pembentukan ozon di stratosfer berasal dari reaksi fotolisis molekul oksigen oleh sinar UV, sehingga jumlah ozon di stratosfer sangat ditentukan oleh kelimpahan molekul oksigen. Walaupun faktor lain seperti transport proses juga ikut berpengaruh terhadap jumlah ozon di stratosfer. Radiasi sinar ultraviolet memegang peranan penting dalam reaksi pembentukan ozon di stratosfer. Reaksi fotolisis molekul oksigen sangat ditentukan oleh energi radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 242 nm. Sedangkan reaksi penguraian ozon secara alami akibat fotolisis juga melibatkan energi radiasi UV yang terjadi pada panjang gelombang 310 nm. Selain reaksi alami fotolisis ozon di stratosfer, serta keberadaan radikal NO dan OH seperti sudah dijelaskan sebelumnya, keberadaan radikal halogen terutama klorin dan bromin ikut menentukan konsentrasi ozon di stratosfer. 3. DATA DAN METODE 3.1 Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data dari satelit AURA-OMI yaitu data ozon total dengan periode data tahun 2004 sampai dengan Data ozon total berupa data harian dengan ukuran grid sel 0,25 derajat lintang x 0,25 derajat bujur. Satuan untuk data ozon total adalah DU (Dobson Unit). 1 DU = x 1016 molekul/cm

4 3.2 Metode Data yang diperoleh dari AURA-OMI adalah data dalam skala global. Data ozon total dengan 0,25 x 0,25 grid sel ini cakupannya dari bujur sampai dan dari lintang sampai , kemudian dilakukan ekstrak data untuk kota-kota Medan dan Manado, Riau, Pontianak, Kototabang dan Biak, Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Denpasar (Posisi lintang bujur dari kota-kota yang dipilih dapat dilihat pada tabel 1). Periode data yang dianalisis adalah data dari tahun 2004 sampai dengan Dari data set ozon total 11 kota di Indonesia kemudian dilakukan analisis variasi temporal dengan menganalisis rata-rata, maksimum dan minimumn ozon total, dan menentukan pola tahunan dan pola musiman ozon total untuk 11 kota. Dilakukan pula analisis statistik dengan menghitung koefisien variasi ozon total di 11 kota tersebut. Tabel 1. Posisi geografis 11 kota di Indonesia yang diteliti variabilitas total ozonnya pada periode 2004 sd KOTA Posisi Singkatan Medan 3,58 º LU 98,65 º BT MDN Manado 1,53 º LU 124,83 º BT MND Riau 0,5 º LU 101,45 º BT RIA Pontianak 0,02 º LU 109,3 º BT PTK Kototabang 0,2 º LS 100,32 º BT KTB Biak 1 º LS 136 º BT BIK Jakarta 6,25 º LS 106,9 º BT JKT Bandung 6,9 º LS107,6 º BT BDG Surabaya 7,25 º LS 112,75 º BT SBY Yogyakarta 7,8 º LS 110,36 º BT YGY Denpasar 8,65 º LS 115,21 º BT DPS 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Variasi Temporal Ozon Total 11 kota di Indonesia Pemilihan lokasi berdasarkan pada posisi kota yang terletak di sebelah utara ekuator, dekat dengan ekuator dan sebelah selatan ekuator. Kota yang terletak di sebelah utara Ekuator dipilih adalah Medan dan Manado. Kota yang dekat dengan ekuator dipilih Riau, Pontianak, Kototabang dan Biak, sedangkan di sebelah selatan Ekuator dipilih kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Variasi temporal ozon total 11 kota periode 2004 sampai dengan 2011 ditampilkan pada gambar 1 yang terdiri dari variasi ozon total untuk Medan dan Manado yang terletak di sebelah utara ekuator Gambar 1 (a), variasi ozon total untuk Riau, Pontianak, Kototabang dan Biak yang terletak dekat ekuator Gambar 1 (b) dan variasi ozon total untuk Jakarta, Bandung, 274

5 Surabaya, Yogyakarta dan Denpasar yang terletak di sebelah selatan ekuator Gambar 1 (c). Dari variasi temporal ozon total di sebelas kota tersebut dapat dilihat bahwa ada pola tahunan/musiman ozon total. Dapat dilihat juga pola ozon total pada tahun 2005, 2007 dan 2010 di semua kota lebih rendah dibandingkan dengan pola tahunan ozon total pada tahun lainnya. [1] Dilihat dari tahun kejadian El Nino dan La Nina, pada tahun 2005 dan 2007 adalah tahun yang dipengaruhi oleh La Nina. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh NASA (2001), pada tahun dimana terjadi peristiwa La Nina kondisi atmosfer banyak mengandung uap air, yang mengakibatkan menurunnya konsentrasi ozon prekursor dan meningkatnya konsentrasi OH yang mengakibatkan menurunnya konsentrasi ozon. Gambar 1. Variasi temporal ozon total 11 kota di Indonesia pada tahun 2004 sampai dengan Nilai maksimum, minimum dan rata-rata ozon total Hasil analisis total ozon di 11 kota yang dipilih, pada tahun kondisi rata-rata maksimum dan minimumnya dapat dilihat pada tabel 2. Pada tahun , nilai tertinggi ozon total rata-rata di sebelas kota terdeteksi di Medan (253,21 DU + 11,32 DU) dan terrendah di Biak (245,91 DU + 10,08 DU). Nilai tertinggi untuk total 275

6 ozon maksimum terdeteksi di Jakarta (300,00 DU) dan terendah di Manado (275,50 DU). Nilai tertinggi untuk total ozon minimum terjadi di Denpasar (230,30 DU), sedangkan terrendah terjadi di Biak (216,40 DU). Hasil analisis ozon total di 11 kota yang dipilih, pada tahun nilai ozon total ratarata maksimum dan minimumnya dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Nilai maksimun, minimum rata-rata ozon total (kiri) dan standard deviasi ozon total (kanan) di 11 kota di Indonesia tahun 2004 sampai dengan Meskipun secara rata-rata lapisan ozon di Indonesia tidak sampai pada kondisi terjadi lubang ozon (nilai ozon total di bawah 220 DU) namun terlihat adanya kecenderungan penurunan nilai minimum ozon total dari kondisi normal wilayah ekuator. Kondisi normal ozon total di wilayah tropis (ekuator) adalah 240 DU DU. Koefisien variasi ozon total di 11 kota yang dipilih dihitung untuk menentukan sebaran ozon total di kota-kota tersebut dengan distribusi yang paling homogen. Gambar 2. Nilai Koeffisien Variasi ozon total di 11 kota pada tahun 2004 sampai dengan

7 Koefisien Variasi (KV) ozon total di 11 kota dari data 2004 sampai dengan 2011 pada Gambar 2 menunjukkan bahwa Medan mempunyai KV tertinggi dengan KV 4,471 % sedangkan Denpasar dengan nilai KV 2,993 % menunjukkan nilai KV paling rendah di bandingkan dengan KV kota lainnya. Nilai KV yang paling rendah menunjukkan sebaran data yang paling homogen. Dari nilai KV ozon total 11 kota yang dianalisis, diperoleh bahwa sebaran data ozon total di Denpasar paling homogen dan sebaran data ozon total yang kurang homogen terdeteksi di Medan. Hasil analisis di 11 lokasi yang dilakukan penelitian menunjukkan hasil yang berbeda, hal ini disebabkan oleh konsentrasi ozon di stratosfer dipengaruhi oleh jumlah oksigen di stratosfer, radiasi sinar ultra violet dan keberadaan radikal halogen, NOx dan HOx. Ketiga hal tersebut tergantung juga dari posisi lintang dan bujur lokasi penelitian serta musim seperti yang dijelaskan Rowland (2006), 5 KESIMPULAN Nilai rata-rata ozon total di 11 kota yang dipilih di Indonesia tersebut bervariasi antara 245,91 DU sampai dengan 253,25 DU dengan standar deviasi antara 7,51 sampai dengan 11,32 DU. Nilai rata-rata ozon total di Jakarta 253,25 DU dengan standard deviasi 8,9 DU terdeteksi paling tinggi, sedangkan rata-rata ozon total di Biak 245,91 DU dengan standard deviasi 10,08 DU terdeteksi paling rendah. DAFTAR RUJUKAN Brasseur. Guy. P, Jean-Francois Muller., XueXi Tie., dan Larry Horowitz, 2001, Tropospheric Ozone and Climate: Past, Present, and Future, Present and Future of Modeling Global Environmental Change: Toward Integrated Modeling, TERRAPUB. Page Kaye, et.al, 1993, Stratospheric Ozone Change, Global Atmospheric Chemical Change, Chapman and Hill, New York, pp: , 138. Komala, N., A. Budiyono, N. Ambarsari, Thohirin, H. Suherman dan E. Adetya, Karakteristik ozon total dan parameter atmosfer Indonesia dari Satelit AURA, Program Penelitian Pusfatsatklim, Rowland S., 2006, Stratospheric Ozone Depletion Review, Phil. Trans. R. Soc. B (2006) 361, NASA, 2001, Educational Resources, The Ozone layer, at 277

EFEK RADIKAL HIDROXYL (OH) DAN NITRIC OXIDE (NO) DALAM REAKSI KIMIA OZON DI ATMOSFER

EFEK RADIKAL HIDROXYL (OH) DAN NITRIC OXIDE (NO) DALAM REAKSI KIMIA OZON DI ATMOSFER EFEK RADIKAL HIDROXYL (OH) DAN NITRIC OXIDE (NO) DALAM REAKSI KIMIA OZON DI ATMOSFER Novita Ambarsari Pusat Sain dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jl. Dr. Djundjunan 133,

Lebih terperinci

PROFIL VERTIKAL OZON, ClO DAN TEMPERATUR DI BANDUNG DAN WATUKOSEK BERBASIS OBSERVASI SENSOR MLS SATELIT AURA

PROFIL VERTIKAL OZON, ClO DAN TEMPERATUR DI BANDUNG DAN WATUKOSEK BERBASIS OBSERVASI SENSOR MLS SATELIT AURA PROFIL VERTIKAL OZON, ClO DAN TEMPERATUR DI BANDUNG DAN WATUKOSEK BERBASIS OBSERVASI SENSOR MLS SATELIT AURA Novita Ambarsari dan Ninong Komala Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara, Pusfatsatklim-LAPAN

Lebih terperinci

Jurnal Sains Dirgantara Vol. 10 No. 2 Juni 2013 :

Jurnal Sains Dirgantara Vol. 10 No. 2 Juni 2013 : Jurnal Sains Dirgantara Vol. 10 No. 2 Juni 2013 :116--125 KORELASI OZON DAN BROMIN MONOKSIDA DI INDONESIA BERBASIS OBSERVASI SATELIT AURA-MLS [BROMINE MONOXIDE AND OZONE CORRELATION IN INDONESIA BASED

Lebih terperinci

PENGARUH EL NINO 1997 TERHADAP VARIABILITAS OZON TOTAL INDONESIA

PENGARUH EL NINO 1997 TERHADAP VARIABILITAS OZON TOTAL INDONESIA PENGARUH EL NINO 1997 TERHADAP VARIABILITAS OZON TOTAL INDONESIA Erma Yulihastin Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN Email: erma@bdg.lapan.go.id; erma.yulihastin@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 d) phase spectrum, dengan persamaan matematis: e) coherency, dengan persamaan matematis: f) gain spektrum, dengan persamaan matematis: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Geografis dan Cuaca Kototabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terletak pada wilayah ekuatorial, dan memiliki gugus-gugus kepulauan yang dikelilingi oleh perairan yang hangat. Letak lintang Indonesia

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI OZON DI INDONESIA

PEMANFAATAN POTENSI OZON DI INDONESIA PEMANFAATAN POTENSI OZON DI INDONESIA Lilik Slamet.5. Peneliti Bidang Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan, LAP AN 1 PENDAHULUAN Mendengar kata ozon, maka yang terlintas pada pikiran kita adalah Iubang

Lebih terperinci

DAN OZON STRATOSFER DI EQUATORIAL

DAN OZON STRATOSFER DI EQUATORIAL 97 No. Urut : 076/S2-TUTPU19 PERILAKU NO 2 DAN OZON STRATOSFER DI EQUATORIAL (STUDI KASUS : DI CIATER 6.43 S - 107.41 T) TESIS MAGISTER Oleh AFIF BUDIYONO NIM : 25394015 BIDANG KHUSUS TEKNOLOGI PENGELOLAAN

Lebih terperinci

VARIASI TEMPORAL KONSENTRASI KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DAN TEMPERATUR DI INDONESIA BERBASIS DATA OBSERVASI AQUA-AIRS

VARIASI TEMPORAL KONSENTRASI KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DAN TEMPERATUR DI INDONESIA BERBASIS DATA OBSERVASI AQUA-AIRS VARIASI TEMPORAL KONSENTRASI KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DAN TEMPERATUR DI INDONESIA BERBASIS DATA OBSERVASI AQUA-AIRS Ninong Komala Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara, Pusfatsatklim LAPAN Jl. Dr. Djundjunan

Lebih terperinci

PENGARUH KARBON MONOKSIDA TERHADAP OZON PERMUKAAN

PENGARUH KARBON MONOKSIDA TERHADAP OZON PERMUKAAN PENGARUH KARBON MONOKSIDA TERHADAP OZON PERMUKAAN Novita Ambarsari, Ninong Komala, dan Afif Budiyono Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara di Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN Jln Dr Djundjunan

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN ANALISIS PENGARUH INTENSITAS RADIASI MATAHARI, TEMPERATUR DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP FLUKTUASI KONSENTRASI OZON PERMUKAAN DI BUKIT KOTOTABANG TAHUN 2005-2010 Mairisdawenti 1, Dwi Pujiastuti 1, Asep

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) 1. Pengertian Atmosfer Planet bumi dapat dibagi menjadi 4 bagian : (lithosfer) Bagian padat

Lebih terperinci

Infeksi di lapisan ozon

Infeksi di lapisan ozon Infeksi di lapisan ozon Lapisan ozon terkena infeksi? Kok bisa? Infeksi apa? Bagaimana cara mengobatinya supaya cepat sembuh? Ternyata gejala infeksi di lapisan ozon ini sudah terdeteksi sejak puluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1 BAB I PENDAHULUAN Klimatologi berasal dari bahasa Yunani di mana klima dan logos. Klima berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang tempat, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi definisi klimatologi

Lebih terperinci

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS Martono Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPANInstitusi Penulis Email: mar_lapan@yahoo.com Abstract Indian

Lebih terperinci

ATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi

ATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi BAB 1 ATMOSFER BUMI A tmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni. Dengan keberadaan atmosfer, suhu Bumi tidak turun secara drastis di malam hari dan tidak memanas dengan cepat di siang

Lebih terperinci

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C)

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C) Pengaruh Kadar Gas Co 2 Pada Fotosintesis Tumbuhan yang mempunyai klorofil dapat mengalami proses fotosintesis yaitu proses pengubahan energi sinar matahari menjadi energi kimia dengan terbentuknya senyawa

Lebih terperinci

Atmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni.

Atmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni. Atmosfer Bumi Meteorologi Pendahuluan Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni. Dengan keberadaan atmosfer, suhu Bumi tidak turun secara

Lebih terperinci

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA Martono Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN, Jl.dr.Djundjunan 133, Bandung, 40173 E-mail :

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapisan Ozon merupakan salah satu komponen yang ada di atmosfer, terutama di lapisan stratosfer yang berada di ketinggian antara 10-50 kilometer dari permukaan bumi. Ozon

Lebih terperinci

VARIABILITAS TEMPERATUR UDARA PERMUKAAN WILAYAH INDONESIA BERDASARKAN DATA SATELIT AIRS

VARIABILITAS TEMPERATUR UDARA PERMUKAAN WILAYAH INDONESIA BERDASARKAN DATA SATELIT AIRS VARIABILITAS TEMPERATUR UDARA PERMUKAAN WILAYAH INDONESIA BERDASARKAN DATA SATELIT AIRS Lely Qodrita Avia, Indah Susanti, Agung Haryanto Pusfatsatklim LAPAN, lely@bdg.lapan.go.id Abstract Air temperature

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

STRUKTURISASI MATERI

STRUKTURISASI MATERI STRUKTURISASI MATERI KOMPETENSI DASAR 3.9 Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan 4.8 Menyajikan ide/gagasan pemecahan masalah gejala pemanasan global dan dampaknya

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA OZON DENGAN TEMPERATUR (STUDI KASUS DATA WATUKOSEK )

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA OZON DENGAN TEMPERATUR (STUDI KASUS DATA WATUKOSEK ) VOLUME 5 NO. 1, JUNI 9 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA OZON DENGAN TEMPERATUR (STUDI KASUS DATA WATUKOSEK 1993-5) Ninong Komala Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara, Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim-LAPAN

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen 1. Komposisi gas terbesar di atmosfer adalah gas. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1 argon oksigen nitrogen hidrogen karbon dioksida Komposisi gas-gas di udara

Lebih terperinci

Angin Meridional. Analisis Spektrum

Angin Meridional. Analisis Spektrum menyebabkan pola dinamika angin seperti itu. Proporsi nilai eigen mempresentasikan seberapa besar pengaruh dinamika angin pada komponen utama angin baik zonal maupun meridional terhadap keseluruhan pergerakan

Lebih terperinci

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE KARAKTERISTIK RATA-RATA SUHU MAKSIMUM DAN SUHU MINIMUM STASIUN METEOROLOGI NABIRE TAHUN 2006 2015 OLEH : 1. EUSEBIO ANDRONIKOS SAMPE, S.Tr 2. RIFKI ADIGUNA SUTOWO, S.Tr

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Data Siklon Tropis Data kejadian siklon tropis pada penelitian ini termasuk depresi tropis, badai tropis dan siklon tropis. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

Lebih terperinci

TUGAS PRESENTASI ILMU PENGETAHUAN BUMI & ANTARIKSA ATMOSFER BUMI

TUGAS PRESENTASI ILMU PENGETAHUAN BUMI & ANTARIKSA ATMOSFER BUMI TUGAS PRESENTASI ILMU PENGETAHUAN BUMI & ANTARIKSA ATMOSFER BUMI ATMOSFER BUMI 6.1. Awal Evolusi Atmosfer Menurut ahli geologi, pada mulanya atmosfer bumi mengandung CO 2 (karbon dioksida) berkadar tinggi

Lebih terperinci

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b a Program Studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, b Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 1. Akhir-akhir ini suhu bumi semakin panas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena efek rumah kaca. Faktor yang mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034% Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034% Ozon (O 3 ) mempunyai fungsi melindungi bumi dari radiasi sinar Ultraviolet Ozon sekarang ini

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH UAP AIR TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

KAJIAN PENGARUH UAP AIR TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KAJIAN PENGARUH UAP AIR TERHADAP PERUBAHAN IKLIM Novita Ambarsari Peneliti Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara, LAPAN e-mail: novitaambar@yahoo.com RINGKASAN Gas Rumah Kaca (GRK) dianggap komponen

Lebih terperinci

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira Udara & Atmosfir Angga Yuhistira Udara Manusia dapat bertahan sampai satu hari tanpa air di daerah gurun yang paling panas, tetapi tanpa udara manusia hanya bertahan beberapa menit saja. Betapa pentingnya

Lebih terperinci

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut Oleh : Martono, Halimurrahman, Rudy Komarudin, Syarief, Slamet Priyanto dan Dita Nugraha Interaksi laut-atmosfer mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang antara 95 o BT 141 o BT dan 6 o LU 11 o LS (Bakosurtanal, 2007) dengan luas wilayah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA OLEH : ANDRIE WIJAYA, A.Md FENOMENA GLOBAL 1. ENSO (El Nino Southern Oscillation) Secara Ilmiah ENSO atau El Nino dapat di jelaskan

Lebih terperinci

ATMOSFER. Oleh : Jo Asaf S. Spd

ATMOSFER. Oleh : Jo Asaf S. Spd ATMOSFER Oleh : Jo Asaf S. Spd Sifat Fisis Atmosfer Lapisan Atmosfer 1. Troposfer 2. Mempunyai ketebalan 0-16 km. ketebalan berbeda beda, 16 km di Khatulistiwa, kutub berkisar 8 km, lintang sedang 12

Lebih terperinci

KD 3.9 kelas XI Tujuan Pembelajaran : Uraian Materi A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

KD 3.9 kelas XI Tujuan Pembelajaran : Uraian Materi A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon KD 3.9 kelas XI : Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa mampu mengidentifikasi penyebab terjadinya pemanasan global. 2. Siswa mampu

Lebih terperinci

Bulan Januari-Februari yang mencapai 80 persen. Tekanan udara rata-rata di kisaran angka 1010,0 Mbs hingga 1013,5 Mbs. Temperatur udara dari pantauan

Bulan Januari-Februari yang mencapai 80 persen. Tekanan udara rata-rata di kisaran angka 1010,0 Mbs hingga 1013,5 Mbs. Temperatur udara dari pantauan Menjadi bagian dari negara Kepulauan Indonesia, Surabaya dikaruniai oleh iklim tropis dengan kelembaban udara cukup tinggi sepanjang tahun, yakni antara 70-90%. Secara geografis, Kota Pahlawan ini berada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Verifikasi Hasil simulasi model meliputi sirkulasi arus permukaan rata-rata bulanan dengan periode waktu dari tahun 1996, 1997, dan 1998. Sebelum dianalisis lebih

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami proses terjadinya angin dan memahami jenis-jenis angin tetap

Lebih terperinci

Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas

Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas ATMOSFER ATMOSFER Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas yang menyelimuti bulatan bumi. Atmosfir

Lebih terperinci

Atmosfer. 1. Bahan 2. Struktur 3. Peranan Atmosfer. Meteorology for better life

Atmosfer. 1. Bahan 2. Struktur 3. Peranan Atmosfer. Meteorology for better life Atmosfer 1. Bahan 2. Struktur 3. Peranan Atmosfer 2 1 Bahan Penyusun Gas ~96%volume Udara kering 99.9% Gas utama 0.01% Gas penyerta (permanen, tidak permanen) >dftr Udara Lembab di daerah Subtropika 0%

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR Nensi Tallamma, Nasrul Ihsan, A. J. Patandean Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar Jl. Mallengkeri, Makassar

Lebih terperinci

PENGARUH AEROSOL DAN AWAN PADA OZON TOTAL DI INDONESIA

PENGARUH AEROSOL DAN AWAN PADA OZON TOTAL DI INDONESIA Tuti Budiwati/Pengaruh Aerosol PENGARUH AEROSOL DAN AWAN PADA OZON TOTAL DI INDONESIA Tuti Budiwati dan Wiwiek Setyawati Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer Dan Iklim-LAPAN Jl. Dr. Djundjunan 133, Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

6massa udara yg terdapat pd seluas 1 cm 2 : 1,02 kg6. Massa total atmosfer : 1,02 kg x ( luas permukaan bumi) : kg

6massa udara yg terdapat pd seluas 1 cm 2 : 1,02 kg6. Massa total atmosfer : 1,02 kg x ( luas permukaan bumi) : kg Massa Atmosfer Tekanan di permukaan laut seluas 1 cm 2, dihasilkan oleh berat udara 1,02 kg 6massa udara yg terdapat pd seluas 1 cm 2 : 1,02 kg6 Massa total atmosfer : 1,02 kg x ( luas permukaan bumi)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari yang sampai di bumi merupakan sumber utama energi yang menimbulkan segala macam kegiatan atmosfer seperti hujan, angin, siklon tropis, musim panas, musim

Lebih terperinci

POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR

POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR Potensi Emisi Metana ke Atmosfer Akibat Banjir (Lilik Slamet) POTENSI EMISI METANA KE ATMOSFER AKIBAT BANJIR Lilik Slamet S Peneliti Bidang Komposisi Atmosfer, Lapan e-mail: lilik_lapan@yahoo.com RINGKASAN

Lebih terperinci

gelombang tersebut dari pemancar ke penerima yang berdampak pada penurunan kualitas sinyal dalam sistem telekomunikasi (Yeo dkk., 2001).

gelombang tersebut dari pemancar ke penerima yang berdampak pada penurunan kualitas sinyal dalam sistem telekomunikasi (Yeo dkk., 2001). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perambatan gelombang elektromagnetik dalam suatu medium akan mengalami pelemahan energi akibat proses hamburan dan penyerapan oleh partikel di dalam medium tersebut.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Total Data Sebaran Klorofil-a citra SeaWiFS Total data sebaran klorofil-a pada lokasi pertama, kedua, dan ketiga hasil perekaman citra SeaWiFS selama 46 minggu. Jumlah data

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian berjudul Pemodelan dan Peramalan Angka Curah Hujan Bulanan Menggunakan Analisis Runtun Waktu (Kasus Pada Daerah Sekitar Bandara Ngurah Rai), menjelaskan

Lebih terperinci

Keywords : sea surface temperature, rainfall, time lag

Keywords : sea surface temperature, rainfall, time lag ANALISA TIME LAG SUHU PERMUKAAN LAUT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CURAH HUJAN RATA-RATA DASARIAN DI PROVINSI BALI I Made Sudarma Yadnya 1*, Winardi Tjahyo Baskoro 1, M. Dwi Jendra Putra 2 1 Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.9. lithosfer. hidrosfer. atmosfer. biosfer

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.9. lithosfer. hidrosfer. atmosfer. biosfer SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.9 1. Berdasarkan susunan kimianya komposisi permukaan bumi dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu lithosfer, hidrosfer, atmosfer, dan biosfer.

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

Dinamika Atmosfer Bawah (Skala Ketinggian dan Mixing Ratio)

Dinamika Atmosfer Bawah (Skala Ketinggian dan Mixing Ratio) Dinamika Atmosfer Bawah (Skala Ketinggian dan Mixing Ratio) Abdu Fadli Assomadi Laboratorium Pengelolaan Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim karakteristik tinggi skala (scale height) Dalam mempelajari

Lebih terperinci

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA Pengelolaan lingkungan diperlukan agar lingkungan dapat terus menyediakan kondisi dan sumber daya yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Lingkungan abiotis terdiri dari atmosfer,

Lebih terperinci

Atmosfer Bumi. Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. 800 km. 700 km. 600 km. 500 km. 400 km. Aurora bagian. atas Meteor 300 km. Aurora bagian. bawah.

Atmosfer Bumi. Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. 800 km. 700 km. 600 km. 500 km. 400 km. Aurora bagian. atas Meteor 300 km. Aurora bagian. bawah. Atmosfer Bumi 800 km 700 km 600 km 500 km 400 km Aurora bagian atas Meteor 300 km Aurora bagian bawah 200 km Sinar ultraviolet Gelombang radio menumbuk ionosfer 100 km 80 km Mesopause Stratopause 50 km

Lebih terperinci

Anomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Satelit TRMM Terkait ITCZ

Anomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Satelit TRMM Terkait ITCZ Anomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Satelit TRMM Terkait ITCZ Erma Yulihastin* dan Ibnu Fathrio Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis terjadinya anomali curah

Lebih terperinci

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon Kurikulum 2013 FIsika K e l a s XI PEMANASAN GLOBAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Dapat menganalisis gejala pemanasan global, efek rumah

Lebih terperinci

BBM 9. EFEK RADIASI MATAHARI TERHADAP BUMI Oleh : Andi Suhandi

BBM 9. EFEK RADIASI MATAHARI TERHADAP BUMI Oleh : Andi Suhandi BBM 9. EFEK RADIASI MATAHARI TERHADAP BUMI Oleh : Andi Suhandi PENDAHULUAN Apakah pentingnya radiasi Matahari bagi kehidupan di Bumi? Radiasi Matahari sangat berguna bagi keseimbangan panas Bumi. Bumi

Lebih terperinci

STUDI EDDY MINDANAO DAN EDDY HALMAHERA TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

STUDI EDDY MINDANAO DAN EDDY HALMAHERA TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung STUDI EDDY MINDANAO DAN EDDY HALMAHERA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh MARTONO NIM : 22405001 Program Studi Sains Kebumian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

Fase Panas El berlangsung antara bulan dengan periode antara 2-7 tahun yang diselingi fase dingin yang disebut dengan La Nina

Fase Panas El berlangsung antara bulan dengan periode antara 2-7 tahun yang diselingi fase dingin yang disebut dengan La Nina ENSO (EL-NINO SOUTERN OSCILLATION) ENSO (El Nino Southern Oscillation) ENSO adalah peristiwa naiknya suhu di Samudra Pasifik yang menyebabkan perubahan pola angin dan curah hujan serta mempengaruhi perubahan

Lebih terperinci

Surabaya adalah kota Pahlawan yang secara astronomis terletak diantara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Wilayah kota Surabaya

Surabaya adalah kota Pahlawan yang secara astronomis terletak diantara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Wilayah kota Surabaya 30 Surabaya adalah kota Pahlawan yang secara astronomis terletak diantara 07 9-7 21 Lintang Selatan dan 112 36-112 54 Bujur Timur. Wilayah kota Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 m

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT & PROSPEK CUACA WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FORECASTER BMKG EL TARI KUPANG

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT & PROSPEK CUACA WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FORECASTER BMKG EL TARI KUPANG ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT & PROSPEK CUACA WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FORECASTER BMKG EL TARI KUPANG KUPANG, 12 JANUARI 2017 OUTLINE ANALISIS DINAMIKA SKALA GLOBAL Gerak

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Jaman dahulu Sekarang

Jaman dahulu Sekarang PENGANTAR Meteorologi meteoros: benda yang ada di dalam udara logos: ilmu/kajian ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi di lapisan atmosfer (troposfer) Klimatologi klima: kemiringan

Lebih terperinci

BAB VII TATA SURYA. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya.

BAB VII TATA SURYA. STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya. BAB VII TATA SURYA STANDAR KOMPETENSI : Memahami Sistem Tata Surya dan Proses yang terjadidi dalamnya. KOMPETENSI DASAR 1. Mendeskripsikan karakteristik sistem tata surya 2. Mendeskripsikan Matahari sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid 11 Nomor 1, April 2015 ISSN 1858-330X ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR 1) Intan Pabalik, Nasrul Ihsan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan merupakan salah satu sumber ketersedian air untuk kehidupan di permukaan Bumi (Shoji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penilaian, perencanaan

Lebih terperinci

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS Kondisi Indian Oscillation Dipole (IOD), El Nino Southern Oscillation (ENSO), Curah Hujan di Indonesia, dan Pendugaan Kondisi Iklim 2016 (Update Desember 2015) Oleh Tim Agroklimatologi PPKS Disarikan dari

Lebih terperinci

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI Maulani Septiadi 1, Munawar Ali 2 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Tangerang Selatan

Lebih terperinci

Medan Dalam Angka Medan In Figure,

Medan Dalam Angka Medan In Figure, 1. L E T A K Kota Medan terletak antara : - 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara - 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur Kota Medan 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut. 1.Geography Position Medan lies between : - 2º.27'

Lebih terperinci

Oksigen memasuki udara melalui reaksi fotosintesis tanaman : CO 2 + H 2 O + hv {CH 2 O} + O 2 (g)

Oksigen memasuki udara melalui reaksi fotosintesis tanaman : CO 2 + H 2 O + hv {CH 2 O} + O 2 (g) Bahan Kimia dan Reaksi-Reaksi Fotokimia Dalam Atmosfer REAKSI-REAKSI OKSIGEN ATMOSFER Reaksi umum dari perubahan oksigen dalam atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Siklus oksigen sangat penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Arus Eddy Penelitian mengenai arus eddy pertama kali dilakukan pada sekitar tahun 1930 oleh Iselin dengan mengidentifikasi eddy Gulf Stream dari data hidrografi, serta penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Angin Di perairan barat Sumatera, khususnya pada daerah sekitar 2, o LS hampir sepanjang tahun kecepatan angin bulanan rata-rata terlihat lemah dan berada pada kisaran,76 4,1

Lebih terperinci

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang Abstrak Cuaca akhir-akhir ini sulit diprediksi dan tidak menentu, sering terjadi cuaca ekstrem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapatkan

Lebih terperinci

GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER

GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER GEJALA OPTIK GEJALA KLIMATIK Gejala-gejala Optik Pelangi, yaitu spektrum matahari yang dibiaskan oleh air hujan. Oleh karena

Lebih terperinci

ANALISIS VARIABILITAS CURAH HUJAN WILAYAH INDONESIA BERDASARKAN PENGAMATAN TAHUN Ina Juaeni Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

ANALISIS VARIABILITAS CURAH HUJAN WILAYAH INDONESIA BERDASARKAN PENGAMATAN TAHUN Ina Juaeni Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ANALISIS VARIABILITAS CURAH HUJAN WILAYAH INDONESIA BERDASARKAN PENGAMATAN TAHUN 1975-2004 Ina Juaeni Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Abstract. Tropical rainfall is the most important atmospheric

Lebih terperinci

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b a Jurusan Fisika FMIPA Universitas Tanjungpura Pontianak b Program Studi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki nilai WWZ yang sama pada tahun yang dan periode yang sama pula. Hubungan keterpengaruhan juga teridentifikasi jika pada saat nilai WWZ bintik matahari maksimum, didapatkan nilai WWZ parameter

Lebih terperinci

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten Ankiq Taofiqurohman S Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Bandung 40600 ABSTRACT A research on climate variation

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

ATMOSFER BUMI A. Pengertian Atmosfer Bumi B. Lapisan Atmosfer Bumi

ATMOSFER BUMI A. Pengertian Atmosfer Bumi B. Lapisan Atmosfer Bumi ATMOSFER BUMI A. Pengertian Atmosfer Bumi Bumi merupakan salah satu planet yang ada di tata surya yang memiliki selubung yang berlapis-lapis. Selubung bumi tersebut berupa lapisan udara yang sering disebut

Lebih terperinci

DEPRESI DAN SIKLON PENGARUHI CUACA INDONESIA

DEPRESI DAN SIKLON PENGARUHI CUACA INDONESIA AKTUALITA DEPRESI DAN SIKLON INDERAJA TROPIS PENGARUHI CUACA INDONESIA DEPRESI DAN SIKLON TROPIS PENGARUHI CUACA INDONESIA Davit Putra, M.Rokhis Khomarudin (Pusbangja ) Cuaca di Indonesia dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HU]AN DI DAERAH ACEH DAN SOLOK

PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HU]AN DI DAERAH ACEH DAN SOLOK PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HU]AN DI DAERAH ACEH DAN SOLOK Junlartl Visa PenelW Pusat Pwnanfeatan Sains Atmosfer dan IkHm, LAPAN ABSTRACT The analysis of rainfall climatologic change of Aceh and Solok

Lebih terperinci

PENIPISAN LAPISAN OZON

PENIPISAN LAPISAN OZON PENIPISAN LAPISAN OZON Sebab-sebab Penipisan Lapisan Ozon Lapisan ozon menunjukkan adanya ozon di atmosfer. Stratosfer merupakan lapisan luar atmosfer dan terpisah dari troposfer (lapisan bawah) oleh tropopause.

Lebih terperinci

Komposisi gas pembentuk atmosfer

Komposisi gas pembentuk atmosfer ATMOSFER Komposisi gas pembentuk atmosfer Nitrogen Oksigen Argon Gas Simbol Volume (%) Karbondioksida Neon Methan Helium Hidrogen Xenon Ozon N 2 O 2 Ar CO 2 Ne CH 4 He H 2 Xe O 3 78,08 20,95 0,93 0,035

Lebih terperinci

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?

Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Oleh : Imam Hambali Pusat Kajian Kemitraan & Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan Pada awal Februari 2007 yang lalu Intergovernmental Panel on Climate

Lebih terperinci