BAB I PENDAHULUAN. (Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni) dapat membawa pengaruh dan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kebudayaan dalam masyarakat dan kemajuan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni) dapat membawa pengaruh dan perubahan dalam kehidupan manusia. Individu yang dapat menyaring dan beradaptasi dengan perkembangan dan kemajuan tidak akan mengalami stress, justru akan memanfaatkannya untuk meningkatkan status kehidupannya, sehingga dengan perkembangan dan kemajuan tersebut individu juga ikut berkembang. Tetapi sebaliknya, jika individu tidak dapat menyesuaikan dengan kemajuan IPTEKS maka individu tersebut akan mengalami stress dan jika koping yang digunakan tidak efektif yang dapat menyebabkan individu mengalami gangguan jiwa (Siswanto, 2003). Individu sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual sebagai satu kesatuan yang utuh memiliki koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan sehingga individu selalu berinteraksi terhadap perubahan lingkungan. Sebagai individu yang utuh dan sehat, individu mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biopsikososial dan spiritual. Untuk mampu beradaptasi tiap individu akan berespon terhadap kebutuhan fisiologis. Kebutuhan akan berperan dan berfungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri dan individu selalu 8

2 berada dalam rentang sehat dan sakit yang berhubungan dengan koping yang efektif dalam memelihara proses adaptasi (Hidayat, 2004). Sampai saat ini gejala dari gangguan jiwa kurang diperhatikan bahkan mungkin sampai tidak dirasakan sama sekali oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala dari gangguan jiwa, terutama gangguan konsep diri khususnya harga diri rendah, padahal jika individu mengalami gangguan konsep diri rendah dapat menyebabkan gangguan jiwa yang lebih berat (Purnomo, 2005). Adapun tanda dan gejala gangguan konsep diri harga diri rendah antara lain yaitu selalu merasa bersalah dan khawatir, bersifat destruktif, gangguan berhubungan dengan orang lain (menarik diri), mempunyai perasaan tidak mampu bersikap negatif pada diri sendiri, selalu merasa bersalah, dan lain- lain (Keliat, 1992). Jika seseorang individu mengalami harga diri rendah, dia tidak akan berkembang dalam kehidupannya, dia akan merasa terkucil dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain atau menarik diri karena merasa rendah diri dan tidak mempunyai kepercayaan diri. Karena dia selalu menyendiri maka dia akan berhalusinasi dan bisa menyebabkan depresi bahkan mungkin akan merusak lingkungan dan melakukan kekerasan pada orang lain (Sudrajat, 2004). Menurut catatan di Rumah Sakit Jiwa dr. Amino Gondhohutomo Semarang, jumlah pasien gangguan jiwa bertambah. Pada tahun 2005 terdapat 235 kamar di rumah sakit tersebut terisi penuh, bahkan tiap hari terdapat

3 pasien rawat jalan. Sebanyak 205 pasien rata-rata perhari menjalani perawatan dan sekitar 60% diantara mereka adalah kaum pria. Mayoritas pasien gangguan jiwa berusia produktif antara tahun. Pada tahun 2008 angka ganggan jiwa sekitar orang, naik cukup tinggi dibandingkan pada tahun 2007 dengan jmlah orang (kenaikan 17%) (Amin, 2008). Data dari Rumah Sakit Jiwa Magelang yang mengalami harga diri rendah mencapai 125 pasien dengan hasil persentase 70%. Penyebabnya berbagai masalah beban hidup yang dihadapi, stresor sosial ekonomi (Santoso, 2007). Menurut studi pendahuluan di ruang VIII RSJD dr. Amino Gondhohutomo Semarang dari 8 klien, yang mengalami harga diri rendah mencapai 3 orang rata-rata berkisar antara usia tahun dengan penyebab umumnya masalah keluarga, rumah tangga, ekonomi dengan hasil persentase 60%. Tanda-tanda harga diri rendah yang ditemukan pada klien diantaranya rasa bersalah dan khawatir pada diri sendiri, menarik diri dari realitas serta gangguan berhubungan yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga (Stuart dan Sundeen, 1991). Pencegahan awal dari gangguan jiwa sangat penting, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengembangkan tehnik komunikasi terapeutik agar terjalin hubungan yang realitas dan saling percaya antara perawat dan klien, bersama klien juga kita cari pemecahannya. Perawat hendaknya juga mengetahui tentang hubungan klien dengan keluarga serta mengadakan pendekatan pada keluarga agar membantu dalam proses keperawatan dan memudahkan dalam 10

4 pemberian asuhan keperawatan. Dengan fenomena tersebut diatas maka penulis tertarik memilih judul Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Pada Tn. A di Ruang 8 Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondhohutomo Semarang. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan gangguan konsep diri : Harga diri rendah di ruang VIII Rumah Sakit Jiwa dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 2. Tujuan khusus Mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada pasien selama memberikan asuhan keperawatan gangguan konsep diri harga diri rendah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut : a. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada Tn. A dengan harga diri rendah b. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada Tn. A dengan harga diri rendah c. Mendiskripsikan intervensi pada pasien dengan harga diri rendah d. Mendiskripsikan implementasi dan evaluasi pada pasien dengan harga diri rendah 11

5 C. Pengumpulan Data Cara pengumpulan data yang diperoleh saat pengkajian : 1. Wawancara Mengadakan tanya jawab dengan pihak yang terkait : klien, keluarga maupun tim kesehatan mengenai data klien gangguan konsep diri : harga diri rendah. Wawancara dilakukan selama proses keperawatan berlangsung. 2. Observasi partisipatif Dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien selama di Rumah Sakit Jiwa dr Amino Gondhohutomo Semarang. 3. Dokumentasi Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis, catatan perawatan untuk mendapatkan data data mengenai perawatan maupun pengobatan. 4. Studi Kepustakaan Menggunakan dan mempelajari literatur literatur medis maupun perawatan yang menunjang, sebagai pedoman teoritis untuk menegakkan diagnosa dan perencanaan keperawatan. 12

6 D. Sistematika Penulisan dari : Karya tulis ilmiah ini ditulis secara sistematis dalam lima bab yang terdiri Bab I : Pendahuluan yang meliputi : latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode dan tehnik penulisan, serta sistematika penulisan. Bab II : Konsep dasar, terdiri atas : pengertian, faktor predisposisi, faktor presipitasi, rentang respon dan asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah.. Bab III : Tinjauan kasus asuhan keperawatan klien gangguan konsep diri : Harga diri rendah mulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Bab IV : Pembahasan, yaitu membahas mengenai masalah atau kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi disaat pemberian asuhan keperawatan. Bab V : Penutup, merupakan penutup dari keseluruhan karya tulis yang berisi kesimpulan dan saran. 13