BAB IV PERLAWANAN TENTARA PELAJAR DI KULON PROGO DALAM PERANG KEMERDEKAAN KE II

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PERLAWANAN TENTARA PELAJAR DI KULON PROGO DALAM PERANG KEMERDEKAAN KE II"

Transkripsi

1 BAB IV PERLAWANAN TENTARA PELAJAR DI KULON PROGO DALAM PERANG KEMERDEKAAN KE II A. Pendudukan Tentara Belanda di Kabupaten Kulon Progo dalam Agresi Milter Ke II Setelah Kota Yogyakarta dapat diduduki, kemudian Belanda berusaha menguasai tempat-tempat yang strategis di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya daerah Bantul, Sleman, Gunungkidul, dan Kulon Progo tidak luput dari penyerangan itu. Gerakan Belanda ke Kulon Progo dibedakan menjadi dua, yaitu gerakan di selatan melewati Jembatan Bantar dan bagian Utara melaui Jembatan Kalisudu. Belanda dengan cepat mengarahkan perhatiannya untuk menduduki jembatan Kali Progo di Bantar. 1 Jembatan ini merupakan kunci dan urat nadi antara Yogyakarta dengan Sentolo, Wates, dan Purworejo. 2 Untuk menduduki Jembatan Bantar, Belanda menggunakan kekuatan satu kompi, dua kendaraan tank, dan panserwagen yang dikawal oleh pesawat Mustang. Sebelumnya, pasukan gerilya TNI bersama rakyat telah melaksanakan perintah penghancuran dan pembumihangusan bangunan-bangunan penting di Sentolo, Kulon Progo. Mereka telah siap siaga disekitar Jembatan Bantar untuk membendung dan menghadang gerakan Belanda yang akan menduduki Kulon Progo. Ketika Pasukan 1 Lihat lampiran No. 2, hlm Suratmin dkk, Peranan Sejarah dalam Budaya dalam Mendukung Pengembangan Obyek Wisata Budaya di Daerah Kabupaten Dati II Kulon Progo, (Yogyakarta: Bappeda Dati II Kulon Progo dan Balai Kajian Jarahnitra, ), hlm

2 73 Belanda menuju Kulon Progo, mereka disambut oleh tembakan-tembakan gencar dari pasukan TNI di sekitar Jembatan Bantar. Kontak senjata berlangsung cukup lama, akan tetapi karena pasukan TNI yang ditugaskan untuk membendung gerakan Belanda hanya berkekuatan kecil dan dengan persenjataan yang sederhana, maka pasukan TNI terpaksa mundur meninggalkan Jembatan Bantar. Sejak saat itu Belanda dapat memasuki Kulon Progo setelah lebih dahulu menguasai Jembatan Bantar. 3 Selanjutnya, Tentara Belanda menyerang ke barat Kali Progo dengan merangkak pada jembatan kereta api yang telah dirusak pasukan TNI, sedang sebagian lagi langsung melalui Jembatan Bantar itu sendiri. Jembatan Bantar 4 dijaga oleh Tentara Belanda baik dari sebelah timur maupun di sebelah barat yang bermarkas di rumah Pawirodalijo. Untuk menguasai jembatan itu di bagian barat Kali Progo ditempatkan 30 orang pasukan, sedang di sebelah timur 81 orang termasuk pimpinannya. 5 Persenjataan mereka sangat lengkap, dapur umum untuk menyiapkan makan sehari-hari ditempatkan di sebelah timur Jembatan Bantar dengan mengambil juru masak dari rakyat. Juru masak yang diambil dari rakyat sangat menguntungkan untuk dapat mendapatkan informasi secara jelas situasi markas Belanda setiap harinya bagi para pejuang. Salah satu informasi yang cukup 3 Dharmono Hardjowidjono, ed., Replika Sejarah Perjuangan Rakyat Yogyakarta Buku ke Dua. (Yogyakarta: Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, 1983), hlm Lihat Lampiran No. 2, hlm Hisbaron Muryantoro, (2003), Peranan Sub Wehrkreise 106 Pada Masa Perang Kemerdekaan II di Kabupaten Kulon Progo: Suatu Kajian Sejarah Lisan, Patra Widya, Vol. 4, No. 3, hlm. 19.

3 74 penting yaitu tempat penyimpanan persenjataan Belanda, serta rencana penyerangan yang akan dilakukan Belanda. Jatuhnya Jembatan Bantar ke tangan musuh memudahkan bagi gerakan Belanda Kulon Progo. Wates sebagai pusat pemerintahan Kulon Progo dapat diduduki Belanda saat itu juga. Bupati M.R. KRT. Brotodiningrat yang bertanggungjawab atas daerah itu segera menginstruksikan kepada penewu atau kepala desa yang berada di wilayahnya untuk bertanggungjawab terhadap keamanan di daerahnya. 6 Oleh karena itu, antara penduduk dan TNI yang bermarkas di desa masing-masing dapat berusaha bersama agar Belanda tidak dapat memasuki daerah mereka, terutama di desa-desa yang merupakan basis pertahanan rakyat. Usaha untuk mencegah masuknya Belanda lebih lanjut adalah dengan taktik bumi hangus yang telah direncanakan sebelum terjadinya serangan Belanda. Pada tanggal 22 Desember, Wates kedatangan patroli Belanda yang pertama beserta dua buah tank dan panserwagen serta satu kompi kecil berada di luar kota masuk dengan bantuan serangan udara. Patroli Belanda berikutnya dapat dilawan oleh para pejuang beserta Tentara Pelajar yang menyebabkan patroli tersebut panic dan akhirnya mengundurkan diri ke pos di Jembatan Bantar. Serangan Belanda yang ketiga dapat mencapai daerah Wates. Akibat serangan ini, terdapat enam orang tewas dan dia orang terluka. Gedung-gedung seperti gedung sekolah, rumah Wedana dan Rumah Bupati, kantor dan tangsi polisi, rumah penjara, kantor pekerjaan umum, kantor pos 6 Purnawan Tjondronegoro, Merdeka Tanahku, Merdeka Negeriku, (Jakarta: Yayasan Sinar Negara, 1980), hlm. 368.

4 75 dan telepon, rumah gadai, stasiun kereta api, kantor pengadilan, kantor pertanian, bekas gedung kontrolir, Panti Harsono, jembatan-jembatan dan beberapa gedung sekolah rakyat dibumihanguskan. 7 Selanjutnya, Belanda melakukan serangan ke Kulon Progo melalui patrol, serangan udara, maupun serangan mortir dari pos di Cebongan. Kenteng, Sentolo, Lendah, Nanggulan, Samigaluh, dan Kalibawang merupakan daerah yang mengalami serangan dengan korban juwa 57 orang gugur, 24 orang terluka, serta 3 orang diculik dengan kerugian material sejumlah Rp Dengan dipimpin oleh pamong praja setempat, rakyat giat merusak jalan-jalan besar. Mereka merintangi jalan-jalan itu dengan kayu yang dipotong dari pohon yang ditanam di pinggir jalan. Hal itu dimaksudkan agar kendaraan besar maupun kecil tidak dapat melintasi jalan tersebut. Jalan yang terdapat di desa diberi rintangan berupa kayu-kayu besar atau bambu. Jalan tersebut selalu dijaga oleh para pemuda. Para anggota Tentara Pelajar yang sebelumnya berada di Kota Yogyakarta untuk menghambat laju Tentara Belanda mulai memasuki daerah Kulon Progo. Mereka melakukan penghambatan di jembatan Kali Sudu. Setelah mereka berhasil menghancurkan jembatan Kali Sudu, kemudian melanjutkan perjalanan ke arah barat menuju Pegunungan Menoreh. Akhirnya, pada tanggal 25 Desember 1948 rombongan sampai di Pegunungan Menoreh dan menempati daerah tersebut guna 7 Dharmono Hardjowidjono, ed., Replika Sejarah Perjuangan Rakyat Yogyakarta Buku ke Satu. (Yogyakarta: Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, 1983), hlm Lihat lampiran No. 4, hlm. 104.

5 76 melanjutkan perjuangan. Tugas mereka selanjutnya menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan pos-pos atau kurir dan komandan itu secara terusmenerus berusaha menyempurnakan rantaian pos-pos itu. 9 B. Perlawanan Tentara Pelajar di Kulon Progo Selain ikut berjuang secara fisik dalam pertempuran-pertempuran yang merupakan tugas pasukan, TP juga ikut serta mengorganisir Pertahanan Rakyat Total sesuai dengan anjuran pemerintahan RI untuk menghadapi PK II. Pertahanan Rakyat Total tidak dikerjakan di seluruh Jawa Tengah, namun sebagian besar dikerjakan oleh TP Yogyakarta. Pasukan yang mobile seperti TP Batalyon 200 tidak melaksanakan tugas tersebut karena kedudukan pasukan yang berpindah-pindah. Hanya pasukan yang menetap di suatu daerah yang melaksanakan Pertahanan Rakyat Total. Pembentukan Pertahanan Rakyat Total oleh TP Yogyakarta di Kulon Progo, secara organisatoris pembentukannya menjadi tugas bagian Perhubungan Tentara Pelajar yang merupakan Staf ke V. Secara umum, rakyat di daerah Kulon Progo ikut membantu usaha dalam pembentukan Pertahanan Rakyat Total. Hal tersebut dikarenakan karena rakyat merasa takut pada Tentara Belanda yang kadang-kadang mengangkut harta kekayaan mereka terutama bahan makanan. Cara yang dipakai TP untuk membentuk Pertahanan Rakyat Total dimulai dengan mengunjungi rumahrumah kepala desa beserta perangkat desa lainnya. Dari kepala desa tersebut diperoleh keterangan orang-orang mana diantara penduduk desa yang dapat 9 Dharmono Hardjowidjono, ed., op.,cit, hlm. 295.

6 77 dihubungi lagi.orang yang ditunjuk oleh kepala desa tersebut merupakan orang yang cukup berpengaruh. Dari orang-orang inilah didapat tenaga-tenaga pembantu bagi TP. Kepala desa beserta stafnya serta orang-orang yang berpengaruh dijadikan koordinator pembantu serta pemegang jabatan yang mewakili TP pada bidang-bidang pekerjaan tertentu. Sedangkan penduduk desa yang telah ditunjuk ditugaskan membantu pekerjaan. Orang yang telah ditunjuk tersebut harus memiliki persyaratan orang yang jujur dan mau bekerja untuk perjuangan melawan Belanda. Tentara Pelajar membagi tugas dalam Pertahanan Rakyat Total sebagai berikut: a. Daerah front atau daerah pertempuran dibagi menjadi dua bagian, di belakang pertahanan Belanda, yang berarti dikuasai Belanda, dan di depan pertahanan Belanda berarti yang dikuasai para pejuang RI. b. Daerah bukan front atau di garis belakang berarti daerah aman kekuasaan pejuang-pejuang RI. 10 Di daerah depan pertahanan Belanda yang kerap kali mengalami operasi dari Tentara Belanda, TP bersama penduduk melakukan gerakan penghambatan dan sabotase. Sabotase yang dijalankan antara lain terhadap barang milik Tentara Belanda dan yang berguna bagi Belanda. Selain itu dilakukan pula gerakan pengawasan terhadap gerak-gerik Belanda. Hal tersebut sering dilakukan di sekitar pos Jembatan Bantar di sebelah barat. Pekerjaan ini sering dilakukan oleh anggota dari staf wanita 10 Sewan Susanto, Perjuangan Tentara Pelajar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985), hlm. 99.

7 78 dari TP. Gerakan pengawasan terhadap Tentara Belanda antara lain bila Belanda sedang mempersiapkan konvoinya yang diperkirakan akan lewat ke daerah kedudukan Tentara Belanda, maupun akan menjalankan operasi ke daerah kedudukan tersebut. 11 Pada tanggal 28 Februari, atas perintah Komandan Wehrkreise III kepada Komandan Sub Wehrkreise 106 pimpinan Letkol Soedarto untuk melakukan penyerangan ke Jembatan Bantar. Selanjutnya Soedarto mengatakan: Sub Wehrkreise 106 pimpinan Letkol Soedarto yang mendapat tugas untuk mengikat kedudukan Belanda, terutama di Jembatan Bantar. Pada senja hari tanggal 23 Februari 1949, pasukan SWK 106 meninggalkan pangkalan masing-masing di Nanggulan (Ton Pengawal), Sentolo (Ki Noer Moenir) dan Wates (Satuan Teritorial/Gerilya Desa) bergerak mendekati sasaran, gerakan dilakukan melalui jalan setapak dan jalan desa, tiba di dekat daerah sasaran (Bantar/Klangon), pasukan SWK 106 mengambil posisi, sektor tengah oleh Ton Pengawal Oetoro dan Ki Moenir, sedang kiri dan kanan satuan teritoral/gerilya desa. Pertempuran yang dimulai pukul pagi itu SWK 106 mulai pukul mengendurkan tekanan terhadap kedudukan Belanda di Bantar, selanjutnya kembali ke pangkalan. 12 Untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi yaitu pembalasan dan pembersihan oleh pasukan Belanda, maka pada tanggal 3 Maret 1949, Letkol Soharto memanggil Soedarto dan Soedarsono Bismo agar datang ke Posko SWK III di Segoroyoso. Tugas yang diberikan letkol Soeharto yaitu: a. Menyesatkan dan mengalihkan perhatian pasukan Belanda. 11 Marsudi, Tentara Pelajar di Jawa Tengah (Dalam Sejarah Revolusi Indonesia 45-51), Tesis, (Yogyakarta: UGM, 1970), hlm Wawancara H. Suyadi dengan Mayjen TNI (Purn) Ir. H. Soedarto yang dimuat dalam buku Sutopo Jasamihardja, 19 Desember 1948 Perang Gerilya Perang Rakyat Semesta, (Jakarta: Mediaksara, 1998), hlm. 401.

8 79 b. Menimbulkan perlawanan di mana-mana sehingga seolah-olah TNI aktif di semua front pendudukan Belanda. c. Melakukan perang urat syaraf dengan menyebar berita bahwa di Gunung Kidul sedang terjangkit penyakit pes. d. Menimbulkan kepercayaan bahwa TNI masih utuh, masih setia kepada tugas dan sanggup melawan Tentara Belanda. 13 Serangan terhadap kedudukan Belanda di Bantar dilakukan pada tanggal 11 Maret Di Bantar, pos-pos Belanda diserang dari dua arah, Kompi Widodo dari utara, Kompi Soedarsono dari sebelah selatan jalan besar, SWK 106 menyerang dari sebelah barat termasuk Tentara Pelajar seksi Wates. Pasukan Yon 151 pimpinan Harjo Soedirjo membantu menghadang di sekitar Glodog, Bantar dikepung selama lima hari. Para Tentara Pelajar yang mengawasi kegiatan Tentara Belanda tersebut antara lain menghitung jumlah kendaraan yang dipergunakan, urutan serta jenis kendaraan, persenjataan yang dibawa, kalau mungkin dilihat juga isi yang dimuat kendaraan tersebut. Semua itu hanya dapat dilakukan dengan pengamatan saja, karena sebelum berangkat biasanya Tentara Belanda telah menyiapkan konvoinya secara teratur. Staf Wanita TP melaksanakan tugas tersebut, karena umumnya mereka mudah menyamar sebagai pelajar yang akan bersekolah, sehingga tidak mudah dicurigai Belanda. Untuk menjalankan sabotase, senjata yang dipergunakan biasanya hanya senjata sederhana antara lain dinamit, granat tangan buatan pabrik Demak ijo, 13 Marsudi, op.cit., hlm. 402.

9 80 serta senjata buatan TP sendiri di daerah Kulon Progo antara lain bom pembakar berupa bom botol, bom batok dan sebagainya. Biasanya dengan melakukan gerakan sabotase, dilakukan pula bersama penduduk mencari orang yang pro dengan Belanda, yang membantunya, maupun menjadi mata-mata Belanda. Di Kulon Progo, orang-orang Cina tidak luput dari pengawasan penduduk maupun TP. Penempatan orang-orang Cina di satu padukuhan di daerah Sidomulyo dimaksudkan supaya pengawasannya mudah, lagi pula tempat itu berdekatan dengan rumah Kepala Bagian Keamanan desa yang dipakai sebagai pos kegiatan Bupati Purwoningrat. Keamanan tempat tersebut lebih terjamin daripada tempat lain karena selalu dijaga ketat oleh Pager Desa dan KODM. Setiap hari dilakukan pengecekan terhadap tawanan orang Cina tersebut oleh aparat keamanan. Mereka dilarang keras menerima kunjungan dari keluarganya yang ada di luar desa tersebut. Desa Sidomulyo juga sering digunakan sebagai tempat pertemuan antara Pemerintahan Sipil Bupati Purwoningrat dengan Pemerintahan Militer Ir. Sumantri Brodjonegoro yang merupakan Pejabat Militer Brigade 17 TP dan merupakan ajudan Kolonel A.H Nasution. Hasil pembicaraan tersebut segera dikirimkan ke pos-pos gerilya oleh para kurir, baik ke pos terdekat maupun ke Kota Yogyakarta. 14 Tugas kurir tidak saja mengantar surat, tetapi juga meliputi hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi, seperti mencari berita, spionase, dan sebagainya. Beberapa kali kurir membawa berita dari luar tentang penyerangan dan pembersihan yang dilakukan oleh Belanda. 14 Dharmono Hardjowidjono, ed., op.cit., hlm. 303.

10 81 Salah satu pengalaman dan kesaksian dari Murtinah, anggota Tp Wanita yang ditugaskan menjadi kurir. Murtinah beserta adiknya bertugas di KDM (Komando Distrik Militer) Nanggulan sebagai kurir yang berkeliling ke Kecamatan Kokap, Lendah, dan Brosot. Kemudian ke Kalibawang dan Samigaluh. Dalam menjalankan tugasnya tersebut dapat dikatakan dilaksanakan dengan baik tanpa hambatan karena perawakannya yang masih kecil sehingga tidak akan dicurigai oleh musuh. Pada suatu ketika, Murtinah beserta adiknya mendapat tugas dalam Kota Yogyakarta untuk menemui dan menyampaikan surat-surat penting kepada seorang mahasiswa (Tentara Pelajar) yang bernama Askar. Murtinah sukses dalam menjalankan tugasnya sebagai kurir yang menyusup ke daerah Kota Yogyakarta dan kembali lagi ke Nanggulan. 15 Tentara Pelajar di Kulon Progo tidak banyak berhadapan langsung melawan Tentara Belanda. Hal tersebut dikarenakan basis pertahanan daerah Kulon Progo yang kuat serta koordinasi antara pemerintah dengan penduduk yang kuat. 16 Tentara Belanda tidak berhasil menguasai Kulon Progo dan kembali ke timur menuju posnya di Bantar. Tentara Pelajar di Kulon Progo mendirikan pusat pertahanan di dekat Pasar Wates. Mereka telah melaksanakan pendidikan militer pada penduduk, membuat kubu-kubu pertahanan, menghancurkan jalan-jalan yang berguna sekali bagi musuh. Kulon Progo sendiri dijadikan sebagai daerah terugval basis (daerah pertahanan terakhir). 15 Tashadi, Semangat dan Panggilan Revolusi Kisah dan Kesaksian Tentara Pelajar di Yogyakarta dan Sekitarnya pada Tahun , PATRA-WIDYA, Vol. 3, No. 4, Desember 2002, hlm Wawancara dengan Bp. Sayin 21 Juli 2017.

11 82 Tentara Pelajar menjalankan tugas sosial seperti mendidik anak-anak di desa tersebut dengan mendirikan sekolah-sekolah darurat, yang biasanya diselenggarakan di pendopo-pendopo kelurahan. Di bidang kesehatan memberikan pertolongan pada orang-orang yang sakit, mengadakan pemberantasan penyakit menular yang banyak menjangkit pada waktu itu. Pencegahan dan pemberantasan terhadap penyakit menular yang pernah dilakukan dengan cara penyemprotan minyak tanah pada rumah-rumah penduduk. Para Tentara Pelajar, pemuda, dan penduduk dikerahkan untuk membantu mendirikan dapur umum, mengadakan siaran radio, hubungan telegrafis, membuat plakat untuk penerangan. Di daerah Kenteng, ditempatkan pula radio pemancar dan penerima, sehingga dapat mengetahui situasi musuh dan menerima siaran pemerintah RI. Kesulitan yang dialami TP dalam pembuatan plakat dan alat peragaan penerangan adalah kurangnya bahan dan peralatan, seperti kekurangan kertas, alat stensil, dan mesin ketik. Kesulitan ini diatasi antara lain dengan meminjam peralatan dari Pemerintah Desa dan milik perorangan setempat. C. Penarikan Mundur Tentara Belanda Di Kulon Progo Agresi Militer Belanda ke II telah menimbulkan reaksi yang besar dari pihak KTN yang mewakili PBB di Yogyakarta. Terlebih setelah terjadinya Serangan Umum 1 Maret yang digagas oleh Sri Sultan Hamengkuwubono IX, perhatian dunia terfokus kepada pendudukan Belanda di Yogyakarta. Maka, pada Juni 1949

12 83 memerintahkan untuk diadakan gencatan senjata dan perundingan antara Pemerintah RI dan Belanda. Penarikan Tentara Belanda segera dimulai setelah adanya kesepakatan bersama. Sebelum dilakukannya penarikan mundur Tentara Belanda, pemerintah RI memberikan jaminan kepada Komandan Brigade T, van Langen bahwa TNI tidak akan mengganggu selama penarikan berlangsung. Pada tanggal 14 Juni 1949, Sri Sultan Hamengkubuwono IX memerintahkan langsung gencatan senjata kepada TNI. Penarikan ini dilakukan sesuai dengan hasil kesepakatan antara Indonesia-BFO-dan Belanda pada 22 Juni Hasil perundingan itu sebagai berikut. a. Pengembalian Pemerintah RI ke Yogyakarta dilaksanakan pada 24 Juni 1949, Karesidenan Yogyakarta dikosongkan oleh Tentara Belanda dan pada tanggal 1 Juli 1949 Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta setelah TNI menguasai keadaan sepenuhnya di daerah itu. b. Mengenai penghentian permusuhan akan dibahas setelah kembalinya Pemerintah RI ke Yogyakarta c. Konferensi Meja Bundar diusulkan akan diadakan di Den Haag. 17 Dalam penarikan Tentara Belanda ini, dibentuk Military Observers (Milobs) sebagai peninjau. Adapun susunan anggota Milobs yaitu: a. Pihak UNCI: Kapten Marshal, Letnan Jenderal Alexander, Mayor Godfray, Mayor Lakos. 17 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI (edisi ke-4), (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), hlm. 169.

13 84 b. Pihak Indonesia: Sri Sultan Hamengkubuwono IX, KGPAA Paku Alam VIII, Honggowongso, Tahya, dan Selo Soemardjan. c. Pihak Belanda: Kolonel van Langen. 18 Pada tanggal 14 Juni 1949, anggota Milobs pihak Indonesia mulai melaksanakan tugasnya. Anggota UNCI, Kapten Marshal dan Letnan Jenderal Alexander ditempatkan di pihak Indonesia, sedangkan Mayor Godfrey dan Mayor Lakos ditempatkan pada pihak Belanda. Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjamin keamanan kedua belah pihak dengan menginstruksikan selama penarikan mundur Tentara Belanda, penduduk di sepanjang jalan yang dilalui oleh tentara Belanda agar tidak keluar rumah. Hal itu diinstruksikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX selaku Menteri Negara dan Koordinator Keamanan yang ditujukan kepada rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta. 19 Waktu diadakan gencatan senjata, Tentara Pelajar yang berada di berbagai daerah tetap bertugas di front-front pertahanan. Tentara Pelajar tidak sepenuhnya percaya bahwa Belanda akan mematuhi gencatan senjata, maka mereka tetap berada di pos pertahanannya masing-masing hingga Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta. Tentara Pelajar di daerah-daerah luar Yogyakarta belum mau meninggalkan posnya, karena Belanda masih mengadakan penjagaan yang ketat di daerah pertahanannya. Tentara Pelajar memperbaiki pertahanannya dengan memperlancar perhubungan dan 18 Ibid. 19 Tugas Tri Wahyono, dkk., Rute Perjuangan Gerilya A.H. Nasution pada Masa Agresi Militer Belanda II, (Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2011), hlm. 70.

14 85 membuat pos-pos lagi. Bahkan sampai bulan Juli 1949 setelah Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta, TP belum juga mau percaya akan kebenaran itu, karena mereka masih melihat penjagaan-penjagaan Belanda di daerah dekat pertahanannya. Oleh karenanya, usaha pembentukan pos berkuda guna melancarkan hubungan suratmenyurat diteruskan. Penyempurnaan siasat perang dengan latihan-latihan tambahan mengenai semaphore, juga taktik penyerangan dan sebagainya tetap dilaksanakan. Bahkan mereka menganggap berita tentang kembalinya Pemerintah RI di Yogyakarta merupakan hasutan. 20 Setelah pada pertengahan bulan Juli 1949, TP mendapat perintah bahwa para pejuang diharuskan melapor, mereka baru percaya bahwa benarbenar telah dilaksanakan gencatan senjata. Tentara pelajar mulai mencari infornasi dan mengadakan hubungan ke kota. Di Kulon Progo, Tentara Belanda hanya menguasai Jembatan Bantar dan mendirikan pos di Klangon, Sentolo. Dikarenakan pertahanan di daerah Kulon Progo, terutama Kota Wates yang cukup kuat, Tentara Belanda hanya dapat mendirikan pos pertahanan di pinggiran Kulon Progo arah ke Kota Yogyakarta. Mereka mulai mengundurkan diri ke Yogyakarta pada tanggal 26 Juni Kemudian pada tanggal 29 Juni 1949 penarikan Tentara Belanda dimulai dari Kota Yogyakarta dibagi menjadi empat tahap, yaitu: a. Pukul Tentara Belanda ditarik dari bagian kota sebelah sleatan jalan, yaitu Sentul, Secodiningratan, Ngabean, dan Wirobrajan. 20 Marsudi, op. cit., hlm Arsip BPAD MS 133, lihat lampiran No. 7, hlm. 107.

15 86 Setelah pos-pos itu kosong, barulah TNI masuk sampai bagian daerah itu sampai garis kurang lebih 500 meter jaraknya dari jalan-jalan tersebut. b. Pukul Tentara Belanda ditarik dari antara jalan-jalan di tahap pertama dan sebelah selatan jalan kereta api. Kemudian TNI masuk bagian kota sampai garis kurang lebih 500 meter selatan jalan kereta api. c. Tentara Belanda mulai ditarik pukul dari bagian kota sebelah utar jalan kereta api dan di sebelah timur Kali Code. Kemudian TNI menduduki bagian kota itu seluruhnya. d. Tentara Belanda mulai ditarik pukul dari bagian kota sebelah utara jalan kereta api dan sebelah barat Kali Code. Setelah penarikan tahap ke empat selesai, berarti seluruh Kota Yogyakarta telah dikuasai kembali oleh TNI. 22 Sehari sebelum dilakukannya penarikan tentara Belanda, di Kota Yogyakarta dilakukan penyerahan semua badan-badan dan perusahaan sipil dari pihak Belanda kepada Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Juni 1949 pukul pesawat terbang milik Belanda melayang-layang untuk mengawasi keamanan selama penarikan. Penarikan tentara mundur tentara Belanda ini berjalan sesuai rencana, hanya dalam tahap ke empat terlambat kurang lebih satu jam dari rencana. Tanggal 29 Juni 1949, adalah hari yang tidak akan bisa dilupakan, karena pada hari itu adalah hari penarikan 22 Lihat Lampiran 4, hlm. 104.

16 87 mundur tentara Belanda dari ibukota kita dan masuknya Angkatan Perang R.I. dari daerah pedalaman ke dalam ibukota kita dibawah pengawasan Kolonel van Langen dari pihak Belanda, dan Menteri Negara merangkap Koordinator Keamanan Dalam Negeri Sri Sultan HB IX. 23 Tanggal 30 Juni 1949 merupakan hari terakhir bagi Belanda untuk menarik tentaranya dari daerah Yogyakarta. Di Yogyakarta, setelah Tentara Pelajar masuk kota, maka susunan organisasinya dibenahi, yaitu Staf Detasemen III Brigade XVII, Kompi II dan Kompi V. Kompi II (Kompi Garuda) ditugaskan masuk kota Semarang, sedangkan Kompi V tetap di Yogyakarta untuk mendapatkan penampungan sekolah di Yogyakarta. Kompi II menuju Semarang dengan berjalan kaki melalui jalan setapak, turun jurang, naik gunung, untuk menghindari berpapasan dengan Tentara Belanda karena beberapa kota masih diduduki Belanda. Pada waktu itu, penarikan mundur Tentara Belanda ke Kota Semarang telah selesai dilangsungkan dan segera pasukan TP masuk ke kota kembali, dan sebagian mobil (pasukan tempur) masih menunggu di pinggiran kota. Mereka mempunyai rencana untuk mengikuti gerakan penarikan mundur Tentara Belanda ke Semarang. Gerakan untuk mengikuti Tentara Belanda ini kemudian dilaksanakan tetapi hanya oleh para anggota TP yang telah duduk dibangku Sekolah Lanjutan Atas. Hal ini dikarenakan adanya pertentangan pendapat antara Martono, Komandan Detasemen III TP dengan Mustapa Supangat, Komandan Pasukan yang memimpin gerakan ini. 23 Panitia Peringatan Kota Yogyakarta 200 Tahun, Kota Jogjakarta 200 Tahun 7 Oktober Oktober 1956, (Yogyakarta: Panitia Peringatan Kota Yogyakarta 200 Tahun, 1956), hlm. 56.

17 88 Martono sebenarnya tidak setuju bila pasukan TP ikut ke Semarang atas pertimbangan banyak yang resiko yang akan ditanggungnya. Mustapa Supangat sebaliknya tetap mempertahankan pendapatnya untuk mengikuti gerakan Belanda ke Semarang. Dalam mengatasi perbedaan pendapat tersebut kemudian diambil jalan tengah, yaitu yang sudah cukup dewasa dan sudah duduk ditingkat Sekolah Menegah Atas saja yang diperbolehkan ikut ke Semarang. 24 Pasukan TP Kompi II Pimpinan Mustapa Supangat berangkat tanggal 6 Desember 1949 dari Yogyakarta menuju ke Semarang. Sampai di Mranggen, sebelah timur Kota Semarang pada tanggal 12 Desember 1949, dan masuk Kota Semarang secara bertahap tanggal Desember Setelah itu, TP berhasil memasuki Kota Semarang dan menjaga keamanan pada saat peralihan penyerahan Kota Semarang. Tentara Pelajar Kompi II dari Yogyakarta mendapat tugas untuk menjaga daerah pelabuhan. D. Demobilisasi Tentara Pelajar Semenjak kembalinya pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta, maka diadakan pembenahan aparatur negara termasuk pertahanan dan angkatan bersenjata. Tentara Pelajar pada saat perang kemerdekaan mempunyai dua status yaitu status pelajar dan status tentara yang tugasnya berperang. Dalam keanggotaan Brigade XVII, dilakukan reorganisasi dengan mengadakan peninjauan kembali terhadap 24 Marsudi, op.cit., hlm Sewan Susanto, op.cit., hlm. 104.

18 89 anggota lama. Selain itu ditentukan kembali besarnya kekuatan berdasarkan senjata yang dimiliki oleh para anggota. Dengan demikian, dapat terjadi anggota Brigade XVII lama yang tidak memiliki senjata tidak diterima lagi menjadi anggota. Sedangkan anggota yang memiliki senjata akan diterima secara resmi. Maka agar tidak menimbulkan rasa kecewa, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1949 tentang penghargaan pemerintah terhadap para pelajar yang telah berbakti. Penyelesaian Tentara Pelajar dari Brigade Tempur menjadi Brigade Pembangunan melalui Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1949, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1949 adalah dengan dibentuknya Komando Penyelesaian Ex Brigade XVII (Kopex BE 17). 26 Kemudian tanggal 1 April 1951 dibentuk Kantor Urusan Demobilisasi Pelajar (KUDP) dari staf A Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) yang terdapat di beberapa kota seperti Yogyakarta, Semarang, dan Bandung. Hal tersebut sangat berguna bagi para pelajar atau mahasiswa yang tidak lagi berada di Tentara Pelajar. Para pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam Brigade XVII perlu dikembalikan pada fungsi utamanya semula atau dikembangkan lebih lanjut dalam bidang pertahanan. Para anggota Brigade XVII memasuki dinas militer akan berstatus pelajar atau mahasiswa dengan tugas meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan diri masing-masing sesuai dengan bakat atau pilihannya dengan melanjutkan belajar pada sekolah, perguruan tinggi, pendidikan kejuruan atau pendidikan ketentaraan. 26 Lihat lampiran No. 11, hlm. 114.

19 90 Dengan penyelesaian para bekas anggota Tentara Pelajar TNI Brigade XVII berdasarkan PP No. 32 tahun 1949 maka para pelajar dan mahasiswa pejuang mendapatkan dua macam penghargaan, yaitu: a. Diberi uang saku untuk biaya sekolah, kuliah, atau mengikuti pendidikan dengan tidak membayar uang sekolah maupun uang kuliah. b. Penghargaan pengakuan masa bakti, sesuai dengan lamanya berbakti dalam masa perjuangan dan diakui sebagai masa kerja bila bekerja pada instansi pemerintah Indonesia. 27 Penghargaan lain di luar PP. No. 32 tahun 1949 adalah pemberian tanda jasa pejuang kemerdekaan kepada para bekas anggota Brigade XVII dari staf A Markas Besar Angkatan Darat, Pengakuan sebagai anggota veteran dan pemberian bintang gerilya. 28 Anggota Tentara Pelajar bekas anggota Brigade XVII yang telah didemobilisasi kemudian telah tersebar di berbagai tempat. Dalam perseberan tersebut, mereka tetap menunjukkan keakraban dan berorganisasi. Azas kekeluargaan yang dipakai semenjak mereka tergabung dalam Tentara Pelajar hingga menjadi bekas anggota Brigade XVII masih cukup kuat. Mereka kemudian membentuk perkumpulan baru dengan nama Batalyon Veteran Demobilisasi Serbaguna Brigade 27 Lihat Lampiran No. 11, hlm Alfiah Sariningsih, Peranan Tentara Pelajar Brigade 17 Detasemen III Yogyakarta dalam Perang Kemerdekaan Kedua Yahun , Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2008), hlm. 108.

20 91 XVII (Yon Ved Serbaguna Be XVII). Dalam organisasi ini bekas anggota Tentara Pelajar dan pasukan-pasukan pelajar yang tergabung dalam Brigade XVII mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya memberi bantuan kepada pemerintah. Bekas anggota Brigade XVII mengembangkan diri dengan cara meningkatkan pengetahuan melalui sekolah, perguruan tinggi, dan pendidikan sesuai dengan minat dan bakatnya. Mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan diri melalui pendidikan dan latihan. Sebagian berhasil menyelesaikan tugas dan usahanya, memperoleh gelar sarjana, keahlian dan kepangkatan militer. Merekea kemudian menempati berbagai bidang pembanguan seperti menjadi guru, dosen, perwira, dokter, insinyur, ahli hukum, kemiliteran, dan sebagainya. Dengan pengembangan diri tersebut, bekas anggota Brigade XVII menduduki jabatan-jabatan penting baik dalam bidang kemiliteran, pemerintahan, maupun swasta. Bahkan pada jabatan menteri-menteri terdapat bekas anggota Brigade XVII dan pelajar pejuang lainnya. Selain perkumpulan yang masih tetap bergerak dibidang kemiliteran tersebut, para bekas anggota Tentara Pelajar bersama keluarganya diberbagai tempat membentuk perkumpulan-perkumpulan yang bersifat sosial, keolahragaan, dan sebagainya yang lebih mencerminkan adanya azas kekeluargaan.

PERANAN TENTARA PELAJAR DI KULON PROGO DALAM PERANG KEMERDEKAAN II JURNAL

PERANAN TENTARA PELAJAR DI KULON PROGO DALAM PERANG KEMERDEKAAN II JURNAL PERANAN TENTARA PELAJAR DI KULON PROGO DALAM PERANG KEMERDEKAAN II 1948-1949 JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah berhasil menduduki Yogyakarta sebagai awal agresi II, Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai dengan Agresi-nya yang pertama termasuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII A. Organisasi Militer TII Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan menyempurnakan angkatan perang TII. Sejak waktu itu susunan

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Sub-Wehrkreise 106 Kulon Progo Dalam Pertempuran Mempertahankan

BAB V KESIMPULAN. Sub-Wehrkreise 106 Kulon Progo Dalam Pertempuran Mempertahankan BAB V KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan tentang Upaya Pasukan Sub-Wehrkreise 106 Kulon Progo Dalam Pertempuran Mempertahankan Jembatan Bantar Sentolo 1948-1949, peneliti dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR. penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah.

BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR. penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah. BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

UPAYA PASUKAN SUB-WEHRKREISE 106 KULONPROGO DALAM PERTEMPURAN MEMPERTAHANKAN JEMBATAN BANTAR SENTOLO

UPAYA PASUKAN SUB-WEHRKREISE 106 KULONPROGO DALAM PERTEMPURAN MEMPERTAHANKAN JEMBATAN BANTAR SENTOLO UPAYA PASUKAN SUB-WEHRKREISE 106 KULONPROGO DALAM PERTEMPURAN MEMPERTAHANKAN JEMBATAN BANTAR SENTOLO 1948-1949 RINGKASAN Oleh: Irfandi Cahyanto Dr. Aman, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda.

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda. 2 Perjuangan dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia terus dilakukan. Pada tanggal 17 Januari 1948 perjanjian Renville akhirnya di tandatangani disusul dengan instruksi penghentian tembak menembak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dikorbankan demi meraih kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Banyak

I PENDAHULUAN. dikorbankan demi meraih kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Banyak 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, banyak sudah yang telah dikorbankan demi meraih kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Banyak sekali peristiwa yang dialami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, menurut letaknya Magelang terletak antara Bujur

BAB V KESIMPULAN. Pertama, menurut letaknya Magelang terletak antara Bujur BAB V KESIMPULAN Pertama, menurut letaknya Magelang terletak antara 110-01 - 51 Bujur Timur dan 110-26 - 56 Bujur Timur dan 7-19 - 13 Lintang Selatan dan 7-42 - 14 Lintang Selatan, dengan batas-batas yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Revolusi Revolusi dipahami sebagai proses yang sangat luar biasa, sangat kasar, dan merupakan sebuah gerakan yang paling terpadu dari seluruh gerakan-gerakan

Lebih terperinci

UPAYA PASUKAN SUB-WEHRKREISE 106 KULONPROGO DALAM PERTEMPURAN MEMPERTAHANKAN JEMBATAN BANTAR SENTOLO JURNAL HALAMAN JUDUL.

UPAYA PASUKAN SUB-WEHRKREISE 106 KULONPROGO DALAM PERTEMPURAN MEMPERTAHANKAN JEMBATAN BANTAR SENTOLO JURNAL HALAMAN JUDUL. UPAYA PASUKAN SUB-WEHRKREISE 106 KULONPROGO DALAM PERTEMPURAN MEMPERTAHANKAN JEMBATAN BANTAR SENTOLO 1948-1949 JURNAL HALAMAN JUDUL Oleh: Irfandi Cahyanto 13406241048 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN

Lebih terperinci

PETA KONSEP LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946

PETA KONSEP LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946 BANDUNG LAUTAN API PETA KONSEP BANDUNG LAUTAN API LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946 PENGOSONGAN BANDUNG Peristiwa Bandung Lautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan yang telah bangsa Indonesia dapatkan merupakan suatu perjalanan yang sangat panjang yang diwarnai dengan bentuk perjuangan rakyat Indonesia. Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 No.1459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Status Gugur/Tewas. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STATUS GUGUR ATAU TEWAS BAGI PRAJURIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( ) PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2016 KEMHAN. Veteran. Tanda Kehormatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TANDA KEHORMATAN VETERAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III AGRESI MILITER BELANDA II. liniear atau pertempuran frontal menghadapi Tentara Belanda. Perlawananperlawanan

BAB III AGRESI MILITER BELANDA II. liniear atau pertempuran frontal menghadapi Tentara Belanda. Perlawananperlawanan BAB III AGRESI MILITER BELANDA II A. Pembagian Tugas dalam Wehrkreise III Pada saat Agresi Militer Belanda I, Tentara Indonesia menerapkan strategi liniear atau pertempuran frontal menghadapi Tentara Belanda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Bahasan utama dalam kesimpulan ini merupakan intisari dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu di Eropa dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasca Indonesia merdeka, Belanda masih berupaya untuk kembali menguasai Indonesia. Begitu pula pimpinan sekutu, Laksamana Mountbatten secara resmi memerintahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

Inti gagasannya yang dikemukakan sebagai grand design adalah :

Inti gagasannya yang dikemukakan sebagai grand design adalah : Berhasilnya tentara Belanda menduduki tempat-tempat penting di kota Yogyakarta dalam waktu relatif singkat, menimbulkan kesan yang dalam pada masyarakat dan dunia interanasional seakan pemerintahan RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah sekian lama berada dalam belenggu penjajahan, tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Proklamasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis paparkan dalam kajian Peran Masyarakat Tengaran Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Lebih terperinci

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Cerita Pagi Dokumen Supardjo, Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Hasan Kurniawan Minggu, 23 Oktober 2016 05:05 WIB http://daerah.sindonews.com/read/1149282/29/dokumen-supardjo-mengungkap-kegagalan-gerakan-30-september-1965-1477110699

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama periode perang kemerdekaan ( ) banyak peraturan-peraturan

I. PENDAHULUAN. Selama periode perang kemerdekaan ( ) banyak peraturan-peraturan 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pada awalnya kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 lampung masih merupakan sebuah karesidenan dari Provinsi Sumatera tahun 1 Kementerian Dalam Negeri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh :

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh : Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh : Purwanto, S.Pd.SD SD Negeri 3 Slogohimo Multimedia Pembelajaran IPS Sekolah Dasar Kelas V B Skip >> SK/KD TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB XI SERANGAN UMUM 1 MARET 1949

BAB XI SERANGAN UMUM 1 MARET 1949 BAB XI SERANGAN UMUM 1 MARET 1949 Pada Bab ini akan dibahas tentang Serangan Umum 1 Maret. Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

LEBAKSIUH SEBAGAI IBU KOTA PROVINSI JAWA BARAT SERTA PEMBENTUKAN WEHRKREISE III SEBAGAI SUSUNAN WILAYAH PERTAHANAN PRIANGAN TIMUR PADA TAHUN

LEBAKSIUH SEBAGAI IBU KOTA PROVINSI JAWA BARAT SERTA PEMBENTUKAN WEHRKREISE III SEBAGAI SUSUNAN WILAYAH PERTAHANAN PRIANGAN TIMUR PADA TAHUN LEBAKSIUH SEBAGAI IBU KOTA PROVINSI JAWA BARAT SERTA PEMBENTUKAN WEHRKREISE III SEBAGAI SUSUNAN WILAYAH PERTAHANAN PRIANGAN TIMUR PADA TAHUN 1947-1948 DESKRIPSI ISI Pemerintahan sipil Jawa Barat ikut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, maka pada tahun 1950 KNIL dibubarkan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1954 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1954 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1954 TENTANG PERMINTAAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN MILITER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu menyempurnakan cara permintaan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata

Lebih terperinci

No.1084, 2014 KEMENHAN. Veteran. Tanda Kehomatan. Pemberian. Pencabutan.

No.1084, 2014 KEMENHAN. Veteran. Tanda Kehomatan. Pemberian. Pencabutan. No.1084, 2014 KEMENHAN. Veteran. Tanda Kehomatan. Pemberian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN TANDA KEHORMATAN VETERAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang sebelumnya dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah di bacakannya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI L1 LAMPIRAN Hasil wawancara Person Purnawirawan TNI Tanggal wawancara 31 Oktober 2012 Jam wawancara 12.00-13.00 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana struktur organisasinya?

Lebih terperinci

STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Sejarah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Program Studi Pendidikan Sejarah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT AREA PERTEMPURAN BANGKO PADA MASA PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-1949 Oleh : Jepmi Nopfrilian, 1 Kaksim, M.Pd, 2 Drs. Kharles, M.Hum, 3 Program Studi Pendidikan Sejarah Sekolah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG DAERAH BEBAS ALAT PERAGA KAMPANYE DAN FASILITAS UMUM TEMPAT KAMPANYE PEMILIHAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN ANGKATAN PERANG. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN ANGKATAN PERANG. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN ANGKATAN PERANG. PRESIDEN, Menimbang Mengingat : bahwa atas dasar tingkatan penyusunan negara dewasa ini dianggap perlu mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 3. (3/1948) Peraturan tentang susunan Kementerian Pertahanan dan Angkatan Perang. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 3. (3/1948) Peraturan tentang susunan Kementerian Pertahanan dan Angkatan Perang. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 3. (3/1948) Peraturan tentang susunan Kementerian Pertahanan dan Angkatan Perang. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa atas dasar tingkatan penyusunan negara dewasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le No.1209, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan bagi Prajurit TNI, WNI Bukan Prajurit TNI, dan WNA. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Proses Perjuangan Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam ruang dan waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa Bandung pada periode revolusi fisik tahun 1945-1948 merupakan waktu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.487, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tata Cara. Pengajuan Hak. Penghormatan. Penerima Gelar. Tanda Jasa. Tanda Kehormatan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

2015 KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN

2015 KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbicara mengenai sejarah bangsa Indonesia, terdapat suatu masa yang penting dalam perjalanan sejarah Indonesia hingga Indonesia menjadi seperti sekarang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 59 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TANDA NOMOR KENDARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Walaupun Indonesia sudah merdeka, Jepang belum mengakui kemerdekaan Indonesia.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TANDA NOMOR KENDARAAN PERORANGAN DINAS DAN KENDARAAN DINAS JABATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Indonesia dan modern nya senjata yang di miliki pasukan Belanda.

BAB V KESIMPULAN. untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Indonesia dan modern nya senjata yang di miliki pasukan Belanda. BAB V KESIMPULAN Kalau sudah membaca tulisan di atas maka kita dapat menarik kesimpulan dengan jelas bahwa perjuangan Rakyat Karo bersama dengan Tentara Indonesia Tidak bisa di pandang sebelah mata. Karena

Lebih terperinci

mempunyai sesuatu pangkat yang sama atau disamakan, pada umumnya diatur menurut lamanya waktu sejak mulai berlakunya pengangkatan yang bersangkutan da

mempunyai sesuatu pangkat yang sama atau disamakan, pada umumnya diatur menurut lamanya waktu sejak mulai berlakunya pengangkatan yang bersangkutan da Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1958 TENTANG PERATURAN TATA-TEMPAT Presiden Republik Indonesia, Bahwa perlu mengadakan Peraturan Tata-tempat yang harus digunakan pada.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Batalyon Infanteri 143 Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi organisasi disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan instruksi KSAD NO:2/KSAD/Instr/52

Lebih terperinci

UNTAET REGULASI NOMOR 2001/1 TENTANG PENDIRIAN TENTARA NASIONAL TIMOR LOROSAE

UNTAET REGULASI NOMOR 2001/1 TENTANG PENDIRIAN TENTARA NASIONAL TIMOR LOROSAE UNITED NATIONS United Nations Transitional Administration Unies in East Timor UNTAET NATIONS UNIES Administration Transitoire des Nations au Timor Oriental UNTAET/REG/2001/1 Januari 31 2001 REGULASI NOMOR

Lebih terperinci

Bab 4 Kelembagaan Lembaga Tata Ruang Pertama di Indonesia

Bab 4 Kelembagaan Lembaga Tata Ruang Pertama di Indonesia 4.1 Bab 4 Kelembagaan LEMBAGA TATA RUANG PERTAMA DI INDONESIA Oleh Soefaat LEMBAGA TATA RUANG PERTAMA Lembaga tata ruang pertama yang didirikan di Indonesia bernama Balai Tata Ruangan Pembangunan (BTRP).

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1. Bahwa Angkatan Perang dalam usahanya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bahwa pada masa Agresi Militer Belanda II tahun , masyarakat

BAB V PENUTUP. bahwa pada masa Agresi Militer Belanda II tahun , masyarakat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa pada masa Agresi Militer Belanda II tahun 1948-1949, masyarakat Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan yang gigih dan tidak mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946 usaha-usaha perjuangan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 11 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PEMASANGAN ALAT PERAGA KAMPANYE DAN TEMPAT KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaanya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK PERTEMPURAN SIDOBUNDER

BAB IV DAMPAK PERTEMPURAN SIDOBUNDER BAB IV DAMPAK PERTEMPURAN SIDOBUNDER Terjadinya pertempuran Sidobunder pada tanggal 2 September 1947 merupakan salah satu dari sekian banyak pertempuran yang terjadi dengan pihak Belanda dalam kurun waktu

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa tingkat kepadatan hunian

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 21 TAHUN 2007 TENTANG POLA ORGANISASI PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 4, 1988 (ADMINISTRASI. HANKAM. ABRI. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA)

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) Tentang: MOBILISASI DAN DEMOBILISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI Setelah Belanda mundur dan meninggalkan Indonesia, ada beberapa hal yang terjadi: Belanda menyingkir ke Australia. Belanda membentuk dua buah organisasi Sekutu, yaitu AFNEI

Lebih terperinci

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai 2 Pendudukan atas pulau Sumatera juga dimaksudkan oleh Jepang untuk dijadikan pangkalan pengawasan terhadap kapal-kapal milik Sekutu di Samudera Hindia bagian barat, juga sebagai daerah pemasok bahan makanan,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

GUNUNG KIDUL SAAT MELETUS PKI MUSO MADIUN. Oleh : Ernawati Purwaningsih

GUNUNG KIDUL SAAT MELETUS PKI MUSO MADIUN. Oleh : Ernawati Purwaningsih GUNUNG KIDUL SAAT MELETUS PKI MUSO MADIUN Oleh : Ernawati Purwaningsih Pada saat meletus pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948 Kabupaten Gunung Kidul juga terkena imbasnya. Pada suatu hari sekitar pukul

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2017 HANKAM. Pencarian dan Operasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6061) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22

Lebih terperinci

No.1086, 2014 KEMENHAN, Pemakaman. Veteran. Penyelenggaraan

No.1086, 2014 KEMENHAN, Pemakaman. Veteran. Penyelenggaraan No.1086, 2014 KEMENHAN, Pemakaman. Veteran. Penyelenggaraan PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMAKAMAN VETERAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa pangkat-pangkat militer efektif

Lebih terperinci

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer *PRRI/Permesta Pemberontakan Ideologi PKI tahun 1948 PKI tahun 1965 Pemberontakan PRRI/Permesta Tokoh yang

Lebih terperinci

BAB III BERDIRINYA TENTARA PELAJAR DI MAGELANG. itu Ibu Kota Republik juga pindah ke Yogyakarta. Gagasan pembentukan IPI

BAB III BERDIRINYA TENTARA PELAJAR DI MAGELANG. itu Ibu Kota Republik juga pindah ke Yogyakarta. Gagasan pembentukan IPI BAB III BERDIRINYA TENTARA PELAJAR DI MAGELANG A. Latar Belakang berdirinya Tentara Pelajar Pembentukan Tentara Pelajar diawali dengan dibentuknya Ikatan Pelajar Indonesia (IPI), setelah anggota pengurus

Lebih terperinci