BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (winjosastro,2007;h.709).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (winjosastro,2007;h.709)."

Transkripsi

1 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN TEORI MEDIS A. Definisi Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. (winjosastro,2007;h.709). Menurut Manuaba (2010) asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Asfiksia neonatorum adalah di mana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.(mochtar, 2012;h. 291). Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. (Prawiroharjo, 2008; h. 347). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara normal, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen kedalam tubuh. 9

2 10 B. Etiologi 1. Gangguan sirkulasi menuju janin antara lain: a. Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat bulan). b. Adanya pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan. 2. Faktor dari ibu a. Gangguan his, misalnya karena atonia uteri menyebabkan hipertoni. b. Penurunan tekanan darah dapat mendadak perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta c. Vasokontriksi arterial hipertensi pada hamil dan gestosis pre eklamsi eklamsi d. Gangguan pertukaran nutrisi atau O 2?(solusio plasenta) e. Meningkat 160 kali permenit tngkat permulaan f. Mungkin jumlah sama dengan normal tetapi tidak teratur g. Frekuensi denyut menurun kurang dari 100 kali permenit apalagi disertai dengan irama yang tidak teratur. (Manuaba,2010;h ) 3. Towell (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan perafasan pada bayi yang terdiri dari: a. ibu Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, dan

3 11 tekanan darah ibu yang rendah akan menyebabkan asfiksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus dapat menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering ditemukan pada: gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni,hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat; hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan. b. Plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya: plasenta tipis, plasenta kecil, plsenta tidak menempel, solusio plasenta, dan perdarahan plasenta. c. Fetus Kompresi umblikus dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan: tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir. d. Neonatus Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh karena pemakaian obat anestesi atau analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin,

4 12 maupun karena trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafragmatika atresia atau stenosis saluran pernafasan, dan lain-lain. (FKUI,2007;h.1073). e. Persalinan Dapat disebabkan oleh : 1) Partus lama (CPD serviks kaku, dan atonia/ inersia uteri) 2) Ruptur uteri yang membakat : kontraksi uterus yang terus menerus menggangu sirkulasi darah ke plasenta 3) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta 4) Prolapsus; tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul 5) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak terlalu tepat pada waktunya 6) Perdarahan banyak, misalnya plasenta previa dan solusio plasenta 7) Kalau plasenta sudah tua dapat terjadi postmaturitas (serotinus), disfungsi uri. 8) Paralisis pusat pernapasan, akibat trauma dari luar seperti karena tindakan forseps, atau trauma dari dalam seperti akibat obat bius. (Mochtar, 2012; h. 53).

5 13 C. Patofisiologi Kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia meliputi kurangnya oksigenasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan dan asidosis metabolik. kombinasi ketiga peristiwa itu menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan. Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat waktu yang membalikkan efek-efek biokimia asfiksia sehingga mecegah kerusakan otak dan organ yang ireversibel, yang akibatnya akan ditanggung sepanjang hidup. ( Varney, 2007; h.900). Bayi baru lahir (BBL) mempunyai karakteristik yang unik. Transisi dari kehidupan janin intrauterin kehidupan bayi ekstrauterin, menunjukkan perubahan sebagai berikut. Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir bayi mengambil napas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh cairan paru. Pada napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorpsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak aspirasi,inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, ke duanya, menyebabkan penurunan resistensivaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial

6 14 mulai beralih arah yang kemudian diikuti penutupan dukus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir (Persisten Pulmonary Hypertension of the Neonate), dengan aliran darah paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal napas. (Sholeh,dkk,2010;h.104). Sebagian besar pengetahuan mengenai respon terhadap asfiksia akut pada janin dan bayi baru lahir berasal dari penelitian pada hewan (Dawes, 1968). Dengan pembatasan tertentu, hal ini memberi gambaran yang jelas tentang proses asfiksia pada manusia dan juga dasar logis untuk resusitasi neonatus. Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilikal dapat terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan tentunya, pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian berikut yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat. 1. Awalnya hanya ada sedikit napas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena sesuatu hal, aktivitas singat ini disebut apnea primer. 2. Setelah waktu yang singat asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai

7 15 usaha bernapas otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru tidak mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernapasan. Selanjutnya, bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali dilakukan resusitasi yang tepat,pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi. 3. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun di bawah 100 kali/ menit, yang dikenal secara internasional sebagai titik aksi resusitasi. Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat pada saat bayi bernapas terengah-engah, tetapi bersama dengan menurun dan berhentinya napas terengah-engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam basa semakin memburuk, metabolisme selular gagal, dan jantung pun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu yang cukup lama. 4. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan katekolamin dan zat kimia stres lainnya. Walaupun demikian, tekanan darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea terminal. Volume sekuncup pada neonatus tetap dan curah jantung ditentukan hampir sepenuhnya oleh frekuensi jantung. 5. Terjadi penurunan ph yang hampir linear sejak awitan asfiksia. Hal yang disebabkan oleh penumpukan asam laktat

8 16 dan asam lainnya yang diproduksi oleh glikolisis anaerob pada jaringan yang mengalami hipoksia. Meskipun demikian, sayangnya, terdapat hubungan yang buruk antara ph arteri umbilikal, keadaan klinis bayi saat itu, dan prognosis jangka panjang. Pada satu penelitian terbaru, tidak ada bayi dengan ph>7,00 mengalami komplikasi asfiksia. Dari 23 bayi dengan ph<7,00, hanya dua yang mengalami komplikasi asfiksia dan keduanya dapat dikenali secara klinis karena skor Apgarnya terus- menerus rendah (winkler et al., 1991). Apnea primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada umumnya, bradikardia berat dan kondisi syok memperburuk apnea terminal. Dilihat dari panduan resusitasi, pembedaan antara apnea primer dan terminal tidak perlu dilakukan karena tindakan resusitasi ditentukan oleh kondisi dan tingkat keparahan bradikardia. Setelah resusitasi efektif dilakukan, jika hipoksia dan asidosis tidak terlalu berat, biasanya terjadi peningkatan frekuensi jantung yang cepat dan perbaikan asidosis metabolik secara bertahap. Padahipoksia yang lebih berat yang memerlukan kompresi dada akan terjadi perbaikan secara bertahap pada parameter ini jika resusitasi berhasil. Terjadinya pernapasan mandiri dan teratur bergantung pada penyebab asfiksia, keparahan asfiksia, dan kondisi penyerta, seperti prematuritas, sepsis, dan lain-lain. ( David,dkk, 2009; h. 9).

9 17 D. Tanda dan Gejala Tabel Penilaian Apgar Score Tanda Frekuensi Tidak ada Kurang dari Lebih dari jantung 100x/ menit 100x/ menit Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidak teratur Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi sedikit Menangis kuat Gerakan kuat Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Menangis Warna kulit Biru/ pucat Tubuh kemerahan, ekstremitas biru Tubuh dan ekstremitas kemerahan Sumber : Ilmu Kesehatan Anak 3, Hassan, 2007; h Penilaian asfiksia dimulai dari menit pertama kelahiran dan menit kelima yang dinilai yaitu bayi tidak menangis, bernapas megap-megap, sianosis, tonus otot melemah. 1. Asfiksia berat Jika nilai Appearence Pulse Grimace Activity Respiration ( APGAR) 0-3 Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut: a. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit. b. Tidak ada usaha napas.

10 18 c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada. d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan. e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu. f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sebelum persalinan. 2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6). Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut: a. Frekuensi jantung menurun menjadi kali per menit b. Usaha napas lambat c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan e. Bayi tampak sianosis f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan 3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10). Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah adalah sebagai berikut: a. Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit b. Bayi tampak sianosis c. Adanya retraksi sela iga d. Bayi merintih (grunting) e. Adanya pernapasan cuping hidung

11 19 f. Bayi kurang aktivitas g. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing positif (Mochtar,2007; h.293). E. Diagnosis 1. Di dalam uterus a. DJJ irreguler dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali per menit. b. Terdapat mekonium dalam air ketuban ( letak kepala). c. Analisa air ketuban/ amnioskopi d. Kardiotokografi e. Ultrasonografi 2. Setelah bayi lahir a. Bayi tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernapas. b. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik seperti kejang, nistagmus,dan menangis kurang baik/ tidak menangis. (Mochtar, 2012; h. 292). F. Penatalaksanaan Tindakan yang dilakukan pada bayi asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut. 1. Bersihkan jalan napas dengan penghisap lendir dan kasa steril. 2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan anti septik.

12 20 3. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk/ kain kering yang bersih dan hangat. 4. Nilai status pernapasan. Lakukan hal-hal berikut bila ditemukan tanda-tanda asfiksia. a. Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan penolong berdiri di sisi kepala bayi dari sisa air ketuban. b. Miringkan kepala bayi. c. Bersihkan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari telunjuk. d. Isap cairan dari mulut dan hidung. 5. Lanjutkan menilai pernapasan. Nilai setatus pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya dengan menggosok punggung bayi ( melakukan rangsangan taktil). Bila tidak ada perubahan segera berikan napas buatan. (Vivian, 2011; h. 104) G. Komplikasi 1. Ganguan homeostatis Perubahan pertukaran gas dan transpor oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan fungsi ini

13 21 dapat ringan serta sementara atau menetap, tergantung pada homeostatis yang terdapat pada janin. Perubahan homeostatis ini berhubungan erat dengan beratnya dan lamanya anoreksia atau hipoksia yang diderita. (winjosastro.2006.h;710) 2. Pneumonia Kongenital Infeksi biasanya terjadi intranatal karena hirupan likuor amnii yang septik. Gejala pada waktu lahir sangat menyerupai asfiksia neonatorum, penyakit membrana hialin, atau perdarahan intrakranial (Winjosastro.2006.h;743)

14 22 Tabel 2.1 Manajemen Asfiksia MANAJEMEN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR BAYI LAHIR PENILAIAN Sambil meletakkan & menyelimuti bayi diatas perut ibu atau dekat perineum,lakukan penilaian BBL: 1. Apakah bayi cukup bulan? 2. Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium 3. Apakah bayi bernafas atau menangis 4. Apakah bayi aktif? Y YA Asuhan Bayi Normal LANGKAH AWAL 1. Jaga bayi tetap hangat 2. Atur posisi bayi 3. Isap lendir 4. Keringkan dan rangsang taktil 5. Reposisi NILAI NAPAS SALAH SAT SALAH SATU ATAU TIDAK Bayi bernapas normal ASUHAN PASCA RESUSITASI 1. Pemantauan 2. Pencegahan hipotermi 3. Inisiasi menyusu dini 4. Pemberian vitamin K 1 5. Pencegahan infeksi 6. Pemeriksaan fisik 7. Pencatatan & Bayi mulai bernapas 1. Kionseling 2. Lanjutkan resusitasi 3. Pemantaua n 4. Pencegaha n hipotermi 5. Pemberian vitamin K 1 6. Pencegaha n infeksi Bila dirujuk (APN,2008;h.158) Bayi tidak bernapas/bernapas megap-megap Ventilasi 1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan 2. Ventilasi 2x dengan tekanan 30cm air 3. Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20x dengan tekanan 20cm air slama 30 detik NILAI NAPAS Bayi tidak bernapas/bernapas megapmegap 1. Ulangi ventilasi sebanyak 20x selama 30 detik 2. Hentikan ventilasi dan nilai kembali napas tiap 30 detik 3. Bila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan Bila tidak mau dirujuk/ tidak berhasil 1. Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi 2. Konseling 3. Pencatatan & pelaporan

15 23 II. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 1. Teori Manajemen Kebidanan Varney Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan masalah kebidanan ( kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, dan pelayanan kesehatan masyarakat). Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan- tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungan baik dari klien maupun dari tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: Langkah 1. Pengumpulan data dasar Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu

16 24 1. Riwayat kesehatan 2. Pemeriksaan fisik sesui dengan kebutuhannya 3. Meninjau catatan terbaru dan catatan sebulumnya 4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah kelima dan keenam ( menjadi bagian dari langkah- langkah) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah keempat untuk mendapat data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter. Langkah 2. Interpretasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh profesi ( bidan) dalam ruang lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur ( tata nama)

17 25 diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah: 1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi. 2. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan 3. Memiliki ciri khas kebidanan. 4. Didukung oleh clinical juggement dalam praktek kebidanan. 5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan. Langkah 3. Diagnosa potensial Mengidetifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosa/ masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penangan segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Langkah 5. Perencanaan Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

18 26 diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Langkah 6.melaksanakan perencananan (pelaksanaan) Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah- langkah tersebut benar- benar terlaksana. Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani pasien yang mengalami komplikasi, maka dalam keterlibatan manajemen asuhan bagi pasien adalah tanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan pasien. Langkah 7. Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif.

19 27 Mengingat bahwa propses manajemen asuhan kebidanan ini merupakan suatu hasil pola fikir bidan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidetifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut. Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manjemen tersebut berlangsung di dalam situasi dan dua langkah yang terakhir tergantung pada pasien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja. Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data obyektif, A adalah analysis atau assessment dan P adalah planning. Merupakan catatan yang sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan. S ( Data Subjektif) Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

20 28 kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subjektif nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. O ( Data Objektif) Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama ( pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. A (Assessment) A (Analysis atau Assessment), merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diketahui dan diambil keputusan atau tindakan yang tepat.

21 29 Analisis atau assessment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut: diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosa atau masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis atau masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kemampuan bidan, meliputi: tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk pasien. P:Planning Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dipakai dalam batas tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter. Meskipun secara istilah, P adalah Planning perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain, P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam, ketujuh. Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan

22 30 dalam rangka mengatasi masalh pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien atau keluarga pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien.sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan. Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluation atau evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai tindakanatau asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP. (Mufdlilah.2009;h ). 2. Teori Asuhan kebidanan pada BBL dengan Asfiksia a. Pengkajian 1) Data Subyektif (1) Umur Persalinan pada umur kehamilan yang belum cukup umur akan mengakibatkan asfiksia karena organorgan yang terbentuk belum sempurna. (Notoatmodjo, Soekidjo.2007.h;20)

23 31 (2) Umur, orang tua Umur ibu yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun resiko tinggi terhadap kehamilannya akibatnya dapat terjadi asfiksia bayi yang dilahirkan. (Matondang,2009;h.6). (3) Riwayat Kesehatan a) Riwayat kesehatan ibu Menanyakan apakah ibu mempunyai penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, dan tekanan darah rendah karena kalau mempunyai penyakit tersebut bisa menyebabkan bayinya asfiksia (Matondang,2009;h.15) b) Riwayat kesehatan sekarang (bayi) Menilai apakah bayi tidak menangis, sianosis, dan tidak ada reaksi jika ada tanda tersebut maka bayi dikatakan asfiksia. (Matondang,2009;h.12) (4) Riwayat Obstetri a) Riwayat kehamilan Kehamilan yang lalu perlu dikaji karena apabila kehamilan yang lalu mengalami his yang berlebihan kemungkinan dapat berulang dalam kehamilan selanjutnya dan his yang berlebihan dapat menyebabkan asfiksia (Wahidiyat,2009;h.12)

24 32 b) Riwayat persalinan Untuk mengetahui apakah ibu pada saat persalinan mengalami ruptur uteri, jika mengalami ruptur uteri akan menyebabkan asfiksia karena kontraksi uterus yang terus menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta (Wahidiyat,2009;h.13) 2) Data Obyektif (1) Keadaan Umum Menilai apakah bayi tidak menangis, dan sianosis (2) Tingkat Kesadaran Pada bayi yang asfiksia cenderung kesadarannya yaitu somnolen. Somnolen adalah kesadaran lebih rendah dan tampak mengantuk, selalu ingin tidur tidak responsif terhadap rangsangan ringan tetapi memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat. (Matondang,2009;24) (3) Pemeriksaan fisik Untuk menggetahui bayi asfiksia dengan tandatanda yang tidak normal. Menurut (Muslihatun,dkk,2009,h.183).

25 33 a) Dada Pada bayi kesulitan bernafas dapat mengalami adanyaretraksi dinding dada yang berlebihan.(varney, 2008; h. 1197) b) Warna kulit Memeriksa warna kulit berwarna kebiruan atau sianosis (4) Reflek Pada bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum ditandai dengan tidak ada gerakan atau asimetis, gerakan tidak teratur, tremor (gerakan tidak sama),kekuatan dan tonus otot lemah. (varney,2008;h.1196). b. Interpretasi Data a) Diagnosa Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny M dengan asfiksia sedang Data Dasar Subyektif :Bayi tidak menangis dan bernafas megap- megap Obyektif : Kesadaran somnolen Kulit sianosis, hidung ada secret atau cairan ketuban, ada retraksi dinding dada. b) Masalah -

26 34 c. Diagnosa Potensial 1) Asfiksia berat Jika nilai Appearence Pulse Grimace Activity Respiration ( APGAR) 0-3 Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut: a. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit. b. Tidak ada usaha napas. c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada. d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan. e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu. f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sebelum persalinan. d. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera atau Kolaborasi dan Konsultasi. Lakukan resusitasi e. Perencanaan 1) Jelaskan kepada ibu tentang kondisi bayi 2) Jelaskan kepada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan. 3) Lakukan manajemen asfiksia bayi baru lahir.

27 35 (a) Penilaian pada bayi untuk menentukan keadaan bayi apakah bernapas megap-megap (b) Jaga bayi tetap hangat agar tidak terjadi hipotermi (c) Atur posisi bayi untuk mempermudah pernapasan (d) Isap lendir untuk membebaskan jalan napas (e) Keringkan dan rangsang taktil untuk merangsang agar bayi bisa menangis (f) Reposisi untuk memudahkan tindakan pengisapan lendir (g) Nilai napas untuk menilai apakah bayi sudah menangis atau belum (h) Apabila tidak bernapas lakukan ventilasi 1) Pasang sungkup, perhatikan lekatan 2) Ventilasi 2x dengan tekanan 30cm air 3) Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20x dengan tekanan 20cm air selama 30 detik (i) Nilai napas jika masih belum menangis atau masih megap-megap lakukan ventilasi lagi 1) Ulangi ventilasi sebanyak 20x selama 30 detik 2) Hentikan ventilasi dan nilai kembali napas 30 detik 3) Bila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan (j) Bila tidak mau dirujuk & tidak berhasil 1) Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi

28 36 2) Konseling 3) Pencatatan & pelaporan f. Pelaksanaan 1) Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi bayi bahwa bayinya mengalami gagal nafas atau asfiksia 2) Menjelaskan kepada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan. 3) Melakukan manajemen asfiksia bayi baru lahir. (a) Penilaian pada bayi yang pertama yaitu 1) Apakah bayi cukup bulan 2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium 3) Apakah tidak bernapas atau tidak menangis 4) Apakah bayi aktif (b) Menjaga bayi tetap hangat 1) Meletakan bayi diatas kain yang ada di atas perut ibu 2) Menyelimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat 3) Memindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat 4) Menjaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas atau lampu sorot

29 37 (c) Mengatur posisi bayi 1) Membaringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong 2) Memposisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi (d) Menghisap lendir Menggunakan alat penghisap lendir DeLee dengan cara sebagai berikut: 1) Menghisap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung 2) Melakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu memasukkan 3) Jangan melakukan penghisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti napas. Bila dengan balon karet dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Menekan bola di luar mulut 2) Memasukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan (lendir akan terhisap) 3) Untuk hidung, masukkan ke lubang hidung

30 38 (e) Mengeringkan dan merangsang taktil 1) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan,rangsangan tersebut dapat membantu BBL mulai bernapas. 2) Melakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara dibawah ini: (a) Menepuk atau menyentil telapak kaki atau menggosok punggung atau perut atau dada atau tungkai kaki dengan telapak tangan (f) Mengatur kembali posisi kepala bayi dan selimut bayi 1) Mengganti kain yang basah dengan yang kering di bawahnya 2) Menyelimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau pernapasan bayi 3) Mengatur kembali posisi kepada bayi sehingga kepala sedikit ekstensi (g) Menilai napas jika bayi tidak bernapas melakukan ventilasi (h) Apabila tidak bernapas melakukan ventilasi 1) Memasang sungkup, memperhatikan perlekatannya pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut, dan hidung 2) Mencoba Ventilasi 2x dengan tekanan 30cm air

31 39 3) Apabila dada mengembang dilakukan ventilasi 20x dengan tekanan 20cm air selama 30 detik (i) Menilai napas jika masih belum menangis atau masih megap-megap lakukan ventilasi lagi 1) mengulangi ventilasi sebanyak 20x selama 30 detik 2) Menghentikan ventilasi dan menilai kembali napas 30 detik 3) Apabila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan (j) Apabila tidak mau dirujuk & tidak berhasil 1) Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi 2) Memberikan konseling kepada keluarga 3) Mencatat dan melaporkan g. Evaluasi Evaluasi merupakan hasil dari pelaksanan yaitu jika bayi tidak bernapas maka lakukan ventilasi selama 20x dalam 30 detik, menghentikan ventilasi dan menilai kembali selama 30detik, apabila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan. h. Data Perkembangan Subyektif : ibu mengatakan bayinya sudah bernapas dan sudah menangis. Obyektif :pemeriksaa antopometri

32 40 1) Berat badan Berat badan ditimbang pada saat kondisi bayi sudah stabil normalnya garam 2) Panjang badan Pengukuran panjang badan adalah sederhana hasilnya dapat dikaitkan dengan hasil pengukuran berat badan akan memberikan informasi yang bermakna tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisik bayi. Normal ukuran panjang bayi setelah lahir adalah cm (Matondang, 2009; h. 177). 3) Lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar perut Lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar perut dipengaruhi oleh status gizi. Pemeriksaan ini rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan yang lain. Normal pengukuran kepala yaitu cm, apabila ukuran lingkar kepala lebih besar 3 cm dari normal disebut hidrosephalus sedangkan bila ukuran

33 41 kepala lebih kecil 3 cm dari normal disebut mikrosepalus, lingkar dada cm dan lingkar perut cm (Matondang,2009;h.180) Pemeriksaan fisik 1) Kepala Untuk mengetahui bentuk, warna rambut, adanya benjolan atau tidak 2) Wajah Tanda-tanda paralisis 3) Mata Keluar abses, bengkak pada kelopak mata, perdarahan konjungtiva dan simetris 4) Hidung Untuk mengetahui simetris atau tidak, adakah secret atau tidak 5) Telinga Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala 6) Mulut Untuk mengetahui apakah ada labio atau palatokisis, trush, sianosis, mukosa kering atau basah

34 42 7) Leher Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan atau ada benjolan 8) Dada Bentuk dada, puting susu, bunyi jantung dan pernafasan 9) Abdomen Untuk mengetahui apakah ada atau tidak benjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan pada tali pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk. 10) Genetalia Untuk mengetahui bersih atau tidak, kelamin laki-laki: testis berada disekrotum, penis berlubang, dan kelamin perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora 11) Ekstremitas Gerakannya aktif (muslihatun,dkk,2009;h.180) Assesment Planning :bayi Ny M umur 0 jam normal : Melakukan pemantauan kepada bayi.

35 43 Melakukan Pencegahan hipotermi yaitu dengan cara menjaga kehangatan bayi dengan selimut. Melakukan Inisiasi menyusu dini. Pemberian vitamin K 1. Melakukan pemeriksaan fisik Mencatat dan melaporkan tindakan B. Tinjauan Aspek Hukum 1. Peraturan- peraturan Peraturan Menteri Kesekhatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/2010 Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana Pasal 11 a. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. b. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk:

36 44 1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hiportemi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat 2) Penangan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk 3) Penangan kegawat daruratan, dilanjutan dengan perujukan 4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah 5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah 6) Pemberian konseling dan penyuluhan 7) Pemberian surat keterangan kelahiran 8) Pemberian surat keterangan kematian

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR Status Revisi : 00 Halaman : 1 dari 6 Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Ka. Laboratorium Gugus Kendali Mutu Ka. Prodi Pengertian : Usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian

Lebih terperinci

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur Asfiksia Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur 1 Tujuan Menjelaskan pengertian asfiksia bayi baru lahir dan gawat janin Menjelaskan persiapan resusitasi bayi baru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asfiksia Neonatorum 2.1.1. Definisi Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A.

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A. ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A. BATASAN Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/ Penyajian Data Dasar Secara Lengkap. Pengkajian kasus By Ny A dengan asfiksia sedang di RSUD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/ Penyajian Data Dasar Secara Lengkap. Pengkajian kasus By Ny A dengan asfiksia sedang di RSUD BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/ Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengkajian kasus By Ny A dengan asfiksia sedang di RSUD Karanganyar dilakukan dengan manajemen 7 langkah

Lebih terperinci

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp

Keterangan : P1,2,3,...P15 : Pertanyaan Kuesioner. : Jawaban Tidak Setuju. No. Urut Resp No. Urut Sikap Total Skor Kategori Umur Pendidikan Lama Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 41 Positif 25 BIDAN 5 Tahun 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 22 Negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan

Lebih terperinci

A. Definisi B. Etiologi

A. Definisi B. Etiologi ASFIKSIA NEONATORUM A. Definisi Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan BAB V PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti mengukur hubungan asfiksia neonatorum dengan daya reflek sucking bayi baru lahir umur 0 hari di RSUD Karanganyar menggunakan instrumen data rekam medis dan

Lebih terperinci

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI GANGGUAN NAPAS PADA BAYI Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch) Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi BATASAN Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal. kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal. kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan pertama kehidupan merupakan masa paling kritis dalam kelangsungan kehidupan anak. Dari enam juta anak yang meninggal sebelum ulang tahunnya yang ke lima di tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN PENDAHULUAN Bayi muda : - mudah sekali menjadi sakit - cepat jadi berat dan serius / meninggal - utama 1 minggu pertama kehidupan cara memberi pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Konsep Dasar Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Lahir asfiksia merupakan penyebab terbesar kelima kematian anak balita (8,5%) setelah pneumonia, diare, infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir 1. Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal yang baik. jepit bayi menangis yang dapat merangsang pernafasan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal yang baik. jepit bayi menangis yang dapat merangsang pernafasan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan kelahiran bayi ialah lahirnya seorang individu yang sehat dari seorang ibu yang sehat. Bayi lahir sehat artinya tidak mempunyai gejala sisa atau tidak mempunyai

Lebih terperinci

RESUSITASI. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

RESUSITASI. By : Basyariah Lubis, SST, MKes RESUSITASI By : Basyariah Lubis, SST, MKes Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen

Lebih terperinci

SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN

SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN A. Pengertian Sindrom Gangguan Pernapasan Sindrom gangguan napas ataupun sering disebut sindrom gawat napas (Respiratory Distress Syndrome/RDS) adalah istilah yang digunakan

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia Pendahuluan Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu : 1. Perdarahan pasca persalinan 2. Eklampsia 3. Sepsis 4. Keguguran 5. Hipotermia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar

BAB I PENDAHULUAN. fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) merupakan proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus (Marmi, 2012). Bayi baru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ketuban Pecah Dini 2.1.1 Definisi Ketuban Pecah Dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban pada saat pembukaan kurang dari 3-4 cm. Ketuban pecah disebut sebagai Ketuban Pecah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat waktu lahir, tubuh bayi baru lahir berpindah dari ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit ini dikenal sebagai periode transisi-periode

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis

BAB IV PEMBAHASAN. yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengankesenjangan yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan Manajemen

Lebih terperinci

LBM 1 Bayiku Lahir Kecil

LBM 1 Bayiku Lahir Kecil LBM 1 Bayiku Lahir Kecil STEP 1 1. Skor Ballard dan Dubowitz : penilaian dilakukan sebelum perawatan bayi, yang dinilai neurologisnya dan aktivitas fisik 2. Kurva lubschenko dan Nellhause : 3. Hyaline

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan

Lebih terperinci

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Berat badan 2500-4000 gram. Panjang badan lahir 48-52 cm. Lingkar dada 30-35 cm. Lingkar kepala 33-35 cm. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup

Lebih terperinci

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH Jadwal kunjungan di rumah Manajemen ibu post partum Post partum group Jadwal Kunjungan Rumah Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR

MANAJEMEN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR 618.920 1 Ind m MANAJEMEN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR UNTUK BIDAN ACUAN Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI 2011 i Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan

Lebih terperinci

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002 Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002 PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIK BIDAN I. PENDAHULUAN A. UMUM 1. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi Baru lahir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi Baru lahir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Bayi Baru Lahir Normal a. Pengertian Bayi baru lahir merupakan individu yang baru saja tumbuh dan mengalami trauma kelahiran serta harus dapat menyesuaikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan dari kabupaten/kota Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. laporan dari kabupaten/kota Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan kesenjangan yang ada di lahan praktek di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kehamilan cukup bulan (37 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kehamilan cukup bulan (37 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persalinan dan Kelahiran Normal Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 42 minggu), lahir spontan

Lebih terperinci

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR (BBL) UNTUK BIDAN. Ekawaty lutfia Haksari Perinatologi, IKA UGM/RSU Sardjito Yogyakarta

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR (BBL) UNTUK BIDAN. Ekawaty lutfia Haksari Perinatologi, IKA UGM/RSU Sardjito Yogyakarta RESUSITASI BAYI BARU LAHIR (BBL) UNTUK BIDAN Ekawaty lutfia Haksari Perinatologi, IKA UGM/RSU Sardjito Yogyakarta ASFIKSIA Kegagalan untuk memulai & melanjutkan pernafasan pada BBL Bayi tidak bernafas

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR Mei Vita Cahya Ningsih D e f e n I s i Sejak tahun1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi berat lahir

Lebih terperinci

Membantu Bayi Bernapas. Buku Kerja Peserta

Membantu Bayi Bernapas. Buku Kerja Peserta Membantu Bayi Bernapas Buku Kerja Peserta 1 2 Untuk mereka yang merawat bayi pada saat kelahiran Membantu Bayi Bernapas mengajarkan kepada penolong persalinan untuk merawat bayi pada saat kelahiran. -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses persalinan merupakan masa yang kritis sepanjang kehidupan bayi. Perubahan minimal yang terjadi sebelum atau pada saat persalinan, dapat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu kejadian yang fisiologis/alamiah, namun dalam prosesnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Pada pemeriksaan didapatkan hasil data subjektif berupa identitas pasien yaitu

Lebih terperinci

ANGGOTA KELOMPOK 1 : 1.Ellaeis Guinea (14006) 2.Febriyanti Dwi S (14007) 3.Herlita Sari M. (14011) 4.Magdalena P. A. C (14015) 5.Natalia Ratna K.

ANGGOTA KELOMPOK 1 : 1.Ellaeis Guinea (14006) 2.Febriyanti Dwi S (14007) 3.Herlita Sari M. (14011) 4.Magdalena P. A. C (14015) 5.Natalia Ratna K. ANGGOTA KELOMPOK 1 : 1.Ellaeis Guinea (14006) 2.Febriyanti Dwi S (14007) 3.Herlita Sari M. (14011) 4.Magdalena P. A. C (14015) 5.Natalia Ratna K. (14019) 6.Ratna A. (14024) 7.Tetie (14026) ADAPTASI BAYI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum merupakan kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa gagal nafas secara spontan dan teratur beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. anak. Setiap prosesnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat. Gangguan kesehatan dalam masa kehamilan dan persalinan mengakibatkan ancaman, baik bagi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

BAB I PENDAHULUAN. janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan masa konsepsi sampai dengan lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari mulai hari pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38).

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Indonesia, diantara negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan menyusui. Suami dan istri berperan penting dalam menjaga dan merawat bayinya mulai dari janin agar

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

Membantu Bayi Bernapas Lembar Balik Fasilitator

Membantu Bayi Bernapas Lembar Balik Fasilitator Membantu Bayi Bernapas Lembar Balik Fasilitator Mulai dengan sebuah cerita Sebelum memperlihatkan lembar balik, setiap peserta meletakkan satu tangannya di atas simulator atau boneka peraga. Katakan pada

Lebih terperinci

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PERSALINAN PRESENTASI BOKONG DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT KABUPATEN LAMPUNG UTARA Yeyen Putriana* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Pada persalinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Asuhan pada masa nifas diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang 1 BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepasnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN ASFIKSIA BERAT DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN ASFIKSIA BERAT DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016 ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN ASFIKSIA BERAT DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016 Laporan Tugas Akhir Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BAYI LAHIR TIDAK MENANGIS SPONTAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BAYI LAHIR TIDAK MENANGIS SPONTAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BAYI LAHIR TIDAK MENANGIS SPONTAN LANDASAN TEORI Proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil

Lebih terperinci

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga.

BAB 1 PENDAHULUAN. masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan.

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny F GI P TRIMESTER III INPARTU DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT. Siti Aisyah* dan Sinta Lailiyah** ABSTRAK

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny F GI P TRIMESTER III INPARTU DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT. Siti Aisyah* dan Sinta Lailiyah** ABSTRAK ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny F GI P 00000 TRIMESTER III INPARTU DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT Siti Aisyah* dan Sinta Lailiyah** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator keberhasilan pembangunan kesehatan. Sehingga kesehatan ibu merupakan komponen yang penting

Lebih terperinci

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi )

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi ) JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR ( Revisi ) PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN MENGGUNAKAN PENUNTUN BELAJAR. Perubahan Buku

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN ASUHAN INTRANATAL ASUHAN INTRANATAL Standar pelayanan kebidanan Persiapan bidan Persiapan rumah dan lingkungan Persiapan alat/bidan kit Persiapan ibu dan keluarga Manajemen ibu intranatal STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI Kustini Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Persalinan gemelli merupakan salah satu penyebab kematian

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian, yang menjadi objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adaptasi bayi baru lahir yang baru mengalami proses kelahiran sangat perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3). Kehidupan antara intrauterine

Lebih terperinci

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g ASUHAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH By. Farida Linda Sari Siregar, M.Kep PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama 9

Lebih terperinci

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR 1. Penilaian Awal Untuk semua bayi baru lahir (BBL), dilakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan: Sebelum bayi lahir: Apakah kehamilan cukup bulan?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko mengalami permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal

Lebih terperinci

BUKU REGISTER PARTUS DI PUSKESMAS

BUKU REGISTER PARTUS DI PUSKESMAS BUKU REGISTER PARTUS DI PUSKESMAS Cetakan Keempat : ver.23 Juni 2015 No.Buku Periode Nama Puskesmas Kabupaten Petunjuk Pengisian v070414 Kolom Nama Kolom Cara Pengisian Definisi 1. No Urut Angka Nomor

Lebih terperinci

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI DiajukanOleh: DENTA ADITYA EPISANA J 500 060

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian Persalinan Dan APN Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui janin lahir atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan. perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan. perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait kesehatan reproduksi perempuan. Pelayanan kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.NY S BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BERAT. : Ruang bayi RSUD R.Syamsudin SH. Tanggal/Jam Lahir : 25 Maret 2012 jam 19.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.NY S BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BERAT. : Ruang bayi RSUD R.Syamsudin SH. Tanggal/Jam Lahir : 25 Maret 2012 jam 19. ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.NY S BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA BERAT Tanggal pengkajian : 25 Maret 2012 Jam Ruangan : 19.48 WIB : Ruang bayi RSUD R.Syamsudin SH I. DATA SUBJEKTIF A. IDENTITAS 1. Bayi Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan secara fleksibel, kreatif, suportif, membimbing dan memonitoring yang dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan utama

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015 Sumiyati* Yuanita Hartiningsih** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Population Prospect menurun dari 13 per 1000 penduduk pada periode tahun 1970 sampai dengan 1975, menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium sederhana dan konseling. Asuhan kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (Mochtar, 2012;h.35).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, masalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari

Lebih terperinci

BUKU REGISTER PARTUS DI RUMAH SAKIT

BUKU REGISTER PARTUS DI RUMAH SAKIT BUKU REGISTER PARTUS DI RUMAH SAKIT Cetakan Keempat : ver.23 Juni 2015 No.Buku Periode Nama RS Kabupaten Petunjuk Pengisian Buku Register Partus di Rumah Sakit Kolom Nama Kolom Cara Pengisian Definisi

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS

DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS I. PEMERIKSAAN KEHAMILAN 1. Melakukan validasi klien 2. Melakukan kontrak 3. Menyiapkan alat 4. Mencuci tangan 5. Mengkaji keadaan umum klien 6. Melakukan

Lebih terperinci

Materi Konsep Kebidanan

Materi Konsep Kebidanan Materi Konsep Kebidanan A. MANAJEMEN KEBIDANAN 1. KONSEP DAN PRINSIP MANAJEMEN SECARA UMUM Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mulamula kekuatan yang muncul

Lebih terperinci

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Asuhan Persalinan Normal (APN)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Asuhan Persalinan Normal (APN) STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Asuhan Persalinan Normal (APN) Aspek Yang Dinilai Nilai MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA 1 2 3 4 1. Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua Ibu merasa

Lebih terperinci

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

EMBOLI CAIRAN KETUBAN EMBOLI CAIRAN KETUBAN DEFINISI Sindroma akut, ditandai dyspnea dan hipotensi, diikuti renjatan, edema paru-paru dan henti jantung scr cepat pd wanita dlm proses persalinan atau segera stlh melahirkan sbg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara gram,

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara gram, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci