PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 2 TAHUN 2018

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 2 TAHUN 2018"

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA 2018

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR : 2 TAHUN 2018 TANGGAL : 7 FEBRUARI 2018 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vi BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Landasan Hukum... I Hubungan RPJMD Kabupaten Jepara dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... I Maksud dan Tujuan... I Sistematika Penulisan... I-6 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi dan Demografi... II Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II Aspek Pelayanan Umum... II-31 BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH... III Kinerja Keuangan Daerah Tahun III Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu... III Kerangka Pendanaan... III-22 BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH... IV Permasalahan Pembangunan... IV Isu Strategis... IV-13 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN... V Visi... V Misi... V Tujuan dan Sasaran... V-6 i

17 BAB VI STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN, DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH... VI Telaah Dokumen Perencanaan... VI Strategi dan Arah Kebijakan... VI Tahapan Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Jepara Tahun VI-33 BAB VII KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH... VII-1 BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH... VIII-1 BAB IX PENUTUP... IX Pedoman Transisi... IX Kaidah Pelaksanaan... IX Pengembangan Pembiayaan Pembangunan... IX-2 ii

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk menyusun sejumlah dokumen perencanaan pembangunan daerah. Dokumen perencanaan pembangunan daerah tersebut meliputi: (1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) yang berisi arah pembangunan daerah dalam jangka waktu 20 tahun; (2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang berisi rencana pembangunan untuk jangka waktu 5 tahun; dan (3) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 tahun. Kabupaten Jepara merupakan salah satu daerah yang telah melaksanakan kegiatan Pilkada serentak pada putaran kedua, yaitu pada Tanggal 15 Februari 2017, dan telah ditetapkan pemenangnya yaitu Pasangan H. Ahmad Marzuqi, S.E dan H. Dian Kristiandi, S.Sos, serta telah dilantik pada tanggal 22 Mei Tahun Menindaklanjuti hal tersebut maka Bupati dan Wakil Bupati terpilih diamanatkan untuk menyusun RPJMD untuk periode tahun RPJMD Kabupaten Jepara Tahun sebagai penjabaran visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati Jepara Tahun dalam penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Jepara, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta memerhatikan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Landasan Hukum Penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Jepara Tahun didasarkan pada beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); I-1

19 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 11. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140), Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); I-2

20 14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4698); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 20. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 21. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 22. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 136); 23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9); 24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28); I-3

21 25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 65) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 88); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jepara Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2007 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 1); 27. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2); 28. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunann Perangkat Daerah Kabupaten Jepara (Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2016 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Nomor 11) Hubungan RPJMD Kabupaten Jepara dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Dokumen perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional dan Provinsi Jawa Tengah, oleh karena itu RPJMD Kabupaten Jepara Tahun disusun dengan berpedoman pada RPJPD Kabupaten Jepara Tahun , Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara Tahun , dan RPJMN Tahun , serta memerhatikan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun dan perubahannya. Selain dokumen-dokumen perencanaan di atas juga perlu memerhatikan dokumen rencana pembangunan yang relevan, antara lain: (1) Agenda pembangunan Sustainable Development Goals (SDGs); (2) RPJMD dan RTRW Kabupaten sekitar (Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati); (3) Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Penyusunan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun ; dan (4) Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) ; Selanjutnya RPJMD Kabupaten Jepara Tahun dijabarkan dalam RKPD dan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis I-4

22 Perangkat Daerah (Renstra PD) Tahun dan Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja PD) Gambar 1.1. Hubungan Dokumen RPJMD Kabupaten Jepara Tahun dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 1.4. Maksud dan Tujuan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun dimaksudkan untuk memberikan pedoman bagi seluruh stakeholders pembangunan Kabupaten Jepara dalam pelaksanaan pembangunan lima tahun mendatang yaitu tahun RPJMD Kabupaten Jepara Tahun disusun bertujuan untuk : 1. Mewujudkan Visi dan Misi Kepala Daerah melalui perumusan tujuan sasaran, strategi, kebijakaan dan program yang dilaksanakan secara efektif dan efisien serta memerhatikan aspek pemerataan dan keadilan; 2. Menjadi standar atau tolok ukur kinerja Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, serta menjadi instrumen bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam melaksanakan fungsi pengawasan; 3. Memberikan arah pembangunan daerah jangka menengah selama lima tahun sekaligus sebagai pedoman bagi penyusunan Renstra PD dan RKPD; 4. Mewujudkan pembangunan daerah yang mengedepankan pada pembangunan kewilayahan, pro poor, pro job, pro growth dan pro environment dengan memerhatikan potensi daerah; dan I-5

23 5. Menjamin keterkaitan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan serta pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah Sistematika Penulisan Sistematika penulisan RPJMD Kabupaten Jepara Tahun terdiri dari 9 (sembilan) bab. Garis besar isi tiap-tiap bab menguraikan hal-hal sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antara dokumen RPJMD Kabupaten Jepara Tahun dengan dokumen perencanaan lainnya, maksud dan tujuan, dan sistematika penulisan. Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Bab ini berisi gambaran umum kondisi Kabupaten Jepara sebagai bahan analisis untuk menggambarkan permasalahan pembangunan daerah, isu strategis, visi/misi kepala daerah, serta sebagai dasar perumusan strategi dan kebijakan. Bab III Gambaran Keuangan Daerah Bab ini menguraikan dan menganalisis tentang kinerja keuangan yaitu kinerja pelaksanaan APBD, kebijakan pengelolaan keuangan, kerangka pendanaan, penghitungan kapasitas keuangan daerah, dan proyeksi APBD dan alokasi penggunaannya pada Tahun Bab IV Permasalahan dan Isu-Isu Strategis Daerah Bab ini menjelaskan tentang permasalahan pembangunan daerah terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang relevan, dan isu-isu strategis dari permasalahan pembangunan daerah dengan memerhatikan dinamika internasional, kebijakan nasional maupun regional, yang dapat memberikan manfaat/pengaruh di masa datang terhadap Kabupaten Jepara. Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Bab ini menjelaskan visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah tahun yang merupakan visi dan misi kepala daerah terpilih. Pada bagian ini juga diuraikan tujuan dan sasaran pembangunan daerah untuk menjawab isu-isu strategis daerah selama kurun waktu Bab VI Strategi, Arah Kebijakan, dan Program Pembangunan Daerah Bab ini menguraikan strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah, arah kebijakan dari setiap strategi terpilih, dan sekumpulan program prioritas yang secara khusus berhubungan dengan capaian sasaran pembangunan daerah. I-6

24 Bab VII Kerangka Pendanaan Pembangunan dan Program Perangkat Daerah Bab ini berisi gambaran program dan indikator kinerja serta target capaian, yang diperinci menurut urusan pemerintahan daerah yang akan dilaksanakan selama periode Pada bab ini dikemukakan pula target akumulatif akhir periode perencanaan dengan kondisi awal, dan nama Perangkat Daerah (PD) yang bertanggungjawab terhadap urusan dimaksud. Bab VIII Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Bab ini menguraikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan melalui penggambaran capaian akumulasi indikator program pembangunan daerah (indikator outcome) dan indikator lain yang bersifat agregat. Bab IX Penutup Bab ini menguraikan tentang RPJMD Kabupaten Jepara Tahun sebagai pedoman transisi dalam penyusunan RKPD dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) tahun pertama kepemimpinan bupati-wakil bupati periode berikutnya, dan kaidah pelaksanaan visi, misi, dan arah kebijakan pembangunan daerah yang telah disusun dalam dokumen RPJMD, serta pengembangan pembiayaan pembangunan terhadap program/kegiatan prioritas. I-7

25 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi Aspek Geografi Geografi dan Administrasi Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Jepara, dengan jarak tempuh ke Ibukota Provinsi (Kota Semarang) sekitar 71 km. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110 9'48,02" sampai '37,40" Bujur Timur, 5 43' 20,93" sampai 6 47' 25,81" Lintang Selatan. Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Kabupaten Demak Sebelah Barat : Laut Jawa Sebelah Timur : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati Sumber: RTRW Kabupaten Jepara Tahun Gambar 2.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Jepara Kabupaten Jepara meliputi 16 kecamatan, 11 kelurahan, dan 184 desa, RW dan RT. Kecamatan dengan jarak terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Tahunan, yaitu 7 km dan yang terjauh adalah Kecamatan Karimunjawa, yaitu 90 km. Luas wilayah Kabupaten Jepara adalah 1.004,132 km 2, dengan Kecamatan terluas adalah Kecamatan Keling (123,116 km 2 ), dan yang terkecil adalah Kecamatan Kalinyamatan (23,700 km 2 ). Secara lebih detail, luas dari masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1. II-1

26 Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Jepara per Kecamatan No Kecamatan Luas (Km 2 ) Persentase (%) Desa/Kel 1. Kedung 43,063 4, Pecangan 35,878 3, Kalinyamatan 23,700 2, Welahan 27,642 2, Mayong 65,043 6, Nalumsari 56,965 5, Batealit 88,879 8, Tahunan 38,906 3, Jepara 24,667 2, Mlonggo 42,402 4, Pakis Aji 60,553 6, Bangsri 85,352 8, Kembang 108,124 10, Keling 123,116 12, Donorojo 108,642 10, Karimunjawa 71,200 7,09 4 Jumlah 1.004, , Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017 Berdasarkan letak, Kabupaten Jepara dipandang kurang menguntungkan karena tidak dilalui oleh Jalur Pantura yang merupakan jalur utama pergerakan distribusi barang dan manusia di Pulau Jawa. Meski demikian, Kabupaten Jepara mempunyai potensi strategis ditinjau dari letak geografis kelautan, terlebih dengan kembali menguatnya paradigma pembangunan yang berbasis kemaritiman. Keunggulan komparatif yang menonjol dari aspek maritim adalah garis pantai sepanjang ±82 km yang sangat potensial untuk pengembangan pariwisata, salah satunya adalah Kawasan Karimunjawa yang telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN), Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun Selain itu, Kabupaten Jepara juga memiliki daerah perbukitan yang merupakan bagian dari lereng Gunung Muria sehingga potensial untuk pengembangan perkebunan dan kehutanan Topografi Kabupaten Jepara yang merupakan daerah di kawasan Utara Jawa ini secara topografi dapat dibagi dalam empat wilayah yaitu: 1. wilayah pantai di bagian pesisir Barat dan Utara 2. wilayah dataran rendah di bagian Tengah dan Selatan 3. wilayah pegunungan di bagian Timur yang merupakan lereng Barat dari Gunung Muria 4. wilayah perairan atau kepulauan di bagian Utara yang merupakan serangkaian Kepulauan Karimunjawa. II-2

27 Kabupaten Jepara memiliki variasi ketinggian antara 0 m sampai dengan mdpl (dari permukaan laut), daerah terendah adalah Kecamatan Kedung antara 0-2 mdpl yang merupakan dataran pantai, sedangkan daerah yang tertinggi adalah Kecamatan Keling antara mdpl merupakan perbukitan.variasi ketinggian tersebut menyebabkan Kabupaten Jepara terbagai dalam empat kemiringan lahan, yaitu datar ,060 Ha, bergelombang ,917 Ha, curam Ha dan sangat curam ,212 Ha. Sebagai akibat dari wilayah yang cenderung ke arah kawasan pesisir pantai. Sumber: RTRW Kabupaten Jepara Tahun Gambar 2.2 Peta Kelerengan Kabupaten Jepara Kabupaten Jepara memiliki 6 bentuk lahan yang fungsional yaitu 1) Dataran; 2) Dataran aluvial; 3) Lembah aluvial; 4) Pegunungan sekitar pantai; 5) Perbukitan; dan 6) Rawa pasang surut. Bentuk lahan yang dimiliki oleh Kabupaten Jepara menyebabkan terjadinya perubahan jenis tanah. Jenis di Kabupaten Jepara menurut topografi kawasan terbagi ke dalam 4 Jenis tanah yaitu 1) Andosol coklat; 2) Regosol; 3) Alluvial; dan 4) latosol. Daratan utama Kabupaten Jepara berdasarkan sistem hidrologi merupakan kawasan yang berada pada lereng Gunung Muria bagian Barat yang mengalir sungaisungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah,aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian Timur (Gunung Muria) ke arah Barat (Barat Daya, Barat, dan Barat Laut) yaitu daerah hilir (Laut Jawa). Penutupan batuan atau singkapan batuan merupakan masalah yang terjadi pada permukaan tanah yang tertutup oleh batuan di Kabupaten Jepara, hal tersebut II-3

28 menjadi salah satu sebab kurang suburnya tanah di Kabupaten Jepara karena tanah yang tertutup batuan menjadi keras dan sulit untuk ditanami. Tabel 2.2 Ketinggian Wilayah Kabupaten Jepara per Kecamatan (mdpl) No Kecamatan Ketinggian 1. Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nelumsari Batealit Jepara Tahunan Mlonggo Pakisaji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa Sumber: BPS Kabupaten Jepara, Geologi dan Struktur Tanah Kabupaten Jepara merupakan dataran aluvial yang tersusun oleh endapan lumpur yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa oleh arus sepanjang pantai. Sebaran jenis tanah pada wilayah ini yaitu berupa aluvial hiromorf, regosol coklat, asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat, grumosol kelabu tua, asosiasi hidromorf kelabu, dan planosol coklat keabuan. Kabupaten Jepara terletak pada lereng Utara dan Barat Gunung Muria. Daratan Kabupaten Jepara terdapat beberapa jenis tanah, yang dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis tanah sebagai berikut: Tanah Andosol Coklat. Terdapat di perbukitan dan puncak Muria bagian utara Muria dengan luas tanah Ha, atau 3,51 %. Tanah Regosol. Terdapat di bagian utara Kabupaten Jepara dengan luas tanah 2.700,857 Ha atau 2,69 %. Tanah Alluvial. Terdapat di sepanjang pantai utara dengan luas tanah 9.126,433 Ha, atau 9,09 %. Tanah Asosiasi Mediteran. Terdapat di pantai barat Kabupaten Jepara dengan luas tanah ,458 Ha, atau 19,32 %. Tanah Latosol. Jenis tanah ini paling dominan di Kabupaten Jepara terdapat di perbukitan Gunung Muria dengan luas tanah ,972 Ha, atau 65,39%. II-4

29 Sumber: Review RTRW Kabupaten Jepara, 2015 Gambar 2.3 Peta Jenis Tanah Kabupaten Jepara Lahan di kawasan Kabupaten Jepara cocok digunakan untuk budidaya tambak mengingat kondisi fisik lingkungannya yang dekat dengan pantai. Selain sebagai budidaya tambak lahan di kawasan Jepara yang datar juga cocok difungsikan untuk perkebunan atau budidaya pertanian ringan khususnya pada kawasan yang berbukit. Lahan di Kabupaten Jepara terdapat banyak kawasan yang merupakan hasil dari pengendapan tanah yang terkena air sunagi atau laut akibat abrasi yang sulit difungsikan dan terkadang berubah menjadi daerah rawa yang hanya bisa dimanfaatkan untuk budidaya tanaman tertentu Klimatologi Kabupaten Jepara beriklim tropis dengan pergantian musim penghujan dan kemarau. Musim penghujan antara bulan Januari-Juni dipengaruhi oleh musim Barat, sedangkan musim kemarau antara bulan Juli-Desember yang dipengaruhi oleh angin musim Timur. Jumlah hari hujan pada tahun 2015 adalah 152 hari. Curah hujan tertinggi tercatat 1122 mm 3, dengan jumlah hari hujan 29 hari di bulan Januari. Sedangkan curah hujan terendah sebesar 5 mm 3 dengan 1 hari hujan di bulan Oktober. Adapun suhu di Kabupaten Jepara berkisar antara 20,60 o C sampai dengan 34,20 o C. Hal ini dikarenakan Kabupaten Jepara berada dalam iklim tropis. II-5

30 Sumber: Review RTRW Kabupaten Jepara, Demografi Gambar 2.4 Peta Curah Hujan Kabupaten Jepara Menurut BPS dalam Jepara Dalam Angka Tahun 2017, jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Jepara tahun 2016 sebanyak jiwa, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kategori umur penduduk Kabupaten Jepara sebagian besar adalah penduduk umur produktif, yaitu 67,9 % penduduk yang berusia antara tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Jepara sedang berada dalam sebuah kondisi yang disebut dengan bonus demografi. Bonus demografi adalah suatu kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif (15 tahun - 64 tahun) di suatu wilayah lebih besar dari jumlah penduduk usia tidak produktif (kurang dari 14 tahun dan diatas 65 tahun). Sementara itu, angka ketergantungan di Kabupaten Jepara pada Tahun 2016 mencapai 47,26%. II-6

31 Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017 Gambar 2.5 Jumlah Penduduk Kabupaten Jepara Berdasarakan Usia Tahun 2016 (jiwa) Kepadatan penduduk Kabupaten Jepara pada tahun 2016 adalah jiwa/km 2 dengan laju pertumbuhan rata-rata tahun mencapai 1,47%. Semantara itu, penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Tahunan ( jiwa), sedangkan yang paling sedikit di Kecamatan Karimunjawa (9.379 jiwa). Detail persebaran penduduk berdasarkan kecamatan dan kepadatannya adalah sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Jepara per Kecamatan Tahun 2016 No. Kecamatan Jml Pddk (jiwa) Kepadatan(km 2 /jiwa) 1 Kedung Pecangaan Kalinyamatan Welahan Mayong Nalumsari Batealit Tahunan II-7

32 No. Kecamatan Jml Pddk (jiwa) Kepadatan(km 2 /jiwa) 9 Jepara Mlonggo Pakis Aji Bangsri Kembang Keling Donorojo Karimunjawa Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Jepara, Potensi Pengembangan Wilayah Keberadaan ruang adalah terbatas. Dengan demikian, rentan menimbulkan konflik antar pemangku kepentingan (stakeholders), terlebih dengan karakteristik masyarakat pesisir yang lebih terbuka dan keras. Beberapa permasalahan yang muncul, baik yang bersifat alamiah maupun sebagai bagian dari dinamika pembangunan di Kabupaten Jepara, yang sifatnya strategis antara lain: 1. Beberapa bagian wilayah Kabupaten Jepara memiliki topografi lebih dari 40% (sangat curam) sehingga berpotensi longsor. 2. Sebagian jenis tanah di Kabupaten Jepara ada yang sangat peka terhadap erosi (regosol coklat) sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengembangan di atasnya. 3. Adanya rawan bencana banjir, tanah longsor dan angin topan akan menjadi salah satu kendala dalam pembangunan wilayah. 4. Permasalahan lingkungan, seperti alih fungsi lahan yang belum terkendali (terutama dari kawasan lindung ke kawasan budidaya) dengan baik, abrasi dan rob, kerusakan daerah hulu sungai akibat pertambangan yang tidak berwawasan lingkungan. 5. Terpusatnya perkembangan pada kawasan-kawasan tertentu, sehingga mempersulit dalam pemerataan pembangunan. 6. Belum optimalnya fungsi pengendalian yang bersifat preventif agar tidak terjadi konflik dalam pemanfaatan ruang. Dengan penataan ruang yang terpadu, serasi dan berkualitas, maka semua stakeholders pembangunan akan mempunyai rujukan yang sama dalam memanfaatkan ruang. Hal ini, selain akan memberikan kepastian hukum dalam pemanfaatan ruang juga akan mendorong masyarakat untuk berperan aktif, baik pada proses perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam perspektif inilah sekaligus untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Jepara dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, disusun Rencana Tata Ruang Wilayah II-8

33 (RTRW) Kabupaten Jepara (Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Jepara Tahun ). Rencana struktur ruang Kabupaten Jepara diwujudkan berdasarakan arahan pengembangan sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana sistem pusat kegiatan, terdiri dari: 1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan, meliputi : perkotaan Jepara dan Pecangaan; 2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) sebagai pusat kegiatan yang untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL, meliputi : perkotaan Bangsri, Mayong, Keling dan Karimunjawa; 3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa, meliputi : perkotaan Kedung, Mlonggo, Batealit, Kembang, Pakisaji, Kalinyamatan, Nalumsari, Welahan, dan Donorojo; dan 4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sebagai pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa, meliputi : Desa Mantingan, Teluk Awur, Raguklampitan, Kerso, Kedungmalang, Ujungwatu, Keling, Suwawal, Slagi, Lebak, Bondo, Srikandang, Bucu, Tubanan, Guwosobokerto, Ngroto, Welahan, Troso, Kaliombo, Banyuputih, Mayong Kidul, Pelang, Bandung, Pringtulis, Daren dan Ngetuk. Peran pusat kegiatan, meliputi: 1. PKL sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pelayanan sosial dan ekonomi, permukiman perkotaan, perdagangan, industri, perikanan, pendidikan tinggi, perhubungan, pariwisata dan pertanian; 2. PKLp sebagai pusat pengembangan pelayanan sosial dan ekonomi, pengembangan permukiman perkotaan, perdagangan, industri, pertanian perikanan, pengembangan budi daya hutan, riset perikanan, pelestarian sumber daya alam, konservasi, perhubungan dan pariwisata; 3. PPK sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan pusat pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan; dan 4. PPL sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi skala lingkungan. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah, terdiri dari: 1. Sistem Jaringan Transportasi; 2. Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan; 3. Sistem Jaringan Telekomunikasi; 4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air; dan 5. Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan II-9

34 Di bidang pariwisata Kabupaten Jepara memiliki banyak wilayah yang sangat potensial dengan obyek wisata yang beragam namun pengembangannya masih belum optimal, antara lain: Pantai Kartini. Terletak ± 2,5 km ke arah Barat dari Pendopo Kabupaten Jepara. Obyek wisata ini berada di Kelurahan Bulu Kecamatan Jepara dan merupakan obyek wisata alam yang menjadi dambaan wisatawan. Berbagai sarana pendukung seperti dermaga, permainan anak-anak (komedi putar, mandi bola) dan lain-lain telah tersedia untuk pengunjung. Kawasan dengan luas tanah ± 3,5 ha ini merupakan kawasan strategis, karena sebagai jalur transportasi laut menuju obyek wisata Taman Karimunjawa dan Pulau Panjang. Pantai Tirta Samudra. Lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Pantai Bandengan dan terletak ±7 km sebelah Utara dari pusat kota. Pantai yang airnya jernih dan berpasir putih ini sangat cocok untuk lokasi mandi. Kawasan obyek wisata yang lahannya cukup luas dan sebagian besar ditumbuhi rerimbunan pohon pandan ini memang cocok untuk lokasi kegiatan para remaja seperti kemah, volley pantai, sepeda pantai atau kegiatan serupa. Benteng Portugis. Salah satu obyek wisata andalan di Jepara adalah Benteng Portugis yang terletak di Desa Banyumanis Kecamatan Donorojo atau ± 45 km di sebelah Utara kota Jepara, dan untuk mencapainya tersedia jalan aspal dan transportasi reguler. Dilihat dari sisi geografis, benteng ini nampak sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang kemampuan tembakan meriamnya terbatas 2-3 km saja. Benteng ini dibangun di atas sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya terhampar Pulau Mondolika, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng ini berada di bawah kontrol meriam benteng sehingga akan berpengaruh pada pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia Bagian Timur atau sebaliknya. Air Terjun Songgolangit. Terletak di Desa Bucu Kecamatan Kembang ± 30 km sebelah Utara dari kota Jepara. Air terjun ini mempunyai ketinggian ± 80 meter dan lebar ± 2 meter. Perang Obor Tegal Sambi. Upacara tradisional Obor-oboran merupakan salah satu upacara tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Jepara, khususnya Desa Tegal Sambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara yang tiada duanya di Jawa Tengah ini dan mungkin di seluruh Indonesia. Obor pada upacara tradisional ini adalah gulungan atau bendelan 2 (dua) atau 3 (tiga) pelepah kelapa yang sudah kering dan bagian dalamnya diisi dengan daun pisang kering (Jawa: klaras). Obor yang telah tersedia dinyalakan bersama untuk dimainkan/digunakan sebagai alat untuk saling menyerang sehingga sering terjadi benturan obor yang dapat mengakibatkan II-10

35 pijaran-pijaran api yang besar yang akhirnya masyarakat menyebutnya dengan istilah Perang Obor. Kelenteng Hian Thian Siang Tee Welahan. Kelenteng Welahan yang diberi nama Hian Thian Siang Tee terletak 24 km ke arah Selatan dari pusat kota Jepara, di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, sebuah desa yang menyimpan peninggalan kuno Tiongkok dan menjadi salah satu asset wisata sejarah di Jepara, di mana berdiri megah 2 buah kelenteng yang dibangun seorang tokoh pengobatan dari Tiongkok bernama Tan Siang Hoe bersama dengan kakanya bernama Tan Siang Djie. Makam Mantingan Jepara. Masjid dan Makam Mantingan terletak 5 km arah Selatan dari pusat kota Jepara di Desa Mantingan Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, sebuah desa yang menyimpan Peninggalan Kuno Islam dan menjadi salah satu aset wisata sejarah di Jepara, di mana di sana berdiri megah sebuah masjid yang dibangun oleh seorang tokoh Islamik yaitu Sultan Hadlirin suami Ratu Kalinyamat yang dijadikan sebagai pusat aktivitas penyebaran agama Islam di pesisir Utara pulau Jawa dan merupakan masjid kedua setelah Masjid Agung Demak. Museum RA. Kartini. Museum RA Kartini terletak di pusat kota atau tepatnya di sebelah Utara alun-alun kota Jepara. Museum RA Kartini termasuk jenis museum umum dan sekaligus sebagai obyek wisata sejarah. Museum dibuka setiap hari dan sering dikunjungi para wisatawan baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus). Museum RA Kartini didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 pada masa pemerintahan Bupati Soewarno Djojomardowo, SH, sedangkan peresmiannya dilakukan pada tanggal 21 April 1977 oleh Bupati KDH Tingkat II Jepara, Soedikto, SH. Potensi Khusus Karimunjawa. Taman Nasional Laut Karimunjawa termasuk wilayah Kabupaten Jepara, yang terdiri dari 1 kecamatan 4 desa dan 27 pulau (5 pulau berpenghuni, 22 pulau kosong) terdiri dari beberapa suku, adapun jarak Jepara-Karimunjawa adalah 48 mil laut. Taman Nasional Laut Karimunjawa memang memiliki daya tarik tersendiri dan sangat cocok untuk wisata bahari. Berbagai daya tarik yang unik bisa kita temukan antara lain: 1. Panorama laut yang indah bagai telaga warna dengan gugusan kepulauan yang tersebar sejauh mata memandang. Disertai jernihnya air laut yang belum tercemar (terkena polusi). 2. Hamparan pasir putih yang membentang di kawasan pantai maupun di seluruh pulau-pulau. 3. Dapat melakukan kegiatan hiking, snorkeling, diving, fishing/memancing, dayung, dan sebagainya. 4. Menikmati biota laut dengan aneka ragam ikan hias dan bermacam karang laut yang menarik. II-11

36 5. Masih terdapat jenis satwa langka seperti menjangan, trenggiling, landak, ular edor, burung garuda dan ikan lele tanpa patil. 6. Gunung dengan penghijauannya hutan tertutup yang masih perawan. 7. Dapat menyaksikan ikan hiu, kerapu, lemuna, teripang di karamba, silakan bawa makanan (ikan kecil) untuk dihadiahkan kepada ikan-ikan tersebut. 8. Bila perjalananan memakai kapal laut, dapat menyaksikan iringan lumbalumba di sebelah menyebelah kapal. 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Pertumbuhan PDRB Gambaran perekonomian Kabupaten Jepara dapat diketahui dari besarnya nilai Produk Domestik regional Bruto (PBRB). Secara nominal, PDRB Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mengalami kenaikan dari Rp ,- pada tahun 2015 menjadi Rp ,- pada tahun Sementara itu, Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mengalami kenaikan dari Rp ,- pada tahun 2015 menjadi Rp ,- pada tahun Perkembangan PDRB Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada Gambar PDRB ADHB PDRB ADHK Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017; Ket: 2015 = angka sementara; 2016 = angka sangat sementara Gambar 2.6 PDRB Kabupaten Jepara Tahun (juta rupiah) Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada tahun 2016 yang mencapai 5,02%, melambat jika dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 5,04%. Jika ditarik lebih jauh, selama periode , pertumbuhan ekonomi Jepara juga menunjukkan trend melambat. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh II-12

37 melambatnya pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang merupakan lapangan usaha dengan share/kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Jepara. 6,5 6,0 5,5 5,0 4,5 4, Jepara 5,86 5,39 4,81 5,04 5,02 Jateng 5,34 5,11 5,27 5,47 5,28 Indonesia 6,03 5,56 5,01 4,88 5,02 Sumber: BPS RI, BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 (diolah) Ket: 2015 = angka sementara; 2016 = angka sangat sementara Gambar 2.7 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun (%) Mengacu pada posisi relatif, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada tahun 2016 sama dengan capaian nasional (5,02%) namun lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Tengah (5,28%). Sementara itu, jika dibandingkan dengan Kabupaten sekitarnya, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada tahun 2016 merupakan yang terendah kedua setelah Kabupaten Kudus (2,53%). Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara dibandingkan dengan kabupaten lain secara rinci dapat dilihat pada Gambar ,00 6,00 5,00 5,02 5,20 5,04 5,23 5,73 4,00 3,00 2,53 2,00 1,00 0,00 Jepara Kudus Pati Demak Rembang Blora (tanpa migas) Sumber: BPS RI, BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 (diolah) Ket: 2016 = angka sangat sementara Gambar 2.8 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara dan Kabupaten di Sekitarnya (%) II-13

38 Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2016 dicapai oleh lapangan usaha Jasa Perusahaan (10,62%). Adapun Industri Pengolahan sebagai lapangan usaha unggulan justru melambat dan hanya tumbuh 4,58%. Sedangkan, pertumbuhan lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan lebih rendah lagi, yaitu 1,36%. Hal ini mengindikasikan bahwa lapangan usaha ini mengalami tekanan, salah satunya bisa dilihat dari pertumbuhan tenaga kerja yang terserap di lapangan usaha turun dari orang pada tahun 2014 menjadi orang pada tahun 2015 (BPS Kabupaten Jepara, ). Perkembangan PDRB berdasarkan lapangan usaha menginformasikan bahwa struktur/corak perekonomian Kabupaten Jepara dalam periode tidak mengalami perubahan, yaitu didominasi oleh Industri Pengolahan (C); Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (G); dan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (A). Meski demikian, terlihat adanya pertumbuhan yang sangat signifikan pada beberapa lapangan usaha yang bergerak di sektor tersier, yaitu lapangan usaha yang terkait dengan jasa dan penyediaan akomodasi dan makan minum. Salah satu hal yang diduga menjadi pendorongnya adalah semakin berkembangnya sektor pariwisata di Kabupaten Jepara. Perkembangan pariwisata ini ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah pengunjung/wisatawan di Kabupaten Jepara dari orang pada tahun 2012 menjadi orang pada tahun 2015 (BPS Kabupaten Jepara, 2013 dan 2016). II-14

39 Tabel 2.4 PDRB Kabupaten Jepara Tahun (juta rupiah) Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha * 2016** * 2016** A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B. Pertambangan dan Penggalian C. Industri Pengolahan D. Pengadaan Listrik dan Gas E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F. Konstruksi G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H. Transportasi dan Pergudangan I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J. Informasi dan Komunikasi K. Jasa Keuangan dan Asuransi L. Real Estate M,N. Jasa Perusahaan O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U. Jasa lainnya PDRB Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017 Ket: * = angka sementara; ** = angka sangat sementara II-15

40 Tabel 2.5 Peranan dan Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Jepara Tahun (%) Lapangan Usaha Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pertumbuhan Riil PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha * 2016** * 2016** Rata-rata A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 16,01 16,22 15,46 15,38 14,79 3,85 4,55-2,77 3,00 1,36 2,00 B. Pertambangan dan Penggalian 1,83 1,72 1,83 1,92 1,92-0,44 0,20 4,04 1,62 4,27 1,93 C. Industri Pengolahan 32,91 33,21 34,08 34,32 34,45 6,19 6,41 6,29 5,19 4,58 5,73 D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,11 0,10 0,09 0,08 0,09 11,95 6,76 0,78 0,28 7,76 5,50 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0,08 0,07 0,07 0,06 0,06-0,68-2,66 2,91 1,86 2,17 0,72 Limbah dan Daur Ulang F. Konstruksi 6,62 6,43 6,61 6,67 6,68 7,12 3,62 4,27 5,00 6,88 5,38 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 18,03 17,71 16,92 16,72 16,71 3,89 4,22 4,16 4,74 5,03 4,41 Mobil dan Sepeda Motor H. Transportasi dan Pergudangan 3,67 3,67 3,70 3,71 3,66 5,80 8,91 6,85 5,86 6,62 6,81 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,88 3,73 3,82 3,94 4,09 5,55 2,04 7,93 8,09 6,42 6,00 J. Informasi dan Komunikasi 2,18 2,19 2,31 2,32 2,32 12,75 10,83 18,67 11,84 8,31 12,48 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 2,23 2,18 2,12 2,11 2,19 2,99 2,17 2,80 5,48 9,14 4,52 L. Real Estate 1,58 1,54 1,54 1,53 1,53 7,80 5,54 6,50 6,63 6,80 6,65 M,N. Jasa Perusahaan 0,41 0,44 0,44 0,46 0,48 7,72 12,23 8,17 9,38 10,62 9,63 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 2,75 2,65 2,52 2,49 2,48 0,22 1,24-0,11 4,42 2,37 1,63 Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan 4,83 5,22 5,43 5,26 5,39 26,24 9,13 11,00 5,03 7,64 11,81 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,85 0,87 0,92 0,94 0,96 13,18 7,49 14,35 7,90 9,86 10,56 R,S,T,U. Jasa lainnya 2,04 2,06 2,15 2,08 2,18 0,81 8,55 8,48 2,95 8,62 5,88 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 5,86 5,39 4,81 5,04 5,02 5,22 Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017 (diolah) Ket: * = angka sementara; ** = angka sangat sementara = 3 (tiga) tertinggi per tahun II-16

41 2.2.2 PDRB Per Kapita Selama periode , pendapatan per kapita Kabupaten Jepara (ADHB dan ADHK) terus meningkat. Meskipun belum bisa menggambarkan kondisi sebenarnya, akan tetapi hal ini setidaknya memberikan gambaran secara makro bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Jepara dalam kondisi baik dan terus meningkat. Pada tahun 2016 PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara tercatat sebesar Rp ,- (ADHB) dan Rp ,- (ADHK). PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara masih jauh di bawah capaian Provinsi dan termasuk terendah kedua dibandingkan dengan beberapa kabupaten di sekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan ,82 18,57 17,14 15,63 14,42 13,05 13,55 13,99 14,47 14, PDRB Per Kapita ADHB PDRB Per Kapita ADHK Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017 Gambar 2.9 PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara Tahun (juta rupiah) 120,00 100,00 107,13 80,00 60,00 40,00 20,00 32,10 19,82 27,13 18,46 23,82 18,28 0,00 JATENG JEPARA KUDUS PATI DEMAK REMBANG BLORA (tanpa migas) Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.10 PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara, Kabupaten di Sekitarnya, dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 (juta rupiah) II-17

42 2.2.3 Inflasi Pergerakan inflasi Kabupaten Jepara selama tahun jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional menunjukkan pola yang mirip. Inflasi di Kabupaten Jepara secara konsisten mulai tahun selalu di atas inflasi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Inflasi di Kabupaten Jepara pada tahun 2016 mencapai 3,45% di atas Provinsi Jawa Tengah (2,36%) dan Nasional (3,02%). 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0, Jawa Tengah 4,24 7,99 8,22 2,73 2,36 Jepara 4,52 7,95 9,87 4,57 3,45 Nasional 4,3 8,4 8,4 3,4 3,02 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.11 Inflasi di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun (%) Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten lain di sekitarnya, pada tahun 2016 maka inflasi di Kabupaten Jepara adalah yang tertinggi. 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 3,45 2,32 2,31 2,27 1,75 2,14 2,36 3,02 1,50 1,00 0,50 0,00 Jepara Kudus Pati Demak Rembang Blora Jawa Tengah Nasional Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.12 Inflasi Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional, dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016 (%). II-18

43 2.2.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Jepara menunjukkan ke arah positif setiap tahunnya. Pada tahun 2012 IPM Kabupaten Jepara mencapai 68,45 meningkat menjadi 69,61 pada tahun 2014 dan kembali mengalami peningkatan menjadi 70,25 pada tahun Perkembangan IPM Kabupaten Jepara pada tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan dengan capaian IPM Jawa Tengah (69,98). Perkembangan IPM Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Gambar Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten sekitarnya, maka IPM Kabupaten Jepara pada tahun 2016 berada di bawah Kabupaten Kudus (72,94), namun lebih baik dibandingkan capaian Kabupaten Demak (70,10) dan Kabupaten Pati (69,03). Perbandingan capaian IPM Kabupaten Jepara dengan kabupaten sekitar adalah sebagaimana terlihat pada Gambar ,50 70,00 69,50 69,00 68,50 68,00 67,50 67,00 66,50 66,00 65, Jepara 68,45 69,11 69,61 70,02 70,25 JAWA TENGAH 67,21 68,02 68,78 69,49 69,98 NASIONAL 67,70 68,31 68,90 69,55 70,18 Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.13 IPM Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun ,00 73,00 72,00 71,00 70,00 69,00 68,00 67,00 66,00 65,00 64,00 63,00 66,61 68,52 68,60 69,03 70,10 70,25 72,94 70,18 69,98 Kabupaten Jawa Tengah Nasional Blora Grobogan Rembang Pati Demak Jepara Kudus Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.14 IPM Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional, dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016 II-19

44 Jika ditinjau berdasarkan 4 indikator pembentuk IPM, maka kesemuanya mengalami kenaikan, dengan rincian sebagai berikut: Angka Harapan Hidup Kabupaten Jepara menunjukkan kondisi perbaikan setiap tahunnya, dari 75,61 tahun pada tahun 2012 menjadi 75,67 tahun pada tahun Angka Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Jepara selalu menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, dari 11,82 tahun pada tahun 2012 menjadi 12,28 tahun pada tahun Pengeluaran per kapita masyarakat Kabupaten Jepara menunjukkan perkembangan setiap tahunnya dari Rp ,-/orang/tahun pada tahun 2012 meningkat menjadi Rp ,-/orang/tahun pada tahun Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Jepara meningkat dari 6,96 tahun pada tahun 2012 menjadi 7,32 tahun pada tahun Tabel 2.6 Indikator Pembentuk IPM Kabupaten Jepara Tahun Indikator Pembentuk Satuan Angka Harapan Hidup Tahun 75,61 75,63 75,64 75,65 75,67 Harapan Lama Sekolah Tahun 11,82 12,06 12,25 12,27 12,28 Rata-rata Lama Sekolah Tahun 6,96 7,09 7,29 7,31 7,32 Pengeluaran Per Kapita Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017 Ribu Rupiah 8.999, , , , , Indeks Pembangunan Gender (IPG) IPG Kabupaten Jepara dalam kurun waktu tahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 IPG Kabupaten Jepara mencapai 88,78 meningkat menjadi 91,29 pada tahun Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi pembangunan yang memperhatikan keseteraan antara laki-laki dan perempuan dalam menjalani peran, kontrol, akses serta partisipasi terhadap pembangunan sudah mencapai 91,29. Jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, maka capaian IPG Kabupaten Jepara selalu berada di bawahnya. Namun kondisi berbeda jika dibandingkan dengan Nasional. IPG Kabupaten Jepara pada tahun berada di atas Nasional. Berturut-turut capaian IPG Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional pada tahun 2015 adalah 91,29; 92,21; dan 91,03. II-20

45 92,50 92,00 91,50 91,00 90,50 90,00 89,50 89,00 88,50 88,00 91,89 91,50 92,21 90,92 91,12 91,21 91,29 90,07 90,19 90,34 91,03 89,52 89,64 90,19 88, Jepara JAWA TENGAH NASIONAL Sumber : Kemen PPA, berbagai tahun terbitan Gambar 2.15 IPG Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya, maka capaian IPG Kabupaten Jepara pada tahun 2015 merupakan yang tertinggi kedua dibandingkan setelah Kabupaten Kudus (91,56). 96,00 94,00 92,00 90,00 88,00 86,00 84,00 82,00 80,00 91,06 91,29 91,56 89,16 85,50 85,87 Grobogan Rembang Demak Pati Jepara Kudus 92,21 91,03 Kabupaten Jawa Tengah Nasional Sumber : Kemen PPA, berbagai tahun terbitan Gambar 2.16 IPG Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional, dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2015 Dilihat dari komponen pembentuknya, maka bisa dilihat bahwa terjadi kondisi yang berbeda antarkomponen tersebut, dengan rincian sebagai berikut: Pengeluaran Per Kapita. Komponen yang mewakili dimensi ekonomi ini menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan yang cukup lebar antara perempuan dan lak-laki. Meskipun terus meningkat, tapi pengeluaran per kapita perempuan dari tahun maksimal hanya mencapai <60,01% pengeluaran per kapita laki-laki. Pada tahun 2011, pengeluaran per kapita perempuan hanya 53,29% dari pengeluaran per kapita laki-laki, yaitu Rp ,- berbanding Rp ,-. Namun, pada tahun II-21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Jepara teletak di Pantura Timur Jawa Tengah, dimana bagian barat dan utara dibatasi oleh laut. Jepara memiliki garis pantai sepanjang 82,73 km termasuk keberadaan

Lebih terperinci

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki arti sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG LAMPIRAN : Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor : 18 Tahun 2007 Tanggal : 15 Nopember 2007 BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN

PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN PERATURA DAERAH OMOR 11 TAHU 2012 TETAG RECAA PEMBAGUA JAGKA MEEGAH DAERAH KABUPATE JEPARA TAHU 2012 2017 PEMERITAH KABUPATE JEPARA 2012 BUPATI JEPARA PERATURA DAERAH KABUPATE JEPARA OMOR 11 TAHU 2012

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Sumber : Dinas CIPTARU Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan A. Kondisi Geografis Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia Dan Tata Kelola Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SINTANG Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGGULANG AN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN

STRATEGI PENANGGULANG AN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN STRATEGI PENANGGULANG AN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2017-2022 Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Jepara DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional, dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Keadaan Geografis. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara sampai III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Keadaan Geografis Secara geografis Kabupaten Jepara terletak antara 110 0 9 48.02 sampai 110 0 58 37.40 Bujur Timur dan 5 0 43 20.67 sampai 6 0 74 25.83 Lintang Selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 insi Kepulauan Riau menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Berdasarkan hasil Pilkada tersebut ditetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng )

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng ) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan proses desentralisasi terhadap daerah-daerah otonom memiliki potensi yang sangat

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/08/31/75/Th.VII, 10 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2016 tumbuh 4,65 persen. Pada tahun 2016, besaran Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan. Peraturan ini merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2015 telah berakhir pada periode masa kepemimpinan Kepala Daerah Drs. MAHSUN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Sejarah Karimun Jawa

Sejarah Karimun Jawa Kabupaten Jepara terdiri dari 14 kecamatan, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Karimunjawa. Salah satu wilayah kecamatan yang terdiri dari 3 desa merupakan gugusan dari 27 buah pulau yang ada dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara administratif, Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan luas wilayah 122.956 Ha, yang terdiri atas 78.619 Ha daratan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan pemerintah dalam proses perkembangan ekonomi untuk masing-masing Negara mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. 1 Dalam pembangunan negara Indonesia, perekonomian

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JEPARA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JEPARA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak, Batas Wilayah, dan Keadaan Alam Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi Daerah Khusus

Lebih terperinci