PENERAPAN MODEL ROLE PLAY UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MAHASISWA PRODI D-IV GIZI POLTEKKES KEMENKES ACEH

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL ROLE PLAY UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MAHASISWA PRODI D-IV GIZI POLTEKKES KEMENKES ACEH IMPROVING STUDENT S SPEAKING ABILITY THROUGH ROLE PLAY (CLASSROOM ACTION RESEARCH IN BACHELOR OF APPLIED SCIENCE IN NUTRITION STUDY PROGRAM, HEALTH POLYTECHNIC ACEH) Halimatussakdiah Dosen Prodi Studi D.IV, Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Aceh Jl. Soekarno-Hatta, Kampus Terpadu, Lampeunerut, Aceh Besar halimatussakdiah.idris@gmail.com Abstrak: Ketrampilan berbicara adalah salah satu dari empat ketrampilan yang harus dikuasai mahasiswa ketika belajar Bahasa Inggris. Data hasil wawancara dan kuisioner menunjukkan bahwa mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam berbicara Bahasa Inggris sehingga membuat mereka enggan berbicara. Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketrampilan berbicara mahasiswa. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dari bulan September s/d Nopember Subjek penelitian adalah mahasiswa tingkat III Prodi D-IV Poltekkes Kemenkes Aceh. Pengumpulan data dilakukan melalui test, observasi, interview, dan kuisioner. Data yang diperoleh dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan Ketrampilan berbicara mahasiswa meningkat setelah diterapkan metode role play. Hal ini dibuktikan dengan konfersi nilai rata-rata pra siklus dan pasca siklus mengalami peningkatan. Sebelum metode role play diterapkan nilai rata-rata yang diperoleh hanya 60,9. Sedangkan, setelah implementasi role play terjadi peningkatan nilai rata yaitu sebesar 8 sehingga nilai rata-rata yang diperoleh menjadai 68,8. Kemudian pada siklus selanjutnya yaitu siklus kedua, skor rata-rata meningkat sebanyak 3,3 sehingga nilai rata-rata menjadi 72,1. Kata Kunci: Ketrampilan berbicara, Role Play, Gizi Abstract: Speaking Skill is one of four skill should be mastered by student in learning English. Data obtained from interview and questionaire show that most of student find difficulties in speaking English so that they feel less interested in speaking. The aim of this research to improve student s ability in speaking. The research design is classroom action research that comprises into four phase; planning, acting, observing and reflecting. This research conducted on September-November Subject of research is the student in third year of D-IV nutrition study program of Health Polytechnic of Health ministry of Aceh. Data were collected through test, observation, interview and questionaire. The research result shows that student s speaking ability improve after the implementation of Role Play. It is improved by developing of students score avarage pre and post cycle. before implementing Role Play, the mean score is 60,9, after implementing Role Play, the mean score increase 8 and the mean is 68,8. Then, next cycle, the mean become higher, it is 72,1. Keywords: Speaking Skill, Speaking, Role Play, Nutrition 59

2 60 Penerapan Model Role Play Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berbicara PENDAHULUAN Berbicara ( Speaking) merupakan salah satu dari empat skill yang harus dikuasai dalam belajar Bahasa Inggris. Skill yang satu ini memegang peranan penting dalam kesuksesan berbahasa asing (Bahasa Inggris ). Nunan mengatakan bahwa kesuksesan diukur dari kemampuan berbicara dengan menggunakan bahasa target ( success is measured in terms of the ability to carry out a conversation in the target language ). Kemudian tujuan utama pembelajaran Bahasa Inggris di perguruan tinggi adalah mahasiswa mampu menggunakan bahasa inggris secara aktif (mampu berbicara) serta mampu menerapkannya dalam disiplin ilmu mereka. 1 Namun kenyataan dilapangan masih banyak mahasiswa yang menganggap berbicara dalam bahasa Ingris adalah hal yang paling sulit. Mahasiswa masih merasa enggan, malu dan takut salah ketika berbicara Bahasa Inggris sehingga mereka cenderung menghindari untuk berbicara Bahasa Inggris. Berbagai masalah ini muncul disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah karena metode pembelajara yang digunakan kurang menyenangkan sehingga membuat mahasiswa bosan. Sebaliknya, apabila pelajaran Speaking diberikan secara benar, mahasiswa akan mendapatkan motivasi untuk belajar dan suasana kelas akan menjadi hidup dan dinamis. Lawtie mengatakan bahwa kesulitan dalam berbicara yang dialami mahasiswa disebabkan beberapa faktor: mahasiswa tidak ingin berbicara atau mengatakan sesuatu dalam kelas, mahasiswa bercanda dengan teman-temannya dengan menggunakan bahasa ibu (L1), dan kelas terlalu gaduh sehingga dosen kehilangan kendali atas kelas tersebut. 2 Faktor lainnya adalah kurangnya kesempatan berbicara bagi mahasiswa selama proses pembelajaran. Apabila mahasiswa tidak belajar berbicara atau tidak mendapatkan kesempatan berbicara, mereka akan kehilangan minat untuk belajar bahasa tersebut. Mahasiswa semester V Prodi D-IV Gizi dalam wawancara mengungkapkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris selama ini fokus pada pembelajaran grammar dan reading sehingga mereka tidak mendapat kesempatan untuk berbicara. Selain faktor tersebut diatas, materi pembelajaran speaking juga sangat mempengaruhi, mengingat

3 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 1, April 2017, mahasiswa yang diajarkan adalah bukan mahasiswa jurusan Bahasa Inggris. Maka materi yang digunakan hendaknya bukan general English tetapi English for spesipic purpose. Penggunaan materi yang relevan dan sesuai dengan learner need akan lebih terasa manfaat bagi mahasiswa sehingga akan meningkatkan motivasi dan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran tersebut. Sebaliknya Pengajaran Bahasa Inggris yang fokus pada materi Bahasa Inggris secara umum tanpa korelasi dengan disiplin ilmu mahasiswa membuat mereka tidak menemukan manfaat belajar Bahasa Inggris. Mahasiswa mengganggap Bahasa Inggris hanya sekedar mata kuliah umum yang harus diampu. Hal ini tentunya sangat disayangkan karena tujuan utama pembelajaran Bahasa Inggris di perguruan tinggi adalah mahasiswa mampu menggunakan bahasa inggris secara aktif serta mampu menerapkannya dalam disiplin ilmu mereka. Untuk mengatasi semua permasalahan tersebut diperlukan model pembelajaran yang tepat, dimana dalam proses belajar mengajar, dosen hendaknya memberikan kesempatan yang cukup kepada mahasiswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, karena dengan keaktifan ini mahasiswa dapat lebih memahami, mendalami dari pengalaman yang ia peroleh dengan keaktifannya. Dalam hal ini peneliti juga mengaitkan materi speaking dengan materi-materi Gizi sehingga mahasiswa merasakan manfaat belajar Bahasa Inggris. Adapun metode yang dianggap tepat untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar speaking diatas adalah metode Role Play 3. role-playing dapat bermanfaat untuk memacu kelancaran lisan dan melatih kemampuan pembelajar dalam kecakapan-kecakapan khusus, terutama dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk tujuan khusus atau English for Specific Purposes. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PT K). Menurut Arikunto Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu usaha guru untuk meningkatkan kemampuan para murid dengan menggunakan suatu strategi/metode 4.

4 62 Penerapan Model Role Play Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Adapun Model PTK yang digunakan adalah collaborative action research dimana seorang peneliti (peneliti kepala) bertindak selaku teacher-researcher. Sedangkan peneliti anggota (ke -2) yang merupakan dosen FKIP Bahasa Inggris di STKIP Get Sampena bertindak selaku observer. Penelitian dilaksanakan di prodi D-IV Gizi Tk III Poltekkes Kemenkes Aceh yang berlokasi di kampus terpadu Poltekkes Kemenkes Aceh di Jl. Soekarno-Hatta, Lampeuneurut. Aceh Besar pada bulan September s/d Nopember Subjek dalam Penelitian ini adalah mahasiswa semester V Program Studi D-IV Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh yang merupakan anggota klub Bahasa Inggris Prodi D-IV Gizi dengan jumlah mahasiswa 33 orang, 32 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa 4 tahapan. Tahap pertama merupakan Perencanaan yaitu menyusun RPP, membuat lembar observasi dan menyusun lembar evaluasi. Tahap kedua merupakan tindakan yaitu menerapkan metode Role Play dalam pembelajaran speaking. Tahap Ketiga pengamatan (observasi) yaitu pengamat mengobservasi dengan menggunakan pedoman observasi untuk mengumpulkan data aktivitas kegiatan pembelajaran mahasiswa. Tahap keempat refleksi. Data yang telah didapat selama observasi kemudian direfleksikan oleh peneliti dan observer. Refleksi ini menguraikan mengenai prosedur analisis hasil observasi dan refleksi tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan, serta kriteria dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya atau siklus kedua. Analisis data penelitian tindakan kelas ini berupa derkriptif kualitatif dan deskriptif kuantatif. Analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini bersifat menggambarkan fakta yang sesuai data yang diperoleh untuk mengetahui keterampilan berbicara yang diperoleh mahasiswa secara realitatif selama proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui respon dan aktivitas mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran. Sedangkan analisa deskriftif kuantitatif, meliputi; Analisis Hasil Pengamatan dan analisi hasil tes. Kriteria keberhasilan yaitu mahasiswa dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika nilai yang diperoleh

5 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 1, April 2017, sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 dengan rentang antara Kelas dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika banyaknya mahasiswa yang mencapai KKM 70% dari keseluruhan jumlah mahasiswa. Adapun hipotesa penelitian adalah Penerapan metode Role Play dapat meningkatkan Ketrampilan Berbicara Bahasa Inggris mahasiswa. HASIL PENELITIAN Pra- Siklus Hasil keterampilan berbicara mahasiswa pada pra siklus (Sebelum Penerapan metode Role Play sangat rendah. Tabel 2. Rekapitulasi Nilai Hasil Keterampilan Berbicara Mahasiswa No Pencapaian Data pra siklus 1. Rata-rata 60,9 2. Skor terendah Skor Tertinggi Ketuntasan Klasikal 20% Berdasarkan tabel diatas, diperoleh kalkulasi nilai rata-rata kelas yaitu 60,9, nilai sedangkan nilai terendah 56 dan nilai tertinggi 88. Persentase jumlah mahasiswa yang mencapai KKM hanya 20%. Semua hasil data pra-siklus menunjukkan indikasi ada masalah pada pembelajaran speaking mahasiswa, maka perlu penerapan metode tertentu agar dapat menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Pada penelitian ini metode yang diterapkan adalah metode role play. Siklus Pertama Pada siklus ini ada beberapa kendala yang dihadapi mahasiswa ketika bermain peran. Dari segi kebahasaan, mahasiswa masih mengalami kendala pada aspek pengucapan (Pronounciation) dan struktur kalimat. Kemudian dari segi non kebahasaan kendala yang muncul adalah dari segi keberanian (percaya diri). Beberapa mahasiswa masih terlihat malu-malu sehingga tidak bisa menghayati peran. Namun demikian, secara keseluruhan terjadi peningkatan kemampuan berbicara mahasiswa bila dibandingkan dengan pra-siklus. Berikut rekapitulasi nilai hasil keterampilan berbicara mahasiswa menggunakan metode role play pada siklus satu disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Hasil Keterampilan Berbicara Mahasiswa Siklus 1 No Pencapaian Data siklus I 1. Rata-rata 68,8 2. Skor terendah Skor Tertinggi Ketuntasan Klasikal 47%

6 64 Penerapan Model Role Play Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Berdasarkan tabel diatas, diperoleh kalkulasi nilai rata-rata kelas yaitu 68,8, artinya rata-rata kelas belum mencapai target yaitu 70. Nilai terendah 56 dan nilai tertinggi 88. Persentase jumlah mahasiswa yang mencapai KKM adalah 47% yaitu sebanyak 14 mahasiswa. Persentase jumlah mahasiswa yang memperoleh skor diatas nilai minimal juga belum mencapai target yang ditentukan yaitu 70%. Selanjutnya, jumlah mahasiswa yang memperoleh skor dibawah KKM sebanyak 16 orang (53%). Siklus Kedua Berdasarkan hasil observasi dan post test kedua terlihat dengan jelas bahwa terjadi peningkatan ketrampilan berbicara mahasiswa, mahasiswa sudah lebih percaya diri, lancar ketika presentasi dan lebih menghayati peran. Peningkatan ketrampilan berbicara juga terlihat dari skor yang diperoleh pada post test kedua berikut rekapitulasi nilai hasil keterampilan berbicara mahasiswa menggunakan metode role play pada siklus Kedua disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Hasil Keterampilan Berbicara Mahasiswa Siklus 2 No Pencapaian Data siklus II 1. Rata-rata 72,1 2. Skor terendah Skor Tertinggi Ketuntasan Klasikal 73,3 % Pada Siklus kedua ini nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 72,1, sudah mencapai target penelitian. Nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 92. Jumlah Mahasiswa yang mencapai nilai KKM juga meningkat yaitu sebanyak 22 orang (73%). Persentase mahasiswa yang mencapai nilai KKM juga sudah mencapai target yaitu 70% dari total mahasiswa. Peningkatan Ketrampilan Berbicara Mahasiswa Peningkatan ketrampilan berbicara mahasiswa terlihat dari peningkatan skor dari siklus ke siklus. Berikut ini tabel hasil pre test, post test 1 dan post test 2. Tabel 5. Hasil Pre Test, Post Test 1 dan Post Test 2. Siklus Pra Siklus Siklus 2 Siklus 1 Nama test Pre-test Post test 1 Post test 2 Skor rata-rata 60,9 68,8 72,1 Peningkatan skor rata-rata 8 3,3 Dari tabel diatas, dapat kita lihat nilai rata-rata pra siklus dan pasca siklus terjadi peningkatan. Sebelum metode role play diterapkan nilai ratarata yang diperoleh hanya 60,9. Sedangkan, setelah implementasi role play terjadi peningkatan nilai rata yaitu sebesar 8 sehingga nilai rata-rata yang

7 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 1, April 2017, diperoleh menjadai 68,9. Kemudian pada siklus selanjutnya yaitu siklus kedua, skor rata-rata meningkat sebanyak 3,5 sehingga nilai rata-rata menjadi 72,4. Keterangan yang lebih lengkap mengenai peningkatan ketrampilan berbicara siswa pada tabel dibawah ini: Tabel 6: Nilai Tes Keterampilan Berbicara pra siklus, Siklus 1 dan siklus II No Pencapaian Data pra siklus Data siklus I Data siklus II 1. Rata-rata 60,9 68,8 72,1 2. Skor terendah Skor Tertinggi Ketuntasan Klasikal 20% 47% 73,3 % Tabel Diatas menunjukkan pada pra siklus nilai-nilai rata-rata kelas hanya 60,9 dengan skor terendah 54 dan skor tertinggi 76. Persen klasikal 20%. Kemudian pada siklus I nilai ratarata meningkat menjadi 68,8 dengan nilai terendah 56 dan nilai tertinggi 88. persen klasikal 47%. Pada sikus II niali yag diperoleh semakin meningkat, nilai rata-rata kelas 72,1 dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 92. Persen ketuntasan klasikal 73,3%. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan ketrampilan berbicara mahasiswa setelah diterapkan metode Role Play pada pemebelajaran speaking (berbicara). Hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai pada tes di siklus I dan Siklus kedua. Nilai yang diperoleh jauh lebih tinggi dari nilai tes pra siklus (sebelum penerapan metode Role Play). Nilai rata2 tes pra siklus hanya 60,9 dengan total mahasiswa yang memperoleh nilai tuntas (70) hanya 20% tetapi pada tes selanjutnya (siklus I) nilai rata-rata meningkat menjadi 68,8 dengan total mahasiswa yang mencapai nilai tuntas meningkat menjadi 70 % kemudian pada siklus kedua nilai rata-rata kelas mencapai target penelitian yaitu 70, nilai rata-rata yang diperoleh 72,1 dan total mahasiswa yang memperoleh nilai tuntas (70) mencapai 73,3%, melebihi target penelitian yaitu 70%. Hasil penelitian ini sama seperti hasil penelitian Khudriyah 5 menunjukkan bahwa role play telah berhasil meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris mahasiswa semester 4 STIT Al Urwatul Wutsqo Jombang. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata speaking mahasiswa dari 43.8 pada studi awal dan 54.2 di siklus pertama, menjadi 64.7 di siklus kedua. Di samping itu, hasil penelitian

8 66 Penerapan Model Role Play Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berbicara menunjukkan bahwa role play sangat efektif dalam meningkatkan partisipasi mahasiswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Diketahui bahwa mahasiswa yang berpartisipasi secara aktif adalah 22 orang (73.3%) dari seluruh mahasiswa. Sama halnya seperti hasil penelitian Khudriyah 5 diatas, metode Role Play meningkatnya ketrampilan berbicara mahasiswa tetapi juga mampu meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran speaking. Berdasarkan pengamatan peneliti dan collaborator yang bertindak sebagai observer, menemukan bahwa partisipasi mahasiswa meningkat setelah penerapan metode Role Play. Peningkatan tersebut terlihat dari penampilan mahasiswa pada saat presentasi dari siklus pertama ke siklus kedua semakin lancar, pengucapan kata demi kata semakin baik, kemudian rasa percaya diri semakin meningkat serta melakukan pemeranan dengan sangat baik. Metode bermain peran ini dapat membuat mahasiswa lebih santai dalam mengekspresikan diri sebagaiman pendapat Hamzah B Uno 6 Yaitu: (a) bermain peran sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata, (b) bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan persaannya bahkan melepaskannya, dan (c) bermain peran merupakan proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan (belief) serta mengarakan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Beberapa penelitian sebelumnya juga membuktikan bahwa metode Role Play dapat meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran speaking. Berikut beberapa penelitian yang dilakukan di beberapa kampus yang berbeda, dengan disiplin ilmu yang berbeda pula tetapi hasil penelitian cenderung sama. Hasil penelitian Wardah Hanafiah 7 pada mahasiswa program studi teknik Alat Berat, UNJ, metode role play memberi pengaruh sikap positif mahasiswa dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris. lebih berani mengungkapkan pendapatnya, dan lebih bersemangat dalam meningkatkan keterampilan berbicara. Selanjutnya M.G Sri Ningsih dan Siane Herawati 8 menunjukkan Implementasi Metode Role Play pada upaya meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa menunjukkan

9 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 1, April 2017, bahwa metode ini tidak hanya meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa tetapi juga tingkat partisipasi aktif mahasiswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Interaksi antara dosen dengan mahasiswa dan mahasiswa dengan mahasiswa juga berlangsung positif karena adanya sharing dan atau diskusi. Selanjutnya yang terakhir adalah penelitian Ali Mustadi Kemampuan speaking mahasiswa pada pembelajaran bahasa Inggris menggunakan teknik role-playing pada mahasiswa PGSD telah mengalami peningkatan. Peningkatan ditandai dengan keaktifan berbicara menggunakan bahasa Inggris, interaksi secara lisan antar mahasiswa yang berperan sebagai guru terhadap siswa maupun siswa terhadap guru menggunakan bahasa Inggris, dan perhatian terhadap seluruh materi yang diberikan dalam proses pembelajaran. Proses pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris pada mahasiswa PGSD dengan teknik role-playing yang difokuskan pada keterampilan speaking dapat memberikan pengalaman nyata atau Real Experience bagi mahasiswa sebelum mereka memasuki dunia kerja menjadi seorang guru sekolah dasar 9. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu menekankan learner s need sehingga pemeranan yang dilakukan adalah peran ril yang akan dihadapi mahasiswa ketika mereka bekerja nanti. Dalam Hal ini mahasiswa berperan seperti seorang ahli gizi yang memberi penyuluhan dan mempresentasikan menu makanan sehat dengan menggunakan Bahasa Inggris. Peneliti ingin memberikan pengalaman yang ril kepada mahasiswa sehigga mereka siap bersaing dibursa kerja internasional. Oleh Karena itu, peneliti membekali mereka dengan kosa-kata yang berhubungan dengan gizi. Selama proses pembelajaran mahasiswa terlihat sangat antusias. Mereka melakukan pemeranan dengan sangat baik dan terlihat lebih santai sehingga mereka dapat berbicara dengan lancar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, disimpulkan bahwa pembelajaran Speaking (berbicara) dengan metode role play dapat meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa semester V Prodi D-IV Gizi T.A 2016/2017 Poltekkes Kemenkes Aceh serta mampu meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran.

10 68 Penerapan Model Role Play Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berbicara SARAN Diharapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Bahasa Inggris pada Jurusan-jurusan Non Bahasa Untuk menerapkan metode Role Play dengan memperhatikan learner need untuk dapat meningkatkan ketrampilan berbicara serta partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA 1. Nunan D. Language Teaching Methodoly: A Textbook for Teachers. Englewood Cliffts: Prentice Hall; Lawtie F. Teaching Speaking Ability 2 - Overcoming Classroom] Problems. britishcouncil. 2013; (January 10, 2013). 3. Harmer, Jeremy. (2007). The Practice of English Language Teaching (4th ed). New York: Pearson Longman. 4. Arikunto S. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta; Jabar A, Arikunto S, Abdul CS. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoretis Praktis Bagi Mahasiswa Dan Praktis Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.; Khudriyah Implementasi Role play Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Mahasiswa Semester 4 STIT Al Urwatul Wutsqo Jombang. 6. Hamzah B. Uno. (2010). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 7. Wardah Hanafiah (2011), Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Melalui Teknik Role Play Politeknik Negeri Jakarta 8. M.G. SRI NINGSIH dan SIANE HERAWATI Meningkatkan Kemampuan Berbicara Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Kanjuruhan Malang Dengan Menggunakan Metode Role Play 9. Ali Mustadi (2010) PGSD Universitas Negeri Yogyakarta. Speaking Skill Improvement Melalui Role-Playing Pada Kompetensi English For Instruction Di PGSD