PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MENGGUNAKAN METODE KLOS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PURWOREJO TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MENGGUNAKAN METODE KLOS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PURWOREJO TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MENGGUNAKAN METODE KLOS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PURWOREJO TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nurul Aprilia NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014

2

3

4

5

6

7

8 ABSTRAK Aprilia, Nurul Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman menggunakan Metode Klos pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 8 Purworejo Tahun Pembelajaran 2013/2014. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode klos pada siswa kelasa XISMA Negeri 8 Purworejo; (2) mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Negeri 8 Purworejo setelah digunakan metode klos; (3) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas XI SMA Negeri 8 Purworejo dalam pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode klos. Teori utama yang menjadi acuan adalah teori membaca pemahaman dan teori pembelajaran klos. Teori membaca pemahaman disampaikan oleh Sukirno (2009: 40-42) dan teori pembelajaran disampaikan Dalman ( 2013: 24-27), yakni pembelajaran kontekstual tipe klos. Penelitian inimerupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Masingmasing siklus melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 8 Purworejo tahun pembelajaran 2013/ Pengumpulan data dilakukan dengan tes, wawancara, dan dokumentasi foto. Analisis data menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Data hasil penelitian disajikan dengan metode informal. Dari hasil analisis data yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa (1) penerapan pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode klos yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi mampu membuat pembelajaran menjadi lebih baik, (2) pembelajaran menggunakan metode klos mampu meningkatkan sikap dan minat siswa dalam pembelajaran. Penilaian berdasarkan lembar observasi menunjukkan bahwa sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran pada prasiklus rendah, pada siklus I menjadi cukup, dan pada siklus II meningkat menjadi baik. Tanggapan siswa terhadap metode yang digunakan pada prasiklus cukup, pada siklus I dan siklus II meningkat menjadi baik. Keaktifan siswa dalam pembelajaran pada prasiklus masih kurang, pada siklus I menjadi cukup, dan menjadi baik pada siklus II, (3) pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode klos dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam memahami isi bacaan. Peningkatan dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam membaca dengan rerata tes 59,41. Pada siklus I meningkat menjadi 71,68, dan pada siklus II meningkat menjadi 77,75. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode klos terbukti dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam memahami sebuah wacana. Kata kunci : membaca pemahaman, metode klos viii

9

10

11

12

13

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca menduduki posisi dan peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan manusia, terlebih pada era informasi dan komunikasi seperti sekarang ini. Hal ini terjadi karena membaca merupakan aktivitas yang sangat berguna untuk memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, serta untuk memperoleh rasa senang (Tarigan dan Tarigan, 1987:135). Membaca juga merupakan sebuah jembatan bagi siapa saja dan di mana saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan kesuksesan baik di lingkungan dunia persekolahan maupun dunia kerja. Oleh karena itu, para pakar sepakat bahwa kemahiran membaca (reading literacy) merupakan prasyarat mutlak (condition sine quanon) bagi setiap insan yang ingin mmemperoleh kemajuan. Meskipun demikian, pertanyaan yang sampai sekarang belum bisa kita jawab dengan baik adalah bagaimana cara atau upaya yang harus kita lakukan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi dunia baca. Di dalam dunia pendidikan dan pengajaran aktivitas dan tugas membaca mutlak dilakukan oleh siswa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh siswa melalui aktivitas membaca. Keberhasilan mereka dalam menyelesaikan tugas sekolahnya sangat ditentukan oleh kemampuan membaca. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa kemampuan membaca yang baik merupakan salah satu kunci untuk mencapai sukses dalam pendidikan. Bahkan keterampilan membaca ini tidak hanya bermanfaat pada saat siswa mengikuti pendidikan, melainkan juga pada saat mereka telah lulus dari sebuah lembaga pendidikan. Membaca merupakan jendela dunia. Artinya, segala 1

15 2 informasi yang ada di penjuru dunia ini bisa diketahui oleh seseorang melalui kegiatan membaca. Dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca, perlu dipilih metode membaca yang mendukung kegiatan proses belajar-mengajar agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dalam hal ini, metode yang dipilih mengacu pada tujuan yang hendak dicapai, yakni kegiatan belajar-mengajar yang dapat melibatkan peserta didik untuk melakukan kegiatan berbahasa secara aktif dan komunikatif (Depdikbud, 1995: 3). Winkel (1996: 3) menyatakan bahwa berkaitan dengan sifat khas proses belajarmengajar keterampilan, maka latihan memegang peranan pokok untuk mendarah dagingkan keterampilan yang sedang dipelajari. Tanpa latihan orang tidak mungkin menguasai keterampilan menjadi miliknya. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang benar-benar ingin menguasai keterampilan harus pernah berlatih dan mengalaminya sendiri. Pelatihan, pembiasaan, dan rasa cinta dengan kegiatan membaca seyogianya digalakkan dan ditanamkan sejak dini kepada anak, salah satunya melalui jalur pendidikan formal. Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMA kelas XI mata pelajaran bahasa Indonesia, terdapat standar kompetensi tentang membaca yaitu memahami ragam wacana tulis dengan membaca cepat dan intensif. Melalui standar kompetensi ini, seorang pendidik memiliki posisi strategis untuk mencetak generasi yang terlatih, terbiasa dan cinta membaca.

16 3 Tabel 1. Penguasaan Materi bacaan NO BUTIR PERTANYAAN 1. Mendengar kata-kata di dalam benak sewaktu membaca (subvokalisasi) 2. Membaca satu kata pada satu waktu 3. Mengulangi membaca karena tidak memahami maknanya 4. Mempunyai masalah dalam mengingat-ingat gagasan tulisan yang dibaca 5. Mengalami kesulitan untuk tetap berkonsentrasi pada saaat membaca 6. Menemui konsentrasi yang melantur pada saat membaca 7. Mengalami hambatan pada saat membaca karena ada kosakata yang belum diketahui 8. Membaca dengan memperhatikan kata demi kata, bukan satuan-satuan gagasan dalam bacaan 9. Membaca dengan kecepatan yang sama untuk berbagai jenis teks yang dibaca 10. Menyuarakan kata-kata yang dibaca agar mudah memahami bacaan JAWABAN YA TIDAK Pada dasarnya, membaca intensif adalah salah satu keterampilan membaca yang lebih menekankan pada kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Menurut Dalman (2013: 87), membaca intensif atau membaca pemahaman adalah aktivitas membaca secara kognitif (untuk memahami), sehingga pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan. Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa membaca intensif memerlukan ketekunan dan ketelitian yang ekstra agar dapat menangkap maksud teks yang dibaca.

17 4 Dalam silabus membaca SMA kelas XI, terdapat indikator keberhasilan berupa: (i) kemampuan membaca cepat 250 kata per menit dan (ii) menjawab secara benar 75 % dari seluruh pertanyaan yang tersedia. Setelah siswa mampu membaca cepat 250 kata per menit, siswa juga akan lebih mudah untuk menjawab secara benar pertanyaan yang tersedia karena jawabannya diperoleh dari teks bacaan. Namun, dalam kenyataannya indikator ini belum dicapai secara maksimal oleh siswa tingkat SMA. Hal ini tidak lain dikarenakan, salah satunya yaitu kurang perhatian dari pendidik, khususnya guru bahasa Indonesia dalam pelajaran membaca. Dalam tesisnya, Sukirno (2001: 4) menyatakan bahwa permasalahan pembelajaran yang kurang mendapat perhatian dari berbagai kalangan pendidikan memang sangat memprihatinkan mengingat keterampilan membaca merupakan hal yang vital, khususnya bagi siswa yang hidup dalam lingkungan akademik. Jelas sekali, prestasi membaca siswa memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar seluruh mata pelajaran, yang pada akhirnya berpengaruh pada saat siswa hendak memasuki dunia kerja. Lebih-lebih di zaman kompetitif sekarang ini, pengetahuan dan kemampuan merupakan hal utama untuk dimiliki setiap orang yang ingin bertahan dalam kancah kompetensi itu. Pernyataan Sukirno di atas mendorong peneliti untuk melakukan observasi pada pelaksanaan pembelajaran membaca di SMA Negeri 8 Purworejo. Hasil observasi pada kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Purworejo menunjukkan bahwa guru masih menggunakan metode tradisional dalam pembelajaran membaca. Metode tradisional yang dimaksud yakni pembelajaran dengan teknik, pertama, memberikan bacaan kepada siswa yang terdapat dalam LKS bahasa Indonesia, kedua, siswa diberi

18 5 tugas untuk membaca secara mandiri, dan ketiga, diakhiri dengan kegiatan soal untuk mengetes pemahaman siswa terhadap bacaan. Tampaknya guru hanya menggunakan metode yang ada dalam buku penataran tanpa mengkombinasikan dengan metode atau teknik lain sehingga siswa cepat bosan karena tidak bervariasinya pembelajaran membaca yang pernah mereka terima. Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa Indonesia kelas XI, rendahnya nilai kemampuan membaca siswa kelas XI SMA Negeri 8 Purworejo dipengaruhi antara lain oleh keterbatasan media, sarana dan prasarana, serta faktor psikologis siswa sehingga hasil yang didapat tidak tuntas. Faktor psikologis siswa yang dimaksud adalah masih banyaknya siswa yang menganggap membaca sebagai hal yang biasa dlakukan dalam semua mata pelajaran sehingga tidak memerlukan latihan lagi. Dalam proses pembelajaran, umumnya siswa bersikap pasif, bahkan sulit berkonsentrasi. Tidak heran, walaupun kegiatan membaca telah dilakukan, tetapi siswa tidak banyak mengetahui apa isi bacaan tersebut. Hal ini terbukti pada setiap guru memberikan pertanyaan, jawaban siswa banyak yang tidak tepat. Menurut pengakuan salah satu siswa SMA Negeri 8 Purworejo, bahan bacaan yang diberikan guru tidak menarik dan tidak menimbulkan hasrat baca mereka sehingga mereka tidak tertarik untuk membaca teks bacaan tersebut. Berdasarkan fenomena di atas, peningkatan keterampilan membaca khususnya membaca intensif yaitu memahami ragam wacana tulis dengan membaca cepat dan membaca intensif bagi siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Purworejo sangat perlu diupayakan segera dan seoptimal mungkin. Sehubungan dengan upaya peningkatan tersebut, beberapa hal yang dapat diakukan antara lain: (i) pemberian motivasi

19 6 tentang pentingnya membaca intensif bagi siswa, (ii) penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi, dan (iii) pemilihan bahan bacaan yang relevan dengan kondisi psikologis mereka. Salah satu metode pembelajaran modern yang dapat diujicobakan dalam peningkatan kemampuan membaca pemahaman bagi siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Purworejo adalah metode klos. Metode ini merupakan kombinasi antara membaca cepat dan membaca intensif sehingga sangat relevan dengan kondisi psikologis siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 8 Purworejo. Secara teknis metode klos diterapkan berpasangan. Siswa berdiskusi tentang metode klos. Selanjutnya, siswa bersama guru menyimpulkan tentang wacana rumpang dan cara penyempurnaan kerumpangannya. Dari 28 siswa, setiap nomor absen ganjil sebagai kelompok responden, dan nomor absen genap sebagai kelompok pengamat atau pencatat waktu dan menghitung KEM pasangannya. Dengan demikian, setiap nomor absen ganjil berpasangan dengan nomor absen genap. Siswa nomor absen ganjil membaca wacana yang sudah disediakan dan siswa nomor absen genap sebagai pencatat waktu dan menghitung KEM pasangannya. Siswa yang sebagai pengamat secara individu mengukur tingkat keterbacaan responden (pasangan). Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai pembaca berganti sebagai kelompok pengamat. Kelompok pengamat tugasnya mencatat waktu dan menghitung KEM pasangan. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil bacaan dengan menggunakan metode klos. Tingkat keterbacaan dan pemahaman metode klos meliputi: (i) Panjang wacana sebagai alat ajar, (ii) delisi (lesapan) disesuaikan kebutuhan siswa dan pertimbangan guru yaitu ketrampilan penguasaan unsur tata

20 7 bahasa dan ketrampilan kosakata serta maknanya, (iii) evaluasi sebagai alat ajar (kontekstual) artinya boleh sinonim atau makna yang dapat mengganti kedudukan kata yang dilepas. Berdasarkan permasalahan pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Purworejo seperti yang telah diuraikan di atas, peneliti memilih menggunakan metode klos untuk menyelesaikan masalah tersebut karena relevansi metode tersebut dengan kondisi psikologis siswa kelas XI IPA 1 SMA N 8 Purworejo sehingga diharapkan siswa dapat menikmati proses pembelajaran dan mendapatkan kemampuan membaca pemahaman sesuai dengan indikator yang ditetapkan, yakni (i) membaca cepat 250 kata per menit dan (ii) dapat memahami bacaan untuk mengisi rumpangan yang tersedia. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi hal-hal sebagai berikut. 1. Kurangnya perhatian guru terhadap pengajaran membaca pemahaman. 2. Rendahnya minat siswa terhadap pengajaran membaca pemahaman. 3. Ketidaksesuaian penggunaan metode pengajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. 4. Proses pembelajaran yang bersifat monoton.

21 8 C. Batasan Masalah Setelah permasalahan diidentifikasi, permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi. Oleh karena itu, masalah yang diteliti dibatasi pada membaca pemahaman menggunakan metode klos pada siswa kelas XI SMA Negeri 8 Purworejo Tahun 2013/2014. Peneliti memilih judul tersebut karena siswa masih kesulitan dalam memahami sebuah wacana secara keseluruhan. Selain itu, teknik yang selama ini digunakan adalah teknik ceramah yang menimbulkan kebosanan terhadap siswa. Maka, peneliti mencoba menggunakan metode klos sebagai pembelajarannya. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan, masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan berikut ini. 1. Bagaimanakah pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode klos pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Purworejo tahun pembelajaran 2013/2014? 2. Bagaimanakah pengaruh penggunaan metode klos terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Purworejo dalam pembelajaran membaca pemahaman tahun pembelajaran 2013/2014? 3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca pemahaman setelah digunakan metode klos pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Purworejo tahun pembelajaran 2013/2014?

22 9 E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendeskripsikan: a. proses pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode klos pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Purworejo tahun pembelajaran 2013/2014; b. pengaruh penggunaan metode klos terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Purworejo dalam pembelajaran membaca pemahaman tahun pembelajaran 2013/2014; c. peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Purworejo tahun pembelajaraan 2013/2014 setelah menggunakan metode klos. 2. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis yangakan diuraikan sebagai berikut. a. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1) memberikan sumbangan yang berharga bagi pengembangan teori pembelajaran keterampilan membaca secara umum; 2) memberikan sumbangan yang berharga bagi pengembangan metode, media, model, strategi pembelajaran keterampilan membaca, khususnya kemampuan membaca pemahaman;

23 10 3) menjadi bahan kajian atau diskusi dalam upaya mencari strategi pembelajaran keterampilan membaca yang efektif dan efisien. b. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut. 1) Bagi Siswa Kegunaan penelitian ini bagi siswa antara lain: a) siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang mereka miliki dalam pembelajaran membaca pemahaman; b) dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar membaca siswa karena kemampuan membaca itu sangat penting sebagai sarana berkomunikasi secara tidak langsung; c) menjadikan pembelajaran membaca pemahaman menjadi lebih baik. 2) Bagi Guru Kegunaan penelitian ini bagi guru antara lain: a) memberikan masukan bagi para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan membaca; b) memberikan kemudahan bagi para guru dalam melaksanakan pembelajaran keterampilan membaca. 3) Bagi Peneliti Kegunaan penelitian ini bagi peneliti antara lain: a) menambah pengetahuan peneliti yang akan berguna di masa yang akan datang;

24 11 b) memberikan masukan dalam penyusunan materi pelajaran yang lebih tepat, sistematis, dan bervariasi, sehingga materi pelajaran membaca pemahaman lebih berkembang. F. Penegasan Istilah Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menghindari kesalahan pemahaman tentang judul penelitian ini, peneliti berusaha menegaskan kembali istilah-istilah berikut. 1. Peningkatan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus, 2006: 664) peningkatan berarti proses, cara atau perbuatan meningkatkan usaha, kegiatan dan sebagainya. Dalam penelitian ini, peningkatan yang dimaksud adalah cara meningkatkan atau mengembangkan suatu hal. Hal yang dimaksud adalah kemampuan dan sikap siswa. 2. Kemampuan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus, 2006: 445) kemampuan berarti kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu. Dalam penelitian ini, kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan untuk meningkatkan atau mengembangkan suatu hal. Hal yang dimaksud adalah kemampuan dan sikap siswa. 3. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang dilakukan dalam hati dengan hati-hati dan dengan teliti sekali, serta bersungguh-sungguh, sehingga mengerti benar maksud/isi yang ada dalam bacaan (Sukirno, 2009: 40)

25 12 4. Metode Klos Metode klos merupakan teknik pembaca untuk memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna (Dalman, 2013: 27). Bagian-bagian kata yang dihilangkan itu biasanya disebut kata ke-an. Kata ke-an itu diganti dengan tanda garis mendatar atau tanda titik-titik, karena kata ke-an bisa berupa kata benda, kata kerja, kata penghubung, dan kata lain yang dianggap penting. Tugas pembaca ialah mengisi bagian-bagian yang kosong itu sama dengan wacana aslinya. Berdasarkan penegasan istilah di atas, peningkatan kemampuan membaca pemahaman adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya dalam hal yang berkaitan dengan membaca pemahaman. Upaya yang dilakukan untuk menigkatkan kemampuan membaca pemahaman yaitu dengan menggunakan metode klos. G. Sistematika Skripsi Penulisan skripsi ini, secara garis besar disusun dengan sistematika: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.bagian awal berisi halaman cover, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan penguji, halaman pernyataan keautentikan skripsi, kata pengantar, daftar isi, serta gambar dan tabel. Bagian isi terbagi ke dalam lima bab. Bab I adalah pendahuluan, berisi latar belakang, penegasan istilah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika skripsi. Latar belakang berisi gagasan-gagasan konseptual dan keadaan-keadaan faktual yang menjadi motivator dan inspirator bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Penegasan

26 13 istilah berisi uraian istilah-istilah dalam judul skripsi yang masih perlu dipertegas kembali agar tidak terjadi kesalahan penafsiran. Identifikasi masalah berisi paparanpaparan masalah utama yang ditemukan di lapangan selama observasi awal. Pembatasan masalah berisi tentang kekhususan masalah-masalah yang teridentifikasi yang menjadi prioritas dipecahkan dalam skripsi ini. Rumusan masalah berisi pertanyaan penelitian yang merumuskan masalah khusus yang dibahas dalam skripsi ini. Selanjutnya, subbab tujuan dan kegunaan penelitian berisi paparan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian dan kegunaan hasil penelitian terhadap pihak-pihak tertentu. Pada sistematika skripsi, peneliti memaparkan alur penyajian bagian-bagian skripsi secara berurutan. Bab II berisi tinjauan pustaka, kajian teoretis, kerangka berfikir, dan hipotesis. Pada bab ini, penulis memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, teori-teori yang digunakan sebagai pedoman penelitian, kerangka berfikir dalam memecahkan masalah, serta dugaan sementara mengenai hasil penelitian. Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian meliputi rancangan penelitian, subjek penelitian, instrumenpenelitian, variabel penelitian, tahap pengumpulan data, teknik analisis data, dan uji instrumen. Bab IV berisi penyajian dan pembahasan data hasil penelitian. Dalam bab ini disajikan data-data yang diperoleh selama penelitian berlangsung kemudian dibahas dan disarikan intinya sehinga dapat dinyatakan apakah hipotesis penelitian diterima atau tidak.

27 14 Bab V berisi simpulan hasil penelitian dan saran-saran dari peneliti terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dengan bidang penelitian ini. Pada bagian akhir skripsi, peneliti menyajikan daftar pustaka dan lampiranlampiran. Semua buku dan sumber lain yang digunakan penulis, tercantum pada daftar pustaka sehingga dapat dipertanggungjawabkan keautentikannya. Pada bagian lampiran, peneliti menyertakan berbagai hal yang mendukung keaslian dan validitas hasil penelitian. Termasuk di dalam lampiran adalah biodata peneliti dan instrumeninstrumen penelitian.

28 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN Dalam bab ini dipaparkan tinjauan pustaka, kajian teoretis, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjauan pustaka berisi paparan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan kajian teoretis berisi paparan teori yang menjadi acuan penelitian. A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu sehingga diketahui perbedaan yang khas antara penelitian Purnomo yang berjudul Upaya Peningkatan Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Purworejo dengan Metode Make a Match Tahun Pembelajaran 2012/2013 dengan penelitian yang dilakukan Ruriningsih yang berjudul Peningkatan Membaca Pemahaman Teks Biografi Menggunakan Metode SQ3R pada Kelas VII SMP Muhammadiyah Purworejo Tahun Pembelajaran 2008/ Purnomo mengkaji Upaya Peningkatan Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Purworejo dengan Metode Make a Match Tahun Pembelajaran 2012/2013. Dalam penelitian yang dilakukan Purnomo dinyatakan skor rata-rata membaca pemahaman yang diperoleh pada tes awal ialah 62,5 % mengalami peningkatan menjadi 87,5 % pada siklus I, sedangkan siklus II memperoleh rata-rata 95 %. Peningkatan skor rata-rata dari tes awal ke siklus II mencapai 32,5 % dengan kategori cukup signifikan. 15

29 16 Antara penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo terdapat kesamaan dan perbedaan. Persamaan antara penelitian Purnomo dan penilitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Perbedaannya adalah peneliti menggunakan metode klos sebagai metode pembelajaran, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo menggunakan metode make a mach untuk menemukan gagasan utama dalam teks bacaan. Selain penelitian Purnomo, peneliti juga mengambil dari penelitian Ruriningsih yang berjudul Peningkatan Membaca Pemahaman Teks Biografi dengan menggunakan Metode SQ3R pada Kelas VII SMP Muhammadiyah Purorejo Tahun Pembelajaran 2008/ Hasil penelitian yang dilakukan Ruriningsih pada setiap siklus tampak adanya peningkatan hasil belajar kemampuan membaca pemahaman dengan metode SQ3R. Nilai rata-rata kelas pada prasiklus adalah 45,62 (katerogi kurang) yang meningkat sebesar 27,35 % pada siklus I menjadi 72,97 (kategori cukup). Selanjutnya, meningkat lagi pada siklus II sebesar 6,36 % menjadi 79,22 (kategori baik). Antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruriningsih terdapat perbedaan dan kesamaan. Persamaan yang penulis temukan adalah samasama meneliti kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Perbedaannya adalah penulis menggunakan metode klos dalam pembelajaran membaca pemahaman sebagai metode pembelajaran, sedangkan penelitian yang dilakukan Ruriningsih menggunakan model SQ3R.

30 17 B. Kajian Teoretis Dalam kajian teori ini peneliti menguraikan tentang (1) hakikat membaca pemahaman, (2) jenjang pemahaman dalam proses membaca, (3) kecepatan efektif membaca (KEM) dan (4) metode klos. 1. Hakikat Membaca Pemahaman Pada tahap awal orang belajar membaca (learning to read) masih berupa aktivitas melafalkan huruf. Anderson (1972: ) memaknainya sebagai proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (recording and decoding proses), sedangkan Haris memaknainya sebagai proses pengenalan simbol-simbol bunyi yang tercetak (Olson, 1982: 11). Dengan demikian, pada tahap ini orang belajar membaca masih bersifat mekanis belaka. Usaha memahami isi bacaan belum dilakukan. Selanjutnya, orang belajar membaca tidak hanya sekedar melafalkan huruf-huruf, tetapi sudah berusaha memahami isi yang terkandung di dalam bacaan. Hodgon (1960: 43-44) memaknai membaca tingkat ini sebagai proses yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata bahasa tulis, sementara itu Olson (1982: 11) memaknainya sebagai proses pengenalan simbol-simbol yang tercetak yang diikuti dengan pemahaman makna yang tersurat di dalam bacaan. Makna bacaan ini sudah menunjukkan adanya interaksi antara bahasa dengan pikiran, yaitu penulis menkodekan pikirannya ke dalam bahasa tulis tersebut ke dalam pikirannya. Aktivitas membaca yang bersifat mekanis seperti ini sudah melibatkan proses perceptual dan kognitif, tetapi pemahamannya baru

31 18 sampai ide-ide yang tersurat (literal), sedangkan pemahaman terhadap ide-ide yang terdapat dalam bacaaan belum dilakukan. Tampubolon (1987: 5) menamakan keterampilan membaca mekanis ini sebagai membaca permulaan karena selain pengertiannya mencakup pengenalan dan pelafalan lambing-lambang bunyi juga banyak diterapkan pada anak-anak. Akhirnya, orang melakukan aktivitas membaca didasarkan pada kegiatan untuk memahami isi bacaan secara lebih komprehensif. Akibatnya, makna membaca pun berubah. Finochairo dan Bonowo (1973: 119) dan Smith (1973: 5) memaknai membaca adalah bringing meaning to and getting meaning from printed or written material, memetik dan memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis. Mackay (1987: 18) memaknainya sebagai proses decoding simbol-simbol tulisan secara interaksi antara pengalaman membaca dengan teks, sedangkan Goodman (1988: 12) menyebutnya sebagai proses psikolinguistik yang bersifat reseptif, yang dimulai dari pengenalan struktur bahasa yang dilisankan oleh penulis sampai dengan penyusuan makna teks. Dengan proses membaca tingkat ini, pembaca menggabungkan antara informasi tekstual dengan pengetahuan latarnya. Proses membaca demikian itu disebut dengan istilah membaca pemahaman. Jenis membaca ini oleh Tampubolon (1987: 5) diistilahkannya dengan membaca lanjut. Pada tingkatan ini selain siswa menguasai membaca mekanis juga memahami isi bacaan. Burhan (1981: 96) menyebutnya dengan istilah membaca intensif, yaitu proses membaca yang dilakukan dengan hati-hati dan

32 19 teliti sekali, biasanya cara membacanya sangat lambat. Aminudin (1994: 1) menyebutnya dengan istilah membaca dalam hati, yang dimaknainya sebagai usaha untuk memahami keseluruhan isi bacaan yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki pembaca tanpa diikuti oleh gerak lisan/suara. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa membaca sebagai suatu keterampilan mencakup aspek keterampilan mekanis dan keterampilan yang bersifat pemahaman. Untuk itu, Kridalaksana (1993: 135) menyatakan bahwa membaca adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan pemahamannya menjadi wacana bermakna dalam bentuk bersuara maupun tidak bersuara. Pendapat tentang membaca dari Kridalaksana tersebut disyaratkan dengan adanya mengenalkan dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis. Carter yang dikutip oleh Sujanto (1988: 7) menyatakan bahwa membaca adalah sebuah proses berpikir yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsir arti, dan menerapkan ide-ide dari lambang-lambang tertulis. Pendapat Carter tentang membaca selain merupakan proses untuk memperoleh pesan dari bahasa tertulis, juga membaca merupakan aktivitas seseorang untuk menerapkan ide-idenya dalam bahasa tulis tersebut. Soedarso (2002: 58) mengistilahkannya membaca lanjut ini dengan membaca cepat (speed reading atau rappid reading). Pengertiannya mencakup kecepatan membaca (waktu baca) dan presentase pemahaman isi. Untuk mengukur kemampuan membaca, harus diukur kecepatan membaca dan pemahaman isi. Kecepatan membaca diukur dengan dengan jumlah kata yang

33 20 dapat dibaca per menit sedangkan pemahaman isi diukur dengan persentase jawaban yang benar dari jumlah soal yang diberikan tentang isi bacaan. Hasil pengukuran kedua aspek tersebut diintegrasikan sehingga menunjukkan ukuran kemampuan membaca. Harjasujana dan Damayanti (2003: ) menyatakan bahwa pemahaman bacaan meliputi pemahaman kalimat-kalimat. Pemahaman tentang kalimat-kalimat itu meliputi pula kemampuan menggunakan teori tentang hubungan-hubungan struktural antarkalimat. Pengetahuan tentang hubungan struktural itu berguna bagi proses pemahaman kalimat sebabkalimat bukanlah untaian kata-kata saja, melainkan uraian kata-kata yang saling berkaitan mengikuti cara-cara yang spesifik. Seorang pembaca akan memahami isi bacaan setelah ia paham maksud bacaan tersebut yang merupakan antarkalimat yang satu dengan yang lain saling berkesinambungan. Pilihan kata yang tepat merupakan hubungan struktural antarkalimat dapat membentuk kesinambungan antarkalimat. Semakin spesifik kata yang digunakan dalam suatu teks bacaan, maka semakin mudah dipahami pula isi bacaan tersebut. Iyosrosmana (2009: 1) menyampaikan bahwa hubungan-hubungan struktural yang penting untuk memahami makna kalimat itu tidak hanya diberikan dari struktur luar, tetapi juga diberikan dalam struktr isi kalimat. Pemahaman kalimat tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa dukungan pemahaman atas hubungan pemahaman isi antarkalimat tersebut. Untuk itu, agar memiliki keterbacaan yang tinggi, kalimat yang disusun dalam suatu wacana harus selalu memperhatikan unsur struktur luar, struktur isi, dan hubungan antarkeduanya.

34 21 Berdasarkan beberapa batasan dan pemaparan konsep teoretis di atas, kemampuan membaca pemahaman adalah kecekatan pembaca dalam memanfaatkan seluruh fungsi kognitifnya untuk memahami lambang bahasa tertuis seperti kata, frasa, kalimat yang terdapat dalam bacaan, baik yang tersurat (pemahaman literal) maupun yang tersirat (pemahaman interpretatif, kriitis, kreatif) dengan tepat. Namun demikian, dalam kaitannya dengan kajian penelitian ini, membaca pemahaman yang dibahas mencakup pemahaman literal dan pemahaman interpretatif. 2. Jenjang Pemahaman dalam Proses Membaca Proses pemahaman isi bacaan terjadi secara berjenjang. Jenjang-jenjang pemahaman tersebut terjadi secara hierarkis, yaitu dari jenjang yang palingrendah ke jejang yang paling tinggi. Semua jenjang tersebut penting sebab jenjang yang paling rendah akan menjadi dasar bagi proses pemahaman pada jenjang-jenjang yang paling tinggi. Nama dan tingkat penjenjangan yang dibuat oleh para ahli berbeda-beda. Tollefsen (1989: 6-9) membagi jenjang pemahaman menjadi lima, yaitu jenjang literal, reorganisasi, menyimpulkan, evaluasi dan apresiasi. Sementara itu, Syafi I (1993: 64) membaginya menjadi empat, yaitu jenjang literal, interpretatif, kritis dan kreatif. Penjenjangan yang dibuat Tollefsen (1989: 6-9) dapat dijelaskan sebagai berikut. Jenjang literal, yaitu jenjang pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan memahami detail-detail is bacaan, ide-ide pokok bacaan, urutan ideide yang ada dalam bacaan, perbandingan antarbagian, hubungan kausal antarbagian, dan memahami karakter pelaku-pelaku yang ada dalam bacaan.

35 22 Jenjang reorganisasi, yaitu jenjang pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan megklasifikasi, yaitu kemampuan menggolong-golongkan informasi ke dalam kategori-kategori tertentu, menerangkan kembali isi bacaan, membuat ringkasan isi bacaan, dan menyintesiskan informasi-informasi yang bertebaran di dalam bacaan. Jenjang menyimpulkan, yaitu jenjang pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan menyimpulkan antara ide pokok dengan ide penjelas, urutan antaride, perbandingan, hubungan kausal antarbagian, watak pelaku, meramalkan bagian akhir bacaan, dan memaknai kata-kata figuratif yang terdapat di dalam bacaan. Jenjang evaluatif yaitu jenjang pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan memberikan penilaian terhadap realitas dan fantasi, fakta dan opini, validitas isi, dan manfaat isi bacaan. Selanjutnya, jenjang apresiasi, yaitu jenjang pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan memberikan respon emosional terhadap tema, alur, setting, karakter, sudut pandang, dan amanat yang terdapat dalam bacaan, mengidentifikasi pelaku/peristiwa, mereaksi pengguna bahasa figuratif dan melakukan pembayangan. Jenjang pemahaman yang dibuat oleh Syafi I (1993: 64) dapat dijelaskan sebagai berikut. Jenjang literal, yaitu jenjang pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan mengenali dan mengingat kembali informasi yang tersurat di dalam bacaan. Bentuknya berupa mengenali kembali rincian-rincian, ide-ide pokok, urutan antarbagian perbandingan, hubungan sebab akibat, dan karakter-karakter yang ada dalam bacaan. Jenjang interpretatif, yaitu jenjang pemahaman yang

36 23 berkaitan dengan kemampuan memahami gagasan-gagasan dan makna yang tersirat di dalam bacaan. Bentuknya berupa kemampuan membuat generalisasi, menentukan hubungan sebab akibat antarbagian, mengidentifikasi motif-motif, menentukan hubungan antarbagian, mengidentifikasi bagian akhir isi teks, dan membuat perbandingan-perbandingan antarbagian. Jenjang kritis, yaitu jenjang kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan menilai isi bacaan. Bentuknya berupa kemampuan menilai gagasan-gagasan yang disampaikan penulis, validitas gagasan-gagasan yang ada di dalam bacaan. Selanjutnya, jenjang kreatif yaitu jenjang pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan menerapkan isi bacaan ke dalam situasi yang lain/baru, mengombinasikan isi bacaan dengan gagasangagasan lain untuk membentuk konsep baru, memperluas konsep-konsep yang terdapat di dalam bacaan. Penjenjangan pemahaman yang dibuat oleh kedua ahli tersebut pada prinsipnya sama. Perbedaannya hanya pada jumlah jenjang dan aspek-aspek yang menjadi cirri setiap jenjangnya. Dengan demikian, sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu meningkatkan kemampuan membaca, penjenjangan yang dipilih sebagai dasar penjenjangan adalah penjenjangan yang dibuat oleh Syafi I (1993: 64). Pemilihan tersbut didasarkan pada pertimbangan bahwa penjenjangan yang dibuat oleh Syafi I tersebut lebih tegas memasukkan aspek memahami gagasan-gagasan bacaan ke dalam salah satu tingkat penjenjangannya. Namun, tidak semua jenjang menjadi bagian yang diteliti, tetapi hanya digunakan dua saja, yaitu jenjang literal dan interpretatif. Hal tersebut dilakukan karena pada kedua jenjang tersebut

37 24 tercakup detail-detail kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas memahami gagasan-gagasan bacaan. 3. Kecepatan Efektif Membaca (KEM) Kecepatan efektif membaca (KEM) sebuah istilah untuk mencerminkan kemampuan membaca yang sesungguhnya yang dicapai oleh pembaca. Dua unsur penyokong kegiatan/ proses membaca, yakni unsur visual (kemampuan gerak motoris mata dalam melihat dan mengidentifikasi lambang-lambang grafis) dan unsur kognisi (kemampuan otak dalam mencerna dan memahami lambanglambang grafis) sudah terliput dalam rumus KEM. Oleh karena itu, KEM dapat ditentukan dengan jalan memperkalikan kecepatan rata-rata baca dengan prosentase pemahaman isi bacaan (Harjasujana, 2000: 109). Untuk mencapai KEM yang tinggi, siswa memerlukan pelatihan dan pembiasaan membaca efektif. KEM seseorang dapat dibina dan ditingkatkan melalui proses berlatih. Ada dua faktor utama yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi KEM, yakni faktor dalam (internal) dengan faktor luar (eksternal). Faktor dalam adalah faktor yang berada di dalam diri pembaca itu sendiri, yaitu: intelegensi, minat, dan motivasi, sikap baca, kompetensi kebahasaan, tujuan baca, dll. Faktor luar adalah faktor-faktor yang berada di luar pembaca. Faktor ini dapat dibedakan ke dalam dua hal, yakni faktor-faktor yang berkenaan dengan bacaan (keterbacaan dan organisasi bacaan) dan sifat-sifat lingkungan baca (Harjasujana, 2000: 110). Berdasarkan hasil studi para ahli di Amerika, kecepatan yang memadai untuk siswa tingkat akhir Sekolah Dasar kurang lebih 200 kpm, siswa tingkat

38 25 Lanjutan Pertama antara kpm, siswa tingkat Sekolah Lanjutan Atas antara kpm, dan tingkat mahasiswa antara kpm. Kemudian, pemahaman isi bacaan yang dikuasai siswa minimal 70 %. Dengan uraian tersebut dapat dikelompokkan kecepatan efektif membaca (KEM) masing-masing jenjang yaitu tingkat SD = 200 x 70% = 140 kpm, tingkat SMTP/SMP = 200 x 70% sampai dengan 250 x 70% = kpm, tingkat SMTA/SMA = 250 x 70% sampai dengan 350 x 70% = kpm, dan tingkat Perguruan Tinggi 350 x 70% sampai dengan 400 x 70% = kpm (Harjasujana, 200: ). Kecepatan membaca seseorang akan memengaruhi pemahaman makna tulisan yang dibacanya. Banyak orang yang belum pernah mendapat bimbingan khusus dalam membaca cepat, mempunyai kecepatan yang sama dalam membaca. Kecepatan membaca pun harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama. Adakalanya kecepatan itu diperlambat. Hal itu tergantung pada bahan dan tujuan kita membaca. Kegiatan membaca berhubungan dengan pembaca dan bahan yang dibaca. Pembaca yang baik adalah pembaca yang dapat membaca dengan cepat dan tahu maksud yang dibaca. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih banyak pembaca yang belum mampu membaca dengan cepat dan bahkan tidak memahami teks yang dibacanya. Adapun salah satu faktor penyebab seseorang pembaca tidak tahu cara membaca yang baik, karena sering kali ada hal-hal yang harus dibacanya tetapi sebenarnya tidak perlu menghabiskan waktu yang banyak. Dalam hal ini,jika kita tidak dapat membaca dengan cepat, maka kita akan membuang-buang waktu

39 26 (pemborosan waktu). Namun, banyak juga orang yang membaca terlalu cepat untuk bacaan yang seharusnya dibaca pelan-pelan (Baradja, 1990: 121). Pada dasarnya membaca itu haruslah fleksibel. Kita harus mampu menyesuaikan bahan bacaan yang kita baca dengan kecepatan membaca. Hal ini tergantung pada tingkat kesulitan teks bacaan tersebut. Oleh sebab itu, kalau teks tersebut memiliki tingkat kesulitan tinggi (sukar), kita sebaiknya membaca dengan kecepatan rendah (baca dengan lambat atau normal), tetapi kalau teks tersebut memiliki tingkat kesulitan rendah (mudah), kita dapat membacanya dengan kecepatan normal. Di bagian lain, Baradja (1990: 122) mengemukakan bahwa seorang pembaca yang baik, selain dapat membaca dengan cepat, ia juga harus tahu di mana ia harus membaca dengan cepat maupun lambat. Hal itu karena, suatu bacaan atau buku memerlukan tingkat pemahaman yang berbeda saat dibaca. Ada bacaan yang ringan dan ada bacaan yang berat. Ada sebagian orang yang dapat membaca cepat, tetapi tidak dapat mengingat apa yang dibacanya, mungkin mereka ini sudah terbiasa sejak kecil dengan membaca lambat. Ada sebagian orang lagi yang dapat membaca dengan cepat dan ingat tentang tentang apa yang dibacanya. Orang-orang yang disebut belakangan ini dapat digolongkan ke dalam kelompok orang-orang yang dapat membaca dengan efisien (Soedarso, 2005: 29). Membaca cepat tidak hanya memperbaiki prestasi waktu, tetapi menambah banyaknya informasi yang dapat diserap oleh pembaca. Hal ini karena pembaca tidak lagi mempunyai kebiasaan membaca kata demi kata (Baradja, 1990: 121). Unsur utama membaca adalah otak. Gambar diantarkan ke otak melalui mata.

40 27 Lalu, otak memberikan interpretasi terhadap apa yang dituju oleh mata itu. Salah satu bukti bahwa dalam membaca fungsi otak itu lebih penting dari mata, dapat dilihat pada orang yang mengalami luka hebat di otak, ternyata ia menjadi buta secara menyeluruh dan selamanya meski mata orang itu berfungsi dengan sempurna (Soedarso, 2005: 20-21). Untuk mendapatkan informasi tidak hanya dengan membaca cepat, tetapi seseorang harus selalu berkonsentrasi pada saat membaca. Percuma bila seseorang telah membaca cepat, tetapi tidak dapat mengerti atau memahami apa yang dibacanya. Semakin berkonsentrasi, semakin cepat pula menyerap ide atau informasi yang diinginkan. Bagaimanapun ringannya suatu bahan bacaan, konsentrasi mutlak perlu, pikiran seseorang harus mengarah ke bacaan itu. Kurangnya daya konsentrasi pada tiap pembaca disebabkan oleh hal-hal yang berbeda. Ada orang yang memerlukan tempat yang tenang (hening) untuk dapat membaca, tetapi ada juga orang yang dapat berkonsentrasi apabila ditemani oleh suara radio. Kurangnya konsentrasi juga disebabkan oleh kurangnya minat perhatian terhadap apa yang dibaca, karena tidak menarik, terlalu sulit atau terlalu mudah atau memang membosankan. Selain itu juga, ada kemungkinan orang itu belum siap membaca, misalnya karena badan terlalu lelah atau pperasaannya masih kacau (sedih). Untuk meningkatkan daya konsentrasi, ada dua kegiatan penting, yaitu menghilangkan atau menjauhi hal-hal yang menyebabkan pikiran menjadi kusut dan memusatkan perhatian secara sungguh-sungguh (Soedarso, 2005: 50). Menurut Soedarso (2005: 19), selain unsur utama dalam membaca, ada juga keterampilan dasar membaca seperti gerakan mata, membaca frasa, mengenal

41 28 kata-kata kunci baik untuk fiksi maupun non fiksi. Dalam kegiatan membaca, persepsi dan interpretasi otak terhadap tulisan yang dilihat oleh mata dapat dilihat pada lamanya mata berfiksasi. Apabila persepsinya kuat (mengenai informasi yang dibacanya), fiksasi berlangsung cepat. Pembaca tidak berhenti lama di satu fiksasi, tetapi segera meloncat ke fiksasi berikutnya (Soedarso, 2005: 21). Gerakan mata tergantung pada jarak benda yang dilihat. Apabila kita melihat jauh mengikuti benda yang bergerak di lapangan pandang luas, mata bergerak halus dan rata. Akan tetapi, apabila kita melihat benda-benda di jarak yang dekat seperti kalau kita melihat gambar atau membaca, gerakan mata akan cepat. Untuk mendapatkan kecepatan dan efisiensi membaca dapat dilakukan dengan melebarkan jangkauan mata dan lompatan mata, yaitu satu fiksasi meliputi dua atau tiga kata, kemudian dengan membaca satu fiksasi untuk suatu unit pengertian. Melalui cara ini siswa dapat lebih mudah menyerap apa yang dibacanya. Cara selanjutnya, seorang pembaca diusahakan jangan menghafal katakata yang dibacanya melainkan memahami makna yang dibacanya. Semakin sedikit waktu untuk berhenti semakin baik, karena pembaca tidak membuangbuang waktu. Pada saat membaca kemampuan menyerap ide yang dilakukan oleh otak tidak bergantung pada kemampuan ingatan mengikuti susunan kata. Artinya bahwa otak seseorang dapat menyerap ide lebih cepat daripada saat melihat susunan kata itu. Jadi, tidak harus mengingat-ingat bagaimana susunan kata itu, tetapi yang diiingat adalah idenya. Kemudian dengan pengertian yang dipahami, seseorang merumuskan ide itu dengan kata-katanya sendiri (Soedarso, 2005: 29).

42 29 Keterampilan membaca sebagai salah satu aspek dari empat aspek keterampilan berbahasa biasanya tanggung jawabnya diserahkan pada guru bahasa Indonesia. Hal itu perlu diluruskan kalau ada anggapan demikian. Setiap guru dalam mata pelajaran apa pun harus turut ber-tanggung jawab atas kemampuan para siswanya, sebab faktor sangat dominan untuk menentukan keberhasilan belajar belajar siswa adalah kemauan dan kemampuan membaca yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Setiap keterampilan yang dimiliki oleh siswa itu erat sekali hubungannya dengan keterampilan lainnya dengan beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulai lingkungan keluarga sebelum masuk sekolah anak belajar menyimak dan berbicara, setelah sekolah baru belajar membaca dan menulis. Dari zaman ke zaman model membaca selalu dipengaruhi perkembangan peradaban manusia dan ilmu pengetahuan. Pada antara tahun 1950 an dan tahun 1960 an model membaca dipengaruhi definisi dan penjelasan membaca, pada tahun 1970 an timbul model-model dan teori membaca yang bertitik tolak dari pandangan ahli psikologi perkembangan, psikologi kognitif, proses informasi psikolinguistik, sedangan tahun 1980 an proses membaca dipengaruhi psikologi eksperimental. Membaca merupakan suatu keterampilan yang pemilikan keterampilannya memerlukan suatu latihan yang intensif, dan berkesinambungan (Harjasujana, 1997: 103). Aktivitas dan tugas membaca merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena kegiatan ini akan menentukan kualitas dan keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dalam studinya. Seorang guru di sekolah

43 30 hendaknya dapat memberi motivasi siswa dalam dua segi, yakni kemampuan membaca. Hal ini seorang guru bahasa Indonesia perlu memilih suatu metode yang tepat untuk mencapai tujuan seperti yang tercantum dalam kurikulum SMA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, guru harus menentukan metode yang dianggapnya lebih mudah dilakukan dalam proses pembelajaran, misalnya menggunakan metode klos. Menurut Subyakto (1988: 148), membaca dengan cepat cenderung berpikir bahwa hanya seorang pembaca cepatlah seorang pembaca yang efektif dan efisien. Dengan demikian, seorang pelajar yang membaca dengan lambat tidak dapat menyelesaikan tugasnya pada waktu yang ditentukan. 4. Metode Klos Dalam bagian ini peneliti menguraikan tentang pengertian metode klos, manfaat metode klos, kriteria pembuatan klos, keunggulan dan kelemahan metode kos dan kriteria penilaian tes klos. a. Pengertian Metode Klos Klos berasal dari kata clozure yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt (Kamidjan, 1996: 60). Hal ini seperti yang dikemukakan Wilson Taylor yang dikutip oleh Kamidjan bahwa konsep teknik klos ini menjelaskan tentang kecenderungan orang untuk menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap menjadi suatu kesatuan yang utuh (1996: 66). Berdasarkan pendapat di atas, dalam teknik klos pembaca diminta untuk memahami wacana yang tidak lengkap,

44 31 karena bagian tertentu telah dihilangkan akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna. Bagian-bagian kata yang dihilangkan itu biasanya disebut kata ke an. Kata ke an itu diganti dengan tanda garis mendatar atau tanda titik-titik, karena kata ke an bisa berupa kata benda, kata kerja, kata penghubung, dan kata lain yang dianggap penting. Tugas pembaca ialah mengisi bagian-bagian yang kosong itu sama dengan wacana aslinya. b. Manfaat Metode Klos Heilman, Hittleman, dan Bartmuth berpendapat bahwa teknik klos ini bukan sekadar bermanfaat untuk mengukur tingkat keterbacaan wacana, melainkan juga mengukur tingkat keterpahaman pembacanya (Sujana, 1987: 144). Melalui teknik ini seseorang akan mengetahui perkembangan konsep, pemahaman, pemahaman, dan pengetahuan linguistik siswa. Hal ini sangat berguna untuk menentukan tingkat instruksional yang tepat murid-muridnya. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan beberapa manfaat dari metode klos ini yaitu dapat mengetahui tingkat keterbacaan sebuah wacana, tingkat keterbacaan siswa, dan latar belakang pengalaman yang berupa minat, dan kemampuan bahasa siswa. c. Kriteria Pembuatan Klos tabel berikut: Sujana (1997:147) menjelaskan kriteria pembuatan klos seperti dalam

45 32 Tabel 1. Kriteria Pembuatan Klos NO Karakteristik Sebagai Alat Ukur Sebagai Alat Ajar 1. Panjang Antara Wacana terdiri atas maksimal Wacana. perkataan dari 150 perkataan. wacana terpilih. 2. Delisi (lesapan). Setiap kata ke-an hingga berjumlah lebih kurang 50 buah. 3. Evaluasi. Jawaban berupa kata, persis sesuai dengan kunci/teks aslinya. Delisi secara selektif bergantung pada kebutuhan siswa dan pertimbangan guru. Jawaban boleh berupa sinonim atau kata yang secara struktur dan makna dapat menggantikan kedudukan kata yang dihilangkan. 4. Tindak lanjut. Lakukanlah diskusi untuk membahas jawaban-jawaban siswa. Berbagai penelitian telah memperlihatkan bukti bahwa teknik isian rumpang/teknik klos merupakan alat ukur keterbacaan yang mapan. Validitas dan reabilitas sebagai alat ukur bahasa Inggris terbukti cukup baik. Hal senada seperti Bachman telah membuktikan keterhandalan teknik ini yang diperbandingkan dengan beberapa skor dari tes baku/standar bahasa Inggris. Bahkan Stump dalam Oller dan Perksm lewat penelitiannya membuktikan bahwa tes isian rumpang dan dikte merupakan dua bentuk pengetesan yang mampu memprediksi skor intelegensi dan prestasi belajar (Sujana 1987: 148). Kedua bentuk pengetesan tersebut (prosedur isian rumpang dan dikte) telah dikorelasikan dengan sebuah tes standar yakni The Large Thorndike Intelligence Test And The Low a Test Of Basic Skill (ITBS). Kamidjan (1996: 69) berpendapat bahwa kriteria penilaian tes klos di Indonesia lebih banyak menggunakan PAP (Penilaian Acuan Patokan). Oleh

46 33 karena itu, lebih sesuai jika menggunakan kriteria Earl F. Rankin da Yoseph Cullhene sebagai berikut: Pembaca berada dalam tingkat independen, jika persentase skor tes uji rumpang yang diperolehnya di atas 60 %, pembaca berada dalam tingkat instruksional, jika prosentase skor tes uji rumpang yang diperolehnya berkisar antara 41 % - 60 %, dan pembaca berada dalam tingkat frustasi atau gagal, jika prosentase skor tes uji rumpang yang diperolehnya sama dengan atau kurang dari 40 %. d. Keunggulan dan Kelemahan Metode Klos Menurut Kamidjan (1996: 72-75) suatu alat ukur tentu memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan metode klos dalam membaca pemahaman sebagai berikut: 1) Dalam menentukan keterbacaan suatu teks, prosedur klos mencerminkan pola interaksi antara pembaca dan penulis. Prosedur klos ini mencerminkan pola interaksi antara pembaca dan penulis. Pembaca sebagai pengisi teks yang rumpang, diharapkan dapat mengisi teks tersebut dengan wacana yang sama dengan bacaan aslinya. 2) Prosedur tes klos bukan saja digunakan untuk menilai keterbacaan, melainkan juga dipakai untuk menilai pemahaman pembacanya. Tes klos ini dipakai untuk menilai pemahaman pembacanya, karena seorang pembaca yang akan mengisi teks yang rumpang diharapkan sudah memahami isi bacaan terlebih dahulu. 3) Guru akan segera dengan tepat mendapat informasi mengenai latar belakang kemampuan dan kebutuhan siswanya.

47 34 Dengan adanya tes klos, seorang guru mampu mendeteksi atau mendapatkan informasi mengenai latar belakang kemampuan siswa dalam memahami sebuah teks bacaan. Semakin banyak rumpangan yang benar, maka siswa tersebut dapat dikatakan paham dengan isi bacaan dan sebaliknya. 4) Pada bidang pengajaran teknik klos mendorong siswa tanggap terhadap bahan bacaan. Metode klos membuat siswa memahami isi dari sebuah bacaan tersebut. 5) Dipergunakan sebagai latihan dan ukuran praktis akan pengetahuan dan pengetahuan tata bahasa siswa. Metode klos ini berfungsi sebagai tolak ukur yang praktis mengenai pengetahuan dan tata bahasa siswa. 6) Dapat menjangkau sejumlah besar individu pada waktu yang sama Dalam satu waktu yang sama metode klos ini dapat menjangkau sejumlah besar pengetahuan individu dengan cara memahami isi bacaan, dan mengisi teks yang rumpang. Siswa memiliki hasil pemahaman dan nilai yang berbedabeda terhadap penguasaan bacaan dan berpengaruh terhadap nilai hasil isian dalam teks yang rumpang. 7) Melatih kesiapan dan ketanggapan dalam upaya memikirkan dan memahami maksud dan tujuan penulis atau wacana. Tujuan metode klos yaitu memikirkan dan memahami maksud dan tujuan penulis wacana. Tes ini juga bisa dipakai untuk latihan membaca pemahaman, dan melatih siswa (pembaca) bersikap kritis terhadap wacana.

48 35 Kelemahan metode klos dalam membaca pemahaman sebagai berikut: 1) Ketepatan seseorang dalam pengisian bagian-bagian yang dihilangkan belum tentu berdasarkan atas pemahamannya terhadap wacana, melainkan didasarkan atas pola-pola ungkapan yang telah dikenalnya. 2) Untuk mengatasi hal ini guru bisa memilih wacana atau bahan dan disertai dengan diskusi. Alasan ini digunakan guru untuk memilih wacana atau bahan disertai dengan bahan diskusi, yaiuu untuk mengetahui lebih jauh alasan-alasan atau jawaban yang diberikan oleh siswa; 3) Cocok digunakan untuk kepentingan membaca dalam hati atau membaca pemahaman. Kelemahan metode klos digunakan untuk kepentingan membaca pemahaman, bukan untuk yang lain. 4) Kelemahan-kelemahan siswa dalam membaca nyaring seperti pelafalan, intonasi, penggunaan tanda baca, dan lain-lain tidak bisa dideteksi dengan cara ini. Metode klos tidak dapat mendeteksi penggunaan tanda baca dan intonasi siswa dalam hal membaca nyaring, karena hanya terfokus pada pengisian teks yang rumpang. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut peneliti memberikan bacaan yang sesuai dengan kemampuan siswa. Peneliti tidak memberikan bacaan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dengan kemampuan siswa.

49 36 e. Kriteria Penilaian Hasil Tes Klos Konsep teknik klos ini menjelaskan tentang kecenderungan orang untuk menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap menjadi suatu kesatuan yang utuh (Kamidjan, 1996: 66). Berdasarkan pendapat di atas, dalam teknik klos pembaca diminta untuk memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna. Bagian bagian kata yang dihilangkan itu biasanya disebut kata ke-an. Kata ke-an itu diganti dengan tanda garis mendatar atau tanda titik-titik, karena kata ke-an bisa berupa kata benda, kata kerja, kata penghubung, dan kata lain yang dianggap penting. Tugas pembaca ialah mengisi bagian-bagian yang kosong itu sama dengan wacana aslinya. Dalam teks seperti itu, tiap kata ke-n dalam sebuah wacana dihapus dan harus ditemukan sendiri oleh peserta tes. Dengan demikian, makin kecil n tersebut, makin sukar tes itu. Dalam hal ini, Oller (1979: 364) menyarankan agar jumlah kata yang dilesapkan kurang lebih 50 kata. Bila n sama dengan 5, teks itu akan terdiri atas kurang lebih 250 kata. Perludiingat bahwa sebuah wacana yang sama yang diberikan kepada kelompok peserta tes akan berbeda tingkat keterbacaannya jika n nya tidak sama. Rankin dan Culhane menjelaskan kriteria pembuatan klos seperti dalam tabel berikut:

50 37 Tabel 3. Penilaian Hasil Tes Klos NO Kriteria/ Tingkatan Skor 1 Tingkat independen > 60 % 2 Tingkat instruksional % 3 Tingkat frustasi < 40 % Keterangan: 1) Wacana tergolong mudah jika persentase skor tes uji rumpang yang diperoleh > 60%. 2) Wacana tergolong sedang jika persentase skor tes uji rumpang yang diperoleh berkisar 41% - 60%. 3) Wacana tergolong sukar jika persentase skor tes uji rumpang yang diperoleh < 40%. f. Implementasi Motode Klos dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran dengan metode klos yang dikemukakan oleh Heilman dan Bartmuth (dalam Sujana, 1987: 144) maka penerapannya dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah sebagai berikut: 1) Tahap Pendahuluan Pada tahap ini guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, dilanjutkan presensi siswa, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari pembelajaran membaca pemahaman sekaligus memotivasi siswa untuk belajar, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada silabus pembahasan yang telah dibuat oleh guru, menyiapkan bahan ajar, kemudian guru menyusunan instrumen sebagai alat observasi yang meliputi: (1) lembar kemampuan tingkat keterbacaan dan

51 38 pemahaman siswa, (2) lembar pengamatan masalah yang dihadapi untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca siswa dan (3) dan menentuan jadwal tindakan kelas. Setelah itu, guru menjelaskan tentang pengertian membaca pemahaman. Agar suasana kelas tidak bosan, guru dapat bercerita dengan menyinggung permasalahan apa yang akan dijadikan materi untuk dipelajari. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Siswa dengan nomor absen ganjil dan genap saling berpasangan untuk mengukur tingkat keterbacaan suatu wacana. 2) Tahap Inti Pada tahap ini guru telah menyiapkan bahan untuk didiskusikan siswa. Peneliti memilih masalah teknologi komunikasi sebagai bahan ajar. Guru menugasi setiap kelompok untuk mendiskusikan permasalahan tersebut, memahami wacana tersebut. membentuk kelompok dari semua jumlah siswa yang ada di dalam kelas, setiap nomor absen ganjil sebagai kelompok responden, dan nomor absen genap sebagai kelompok pengamat atau pencatat waktu dan menghitung KEM responden. Dengan demikian setiap nomor absen ganjil berpasangan dengan nomor absen genap. Siswa nomor absen ganjil membaca wacana yang sudah disediakan dan siswa nomor absen genap sebagai pencatat waktu dan menghitung KEM responden. Siswa yang sebagai pengamat secara individu mengukur tingkat keterbacaan responden (pasangan). Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai responden berganti sebagai kelompok pengamat. Kelompok pengamat tugasnya mencatat waktu dan menghitung KEM responden. Siswa bersama guru

52 39 menyimpulkan hasil bacaan dengan menggunakan metode klos sebagai acuan refleksi. 3) Tahap akhir Guru dan siswa melakukan evaluasi bersama. Guru dan siswa saling memberikan kritik dan saran yang membangun dari proses pembelajaran yang telah berlangsung. Guru memberikan motivasi pada siswa. Proses penilaian diambil dari awal pembelajaran, penugasan, dan hasil belajar sampai pelajaran berakhir. Guru mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan berdoa dan mengucapkan salam. C. Kerangka Berpikir Kemampuan mengisi teks yang rumpang dalam teks bacaan siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Purworejo masih rendah. Rendahnya kemampuan mereka terlihat dari perolehan nilai rata-rata yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Hal ini disebabkan oleh penggunaan metode guru yang tradisional dan monoton dalam pembelajaran membaca pemahaman sehingga siswa merasa bosan dan jenuh. Selain itu, siswa juga menganggap bahwa membaca adalah hal mudah sehingga tidak perlu lagi dipelajari. Metode klos merupakan salah satu metode yang relevan dengan siswa kelas XI SMA. Dengan metode ini, siswa dapat belajar membaca dengan menyenangkan sehingga tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran membaca yang menurut mereka adalah pelajaran yang tidak berarti.

53 40 D. Hipotesis Sudjana dan Ibrahim (2010: 12) menyatakan bahwa hipotesis atau jawaban sementara (dugaan sementara) terhadap pertanyaan penelitian banyak member manfaat bagi pelaksanaan penelitan. Manfaat tersebut antara lain dalam hal verifikasi (pemeriksaan) data terutama dalam menetapkan instrumen yang digunakan, teknik analisis data, dan menetapkan sampel penelitian. Dalam penelitian ini peneliti merumuskan hipotesis berdasarkan rumusan masalah yaitu dengan menggunakan metode klos dalam membaca pemahaman siswa dapat memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memahami suatu wacana, penggunaan metode klos dalam pembelajaran membaca pemahaman dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu wacana yang tidak utuh menjadi suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh yang akan dicapai oleh siswa menjadi lebih baik setelah menggunakan metode klos.

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Dalman Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Harjasujana, Akhmad Slamet, Membaca2. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Menengah Umum. Bagian Proyek Penataran Baru SLTP Setara D.III. Harjasujana, A S Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka. Kamidjan, Drs Teori Membaca. Surabaya: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Mahsun Metode Penelitian Bahasa. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Nurhadi Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca: Suatu Teknik Memahami Literatur yang Efisien. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Nurhadi Membaca Cepat dan Efektif. Bandung. Sinar Baru Algesindo. Purnomo, Wahyu Agung Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Purworejo dengan Metode Make A Match Tahun Pembelajaran 2012/2013. Sripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo. Ruriningsih. Peningkatan Membaca Pemahaman Teks Biografi dengan menggunakan Metode SQ3R pada Kelas VII SMP Muhammadiyah Purorejo Tahun Pembelajaran 2008/ Skripsi fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan universitas Muhammadiyah Purworejo. Soedarso Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Subyantoro Pengembangan Keterampilan Membaca Cepat. Yogyakarta: Graha Ilmu. Subyantoro Bahasa Indonesia dan Sastra: Keterampilan Membaca Pemahaman. Jakarta: Depdiknas. Sukirno Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: UMP Press. Suwandi, Sarwiji Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah, Surakarta: Yumma Pustaka.

122 Tampubolon, DP Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien, Bandung: Angkasa. Tarigan, Henri Guntur Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Indonesia, Bandung: Angkasa. Tim Penyusun Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

123 LAMPIRAN

124 LAMPIRAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PRASIKLUS Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : XI Semester : I Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi : 11. Mampu membaca dan memahami berbagai teks nonsastra menggunakan berbagai metode melalui membaca cepat Kompetensi Dasar : 11.1 Mengungkapkan isi teks dengan membaca cepat 250 kata per menit melalui penggunaan metode klos. Indikator : 1. Mengidentifikasi metode klos 2. Membaca cepat 250 kata per menit 3. Menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan bacaan 4. Mengungkapkan kendala-kendala kecepatan efektif membaca (KEM). 1. Tujuan Pembelajaran Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan : 1. Siswa dapat mengidentifikasi metode klos 2. Siswa dapat membaca cepat minimal 250 kata per menit 3. Siswa dapat menjawab secara benar 70% dari seluruh kerumpangan bacaan 4. Siswa dapat mengungkapkan kendala-kendala kecepatan efektif membaca (KEM) yang dialaminya

125 2. Materi Pembelajaran 1. Teknik membaca efektif 2. Metode klos 3. Teks non sastra (terlampir) 3. Metode Pembelajaran 1. Pendekatan: Kontekstual 2. Metode: Penugasan dan diskusi 4. Langkah-Langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal 1. Guru memberi tugas ketua kelas untuk memimpin membaca doa secara bersama-sama. 2. Guru membacakan absensi siswa. 3. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok. 4. Guru mengawali pengetahuan awal (apersepsi) dan memberikan sedikit pengantar materi tentang membaca pemahaman. 5. Guru menyampaikan judul materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. B. Kegiatan Inti 1. Siswa mempraktikkan teknik membaca yang efektif dengan membaca teks nonsastra. 2. Siswa membentuk kelompok menjadi dua bagian, yakni kelompok ganjil dan kelompok genap. 3. Dari 28 siswa, setiap nomor absen ganjil sebagai kelompok pembaca, dan nomor absen genap sebagai kelompok pengamat atau pencatat waktu dan menghitung KEM. 4. Siswa nomor absen ganjil membaca wacana yang sudah disediakan dan siswa nomor absen genap sebagai pencatat waktu dan menghitung KEM teman yang bernomor absen genap.

126 5. Siswa yang sebagai pengamat (nomor absen genap) secara individu mengukur tingkat keterbacaan (pasangan) yaitu siswa dengan nomor absen ganjil. 6. Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai pembaca berganti sebagai kelompok pengamat. 7. Kelompok pengamat tugasnya mencatat waktu dan menghitung KEM (pasangan). C. Kegiatan akhir 1. Guru memberikan kesimpulan dan tindak lanjut. 2. Guru mengadakan penilaian proses dan pemberian tugas. 3. Guru membuat penguatan dan pembahasan masalah yang timbul.. 5. Alat / Bahan / Sumber Belajar 5.1 Alat : teks non sastra 5.2 Sumber Belajar : - Ketrampilan membaca oleh Akhmad Slamet Harjasujana - Speed Reading oleh Sudarso - Membaca 2 oleh Akhmad Slamet Harjasujana - Teori Membaca oleh Kamijan 6. Penilaian Teknik : Tertulis Bentuk instrumen : Tes isian

127 7. Pedoman Penilaian Rumus yang dipakai untuk mengetahui kecepatan efektif membaca adalah sebagai berikut : K Wm K Wd : 60 B x = Kpm SI x B = Kpm SI K Wm B (60) x = Kpm SI Keterangan : K = Jumlah kata yang dibaca Wm = Waktu tempuh baca dalam satuan menit Wd = Waktu tempuh dalam satuan detik B = Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar SI = Skor ideal atau skor maksimal Kpm = Kata per menit Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) kalau kecepatan membaca minimal 250 kpm dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu jika kecepatan efektif membaca (KEM) minimal 175 kpm. Purworejo, Juni 2014 Mengetahui Guru Mata Pelajaran Guru Praktikan Dra. Hj. Sri Sulastri Nurul Aprilia NIP NIM

128 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : XI Semester : I Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi : 11. Mampu membaca dan memahami berbagai teks nonsastra menggunakan berbagai metode melalui membaca cepat Kompetensi Dasar : 11.1 Mengungkapkan isi teks dengan membaca cepat 250 kata per menit melalui penggunaan metode klos. Indikator : 1. Mengidentifikasi metode klos 2. Membaca cepat 250 kata per menit 3. Menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan bacaan. 4. Mengungkapkan kendala-kendala Kecepatan Efektif Membaca (KEM). 1. Tujuan Pembelajaran Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan : 1. Siswa dapat mengidentifikasi metode klos 2. Siswa dapat membaca cepat minimal 250 kata per menit 3. Siswa dapat menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan bacaan 4. Siswa dapat mengungkapkan kendala-kendala Kecepatan Efektif Membaca (KEM) yang dialaminya

129 2. Materi Pembelajaran Teks non sastra dengan jumlah kurang lebih 400 kata berjudul Tembak di Tempat Perusuh, Pejarah dan Koruptor Bahasa Indonesia. 3. Metode Pembelajaran a. Pendekatan : Kontekstual b. Metode : Penugasan dan diskusi 4. Langkah-Langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal 1. Guru memberi tugas ketua kelas untuk memimpin membaca doa secara bersama-sama. 2. Guru membacakan absensi siswa. 3. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok. 4. Guru mengawali pengetahuan awal (apersepsi) dan memberikan sedikit pengantar materi tentang membaca pemahaman. 5. Guru menyampaikan judul materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. B. Kegiatan Inti 1. Siswa diberi pengantar mengenai teknik membaca yang efektif, hal yang harus dihindari dalam membaca, dan penjelasan tentang metode klos dan kecepatan efektif membaca. 2. Siswa berdiskusi tentang penggunaan metode klos untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM). 3. Siswa membentuk kelompok menjadi dua bagian, yakni kelompok ganjil dan kelompok genap. 4. Dari 28 siswa, setiap nomor absen ganjil sebagai kelompok pembaca, dan nomor absen genap sebagai kelompok pengamat atau pencatat waktu dan menghitung KEM.

130 5. Siswa nomor absen ganjil membaca teks nonsastra berjudul Tembak di Tempat Perusuh, Penjarah dan Koruptor Bahasa Indonesia yang panjang wacana kurang lebih 400 kata dan waktu membaca yang disediakan 2 menit. 6. Setelah 2 menit bacaan dimabil oleh guru, kemudian siswa tersebut diberi teks lagi dengan teks yang sama tetapi dirumpangi sebanyak 15 rumpangan, dan siswa diberi kesempatan mengerjakan selama 10 menit. 7. Siswa yang bernomor absen genap sebagai pengamat yang bertugas mengukur tingkat keterbacaan pasangannya, yakni siswa yang berrnomor absen ganjil. 8. Tahap berikutnya kelompok yang semula sebagai pembaca berganti sebagai kelompok pengamat yang tugasnya mencatat waktu dan menghitung KEM pasangannya, begitu juga kelompok yang semula sebagai pengamat berganti menjadi kelompok pembaca 9. Bersama siswa mengoreksi dan membahas soal yang telah dikerjakan. C. Kegiatan akhir 1. Bersama dengan siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar 2. Siswa berdiskusi tentang kendala-kendala meningkatkan KEM sebagai acuan refleksi. 5. Alat / Bahan / Sumber Belajar 5.1 Alat : teks non sastra 5.2 Sumber Belajar : - Ketrampilan membaca oleh Akhmad Slamet Harjasujana - Speed Reading oleh Sudarso - Membaca 2 oleh Akhmad Slamet Harjasujana - Teori Membaca oleh Kamijan

131 6. Penilaian Teknik Bentuk instrumen : Tertulis : Tes isian 7. Pedoman Penilaian Rumus yang dipakai untuk mengetahui kecepatan efektif membaca adalah sebagai berikut : K Wm B x = Kpm SI K Wd : 60 x B = Kpm SI K Wm B (60) x = Kpm SI Keterangan : K Wm Wd B SI Kpm = Jumlah kata yang dibaca = Waktu tempuh baca dalam satuan menit = Waktu tempuh dalam satuan detik = Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar = Skor ideal atau skor maksimal = Kata per menit

132 Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) kalau kecepatan membaca minimal 250 kpm dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu jika kecepatan efektif membaca (KEM) minimal 175 kpm. Purworejo, Juni 2014 Guru Mata Pelajaran Mengetahui Guru Praktikan Dra. Hj. Sri Sulastri Nurul Aprilia NIP NIM

133 Mata Pelajaran Kelas / Semester Semester Alokasi Waktu RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II : Bahasa Indonesia : XI : I : 2 x 45 menit Standar Kompetensi : 11. Mampu membaca dan memahami berbagai teks nonsastra menggunakan berbagai metode melalui membaca cepat Kompetensi Dasar : 11.1 Mengungkapkan isi teks dengan membaca cepat 250 Indikator kata per menit melalui penggunaan metode klos. : 1. Mengidentifikasi metode klos 2. Membaca cepat 250 kata per menit 3. Menjawab secara benar 70% dari seluruh kerumpangan bacaan 4. Mengungkapkan kendala-kendala kecepatan efektif membaca (KEM). 1. Tujuan Pembelajaran Sesudah kegiatan pembelajaran diharapkan : 1. Siswa dapat mengidentifikasi metode klos 2. Siswa dapat membaca cepat minimal 250 kata per menit 3. Siswa dapat menjawab secara benar 70 % dari seluruh kerumpangan bacaan 4. Siswa dapat mengungkapkan kendala-kendala kecepatan efektif membaca (KEM) yang dialaminya. 2. Materi Pembelajaran Teks non sastra dengan jumlah kurang lebih 250 kata berjudul Tertib Lalu Lintas

134 3. Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Kontekstual 2. Metode : Penugasan dan diskusi 4. Langkah-Langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal 1. Guru memberi salam. 2. Apersepsi. 3. Menyampaikan KD. B. Kegiatan Inti 1. Siswa diberi pengantar mengenai teknik membaca yang efektif, hal yang harus dihindari dalam membaca, penjelasan tentang metode klos dan kecepatan efektif membaca. 2. Siswa berdiskusi tentang penggunaan metode klos untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM). 3. Siswa membentuk kelompok menjadi dua bagian, yakni kelompok ganjil dan kelompok genap. 4. Dari 28 siswa, setiap nomor absen ganjil sebagai kelompok pembaca, dan nomor absen genap sebagai kelompok pengamat atau pencatat waktu dan menghitung KEM. 5. Siswa yang bernomor absen ganjil membaca teks nonsastra berjudul Tertib Lalu Lintas, dengan panjang wacana kurang lebih 250 kata dan waktu bacaan yang disediakan hanya 1 menit. 6. Setelah 1 menit bacaan diambil oleh guru, kemudian siswa tersebut diberi teks lagi dengan teks yang sama, tetapi ada rumpangan sebanyak 15 rumpangan. 7. Siswa mengerjakan dengan waktu yang disediakan 10 menit. 8. Siswa yang bernomor absen genap sebagai pengamat yang bertugas mengkur tingkat keterbacaan pasangannya, yakni siswa bernomor absen ganjil.

135 9. Selanjutnya kelompok yang semula sebagai pembaca berganti sebagai kelompok pengamat dan kelompok yang semula sebagai pengamat berganti menjadi kelompok pembaca. C. Kegiatan akhir 1. Guru dan siswa melakukan evaluasi bersama. 2. Guru dan siswa saling memberikan masukan dan saran yang membangun dari proses pembelajaran yang telah berlangsung. 3. Guru memberikan motivasi pada siswa. 4. Proses penilaian diambil dari awal pembelajaran, penugasan, dan peningkatan hasil belajar sampai pelajaran berakhir. 5. Guru mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan berdoa dan mengucapkan salam. 5. Alat / Bahan / Sumber Belajar 5.1 Alat : teks non sastra 5.2 Sumber Belajar : - Ketrampilan membaca oleh Akhmad Slamet Harjasujana - Speed Reading oleh Sudarso - Membaca 2 oleh Akhmad Slamet Harjasujana - Teori Membaca oleh Kamijan 6. Penilaian Teknik Bentuk instrumen : Tertulis : Tes isian 7. Pedoman Penilaian Rumus yang dipakai untuk mengetahui kecepatan efektif membaca adalah sebagai berikut :

136 K Wm B x = Kpm SI K Wd : 60 x B = Kpm SI K Wm B (60) x = Kpm SI Keterangan : K = Jumlah kata yang dibaca Wm = Waktu tempuh baca dalam satuan menit Wd = Waktu tempuh dalam satuan detik B = Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar SI = Skor ideal atau skor maksimal Kpm = Kata per menit Siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) kalau kecepatan membaca minimal 250 kpm dan kemampuan memahami bacaan minimal 70%, itu berarti siswa dikatakan berhasil membaca (tuntas) atau sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu jika kecepatan efektif membaca (KEM) minimal 175 kpm. Guru Mata Pelajaran Mengetahui Guru Praktikan Dra.Hj. Sri Sulastri Nurul Aprilia NIP NIM

137 LAMPIRAN 3 RUBRIK PENILAIAN KECEPATAN MEMBACA DAN PEMAHAMAN BACAAN KOMPETENSI DASAR : Mengungkapkan pokok-pokok isi teks dengan membaca cepat 250 kata per menit NO ASPEK YANG DINILAI SKOR TINGKAT KECEPATAN MEMBACA TINGKAT PEMAHAMAN BACAAN a.kecepatan membaca 300 kpm Skor : 15 b. Kecepatan membaca kpm Skor : 10 c. Kecepatan membaca kpm Skor : 5 Kemampuan menjawab pertanyaan isi bacaan tanpa melihat teks bacaan/membaca kembali teks bacaan : a. Menjawab pertanyaan isi bacaan min 75% benar Skor : 30 b. Menjawab pertanyaan isi bacaan 50%-74% benar Skor : 25 c. Menjawab pertanyaan isi bacaan maks 49% benar Skor : 15 JUMLAH SKOR

138 Kategori Penilaian Membaca Pemahaman NO Kategori Skor 1 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang 10-29

139 LAMPIRAN 4 Instrumen Kecepatan Efektif Membaca (Prasiklus) Bacalah teks berikut ini selama 3 menit! INTERNET SEBAGAI PRODUK TEKNOLOGI KOMUNIKASI Internet merupakan jaringan komunikasi antar komputer di seluruh dunia. Sebagai contoh sederhana kita menghubungkan komputer yang ada di satu rumah dengan komputer yang berada di rumah yang berbeda. Namun internet berskala global, karena ada jaringan ini walaupun kita tidak saling bertatap muka komunikasi tetap bisa langsung untuk saling bertukar informasi dan saling bertukar data. Embrionya adalah ARPA-net yang terbentuk tahun 1970, ARPA-net merupakan jaringan komputer berskala kecil yang menghubungkan universitas di AS guna keperluan riset. Tahun 1982 diperkenalkannya standar komunikasi yang mengatur jaringan ini sehingga memungkinkan berbagai macam jenis dan merek komputer bisa saling berhubungan atau bertukar data. Sejak itu jaringan ARPAnet makin berkembang dan lebih populer dengan nama internet. Internet menyajikan tampilan yang lebih interaktif dan sangat menarik. Karena selain teks, internet juga bisa menampilkan gambar, animasi suara dan video. Internet dihubungkan dengan berbagai cara dari yang paling mudah lewat saluran telepon, sampai yang paling canggih lewat satelit, serta optik dan pasopati (paduan solusi pelayanan teknologi informasi). Sebenarnya internet sudah cukup lama masuk ke Indonesia. Awalnya digunakan secara terbatas oleh kalangan akademi seperti UI, ITB dan IPB Sebagai lembaga penelitian. Menurut riset yang dilakukan oleh ITB pertumbuhannya mampu mencapai 700 persen per tahun. Saat ini internet sudah merambah ke 150 negara bahkan lebih. Mengapa internet begitu diminati? Sebab internet memberi

140 peluang untuk mengembara ke samudra informasi yang sangat luas, terbuka, bebas, dan langsung. Juga bisa diakses selama 24 jam. Para pemakai internet yang dijuluki internet surfer dapat memperoleh berbagai macam informasi. Yang bersifat ringan diantaranya lelucon, daftar lagulagu terbaru, musisi terkenal, melihat koleksi berbagai macam museum dan butik yang ada di AS dan Eropa, sampai memonitor turnamen tenis meja dan sepakbola. Yang serius misalnya informasi pariwisata, rubrik majalah bisnis dan politik. Internet bisa dimanfaatkan untuk berbelanja mudah dan cepat. Alat musik atau buku yang dipajang oleh penjual di internet, setelah dipesan kurang dari satu minggu, barangnya sudah datang dari Eropa. Surat menyurat elektronik atau bisa dilakukan di internet. Kini tak perlu lagi kita harap-harap cemas perihal surat yang ktia kirim untuk teman atau si dia. Dalam hitungan detik, surat kita akan terpampang di layar penerima surat dimanapun ia tinggal di bumi ini. Bagi remaja yang suka berdebat, di internet terdapat kelompok diskusi yang bersifat global. Saat ini bergabung 8000 grup diskusi berdasarkan kelompok minatnya dengan masalah yang beragam. Diskusi elektronika tentu berbahasa Inggris. Namun demikian beberapa kelompok diskusi berbahasa Indonesia dan berbahasa Melayu juga hadir di internet. Juga konferensi elektronika tersedia di ineternet yang pesertanya terdiri dari beberapa orang berasal dari seluruh dunia. Untuk bergabung ke jaraingan internet selain harus memiliki seperangkat komputer juga dibutuhkan saluran telepon, modem dan kita harus menjadi pelanggan provider internet. Provider ini menyediakan jasa untuk mengakses internet atau saluran komunikasi lain. Jadi posisinya semacam gerbang. Di Indonesia dewasa ini terdapat beberapa provider, diantaranya RADNE, IDOLA, TelkomnetInstan, Indosat, D-Net dan lain-lain. Untuk menjadi pelanggan provider kita hanya mengisi formulir berlangganan dan menyetor sejumlah uang. Setelah urusan administrasi beres, provider akan memasang perangkat lunak dan tak lama kemudian kitapun bisa memanfaatkan internet. Menjadi pelanggan internet secara pribadi biayanya relatif mahal. Sebagai contoh pada tahun 1995 RADNE menetapkan biaya per bulan Rp ,00 untuk tambahan Rp ,00 per jam.

141 Selain itu ongkos lain yang harus dibayar ialah biaya telepon dari rumah ke provider. Untuk masyarakat di daerah masih harus membayar pulsa telepon interlokal untuk menghubungi computer host di Jakarta. Internet telah menciptakan gaya komunikasi global ibarat pisau bermata dua. Segi positifnya internet berfungsi Sebagai sarana bisnis, pendidikan, dan hiburan yang mengajak kita menyentuh masa depan. Sisi negatifnya adalah hadirnya tayangan pornografi. Banyak orang tua yang gundah karena gambar-gambar yang seram itu dengan mudah diakses anak-anak. Tetapi alangkah baiknya kita justru melihat sisi positifnya yang jauh lebih banyak. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, untuk bisa mengakses internet terbentur pada masalah biaya yang masih terasa mahal. Sebagian siswa SMK kita berharap akan uluran tangan dari PT Telkom agar dapat meringankan biaya untuk bisa mengakses internet sebagai sarana untuk menjelajah informasi di jaringan komputer dunia. Kalau sekarang menganggap tak punya telepon Sebagai hal yang ketinggalan jaman, kelak sangat mungkin terjadi bahwa seseorang dianggap kuno bila tak memanfaatkan internet. Bahkan yang tercantum di kartu namanya seperti halnya nomor telepon atau faksimili sekarang. Namun kita yakin pada saatnya kelak, masyarakat Indonesia akan dapat ke samudra informasi di seluruh dunia lewat jaringan internet.

142 Petunjuk. Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya selama 10 menit! INTERNET SEBAGAI PRODUK TEKNOLOGI KOMUNIKASI Internet merupakan jaringan komunikasi antar komputer di seluruh dunia. Sebagai contoh sederhana kita menghubungkan komputer yang ada di satu rumah dengan komputer yang berada di rumah yang berbeda. Namun internet berskala global, karena ada jaringan ini walaupun kita tidak saling bertatap muka komunikasi tetap bisa langsung untuk saling bertukar informasi dan saling bertukar data. Embrionya adalah ARPA-net yang terbentuk tahun 1970, ARPA-net merupakan....(1). berskala kecil yang menghubungkan universitas di AS guna keperluan riset. Tahun 1982 diperkenalkannya standar komunikasi yang mengatur jaringan ini sehingga memungkinkan berbagai macam jenis dan merek komputer bisa saling berhubungan atau....(2). Sejak itu jaringan ARPA-net makin berkembang dan lebih populer dengan nama....(3). Internet menyajikan tampilan yang lebih interaktif dan sangat menarik. Karena selain teks, internet juga bisa....(4)., animasi suara dan video. Internet dihubungkan dengan berbagai cara dari yang paling mudah lewat saluran telepon, sampai yang paling canggih....(5)., serta optik dan pasopati (paduan solusi pelayanan teknologi informasi). Sebenarnya internet sudah cukup lama masuk....(6).. Awalnya digunakan secara terbatas oleh....(7). seperti UI, ITB dan IPB sebagai....(8).. Menurut riset yang dilakukan oleh ITB pertumbuhannya mampu mencapai 700 persen per tahun. Saat ini internet sudah merambah....(9). bahkan lebih. Mengapa internet begitu diminati? Sebab internet memberi peluang untuk mengembara ke....(10). yang sangat luas, terbuka, bebas, dan langsung. Juga bisa diakses selama 24 jam.

143 Para pemakai internet yang dijuluki....(11). dapat memperoleh berbagai macam informasi. Yang bersifat ringan diantaranya lelucon, daftar lagulagu terbaru, musisi terkenal, melihat koleksi berbagai macam museum dan butik yang ada di AS dan Eropa, sampai memonitor....(12).. Yang serius misalnya informasi pariwisata, rubrik majalah bisnis dan politik. Internet bisa dimanfaatkan untuk berbelanja mudah dan cepat. Alat musik atau buku yang dipajang oleh penjual di internet, setelah dipesan kurang dari satu minggu, barangnya sudah datang....(13).. Surat menyurat elektronik atau bisa dilakukan di internet. Kini tak perlu lagi kita harap-harap cemas perihal surat yang ktia kirim untuk teman atau si dia. Dalam hitungan detik, surat kita akan terpampang di layar penerima surat dimanapun ia tinggal di bumi ini. Bagi remaja yang suka berdebat, di internet terdapat kelompok diskusi yang....(14).. Saat ini bergabung 8000 grup diskusi berdasarkan kelompok minatnya dengan masalah yang beragam. Diskusi elektronika tentu berbahasa Inggris. Namun demikian beberapa kelompok diskusi berbahasa Indonesia dan berbahasa Melayu juga hadir di internet. Juga konferensi elektronika tersedia di ineternet yang pesertanya terdiri dari beberapa orang berasal dari seluruh dunia. Untuk bergabung ke jaraingan internet selain harus memiliki seperangkat komputer juga dibutuhkan....(15)., modem dan kita harus menjadi pelanggan provider internet. Provider ini menyediakan jasa untuk mengakses internet atau saluran komunikasi lain. Jadi posisinya semacam gerbang. Di Indonesia dewasa ini terdapat beberapa provider, diantaranya RADNE, IDOLA, TelkomnetInstan, Indosat, D-Net dan lain-lain. Untuk menjadi pelanggan provider kita hanya mengisi formulir berlangganan dan menyetor sejumlah uang. Setelah urusan administrasi beres, provider akan memasang perangkat lunak dan tak lama kemudian kitapun bisa memanfaatkan internet. Menjadi pelanggan internet secara pribadi biayanya relatif mahal. Sebagai contoh pada tahun 1995 RADNE menetapkan biaya per bulan Rp ,00 untuk tambahan Rp ,00 per jam. Selain itu ongkos lain yang harus dibayar ialah biaya telepon dari rumah ke

144 provider. Untuk masyarakat di daerah masih harus membayar pulsa telepon interlokal untuk menghubungi computer host di Jakarta. Internet telah menciptakan gaya komunikasi global ibarat pisau bermata dua. Segi positifnya internet berfungsi Sebagai sarana bisnis, pendidikan, dan hiburan yang mengajak kita menyentuh masa depan. Sisi negatifnya adalah hadirnya tayangan pornografi. Banyak orang tua yang gundah karena gambar-gambar yang seram itu dengan mudah diakses anak-anak. Tetapi alangkah baiknya kita justru melihat sisi positifnya yang jauh lebih banyak. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, untuk bisa mengakses internet terbentur pada masalah biaya yang masih terasa mahal. Sebagian siswa SMK kita berharap akan uluran tangan dari PT Telkom agar dapat meringankan biaya untuk bisa mengakses internet sebagai sarana untuk menjelajah informasi di jaringan komputer dunia. Kalau sekarang menganggap tak punya telepon Sebagai hal yang ketinggalan jaman, kelak sangat mungkin terjadi bahwa seseorang dianggap kuno bila tak memanfaatkan internet. Bahkan yang tercantum di kartu namanya seperti halnya nomor telepon atau faksimili sekarang. Namun kita yakin pada saatnya kelak, masyarakat Indonesia akan dapat ke samudra informasi di seluruh dunia lewat jaringan internet.

145 Instrumen kecepatan efektif membaca (Siklus I) Bacalah teks berikut ini selama 2 menit! TEMBAK DI TEMPAT PERUSUH, PENJARAH DAN KORUPTOR BAHASA INDONESIA Tembak di tempat! ungkapan ini bukan perintah seorang panglima perang, tetapi himbauan kepada guru bahasa Indonesia untuk melakukan tindakan langsung (tilang) terhadap perilaku berbahasa siswa. Arah tindakan langsung tersebut mengacu pada upaya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam hal ini guru memberdayakan pengembangan potensi bahasa dalam komunikasi. Tembak di tempat maksudnya tindakan langsung reflektif dan insidentil seorang guru bahasa Indonesia terhadap kesalahan berbahasa yang muncul ketika terjadi komunikasi baik lisan maupun tulisan. Ketidaksengajaan para siswa melakukan kesalahan dalam interaksi berbahasa langsung diluruskan oleh guru segera setelah terjadi, tanpa menunggu kesempatan yang baik berikutnya. Dalam suatu momentum yang tepat untuk membetulkan kesalahan berbahasa oleh siswa ketika berlangsungnya kegiatan berbahasa. Melalui strategi seperti ini, baik komunikator maupun komunikan selektif dan sangat hati-hati dalam hal diksi, struktur kalimat, bentuk kalimat EYD. Setiap yang terlihat dalam kegiatan berbahasa dicekam rasa takut salah, sehingga kesalahan berbahasa ditekan seminimal mungkin. Bahkan diupayakan tidak terjadi. Tentu peran seorang guru adalah faktor yang sangat menentukan. Yakni menangkap setiap gejala kecenderungan kesalahan berbahasa oleh siswa itu sendiri. Kesalahan yang terjadi dalam setiap kegiatan berbahasa segera diikuti dengan perbaikan yaitu dengan cara menugaskan siswa lainnya baik individu maupun klasikal untuk memperbaiki, serta akhirnya diberi pengukuhan dari guru. Suatu hal yang patut diakui bahwa awalnya situasi kegiatan berbahasa dengan pendekatan seperti ini banyak kendalanya. Siswa yang terlibat dalam setiap kegiatan berbahasa Indonesia akan membatasi volume tuturan seiring

146 dengan upaya memperkecil kesalahan berbahasa. Suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari adalah efek psikologis terhadap siswa. Para siswa mengalami pembantaian mental, sebab langsung ditegur dan diperbaiki kesalahnnya pada saat itu juga. Kendala seperti ini tidak berlangsung lama. Secara bertahap potensi berbahasa siswa akan berkembang secara alami dan sesuai mencapai sasaran. Situasi kegiatan berbahasa senantiasa menuntut kecermatan. Demikian pula organ-organ saraf khsus berbahasa pribadi siswa terangsang dengan pola-pola bahasa terarah dan sistematis. Kendala lainnya ialah timbulnya kesenjangan kontiunitas para siswa terhadap suatu masalah yang muncul. Hal ini sifatnya relatif, sebab sasaran primernya adalah bobot kegiatan berbahasa sebagai suatu sistem. Dan bukan muatan masalahnya. Kegiatan diskusi, berpidato, percakapan (dialog) merupakan kesempatan tepat bagi guru mengadakan tindakan langsung (tilang) memperbaiki kesalahan berbahasa para siswa. Para siswa merasa puas atas upaya guru menjadikannya sebagai penutur bahasa Indonesia yang baik dan benar. Upaya guru hasilnya akan jauh lebih baik dibandingkan penjajalan teori dan latihan sepintas. Secara pragmatis tujuan pengajaran tercapai. Yakni terwujudnya calon penutur bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan sebaliknya ahli teori kebahasaan.

147 Petunjuk. Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya selama 10 menit! TEMBAK DI TEMPAT PERUSUH, PENJARAH DAN KORUPTOR BAHASA INDONESIA Tembak di tempat! ungkapan ini bukan perintah seorang panglima perang, tetapi himbauan kepada guru bahasa Indonesia untuk melakukan tindakan langsung (tilang) terhadap perilaku berbahasa siswa. Arah tindakan langsung tersebut mengacu pada upaya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam hal ini guru memberdayakan pengembangan....(1). bahasa dalam komunikasi. Tembak di tempat maksudnya tindakan langsung reflektif dan....(2).seorang guru bahasa Indonesia terhadap kesalahan berbahasa yang muncul ketika terjadi komunikasi baik lisan maupun tulisan. Ketidaksengajaan para siswa melakukan kesalahan....(3).interaksi berbahasa langsung diluruskan oleh guru segera setelah terjadi, tanpa menunggu kesempatan yang baik berikutnya. Dalam suatu....(4).yang tepat untuk membetulkan kesalahan berbahasa oleh siswa ketika berlangsungnya kegiatan berbahasa. Melalui....(5).seperti ini, baik komunikator maupun komunikan selektif dan sangat hati-hati dalam hal diksi, struktur kalimat, bentuk kalimat EYD. Setiap yang terlihat dalam kegiatan....(6). dicekam rasa takut salah, sehingga kesalahan berbahasa ditekan seminimal mungkin. Bahkan diupayakan tidak terjadi. Tentu....(7). seorang guru adalah faktor yang sangat menentukan. Yakni menangkap setiap gejala kecenderungan kesalahan berbahasa oleh siswa itu sendiri. Kesalahan yang terjadi dalam setiap kegiatan berbahasa segera diikuti dengan perbaikan yaitu dengan cara

148 menugaskan siswa lainnya baik individu maupun....(8). untuk memperbaiki, serta akhirnya diberi pengukuhan dari guru. Suatu hal yang patut diakui bahwa awalnya....(9). kegiatan berbahasa dengan pendekatan seperti ini banyak....(10).. Siswa yang terlibat dalam setiap kegiatan berbahasa Indonesia akan membatasi volume tuturan seiring dengan upaya memperkecil....(11). berbahasa. Suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari adalah efek psikologis terhadap siswa. Para siswa mengalami pembantaian mental, sebab langsung ditegur dan....(12). kesalahnnya pada saat itu juga. Kendala seperti ini tidak berlangsung lama. Secara bertahap potensi berbahasa siswa akan berkembang secara alami dan sesuai mencapai sasaran. Situasi kegiatan berbahasa senantiasa menuntut kecermatan. Demikian pula organ-organ saraf khsus berbahasa pribadi siswa terangsang dengan pola-pola bahasa terarah dan....(13).. Kendala lainnya ialah timbulnya kesenjangan kontiunitas para siswa terhadap suatu masalah yang muncul. Hal ini sifatnya....(14)., sebab sasaran primernya adalah bobot kegiatan berbahasa sebagai suatu sistem. Dan bukan muatan masalahnya. Kegiatan diskusi, berpidato, percakapan (dialog) merupakan kesempatan tepat bagi guru mengadakan tindakan langsung (tilang) memperbaiki kesalahan berbahasa para siswa. Para siswa merasa puas atas upaya guru menjadikannya sebagai....(15). bahasa Indonesia yang baik dan benar. Upaya guru hasilnya akan jauh lebih baik dibandingkan penjajalan teori dan latihan sepintas. Secara pragmatis tujuan pengajaran tercapai. Yakni terwujudnya calon penutur bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan sebaliknya ahli teori kebahasaan.

149 Instrumen kecepatan efektif membaca (Siklus II) Bacalah teks berikut ini selama 1 menit! TERTIB LALU LINTAS Negara kita adalah negara hukum. Dalam Bab Pasal 27 ayat 1 dinyatakan bahwa segala warga Indonesia bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dan tidak ada kecualinya. Ayat ini mengemukakan hak dan kewajiban setiap warga Indonesia dalam hukum dan pemerintahan. Mengenai hak dari warga negara dalam hukum dengan tegas dinyatakan bahwa Negara sama haknya di depan hukum. Demikian pula mengenai kewajiban warga negara terhadap hukum dengan tegas dinyatakan, yakni bahwa setiap warga wajib menjunjung hukum. Dalam kehidupan kita sebagai warga negara, hak dan kewajiban ini harus dilakukan secara seimbang. Kita tidak boleh hanya menuntut hak saja tanpa melaksanakan kewajiban. Demikian pula sebaliknya, kita tidak boleh hanya dituntut saja tanpa diimbangi oleh pemenuhan hak-hak kita. Kesadaran hukum dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara sangat penting bagi tercapainya tertib hukum. Salah satu wujud kesadaran hukum dalam mewujudkan tertib hukum itu adalah kesadaran mematuhi peraturan lalu lintas di jalan raya. Namun, setiap orang berkewajiban mematuhi peraturan lalu lintas agar tertib di jalan raya sehingga terjamin keselamatan bagi semua pemakai jalan raya. Sejauh manakah kesadaran hukum masyarakat kita dalam mematuhi peraturan lalu lintas yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material yang tidak sedikit jumlahnya? Hal-hal apa sajakah yang berpengaruh terhadap kesadaran hukum di kalangan masyarakat kita dalam mematuhi peraturan lalu lintas? Pertanyaan-pertanyaan itu memerlukan jawaban dari kita semua sebagai anggota masyarakat yang menggunakan fasilitas jalan raya itu. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, adakanlah pengamatan dan wawancara mengenai tertib hukum lalu lintas di jalan raya.

150 Petunjuk. Isilah bacaan rumpang di bawah ini sesuai dengan pemahaman bacaan sebelumnya selama 10 menit! TERTIB LALU LINTAS Negara kita adalah negara..(1).dalam Bab Pasal 27 ayat 1 dinyatakan bahwa segala warga Indonesia bersamaan...(2).di dalam hukum dan...(3). itu dan tidak ada kecualinya. Ayat ini mengemukakan hak dan kewajiban setiap warga Indonesia dalam hukum dan pemerintahan. Mengenai hak dari warga negara dalam hukum dengan...(4).dinyatakan bahwa Negara sama haknya di depan hukum. Demikian pula mengenai....(5).warga negara terhadap hukum dengan tegas dinyatakan, yakni bahwa setiap warga wajib....(6). hukum. Dalam kehidupan kita sebagai warga negara, hak dan kewajiban ini harus....(7).secara seimbang. Kita tidak boleh hanya menuntut hak saja....(8).melaksanakan kewajiban. Demikian pula sebaliknya, kita tidak boleh hanya....(9).saja tanpa diimbangi oleh....(10).hak-hak kita. Kesadaran hukum dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara sangat penting bagi tercapainya....(11). hukum. Salah satu wujud kesadaran hukum dalam mewujudkan tertib hukum itu adalah kesadaran mematuhi peraturan lalu lintas di jalan raya. Namun, setiap orang berkewajiban mematuhi....(12). lalu lintas agar tertib di jalan raya sehingga terjamin....(13).bagi semua pemakai....(14).. Sejauh manakah kesadaran hukum masyarakat kita dalam mematuhi peraturan lalu lintas yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material yang tidak sedikit jumlahnya? Hal-hal apa sajakah yang....(15).terhadap kesadaran hukum di kalangan masyarakat kita dalam mematuhi peraturan lalu lintas?

151 Pertanyaan-pertanyaan itu memerlukan jawaban dari kita semua sebagai anggota masyarakat yang menggunakan fasilitas jalan raya itu. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, adakanlah pengamatan dan wawancara mengenai tertib hukum lalu lintas di jalan raya.

152 LAMPIRAN 5 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari/Tanggal : Senin, 19 Mei 2014 Kelas : XI IPA 1 Aspek : Keefektifan Pembelajaran LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI PRASIKLUS No Aspek Indikator 1 Interaksi Siswa berdiskusi dengan teman Antarsiswa (kelompok) 2 Keaktifan siswa Siswa memperhatikan penjelasan dari guru 3 Tanggung jawab Antusias siswa dalam proses pembelajaran 4 Respon siswa terhadap Antusias siswa dalam materi guru pembelajaran 5 Perhatian siswa Siswa dapat bekerja sama terhadap pelajaran dengan siswa lain 6 Kerja sama Antusias siswa dalam proses pembelajaran 7 Respon siswa terhadap Antusias siswa dalam materi guru pembelajaran Prasiklus I II III

153 LAMPIRAN 6 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Mei 2014 Kelas : XI IPA 1 Aspek : Keefektifan Pembelajaran LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI SIKLUS I No Aspek Indikator 1 Interaksi Siswa berdiskusi dengan teman Antarsiswa (kelompok) 2 Keaktifan Siswa memperhatikan penjelasan dari siswa guru 3 Tanggung Antusias siswa dalam proses jawab pembelajaran 4 Respon siswa Antusias siswa dalam materi terhadap guru pembelajaran 5 Perhatian siswa Siswa dapat bekerja sama dengan siswa terhadap lain pelajaran 6 Kerja sama Antusias siswa dalam proses pembelajaran 7 Respon siswa Antusias siswa dalam materi terhadap guru pembelajaran Prasiklus I II III

154 LAMPIRAN 7 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari/Tanggal : Senin, 26 Mei 2014 Kelas : XI IPA 1 Aspek : Keefektifan Pembelajaran LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI SIKLUS II No Aspek Indikator 1 Interaksi Siswa berdiskusi dengan teman Antarsiswa (kelompok) 2 Keaktifan siswa Siswa memperhatikan penjelasan dari guru 3 Tanggung jawab Antusias siswa dalam proses pembelajaran 4 Respon siswa Antusias siswa dalam materi terhadap guru pembelajaran 5 Perhatian siswa Siswa dapat bekerja sama dengan terhadap siswa lain pelajaran 6 Kerja sama Antusias siswa dalam proses pembelajaran 7 Respon siswa Antusias siswa dalam materi terhadap guru pembelajaran Prasiklus I II III

155 LAMPIRAN 8 Angket Pembelajaran No Pertanyaan SS S KS TS 1 Saya tertarik dengan model yang digunakan 2 Saya semakin semangat dalam belajar 3 Saya memahami isi bacaan 4 Saya mendapatkan pengalaman baru 5 Saya semakin mudah mempraktikkan materi pelajaran 6 Saya lebih mudah memahami makna yang terkandung dalam sebuah bacaan 7 Saya memahami materi pembelajaran dengan lebih mudah 8 Saya lebih mudah memperhatikan pelajaran 9 Saya selalu penasaran dalam materi pelajaran 10 Saya lebih mudah menuangkan ide ke dalam bahasa tulisan

156 LAMPIRAN 9 PEDOMAN PENILAIAN KEM (KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA) Nama Siswa Kelas Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Hari/Tanggal Judul Bacaan :. :. :. :. :. :. 1. Waktu mulai : Pukul. Lebih. menit...detik 2. Waktu selesai : Pukul. Lebih. menit...detik 3. Lama membaca:...menit detik 4. Panjang bacaan :....kata 5. Jumlah kata yang dibaca (K) :..kata B 6. Pemahaman isi bacaan : x 100 %....% SI Ket : B = Skor bobot perolehan tes yang dijawab dengan benar SI = Skor ideal atau skor maksimal 7. Masuk kriteria : (lingkari yang sesuai) a. independen b. instruksional c. frustasi K 8. KEM = Wm B x =...Kpm SI atau = Kecepatan membaca x pemahaman.

157 LAMPIRAN 10 DOKUMENTASI FOTO KEGIATAN PENELITIAN Peneliti menjelaskan materi membaca pemahaman pada siklus I Peneliti memandu siswa menghitung kecepatan efektif membaca (KEM)

158 DOKUMENTASI FOTO KEGIATAN PENELITIAN Peneliti membagi soal teks rumpang kepada siswa Siswa mengerjakan soal dan peneliti memantaunya

159 DOKUMENTASI FOTO KEGIATAN PENELITIAN Siswa mengerjakan soal membaca pemahaman Peneliti memantau kegiatan belajar siswa dalam memahami dan mengisi teks yang rumpang

160 DOKUMENTASI FOTO KEGIATAN PENELITIAN Peneliti mengecek kelengkapan soal dan memantau jawaban siswa dalam mengisi teks yang rumpang Peneliti menghitung lembar soal siswa dan jawaban yang telah dikumpulkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MENGGUNAKAN METODE KLOS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PURWOREJO TAHUN PEMBELAJARAN 2013/ 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MENGGUNAKAN METODE KLOS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PURWOREJO TAHUN PEMBELAJARAN 2013/ 2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MENGGUNAKAN METODE KLOS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PURWOREJO TAHUN PEMBELAJARAN 2013/ 2014 Oleh: Nurul Aprilia Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Niu_aprilyzone@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Metode Klos 2.1.1 Pengertian Metode Klos Klos berasal dari kata CLOZURE yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt. Hal ini seperti yang dikemukakan Wilson Taylor yang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu pemersatu bangsa. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya karena manusia merupakan makhluk sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Membaca Menurut Dechant (melalui Zuchdi, 2008:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE KLOS BERBASIS MEDIA TEKS BERJALAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 PENERAPAN METODE KLOS BERBASIS MEDIA TEKS BERJALAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri atas empat cakupan keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan

Lebih terperinci

\ Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dan Pengukurannya

\ Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dan Pengukurannya \ Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dan Pengukurannya 2.1 Hakikat KEM KEM (Kecepatan Efektif Membaca) merupakan tolok ukur kemampuan membaca yang sesungguhnya (membaca tingkat lanjut), yang melibatkan pengukuran

Lebih terperinci

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya

Tampubolon menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya Kemampuan Efektif Membaca 1. Definisi KEM Penggunaan KEM di kalangan para ahli bahasa memiliki istilah berbeda-beda. Ahmadslamet menyebutkan KEM sebagai Kecepatan Efektif Membaca, sedangkan Tampubolon

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Fitria Damayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia phiethriedamaya@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut memunyai hubungan

Lebih terperinci

Pezi Awram

Pezi Awram 315 PROBLEMATIKA MEMBACA CEPAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Pezi Awram Pezi.awram@yahoo.com ABSTRAK Makalah ini disusun untuk menjelaskan problema apa saja dalam membaca cepat khususnya siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi, untuk menyampaikan pesan dari sesorang kepada orang lain, atau

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN PENERAPAN METODE KLOS SISWA KELAS VII-3 SMP NEGERI 29 MEDAN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN PENERAPAN METODE KLOS SISWA KELAS VII-3 SMP NEGERI 29 MEDAN UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN PENERAPAN METODE KLOS SISWA KELAS VII-3 SMP NEGERI 29 MEDAN LELIWATI SIREGAR Guru SMP Negeri 29 kota Medan Tarigan_unimed@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Whitney (1960) dalam M. Natzir (2005:54) menyatakan bahwa metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tidak akan lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan tujuan menyampaikan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan bersosial. Manusia dapat berkomunikasi dengan yang lain melalui bahasa.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG Oleh: Mira Elfiza, Andria Catri Tamsin, Zulfikarni Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN

MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 1. HAKIKAT MEMBACA 2. JENIS MEMBACA 3. KEM 4. STRATEGI MEMBACA CEPAT 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN FOKUS MEMBACA 1. HAKIKAT MEMBACA SBB: A. Proses pengubahan lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu aspek membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Keempat kemampuan

I. PENDAHULUAN. yaitu aspek membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Keempat kemampuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ada empat aspek pembelajaran bagi siswa, yaitu aspek membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Keempat kemampuan dalam berbahasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) pada Siswa Kelas

BAB II LANDASAN TEORI. Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) pada Siswa Kelas 7 BAB II LANDASAN TEORI H. Penelitian Relevan Penelitian tindakan kelas tentang kemampuan membaca dengan menggunakan metode PQ4R sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Lina Indriyani tahun 2012 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa menduduki posisi dan peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan manusia. Siswa mampu membaca bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, dan alat

BAB I PENDAHULUAN. kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, dan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, dan alat penghubung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan empat keterampilan. Keterampilan merupakan salah satu unsur kompetensi yang harus dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai empat aspek kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa merupakan anugerah dari Allah Swt, yang tidak diberikan kepada mahluknya yang lain. Bahasa memegang peranan yang cukup besar dalam kehidupan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini dititikberatkan pada keterampilan siswa. Berdasarkan kurikulum 2006 siswa dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa dan keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak akan lepas dari dunia pembelajaran. Kita semua sebagai elemen di dalamnya memerlukan bahasa yang baik dan benar dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK SQ3R PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GATAK SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK SQ3R PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GATAK SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK SQ3R PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GATAK SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi, yaitu: keterampilan menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa. Dua keterampilan berbahasa reseptif yaitu membaca dan menyimak, dan dua keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat berjalan apabila siswa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 GATAK, SUKOHARJO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 GATAK, SUKOHARJO PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 2 GATAK, SUKOHARJO Isminatun 7 SMP Negeri 2 Gatak Kabupaten Sukoharjo A. PENDAHULUAN Salah satu tujuan membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bisa dikatakan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teoretis. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teoretis. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Membaca Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap individu. Tarigan (2008: 7), membaca adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan berbekal kemampuan membaca, siswa dapat mempelajari ilmu, mengkomunikasikan gagasan, dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar salah satu proses penting. Hasil belajar peserta didik turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. membaca merupakan Salah satu cara pembelajaran, Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Riama N Sihombing, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Proses belajar yaitu proses interaksi antara guru dan siswa dimana saat siswa tidak tahu menjadi tahu atau proses belajar dimana adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga bahasa resmi negara kita. Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang terdapat

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilanketerampilan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII MTs NEGERI PURWOREJO

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII MTs NEGERI PURWOREJO PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII MTs NEGERI PURWOREJO Oleh: Sri Hartati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammasdiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF DENGAN METODE REORGANISASI BARRETT TAXONOMY PADA SISWA KELAS VIII A MTsN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang guru yang berhasil akan selalu memerhatikan tujuan pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kokom (2014, hlm. 3) pembelajaran didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan

Lebih terperinci

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 43 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran bagi manusia sangat penting karena dengan dilakukannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang penting. Oleh karena itu menulis merupakan salah satu standar kompetensi dalam pelajaran Bahasa Inggris

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. menyimak, dan berbicara. Dalam kajian ini akan dibahas salah satu dari empat

II. KAJIAN PUSTAKA. menyimak, dan berbicara. Dalam kajian ini akan dibahas salah satu dari empat II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Membaca Keterampilan berbahasa terdiri atas empat keterampilan yang saling berkaitan yang disebut catur tunggal. Empat keterampilan tersebut adalah membaca, menulis, menyimak, dan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENAMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS X SMAN 2 PRINGSEWU 2013/2014. Oleh

KEMAMPUAN MENAMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS X SMAN 2 PRINGSEWU 2013/2014. Oleh KEMAMPUAN MENAMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS X SMAN 2 PRINGSEWU 2013/2014 Oleh Nur Aisah Kahfie Nazaruddin Eka Sofia Agustina Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia memiliki satuan pendidikan berupa kurikulum. Armstrong, dkk (2009, hlm. 172) menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun lisan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran bahasa, aspek keterampilan berbahasa adalah salah satu hal yang diperlukan. Berdasarkan jenisnya, aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi 4 yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya lapisan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB III KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian .

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian . BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sebagai lembaga satuan pendidikan, keberhasilan sekolah dapat diukur dengan kelengkapan sarana dan prasarana dalam menunjang proses belajar mengajar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing

Lebih terperinci

Tentunya Anda dapat membaca bacaan di atas dengan cukup mudah, bukan? Akan tetapi, bagaimana dengan bacaan berikut ini

Tentunya Anda dapat membaca bacaan di atas dengan cukup mudah, bukan? Akan tetapi, bagaimana dengan bacaan berikut ini A. Hakikat Membaca Kritis Hakikat membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan Anda sebagai calon guru yang dituntut untuk menambah wawasan dan mengambangkan ilmu. Oleh sebab iyu, kegiatan belajar ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas kepada peserta didik agar dapat belajar sendiri. Akan tetapi, proses pembelajaran tersebut nyatanya sulit

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN SQ3R PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN SQ3R PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN SQ3R PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 CILAWU KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011-2012 RANI FITRIYANI 1021.0577 ABSTRAK Kemampuan membaca yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan, merencanakan, dan menilai pembelajaran. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan, merencanakan, dan menilai pembelajaran. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan kegiatan pembelajaran menentukan kesuksesan guru di sekolah dalam melaksanakan, merencanakan, dan menilai pembelajaran. Oleh karena itu, seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang di anggap suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang di anggap suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang di anggap suatu kegiatan komunikasi untuk menyampaikan pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan wajib untuk dilaksanakan oleh semua anak di Indonesia. Oleh sebab itu pemerintah mewajibkan setiap

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BIOGRAFI PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH PURWOREJO DENGAN METODE SQ3R TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BIOGRAFI PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH PURWOREJO DENGAN METODE SQ3R TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BIOGRAFI PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH PURWOREJO DENGAN METODE SQ3R TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013 Oleh Ruri Ruswati, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Ilham Zamzam Nurjaman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran bahasa di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran bahasa, siswa memperoleh keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal ini tercermin dalam undang-undang nomor 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Bahasa sebagai alat komunikasi seseorang dengan yang lainnya menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci