PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI BINJAI KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI BINJAI KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan"

Transkripsi

1 PANTUN BAJAWEK DALAM ACARA MANANTI TANDO DI BINJAI KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ERMI YENTI NIM: 2008/04559 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2 i

3 i

4 ABSTRAK Ermi Yenti Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Penelitian ini dilatar belakangi oleh masyarakat Binjai yang saat ini sudah jarang melaksanakan acara pantun bajawek dalam acara mananti tando, masyarakat kebanyakan hanya langsung menikah maka pantun bajawek dalam acara mananti tando ini akan hilang dengan sendirinya. Pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai dilaksanakan oleh kaum ibu dan kaum bapak tidak diikutsertakan. Sesuai dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman, dan (2) nilai-nilai pendidikan di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Untuk mencapai tujuan, pemecahan masalah dalam penelitian ini, dilakukan dengan menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman? (2) Apa saja nilai-nilai pendidikan di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman? Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Entri penelitian ini adalah pantun bajawek dalam acara mananti tando. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam penuturan pantun bajawek pada situasi kejadian dan wawancara. Penganalisisan data dilakukan dengan menstrankripsikan data hasil rekaman ke dalam bahasa tulis, dan menganalisisnya berdasarkan tujuan penelitian. Berdasarkan temuan dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan halhal berikut. Struktur pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman, sama dengan pantun biasa, mempunyai sampiran dan isi dan terdiri atas empat baris, dan talibun yaitu enam baris, delapan baris dan sepuluh baris. Selain itu, pantun tersebut juga dibangun oleh struktur fisik dan batin. Nilai pendidikan yang terdapat di dalam pantun bajawek dalam acara mananti tando dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal yaitu nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral dan, nilai pendidikan adat. i

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul, Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bantuan, masukan, saran dan bimbingan dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan tulus penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: (1) Drs. Hamidin Dt. R.E., M.A. selaku pembimbing I dan juga selaku Penasehat Akademis, (2) Drs. Amril Amir, M.Pd. selaku pembimbing II, (3) Dr. Ngusman, M.Hum. dan Zulfadhli, S.S., M.A. selaku pimpinan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, (4) Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Padang, April 2012 Penulis ii

6 DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iii BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Fokus Masalah... 4 C. Rumusan Masalah... 4 D. Pertanyaan Penelitian... 4 E. Tujuan Penelitian... 5 F. Manfaat Penelitian... 5 G. Definisi Operasional... 5 KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis Hakikat Sastra Lisan Pantun sebagai Sastra Lisan Nilai-Nilai Pendidikan di dalam Pantun Acara Mananti Tando B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Konseptual METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian B. Latar, Entri dan Kehadiran Peneliti C. Informan Penelitian D. Instrumen Penelitian E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Pengabsahan Data G. Metode dan Teknik Pengalisisan Data HASIL PENELITIAN A. Temuan penelitian B. Pembahasan SIMPULAN A. Simpulan B. Implikasi dalam Pembelajaran C. Saran KEPUSTAKAAN LAMPIRAN iii

7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pantun merupakan bentuk sastra lisan yang paling sering digunakan dalam berbagai situasi kehidupan. Pantun merupakan bentuk puisi tradisional Indonesia yang paling tua. Tiap bait pantun biasanya terdiri dari empat baris yang bersajak ab ab. Tiap baris terdiri dari empat sampai delapan kata. Baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi pantun. Pantun adalah puisi rakyat yang paling tua dan paling umum di Indonesia. Pantun merupakan bentuk sastra rakyat yang tidak tertulis perlu dipertahankan karena di dalamnya terkandung nilai-nilai sastra dan budaya yang tinggi dan merupakan cerminan bagi masyarakat Minangkabau itu sendiri. Pada masa dahulunya pantun sebagai salah satu sastra lisan sangat mewarnai kehidupan masyarakat Minangkabau. Pantun digunakan dalam berbagai situasi kehidupan, ketika gembira orang berpantun, ketika sedih pun orang berpantun, anak-anak berpantun, orang tua pun berpantun, untuk kegiatan adat orang berpantun, untuk kegiatan muda-mudi pun orang berpantun. Begitu banyaknya pantun yang digunakan dalam situasi kehidupan, dalam kegiatan adat salah satunya yaitu pantun bajawek yang ada dalam acara mananti tando. Mananti tando merupakan acara yang diawali dengan kedatangan pihak calon mempelai laki-laki kerumah pihak calon mempelai wanita secara adat dengan persyaratan yang telah disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak, yaitu pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dan pihak wanita sebagai tuan rumah 1

8 2 (si pangka). Semuanya bertujuan untuk menyampaikan maksud yang ingin disampaikan kedua belah pihak. Di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman dalam acara mananti tando terdapat acara pantun bajawek yang terdapat di luar pasambahan maupun di dalam pasambahan. Pantun bajawek yaitu pantun yang dilaksanakan secara langsung dan bersifat dua arah (berbalasan) antara pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dengan pihak wanita sebagai tuan rumah (si pangka). Pantun bajawek tersebut diwakili oleh seorang juru bicara yang harus mampu berpantun dan menyampaikan pasambahan dari pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dan satu orang pula dari pihak wanita sebagai tuan rumah (si pangka). Pasambahan merupakan kemahiran berbicara untuk menuturkan buah pikiran melalui bahasa yang penuh dengan keindahan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan dan pantun-pantun. Pantun bajawek dalam acara mananti tando di mulai saat pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) ingin menaiki rumah pihak wanita sebagai tuan rumah (si pangka) dan berakhir ketika acara mananti tando selesai. Di dalam acara mananti tando juga dibuat janji lama masa pertunangan, lama janji pertunangan biasanya 3 bulan, 6 bulan atau setahun. Di Binjai Kecamatan Tigo Nagari ada dua tahap acara mananti tando sebelum pernikahan dan pesta perkawinan dilangsungkan yaitu tahap pertama mananti tando umun dan tahap kedua mananti tando gadang (besar). Mananti tando umun yaitu acara mananti tando yang hanya dilaksanakan oleh kerabat-kerabat dekat kedua belah pihak dan hanya disertai dua buah pantun sedangkan mananti tando

9 3 gadang (besar) dilaksanakan dengan memberi tahu orang banyak atau masyarakat kampung tersebut dan disertai beberapa pantun yaitu pantun bajawek. Namun, tidak selalu masyarakat Binjai melaksanakan kedua tahap mananti tando tersebut sebelum pernikahan dan pesta perkawinan, hanya tergantung kepada kesepakatan kedua belah pihak saja. Saat sekarang masyarakat sudah banyak yang hanya langsung menikah tanpa adanya masa pertunangan atau walaupun ada bertunangan tapi hanya sampai pada mananti tando umun saja dan menikah sehingga dengan sendirinya pantun bajawek dalam acara mananti tando gadang (besar) akan hilang atau terlupakan. Pantun bajawek ini juga berfungsi sebagai sarana tanya jawab dalam acara tersebut. Pantun bajawek dalam acara mananti tando dipilih sebagai objek penelitian karena pantun bajawek pada acara mananti tando gadang (besar) ini hanya dilaksanakan oleh kaum ibuk dan kaum bapak tidak diikutsertakan. Sedangkan pada daerah lain, dalam acara adat meminang (batuka tando) biasanya yang menyampaikan pasambahan ialah kaum bapak-bapak. Pantun bajawek dalam acara mananti tando perlu dipertahankan karena hanya dilakukan pada acara pertunangan di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Pantun yang disampaikan dalam acara mananti tando berbeda dengan pantun lain. Selain itu, dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari hanya dihadiri oleh kaum wanita saja walaupun ada laki-laki hanya anak-anak, sedangkan kaum bapak dalam acara ini tidak diikutsertakan. Pada daerah lain biasanya dalam acara pertunangan ini hanya ada pasambahan atau yang disebut pasambahan maanta tando, tapi di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten

10 4 Pasaman ada pantun bajawek. Berdasarkan hal ini penulis tertarik mengkaji dan meneliti Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan. B. Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada: (1) struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman, (2) nilai-nilai pendidikan di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. C. Perumusan Masalah Berdasarkan fokus permasalahan yang telah dikemukakan, rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) berkaitan dengan struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman, dan (2) nilai-nilai pendidikan di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. D. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang bisa diajukan sebagai dasar pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman? (2) Apa saja nilai-nilai pendidikan di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman?

11 5 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman, dan (2) nilai-nilai pendidikan di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: (1) peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang sastra lisan khususnya pantun, (2) mahasiswa, untuk menambah pemahaman dan wawasan, serta pengetahuan tentang karya sastra, (3) bagi pembaca, penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan serta pemahaman tentang sastra lisan dan sebagai bahan pengajaran apresiasi sastra. G. Defenisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini perlu dijelaskan beberapa hal berikut ini. (1) Struktural pada pokoknya berarti bahwa pada sebuah karya seni atau peristiwa dalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan, karena relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dengan keseluruhan. (2) Pantun adalah puisi lama yang digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pikiran atau digunakan sebagai alat dalam soal jawab antara dua orang. Ciri-ciri pantun adalah tiap-tiap bait terdiri atas empat baris, tiap-tiap baris terdiri atas empat sampai dua belas suku kata. (3) Pantun bajawek adalah pantun

12 6 yang dilaksanakan secara langsung dan bersifat dua arah (berbalasan) antara pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dengan pihak wanita sebagai tuan rumah (si pangka). (4) Mananti tando adalah acara yang diawali dengan kedatangan pihak calon mempelai laki-laki kerumah pihak calon mempelai wanita secara adat dengan persyaratan yang telah disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak, yaitu pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dan pihak wanita sebagai tuan rumah (si pangka). (5) Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicitacitakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. (6) Pendidikan adalah proses penanggulangan masalah-masalah serta penemuan dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta masyarakat yang berlangsung seumur hidup.

13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Dalam kajian teori ini akan dijelaskan tentang hakikat sastra lisan, pantun sebagai sastra lisan, nilai-nilai pendidikan di dalam pantun serta acara mananti tando. 1. Hakikat Sastra Lisan Pada umumnya masyarakat Indonesia dalam masa pra-modern tidak mengenal tradisi tulis. Hanya sebagian kecil saja daerah-daerah di Indonesia yang telah mempunyai tradisi tulis. Bagi yang mengenal tradisi tulis pun tidak atau jarang menggunakannya untuk menulis karya sastra. Sastra pada masa pra-modern itu umumnya disampaikan melalui cara lisan, dan diturun-temurunkan secara lisan pula. Di beberapa sastra daerah tradisi itu masih tetap berkembang di samping adanya usaha perekaman dan penulisannya. Sastra lisan yang terdapat pada masyarakat suku bangsa di Indonesia telah lama ada, bahkan setelah tradisi tulis berkembang, sastra lisan masih kita jumpai. Baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas sastra lisan di Indonesia luar biasa kayanya dan luar biasa ragamnya. Melalui sastra lisan, masyarakat dengan kreativitas tinggi menyatakan diri dengan menggunakan bahasa yang artistik. Bahkan pada saat sekarang pun, kita masih menjumpai kehidupan sastra lisan terutama yang digelarkan dalam upacara-upacara adat. Sastra lisan adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan sastra yang disampaikan secara lisan, atau sastra yang disampaikan dari mulut ke mulut. 7

14 8 Djamaris (2001:4) sastra lisan adalah sastra yang disampaikan dari mulut ke mulut. Hal senada juga dikemukan oleh Atmazaki (2005:134) bahwa sastra lisan adalah sastra yang disampaikan secara lisan dari mulut seorang pencerita atau penyair kepada seseorang atau kelompok pendengar. Begitu juga awal kehidupan sastra Minangkabau, berupa sastra lisan, sastra yang disampaikan dari mulut ke mulut. Salah satu jenis sastra lisan Minangkabau yaitu pantun. Pantun banyak terdapat dalam sastra lisan Minangkabau karena pantun digemari oleh orang Minangkabau. Secara umum pantun merupakan bentuk puisi tradisional Indonesia yang paling tua. Tiap bait pantun biasanya terdiri dari empat baris yang bersajak ab ab. Umumnya tiap baris terdiri dari empat sampai delapan kata. Baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat disebut isi pantun. Pantun ialah puisi Minangkabau yang banyak jumlahnya dan sering diucapkan dalam berbagai kesempatan, salah satunya pantun yang ada dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. 2. Pantun sebagai Sastra Lisan Teori yang mencakup hakikat pantun yaitu: (a) pengertian pantun, (b) ciriciri pantun, (c) jenis-jenis pantun, dan (d) struktur teks pantun. a. Pengertian Pantun Menurut Navis (1984:233) menyatakan separuh jumlah baris permulaan disebut dengan sampiran, separuh berikutnya adalah isi pantun yang sesungguhnya. Fungsi sampiran adalah sebagai pengantar dari isi, bunyi dan iramanya. Jumlah baris sampiran harus sama dengan isi. Tanpa sampiran

15 9 serangkaian puisi tidak mungkin dikatakan sebagai pantun. Waluyo (1991:8) pantun atas dua bagian, yakni sampiran dan isi. Sampiran merupakan dua baris pantun yang memiliki saran bunyi untuk menuju isi. Pantun ialah jenis puisi lama yang setiap baitnya terdiri dari empat larik berirama bersilang ab ab, tiap larik biasanya berjumlah empat kata, dua larik pertama sampiran, dua larik berikutnya isi (Hasanuddin, 2004:580). Seiring dengan itu, Gani (2010:79) menyatakan pantun yaitu puisi rakyat yang paling tua dan paling umum di Indonesia. Isi pantun biasanya berkaitan dengan perasaan rindu, dendam, kesedihan, gurauan, pengajaran, norma-norma, hiburan, dan lain-lain. Umumnya pantun mempunyai bait yang terdiri dari empat baris, dengan delapan sampai dua belas suku kata pada tiap-tiap barisnya. Baris pertama bersajak dengan baris ketiga dan baris kedua bersajak dengan baris keempat (ab-ab). Bagian pertama pantun (baris pertama dan kedua) disebut dengan sampiran dan bagian kedua (baris ketiga dan keempat) disebut dengan isi. b. Ciri-Ciri Pantun Navis (1984:234) menekankan bahwa pantun yang sempurna itu tidak banyak, yang banyak dijumpai adalah pantun yang sampirannya sekenanya saja asal berirama dengan isi pantun. Waluyo (1991:8) mengatakan bahwa pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran merupakan saran bunyi untuk menuju isi. Hubungan sampiran dengan isi hanyalah hubungan saran atau bunyi. Dua baris pertama yang menjadi sampiran saling berhubungan. Menurut Zulkarnaini (2003:67) ciri-ciri pantun sebagai berikut: (1) jumlah kata dalam satu baris berkisar antara tiga sampai lima kata, (2) bersajak ab ab, dan (3) satu bait terdiri atas empat baris.

16 10 c. Jenis-jenis Pantun Menurut Navis (1984:235) mengemukakan bahwa berdasarkan jumlah barisnya sebuah pantun Minangkabau dapat dibedakan atas pantun dua baris, empat baris, enam baris, delapan baris, sepuluh baris, dan dua belas baris. Pantun yang terdiri dari enam baris lebih disebut juga dengan talibun. Menurut isinya, ada lima jenis pantun, yaitu: pantun adat, pantun tua, pantun muda, pantun duka, dan pantun suka (Navis, 1984:239). Pantun adat itu digunakan dalam pidato, isinya kutipan undang-undang, hukum, tambo, dan sebagainya, yang berhubungan dengan adat. Pantun tua berisi petuah orang tua kepada anak muda, yang mengandung nasihat serta ajaran etika yang lazim berlaku di masa itu. Pantun muda ialah pantun asmara, yang mengiaskan atau menyindirkan betapa dalam cinta asmara yang terpendam. Kadang-kadang pantun itu sangat cabul. Isi pantun ini sering merupakan dialog antara bujang dan gadis, yang seorang menyatakan cintanya dan yang seorang meminta bukti. Juga isinya kadang-kadang pemujaan atas kecantikan seorang kekasih yang dikiaskan kepada wajah yang berisikan cinta yang patah. Disenangi karena demikian halus lukisannya. Pantun suka ialah pantun jenaka yang berisikan olok-olok. Kadang-kadang isi pantun ini juga ejekan yang tajam terhadap buah perangai orang-orang yang tidak menyenangkan. Pantun duka ialah pantun yang umumnya diucapkan anak dagang yang miskin, yang tidak sukses hidupnya di rantau orang. Jenis-jenis pantun menurut Waluyo (1991:9) meliputi: pantun anak-anak, pantun muda, pantun tua, dan pantun jenaka. Djamaris (2003:18) menyebutkan bahwa jenis pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak-anak, pantun orang

17 11 muda, dan pantun orang tua. Zulkarnaini (2003:68) mengemukakan bahwa pantun terdiri atas beberapa jenis, yaitu pantun adat, pantun tua, pantun muda, pantun suka, dan pantun duka. Hasanuddin (2004:580) menyebutkan dari segi isi, pantun dibedakan menjadi pantun kanak-kanak, pantun orang muda (pantun berkasihkasihan), pantun orang tua (berisi nasihat, adat, dan agama), pantun jenaka, dan pantun teka-teki. Hasanuddin (dalam Gani, 2010:79) dari sisi bentuknya, pantun dibedakan atas pantun biasa, pantun berkait, talibun (pantun yang panjang, yaitu terdiri dari enam baris), dan karmina (pantun pendek, yaitu terdiri dari dua baris) atau pantun kilat. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerapkali berkaitan dengan alam (menciptakan budaya agragris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tidak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pantun adalah bentuk puisi lama yang memiliki bait yang terdiri dari sampiran dan isi. d. Struktur Teks Pantun Struktur dari segi istilah berasal dari bahasa Inggris yaitu structure yang berarti bentuk. Suatu karya sastra dibangun atas unsur-unsur tertentu. Menurut Atmazaki (2005:96) struktur adalah susunan yang mempunyai data hubungan antarunsur yang saling berkaitan, artinya struktur karya sastra merupakan ciri dari unsur-unsur yang membangun suatu karya sastra. Menurut Piaget (dalam Atmazaki, 2005:95) struktur adalah suatu sistem transformasi yang di dalamnya unsur-unsur menyiratkan hukum tertentu, yang saling menguatkan dan

18 12 memperkaya melalui seluruh perubahan bentuk tanpa melampaui batas sistem atau memasukkan unsur-unsur yang tidak relevan. Struktur fisik puisi terdiri dari: diksi (diction), imaji (imagery), kata konkret (the concrete words), bahasa figuratif (figurative language), rima dan ritma (rhyme and rhytm) (Waluyo, 1991:71). Struktur batin puisi (pantun) terdiri dari: tema (thema), nada (tone), perasaan (feelling), dan amanat (intention) (Waluyo, 1991:106). Berikut ini adalah uraian para ahli mengenai unsur-unsur struktur fisik dan batin puisi (pantun) tersebut. 1) Struktur Fisik a) Diksi (diction) Diksi adalah penggunaan atau penempatan kata-kata tertentu dalam puisi (pantun) yang dilakukan penyair agar tujuan puisi (pantun) dapat disampaikan dengan sempurna (Tarigan, 1984:29). Pradopo (1987:54) menjelaskan apabila penyair hendak mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti yang dialami batinnya. Selain itu, juga ia ingin mengekspresikannya dengan ekspresi yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya tersebut, untuk itu harus dipilih kata setepatnya. Pemilihan kata seringkali penyair kata yang digunakan berkali-kali, yang dirasa belum tepat, bahkan meskipun sajak (pantun) telah disiarkan (dimuat dalam majalah), masih sering diubah kata-katanya untuk ketepatan dan kepadatannya. Diksi menurut Waluyo (1991:72) adalah pemilihan kata-kata oleh penyair untuk mempertimbangkan makna, komposisi bunyi dalam rima dan irama. Diksi menurut Siswanto (2008:114) pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.

19 13 b) Imaji (imageri) Imaji menurut Tarigan (1984:31) adalah segala yang dirasai atau dialami secara imajinatif. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan (Waluyo, 1991:78). Imaji menurut Siswanto (2008:18) adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. c) Kata Konkret (the concrete words) Kata konkret adalah kata-kata yang khusus ditempatkan dalam puisi (pantun) untuk menjelmakan imaji dengan mudah, melalui kata konkret pembaca (pendengar) dapat merasakan atau membayangkan segala sesuatu yang dialami oleh penyair (Tarigan, 1984:32). Setiap penyair berusaha mengkonkretkan hal yang ingin dikemukakan agar pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair (Waluyo, 1991:81). Kata konkret menurut Siswanto (2008:119) kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. d) Bahasa Figuratif (figurative language) Pradopo (1987:61-62) untuk mendapatkan kepuitisan ialah bahasa kiasan (figurative language). Adanya bahasa kiasan ini menyebabkan sajak (pantun) menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa figuratif (majas) adalah bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna (Waluyo, 1991:83). Sudjito (dalam Siswanto, 2008:120) bahasa figuratif (majas) adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.

20 14 e) Rima dan Ritma (rhyme and rhytm) Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi (pantun) untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi (Waluyo, 1991:90). Menurut Atmazaki (2008:76) rima adalah persamaan bunyi akhir kata. Bunyi itu secara terpola dan biasanya terdapat diakhir baris sajak, tetapi kadang-kadang juga terdapat di awal atau di tengah baris. Rima menurut Siswanto (2008:122) adalah persamaan bunyi pada puisi (pantun). Ritma menurut Pradopo (1987:40) adalah irama yang disebabkan pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur, tetapi tidak merupakan jumlah suku kata yang tetap, melainkan hanya menjadi gema dendang sukma penyairnya. Ritma adalah irama yang berperan di dalam pembacaan puisi (pantun). Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frase, dan kalimat (Waluyo, 1991:94). Ritma menurut Siswanto (2008:123) adalah tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi. 2) Struktur Batin Struktur batin disebut juga dengan struktur makna. Struktur batin terdiri dari tema (theme), perasaan (feelling), nada (tone) dan suasana, dan amanat (intention). Berikut uraian mengenai struktur batin puisi (pantun) tersebut. a) Tema (theme) Tema adalah gagasan pokok (sentral) yang menjadi dasar terbentuknya suatu karya. Gagasan sentral ini mengandung pokok pikiran atau pokok persoalan yang begitu kuat dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama puisinya (Waluyo, 1991:106).

21 15 b) Perasaan (feelling) Perasaan adalah suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dalam karyanya (Waluyo, 1991:121). Menurut Atmazaki (2008:12) rasa atau feelling adalah sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung di dalam puisinya. c) Nada (tone) dan Suasana Nada dalam puisi (pantun) maksudnya sikap penyair terhadap pembaca/pendengar. Ada nada menggurui, menasihati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca/pendengar (Waluyo, 1991:125). Menurut Atmazaki (2008:18) nada adalah sikap sang penyair terhadap pembacanya. Nada menurut Siswanto (2008:125) sikap penyair terhadap pembacanya. Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca/pendengar setelah membaca/mendengar puisi (pantun) itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi (pantun) itu terhadap pembaca/pendengar (Waluyo, 1991:125). d) Amanat (intention) Amanat, tujuan, atau intention adalah sesuatu maksud yang terkandung dalam sebuah puisi (pantun). Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya (Waluyo, 1991:130). Dari beberapa pendapat pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur dalam sebuah karya sastra tidak terlepas dari susunan yang mempunyai hubungan antar unsur yang membangun karya sastra tersebut. Struktur dalam pantun adalah proses berlangsungnya pantun mulai dari awal berpantun sampai berakhirnya pantun bajawek tersebut.

22 16 3. Nilai-nilai Pendidikan di dalam Pantun a. Hakikat Nilai Menurut Cheng (dalam Setiadi, 2007:120) nilai merupakan sesuatu yang potensial, dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga berfungsi untuk menyempurnakan manusia, sedangan kualitas merupakan atribut atau sifat yang seharusnya dimiliki. Menurut Lasyo (dalam Setiadi, 2007:121) nilai bagi manusia merupakan landasan atau motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Menurut Dardji Darmodihardjo (dalam Setiadi, 2007:121) nilai adalah yang berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan rohani. Menurut Setiadi (2007:31) nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicitacitakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. b. Nilai-nilai Pendidikan Menurut Immanuel Kant (dalam Gani, 2010:168), manusia hanya dapat menjadi manusia yang sesungguhnya melalui pendidikan dan pembentukan diri yang berkelanjutan. Manusia hanya dapat dididik oleh manusia lain yang juga dididik oleh manusia yang lainnya lagi. Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Gani, 2010:24) mengemukakan pendidikan ialah proses penanggulangan masalahmasalah serta penemuan dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta masyarakat yang berlangsung seumur hidup. Sudirman mendefenisikan pendidikan (dalam Gani, 2010:25) sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dalam rangka mempengaruhi seseorang atau kelompok orang lain, agar orang lain itu menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup yang lebih baik. Nilainilai pendidikan banyak terdapat dalam pantun Minangkabau, sehingga ia mampu

23 17 memainkan perannya sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan masyarakat Minangkabau. Peran tersebut sangat menonjol dalam pendidikan agama, moral, dan adat (Gani, 2010: 168). 1) Nilai-nilai Pendidikan Agama Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1996:6) Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan. Agama yang dianut oleh masyarakat Minangkabau adalah agama Islam, suatu agama yang berasal dari Allah SWT dan disampaikan melalui rasulullah Muhammad SAW. Menurut adat dan masyarakat Minangkabau, Islam merupakan satu-satunya agama yang sah dan patut dianut. Dalam batin masyarakat Minangkabau tidak ada agama lain yang paling bagus selain agama Islam. Pelaksanaan pendidikan agama ditekankan pada kebiasaankebiasaan seseorang untuk melaksanakan atau mengamalkan ajaran-ajaran agama, seperti melaksanakan sholat, berpuasa, dan kegiatan agama lainnya. Ajaran dan norma agama Islam sangat mewarnai dinamika kehidupan masyarakat Minangkabau, termasuk dalam hal pandangan dan pelaksanaan kependidikannya. 2) Nilai-nilai Pendidikan Moral Dalam bidang pendidikan, bukan hanya nilai moral individu yang dikaji, tetapi juga membahas kode-kode etik yang menjadi patokan individu dalam kehidupan sosialnya. Oleh karena itu, orang tidak cukup memahami apa yang diyakininya tanpa menggunakan aturan main yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat. Demikian pula untuk mempertimbangkan dan mengembangkan keyakinan diri dan aturan masyarakatnya. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1996:359) pengertian moral ialah ajaran tentang budi

24 18 pekerti mulia; ajaran kesusilaan. Jadi pendidikan moral ialah pendidikan yang mengenai budi pekerti seseorang atau susilanya. Menurut masyarakat Minangkabau, mutiara berharga yang terkandung dalam ajaran moral adalah budi bahasa, yaitu budi baiak baso katuju (budi yang baik dan bahasa yang disukai). Orang Minangkabau akan dinilai bermoral apabila memiliki budi pekerti yang tinggi, hormat pada yang tua, kasih pada yang muda dan menyegani sesama besar. Budi bahasa merupakan hal yang harus selalu dipelihara dan dipertinggi karena budi bahasa merupakan dasar dalam bersosialisasi. Dengan ini, hidup akan penuh dengan nilai-nilai pergaulan yang baik. Masyarakat menjalani aktivitasnya dengan toleransi, penuh dengan tolak angsur, dan gemar tolong-menolong. 3) Nilai-nilai Pendidikan Adat Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1996:2) adat adalah aturan, kebiasaan. Menghayati dan menafsirkan kandungan ajaran adat Minangkabau, tidaklah dapat dilakukan kalau pemahaman seseorang terhadap ungkapanungkapan Minangkabau (misalnya pantun) hanya secara lahiriah semata, tanpa mendalami arti tersirat yang terkandung di dalamnya. Untuk mengetahui adat Minangkabau secara baik dan benar, hingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman terhadap aneka makna yang terdapat di dalam pantun Minangkabau sangat diperlukan. Di dalam pantun banyak terhimpun kaidahkaidah, norma-norma, peraturan-peraturan, dan hukum-hukum yang berhubungan dengan nilai-nilai adat. Pantun dan berpantun merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengkomunikasikan ajaran-ajaran adat.

25 19 4. Acara Mananti Tando Mananti tando merupakan istilah acara pemberian tando oleh keluarga yang bersangkutan dengan tujuan untuk menguatkan ikatan antara pihak perempuan dan pihak laki-laki. Salah satu pihak yaitu pihak laki-laki memberikan benda kepada pihak wanita sebagai tanda ikatan sesuai dengan hukum perjanjian pertunangan Minangkabau yang berbunyi: batampuak lah buliah dijinjiang batali lah buliah diirik. Artinya kalau tanda telah diberikan dalam satu acara resmi oleh pihak laki-laki kepada pihak wanita, maka bukan saja antar kedua anak muda tersebut telah ada keterikatan dan pengesahan masyarakat sebagai dua orang yang telah bertunangan, tetapi juga antar kedua belah keluarga pun telah terikat untuk saling mengisi adat dan terikat untuk tidak dapat memutuskan secara sepihak perjanjian yang telah disepakati itu. Siriah pinang timbang tando, dimaksudkan agar kedua belah pihak menemukan kata sepakat. Pada hakikatnya dalam meminang, tando yang dibawa ialah cincin selain itu, sirih pinang lengkap, tidaklah disebut beradat sebuah acara, kalau tidak ada sirih diketengahkan. Bertunangan berguna atau menghalangi masing-masing pihak bertindak lain. Pada umumnya wanita yang sudah bertunangan dibatasi geraknya, agar tidak timbul fitnah dan dia juga akan diperhatikan oleh keluarga lelaki dan ketidak senangan salah satu pihak akan dapat berakibat putusnya pertunangan. Pertukaran tanda ini mempunyai makna yang cukup sakral dan mempunyai sangsi-sangsi tertentu apabila terjadi pelanggaran. Putusnya pertunangan ditandai dengan pengembalian tando dengan membayar denda. Bila pihak laki-laki yang

26 20 melakukan pelanggaran maka tando yang ia berikan kepada pihak perempuan dianggap sudah hilang dan sebaliknya jika pihak perempuan yang melakukan pelanggaran maka ia harus mengembalikan tando tersebut dua kali lipat kepada pihak laki-laki. Pada pertemuan batimbang tando dimufakati pula hari yang baik untuk melaksanakan pernikahan, dan bentuk perhelatan yang akan diadakan, serta syarat-syarat atau permintaan masing-masing. Acara adat yang salah satu unsurnya acara mananti tando ini melibatkan dua pihak, pihak yang maanta tando dan pihak yang mananti tando atau tuan rumah. Masing-masing pihak ini mempunyai juru bicaranya yang mampu berpantun dan menyampaikan pasambahan. Juru bicara ini harus hafal apa yang biasa disampaikan dan pantun dalam acara mananti tando itu, hafal kata-kata, fasih berkata-kata dan jelas supaya orang yang hadir dalam acara itu mendengarnya begitu juga dengan pihak yang maanta tando juga mempunyai juru bicara. Tata cara dan urutan pembicaraan pada pantun bajawek dalam acara mananti tando itu sebagai berikut. Pantun bajawek dimulai saat pihak lelaki ingin menaiki rumah pihak wanita hingga selesai acara mananti tando atau ketika pihak lelaki ingin pulang ke rumah. Pantun bajawek adalah pantun yang dilaksanakan secara langsung dan bersifat dua arah (berbalasan) antara si alek dan si pangka. Pantun yang satu berkaitan dengan pantun yang lainnya. Keterkaitan yang dimaksud adalah isi dari pantun itu saja, sedangkan sampiran hanya berperan menyesuaikan bunyi saja.

27 21 B. Penelitian yang Relevan Berdasarkan studi kepustakaan yang telah dilakukan, penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain: 1. Struktur Pantun dalam Randai di Andaleh Kecamatan Luhak Lima Puluh Kota oleh Salmi (2001). Penelitian tersebut difokuskan pada struktur fisik dan struktur batin pada pantun dalam randai. 2. Nilai-nilai Pendidikan dalam Pepatah-Petitih Minangkabau Kumpulan H. Idrus Hakimy Dt. Rajo Penghulu oleh Asnety (2004). Penelitian tersebut difokuskan pada nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam pepatah-petitih Minangkabau kumpulan Idrus Hakimy Dt. Rajo Penghulu. Beda penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian yang relevan adalah, penelitian ini mengkaji pantun bajawek sebagai sastra lisan dalam acara mananti tando dengan memfokuskan struktur pantun bajawek dan nilai-nilai pendidikan di dalam pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. C. Kerangka Konseptual Pantun adalah salah satu sastra lisan yang dimiliki masyarakat Minangkabau. Sastra lisan khususnya pantun memiliki struktur dan nilai-nilai pendidikan yang berguna dalam kehidupan. Salah satu pantun yang memiliki struktur dan nilai pendidikan yaitu pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Dalam penelitian ini akan dijabarkan mengenai struktur pantun bajawek dan nilai-nilai pendidikan di dalam

28 22 pantun bajawek dalam acara mananti tando. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat karangka konseptual berikut ini. Pantun Minangkabau Pantun Lisan Pantun Tulisan Struktur Fisik Batin Nilai-nilai Pendidikan di dalam Pantun 1. Nilai-nilai pendidikan agama 2. Nilai-nilai pendidikan moral 3. Nilai-nilai pendidikan adat Bagan 1 Kerangka Konseptual

29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dan metode yang digunakan metode deskriptif. Moleong (2005:11) mengungkapkan bahwa metode deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005:4) penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Aminuddin (1990:16) juga menyatakan penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angkaangka atau koefisien tentang hubungan antar variabel. Semi (1993:23) menyatakan, penelitian kualitatif ini dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif ialah penelitian yang tidak mengutamakan angka-angka tetapi kata-kata atau lisan dan kedalaman penghayatan. B. Latar, Entri dan Kehadiran Peneliti Latar penelitian ini adalah di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Entri penelitian ini adalah sastra lisan pantun bajawek dalam acara mananti tando yang mencakup struktur pantun bajawek dan nilai-nilai pendidikan 23

30 24 di dalam pantun bajawek tersebut. Dalam penelitian ini peneliti langsung berada pada situasi kejadian. Data penelitian ini adalah struktur pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman dan nilai-nilai pendidikan di dalam pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Sumber data penelitian ini adalah sumber lisan. Sumber lisannya yaitu pantun bajawek yang diucapkan dalam acara mananti tando. C. Informan Penelitian Informan penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai dengan substansi, sifat, dan masalah penelitian yang ada dan bertujuan untuk menjaga tingkat validitas data. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Samarin (dalam Gani, 2010:282) yang mengemukakan bahwa orang yang ditetapkan sebagai informan dalam penelitian bahasa dan sastra harus dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Sekaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman: Telaah Struktur dan Nilai Pendidikan, informannya ialah penutur asli, yaitu Ibuk Rubiati yang berumur 53 tahun, bersuku Melayu dan tinggal di Padang Ranjau Nagari Binjai kemudian Ibuk Mainar yang berumur 51 tahun, bersuku Koto dan bertempat tinggal di Padang kubu Nagari Binjai. Kedua orang tersebut, penutur asli yang menguasai atau memahami pantun dan langsung menyampaikan struktur pantun bajawek dalam acara mananti tando.

31 25 D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan menggunakan tape recorder untuk perekam; serta format/panduan wawancara. Tape recorder digunakan untuk merekam penuturan pantun bajawek dalam acara mananti tando berlangsung. Sedangkan format/panduan wawancara digunakan untuk mengarahkan pelaksanaan wawancara. E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu membuat gambaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai data-data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik seperti berikut ini: (1) observasi, peneliti langsung ke lapangan atau pada situasi kejadian untuk mendapatkan data pantun bajawek. Hal ini meliputi daerah keberadaan pantun bajawek, pemilihan responden, dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan data yang dibutuhkan, (2) rekam, data yang diperoleh merupakan hasil dari merekam data dalam situasi yang sebenarnya, (3) wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada informan untuk mendapatkan keterangan yang berhubungan dengan objek penelitian, dan (4) pengolahan data, data yang diperoleh dalam bentuk rekaman ditranskripsikan dari bentuk lisan menjadi bentuk tulisan kemudian hasil olah data dan hasil analisis dituliskan berupa laporan lengkap hasil penelitian.

32 26 Format 1 Pengumpulan Data Struktur Pantun No Pantun Struktur Fisik Struktur Batin Keterangan: Struktur Fisik 1. Diksi 2. Imaji 3. Kata konkret 4. Bahasa figuratif 5. Rima dan ritma Struktur Batin 1. Tema 2. Perasaan 3. Nada dan suasana 4. Amanat Format 2 Pengumpulan Data Nilai-nilai Pendidikan No Pantun Nilai-nilai Pendidikan Keterangan: 1. Nilai-nilai pendidikan agama 2. Nilai-nilai pendidikan moral 3. Nilai-nilai pendidikan adat

33 27 F. Teknik Pengabsahan Data Teknik pengabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik uraian rinci. Teknik ini sesuai dengan prinsip penelitian kualitatif yang harus melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan tempat dan konteks penelitian yang diselenggarakan. G. Metode dan Teknik Penganalisisan Data Metode deskriptif yaitu membuat gambaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai data-data. Data penelitian ini dianalisis dengan cara berikut ini: (1) menstranskripsi, data yang berupa rekaman pantun bajawek ditranskripsikan ke dalam bahasa tulis. (2) menterjemahkan, hasil transkripsi data pantun bajawek yang berbahasa Minang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berdasarkan tuturan pantun bajawek yang disampaikan informan. (3) menelaah, setelah seluruh data pantun bajawek diterjemahkan, peneliti menelaah data pantun bajawek berdasarkan struktur atau susunan pantun bajawek dan nilai-nilai pendidikannya. (4) mengklasifikasikan data, data yang telah dikumpulkan diklasifikasikan berdasarkan struktur dan nilai-nilai pendidikannya. (5) setelah diklasifikasikan lalu membuat kesimpulan. (6) dari kesimpulan peneliti membuat laporan penelitan.

34 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian 1. Struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando Pada bagian ini akan dideskripsikan data penelitian tentang struktur pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Pantun bajawek adalah pantun yang dilaksanakan secara langsung dan bersifat dua arah (berbalasan) antara pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dengan pihak wanita sebagai tuan rumah (si pangka). Data diperoleh dengan cara merekam penuturan pantun bajawek dalam acara mananti tando yang sedang berlangsung. Data dikumpulkan pada hari Minggu, 15 April 2012 di Binjai. Dari hasil rekaman tersebut diperoleh data pantun bajawek sebanyak 81 buah pantun, yang terdiri atas 71 buah pantun empat baris seuntai, 8 buah pantun enam baris seuntai, 1 buah pantun delapan baris seuntai, dan 1 buah pantun sepuluh baris seuntai (data lengkap terlampir). Pada umumnya pantun bajawek dalam acara mananti tando bersajak ab ab baris pertama (1) mempunyai persamaan bunyi dengan baris ketiga (3), sedang baris kedua (2) mempunyai persamaan bunyi dengan baris keempat (4). Selanjutnya juga terdapat pantun yang terdiri atas enam baris atau lebih dikenal dengan talibun. Pantun tersebut bersajak abc abc, persamaan bunyi terdapat pada baris pertama (1) dengan baris keempat (4), baris kedua (2) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kelima (5), dan baris ketiga (3) mempunyai persamaan bunyi dengan baris keenam (6). Seterusnya pantun yang berjumlah 28

35 29 delapan baris, empat baris bagian awal sampiran dan empat baris seterusnya bagian isi, persajakannya abcd abcd baris pertama (1) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kelima (5), baris kedua (2) dengan baris keenam (6), baris ketiga (3) mempunyai persamaan bunyi dengan baris ketujuh (7), sedangkan baris keempat (4) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kedelapan (8). Dan ada juga pantun yang berjumlah sepuluh baris, pada pantun yang seperti ini lima baris pertama disebut dengan sampiran dan lima baris berikutnya disebut dengan bagian isi pantun. Persajakan pantun sepuluh baris seuntai ialah abcde abcde baris pertama (1) dengan baris keenam (6), baris kedua (2) dengan baris ketujuh (7), baris ketiga (3) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kedelapan (8), baris keempat (4) dengan baris kesembilan (9), sedangkan baris kelima (5) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kesepuluh (10). Dilihat dari bentuk dan urutannya, pantun bajawek tidak selalu pantun 1 jawab 1 dari awal acara sampai akhir acara mananti tando. Tetapi, memang pantun di dalam acara mananti tando di Binjai disebut pantun bajawek karena pantunnya dari awal sampai acara akhir ada pantun berbalasnya walaupun tidak selalu balasannya pantun 1 jawab 1. Seperti pantun yang terdapat di dalam pasambahan yang terdiri dari beberapa pantun dan ini hanya disampaikan oleh salah satu pihak saja dan jika sudah selesai maka baru dibalas oleh pihak yang lain. Struktur pantun bajawek dalam acara mananti tando tidak selalu dimulai oleh pihak tuan rumah atau pihak wanita tapi juga ada pantun bajawek yang dimulai oleh pihak laki-laki atau pihak tamu. Beberapa pantun bajawek yang

36 30 dimulai oleh pihak tuan rumah atau pihak wanita yaitu pantun bajawek ketika pihak laki-laki ingin menaiki rumah pihak wanita, dan pantun bajawek di dalam dan di luar pasambahan menjelang minum. Sedangkan pantun bajawek yang dimulai oleh pihak tamu atau pihak laki-laki yaitu pantun di dalam dan di luar pasambahan meminjam dan mengembalikan carano, pantun di dalam pasambahan memakan sirih, pantun bajawek di dalam dan di luar pasambahan memberikan tando, dan pantun bajawek ketika pihak laki-laki ingin pulang ke rumah dan menerima kiriman dari pihak wanita. Mananti tando merupakan suatu acara yang diawali dengan kedatangan pihak calon mempelai laki-laki ke rumah pihak calon mempelai wanita secara adat dengan persyaratan yang telah disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak, yaitu pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dan pihak wanita sebagai tuan rumah (si pangka). Orang yang akan mengadakan acara mananti tando, mengundang kaum kerabat dan orang nagari yang patut tahu dan hadir. Di waktu hari mananti tando pihak wanita (si pangka) bersama kaum kerabat dan orang nagari tersebut bersiap-siap untuk menanti kedatangan dari pihak laki-laki (si alek) sebagai rombongan yang maanta tando. Di rumah pihak wanita banyak kaum perempuan yang menanti, selain itu juga mempersiapkan makanan dan minuman yang akan dihidangkan kepada pihak laki-laki nantinya. Acara mananti tando dilakukan pada siang hari, yaitu pihak laki-laki (si alek) datang ke rumah pihak wanita (si pangka) setelah waktu zuhur. Dalam acara mananti tando pihak laki-laki (si alek) yang datang, membawa beberapa peralatan yang telah diadatkan antara lain: kampia siriah,

37 31 kampia siriah yaitu sebuah kantong yang terbuat dari anyaman pandan berbentuk empat persegi panjang, diberi motif dengan sistem anyaman. Kampia siriah berisikan sirih selengkapnya yaitu sirih, gambir, pinang, kapur sirih dan tembakau. Kampia siriah dan carano walaupun sama-sama wadah sirih pinang, tetapi fungsi penyajiannya berbeda. Kampia siriah difungsikan sebagai alat maanta tando kepada pihak wanita, sedangkan carano disajikan waktu memulai pembicaraan atau pembuka kata. Pada saat meminang baik kampia siriah maupun carano diletakkan ditengah lingkar peserta duduk. Untuk kampia siriah yang akan dibahas adalah maksud dan tujuan membawa kampia siriah itu. Selain itu pihak laki-laki juga membawa cincin yaitu cincin emas dan cincin perak, biasanya berat cincin satu emas, dua emas atau tiga emas. Jika ingin mengadakan pesta perkawinan maka cincin yang diambil oleh pihak perempuan ialah cincin emas tapi jika hanya ingin berdoa kecil saja maka cincin yang diambilnya cincin perak. Kain yang digunakan untuk membungkus cincin ialah kain yang berwarna kuning dan di dalamnya juga dilengkapi dengan benih-benih seperti ketimun, labu, padi dan lain-lain. Dalam acara mananti tando, pantun bajawek dimulai saat pihak laki-laki ingin menaiki rumah pihak wanita. Di depan pintu rumah pantun bajawek di mulai oleh pihak wanita (si pangka) terlebih dahulu dan dibalas oleh pihak lakilaki (si alek). Setelah semua rombongan pihak laki-laki naik ke rumah dan duduk, maka pihak wanita menghidangkan minuman dan kue-kue yang telah disediakan sebelumnya. Saat akan meminum minuman dan memakan kue-kue yang telah dihidangkan maka pihak wanita memulai dengan pasambahan yang disertai

38 32 pantun bajawek. Setelah acara makan kue dan minum selesai maka akan dilanjutkan dengan acara meminjam carano. Kegiatan meminjam carano dan meminta memakan sirih dimulai oleh pihak laki-laki (si alek) dengan menyampaikan pasambahan yang di dalamnya terdapat pantun bajawek kemudian dari pihak wanita juga membalas dengan pasambahan yang disertai dengan pantun bajawek di dalamnya. Setelah selesai pasambahan meminjam carano maka dilanjutkan dengan pasambahan dan pantun bajawek memberikan tando. Pemberian tando ini diberikan oleh seseorang yang mewakili dari pihak laki-laki dan seseorang dari pihak wanita untuk menerima. Orang yang mewakili ialah orang yang pandai menyampaikan pasambahan dan pantun bajawek tersebut. Setelah acara inti selesai yaitu memberikan tando dari pihak laki-laki kepada pihak wanita maka akan dilanjutkan dengan acara makan, setelah selesai acara makan dan semua hidangan telah dikemaskan oleh pihak wanita maka dari pihak wanita membawa beberapa tempat makanan yang disebut juga dengan rantang yang berisi makanan yang akan dikirim ke rumah pihak laki-laki. Seusai makan dari pihak laki-laki akan menyampaikan pantun bajawek yang isinya tentang pengembalian carano yang dipinjam dan pemberitahuan bahwa rombongannya akan pulang ke rumahnya masing-masing dan pantun bajawek menerima kiriman dari pihak wanita yang akan dikirimkan ke rumah pihak laki-laki. Struktur dalam pantun adalah proses berlangsungnya pantun mulai dari awal berpantun sampai berakhirnya pantun bajawek tersebut. Secara garis besar urutan acara pantun bajawek dalam acara mananti tando ialah (1) pantun bajawek ketika pihak laki-laki ingin menaiki rumah pihak wanita, (2) pantun bajawek di

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan perasaan kepada pihak lain terwujud dalam kegiatan berbahasa. Di dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA XII IPA

BAHASA INDONESIA XII IPA SMA Santa Angela Jalan Merdeka 24, Bandung MODUL 6 BAHASA INDONESIA XII IPA 1,2,3 OLEH : Dra. Franciska Titik Lestari 1 6 PUISI LAMA dan BARU Standar Kompetensi : Mengungkapkan pendapat tentang pembacaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum masyarakat tersebut mengenal keberaksaraan. Setiap bentuk sastra lisan, baik cerita maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Untuk mengetahui penelitian tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pendidik haruslah menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara untuk menciptakan

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL Judul Penelitian : Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Padang Nama : Rika Fitrianti NPM : 0910013111196 Jenjang Pendidikan : Sarjana Pendidikan (S1) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian, defenisi operasional, sumber data dan data, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah banyak dilakukan salah satunya, penelitian pengajaran sastra dapat peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI M. Syirojudin A malina Wijaya S2 Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana SI pada Jurusan Satra Daerah Diajukan oleh : IMELDA NIM 06186002 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 55 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yakni metode penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif maka data yang dipoeroleh dianalisis dan diuraikan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI

Lebih terperinci

TEKNIK MENULIS PUISI Panduan Menulis Puisi untuk Siswa, Mahasiswa, Guru dan Dosen

TEKNIK MENULIS PUISI Panduan Menulis Puisi untuk Siswa, Mahasiswa, Guru dan Dosen 202 Judul Bab 204 TEKNIK MENULIS PUISI Panduan Menulis Puisi untuk Siswa, Mahasiswa, Guru dan Dosen Oleh : Sigit Mangun Wardoyo, M.Pd. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak

Lebih terperinci

NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT.

NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT. NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT. RAJO PENGHULU Mefri Diamanda 1), Marsis 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM 09080240 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potret sosial adalah gambaran dari suatu kejadian yang telah terjadi dan terkait dengan orang banyak. Maka banyak orang yang memberikan perhatian terhadap peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

KOMPETENSI 7 MENULIS KREATIF. Standar Kompetensi Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi.

KOMPETENSI 7 MENULIS KREATIF. Standar Kompetensi Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi. KOMPETENSI 7 MENULIS KREATIF A. MENULIS SURAT PRIBADI Standar Kompetensi Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi. Kompetensi Dasar Menulis surat pribadi dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan pengolahan dan menganalisis data dari hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syair merupakan sebuah karya sastra yang diciptakan pengarangnya dari wujud ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua negara ini sama sama menghasilkan karya karya sastra dalam bentuk puisi terutama puisi puisi

Lebih terperinci

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Keanekaragaman ini merupakan kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI PANTUN MINANGKABAU DALAM MASYARAKAT PASA LAMO, PULAU PUNJUNG, DHARMASRAYA

STRUKTUR DAN FUNGSI PANTUN MINANGKABAU DALAM MASYARAKAT PASA LAMO, PULAU PUNJUNG, DHARMASRAYA STRUKTUR DAN FUNGSI PANTUN MINANGKABAU DALAM MASYARAKAT PASA LAMO, PULAU PUNJUNG, DHARMASRAYA Oleh: Leo Fandi 1, Agustina 2, Nurizzati 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

STRUKTUR PUISI PADA KORAN SINGGALANG

STRUKTUR PUISI PADA KORAN SINGGALANG STRUKTUR PUISI PADA KORAN SINGGALANG Evi Maesaroh 1) Hasnul Fikri 2) Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk penggunaan bahasa oleh masyarakat Minangkabau. Masyarakat Minangkabau merupakan kelompok masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL. Yunita Nopianti. Abstrak

NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL. Yunita Nopianti. Abstrak NYANYIAN DALAM TRADISI MAANTA ANAK DARO DI KELURAHAN UJUANG BATUANG PARIAMAN TENGAH ANALISIS STRUKTURAL Yunita Nopianti Abstrak Penelitian ini membahas mengenai tradisi maanta anak daro. Tradisi maanta

Lebih terperinci

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Pengertian dan Unsur-unsurnya Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

SASTRA MELAYU HALAMAN SAMPUL SOAL MID SEMESTER JURUSAN SASTRA DAERAH/ MELAYU SEMESTER 2

SASTRA MELAYU HALAMAN SAMPUL SOAL MID SEMESTER JURUSAN SASTRA DAERAH/ MELAYU SEMESTER 2 SASTRA MELAYU HALAMAN SAMPUL SOAL MID SEMESTER JURUSAN SASTRA DAERAH/ MELAYU SEMESTER 2 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS LANCANG KUNING 2014 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang

III. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang 36 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif artinya

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang saling berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan agar sebuah karya ilmiah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada pembelajaran apresiasi sastra khususnya apresiasi puisi perlu dibuat sebuah bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah 8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Menulis Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendengarkan, berbicara/ bercerita, membaca, dan menulis/mengarang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendengarkan, berbicara/ bercerita, membaca, dan menulis/mengarang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta membina persatuan, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Keterampilan Menulis Puisi a. Hakikat Menulis Tarigan (1994:3) memberikan pengertian bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini peneliti memaparkan mengenai latar belakang masalah yang dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah tersebut peneliti rumuskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang kemampuan menulis pantun sebelumnya sudah pernah dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2) BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2) saran. Pada bagian pertama akan disajikan simpulan dari empat permasalahan yang telah dibahas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V Oleh: Aida Azizah Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan penelitian ini tidak terlepas dari buku-buku dan skripsi pendukung yang relevan dengan judul penelitian ini. Sesuai dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia, dengan bahasa orang bisa bertukar pesan dan makna yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dendang di desa Gunung Ayu kota Manna Bengkulu Selatan memiliki nilai-nilai yang disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Untuk memahami Penulisan Kreatif, sebelumnya cobalah pahami perihal manajemen bahasa berikut ini Manajemen bahasa adalah SENI dan ILMU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Tarigan(1985 : 4), kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Tarigan(1985 : 4), kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Puisi Menurut Tarigan(1985 : 4), kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upacara biasanya diiringi dengan syair, dan pantun yang berisi petuahpetuah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upacara biasanya diiringi dengan syair, dan pantun yang berisi petuahpetuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat tidaklah sempurna apabila tidak diiringi dengan kesenian yang akan membuat sebuah acara jadi lebih menarik terutama pada upacara pernikahan. Setiap upacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabhanti Watulea merupakan tradisi lisan masyarakat Watulea di Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Kabhanti Watulea adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di masyarakat Betawi Kampung Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Propinsi DKI Jakarta. Lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Umpasa merupakan salah satu ragam sastra lisan yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Sebagai ragam sastra lisan, umpasa awalnya berkembang di masyarakat tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam serta keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan beberapa pulau, daerah

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA PANTUN DALAM KESENIAN TUNDANG MAYANG DALAM MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK

ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA PANTUN DALAM KESENIAN TUNDANG MAYANG DALAM MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA PANTUN DALAM KESENIAN TUNDANG MAYANG DALAM MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK Nopita Sari, Christanto Syam, Ahmad Rabiul Muzammil Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNTAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI SISWA KELAS XI A SMKN 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2008/2009

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI SISWA KELAS XI A SMKN 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2008/2009 PEMBELAJARAN MENULIS PUISI SISWA KELAS XI A SMKN 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI Disusun Untuk Mencapai Galar Sarjana SI Jurusan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON Dwi Novita Ariyaningtyas 1 Heri Suwignyo 2 Karkono 3 Universitas Negeri Malang, Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG David Maulana Muhammad*)1 Wahyudi Siswanto)*2 Email davidmuhammad7@gmail.com Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan pada hakikatnya merupakan wujud dari upaya manusia dalam menanggapi lingkungan secara aktif. Aktif yang dimaksud adalah aktif mengetahui bagaimana persoalan-persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan tentang sastra

Lebih terperinci