ANALISIS KOMPETENSI GURU PASCA DIKLAT GURU MATA PELAJARAN KIMIA TINGKAT MADRASAH ALIYAH SE SUMATERA UTARA. Oleh : ABSTRAK

Transkripsi

1 ANALISIS KOMPETENSI GURU PASCA DIKLAT GURU MATA PELAJARAN KIMIA TINGKAT MADRASAH ALIYAH SE SUMATERA UTARA Oleh : Dra.Hj. Intan Pulungan, M.Pd Widyaiswara BDK Medan ABSTRAK INTAN PULUNGAN, Analisis Kompetensi Guru Pasca Diklat Guru Mata Pelajaran Kimia Tingkat Madrasah Aliyah Se Sumatera Utara. Karya Tulis Ilmiah. Medan: Balai Diklat Keagamaan Medan Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui kemampuan guru mata pelajaran kimia dalam pemahaman terhadap peserta didik pascadiklat. 2) Untuk mengetahui kemampuan guru mata pelajaran kimia dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran kimia pascadiklat. 3) Untuk mengetahui pengaruh diklat terhadap kompetensi guru pasca diklat guru kimia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dan instrumen yang digunakan angket, observasi, dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini 30 orang tenaga pendidik yang bertugas di Madrasah Aliyah yang ada di Sumatera Utara. Secara khusus adalah guru-guru yang memiliki tugas pokok mengajar dan memiliki kompetensi dasar keguruan terutama tenaga pengajar kimia. Teknik analisis data menggunakan pendekatan statistik deskriptif. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kemampuan Guru Kimia dalam pemahaman terhadap peserta didik tergolong kategori Cukup, dengan persen option 77,5%. 2) Kemampuan Guru Kimia dalam perancangan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi Penjabaran Kompetensi dasar ke dalam indikator tergolong kategori Sangat Baik, dengan persen option 94%. 3) Pengaruh diklat terhadap kompetensi guru meningkat sebesar 29,2% pasca diklat guru kimia. Sebagai solusinya penelitian ini akhirnya memberi saran atau merekomendasikan para guru khususnya guru mata pelajaran kimia di Madrasah Aliyah untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya selama mengikuti diklat dan mengikuti diklat tingkat lanjutan yang berorientasi pada praktek serta kepada pihak yang berkompeten agar melengkapi sarana dan prasarana berupa laboratorium yang memadai pada Madrasah Aliyah yang ada di lingkungan Departemen Agama, sehingga tercipta suatu kondisi belajar mengajar yang kondusif, efektif, dan efisien. Kata Kunci: Kompetensi, Guru, Diklat 1

2 I. Pendahuluan Peranan guru di era globalisasi dan transformasi abad 21 ini tetap sebagai suatu profesi yang merupakan ujung tombak bagi keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran. Setelah diberlakukannya Undang-undang RI. No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasinal Pendidikan secara resmi profesi guru telah disejajarkan dengan profesi lainnya sebagai tenaga profesional. Sebagai tenaga profesional, guru harus memenuhi sejumlah persyaratan. Persyaratan tersebut antara lain guru harus memiliki kualifikasi akademik dan memiliki 4 kompetensi. Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Kualifikasi akademik ini ditunjukkan dengan ijazah yang merefleksikan kemampuan yang dipersyaratkan bagi guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik pada jenjang, jenis, dan satuan pendidikan atau mata pelajaran yang diajarkannya. Kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kepmendiknas No.045/U/2002 menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No. 14/2005 dan Peraturan Pemerintah No.19/2005 dinyatakan bahwa 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu: (a) Kompetensi profesional, (b) Kompetensi kepribadian, (c) Kompetensi pedagogik dan (d) Kompetensi sosial. II. PEMBAHASAN Peran dan fungsi guru dalam proses pembelajaran menempati posisi strategis dan menentukan. Meskipun saat ini sumber-sumber belajar sudah sangat berkembang dan beragam seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, namun kehadiran sosok guru dalam konteks pembelajaran tidak tergantikan oleh media dan sumber belajar apapun. Peserta didik atau 2

3 siapapun dapat mempelajari suatu ilmu pengetahuan tanpa kehadiran guru, misalnya melalui buku-buku, koran, jaringan internet, televisi, dan sebagainya, tanpa kehadiran guru proses pembelajaran akan kehilangan nilai interaksi kemanusiaannya secara intensif. Uraian ini mencerminkan betapa pentingnya peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan sebagaimana yang ditekankan oleh Anderson dalam Manullang (1986) bahwa faktor utama yang menjamin sekolah lebih baik adalah apabila sekolah tersebut memiliki guru-guru yang baik, karena itu harapan untuk memiliki sekolah yang baik dalam arti berkualitas tinggi harus didahului dengan pembinaan terhadap gurunya. Kualitas guru diharapkan dapat memperbaiki mutu pendidikan. Darmodiharjo (1982) menyatakan bahwa untuk dapat menghasilkan guru-guru yang kompetensinya bagus, maka guruguru harus memiliki kemampuan dalam bahan pelajaran, profesi, penyesuaian diri, sikap-sikap nilai, dan kepribadian. Sedangkan menurut Kunandar (2007) Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar, di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional dan moral serta spiritual. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar, pemerintah telah banyak melakukan upaya dengan jalan penataran,atau pelatihan (workshop) dan peningkatan pendidikan. Hal ini didasarkan pada program pengembangan pendidikan guru. Walaupun demikian masih banyak sorotan tentang rendahnya mutu guru, sehingga dirasa perlu dilakukan upaya berkelanjutan (terus menerus) meningkatkan tingkat pendidikan para guru, diadakan kegiatan penataran, atau pelatihan dan dapat memberikan motivasi para guru guna mendorong meningkatkan kompetensinya. Pendidikan merupakan bagian penting dalam menciptakan suatu kinerja yang baik, karena melalui pendidikan, diharapkan seseorang dapat menambah cakrawala berfikir, menambah rasa ingin tahu, penguasaan atas satu disiplin ilmu lebih mendalam, memiliki kemampuan berfikir teratur, logis, sistematis, dan daya analisis yang tinggi (Siagian, 1987). Selanjutnya pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang bertujuan untuk mendapatkan 3

4 sejumlah pengetahuan dan keterampilan guru yang diperoleh dari luar sistem pendidikan dan hal ini sangat berhubungan pula terhadap kinerja. Pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil (PP No.101/2000, Bab I psl 1). Secara teori istilah pendidikan, Soekidjo Notoadmodjo (2003) dalam Machfudz Fathurahman (2007) merupakan pengembangan kemampuan secara menyeluruh (kognitif, afektif dan psychomotor), sedangkan pelatihan (training) merupakan pengembangan kemampuan specific (psychomotor). Perbedaan tersebut tidaklah hitam putih pada prakteknya sangat fleksibel menyeimbangkan tiga ranah, namun kecenderungan ranah psikomotor memiliki porsi lebih. Kimia sebagai satu disiplin ilmu turut andil dalam pengembangan teknologi yang kini telah mencapai puncak kecanggihan (sophisticated) dan mengisi berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Era global yang ditandai dengan kemajuan teknologi informatika, industri otomotif, perbankan, dan dunia bisnis lainnya, menjadi bukti nyata adanya peran kimia dalam revolusi teknologi (Depag.RI.2004). Melihat besarnya peran kimia dalam kehidupan manusia, tuntutan yang muncul kemudian adalah bagaimana guru membelajarkan siswa sehingga pelajaran kimia menjadi penuh makna (meaningfulness). Pembelajaran kimia yang demikian dapat dirancang melalui kajiankajian standar kompetensi, pemilihan pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada pilar-pilar belajar (learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together), dan pembelajaran yang sesuai dengan konteksnya, dengan kehidupan alam, realistik, dan menerapkan assesmen berbasis kompetensi. Madrasah Aliyah adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki keunikan tersendiri, dilihat dari culture belajar, latar geografis yang cenderung natural, metode yang digunakan, dan dukungan masyarakat dalam konsep School Based Management. Oleh karena itu, kehadiran ilmu kimia sebagai mata pelajaran di Madrasah Aliyah memiliki keunikan tersendiri yang mencuatkan tantangan baru. Berdasarkan pengamatan empiris di lapangan hingga saat ini masih banyak guru kimia di Madrasah Aliyah yang belum optimal dalam melaksanakan tugasnya mengelola pembelajaran, tidak sedikit guru kimia yang belum dapat menumbuhkan minat siswa, bagaimana mengemas pembelajaran kimia pada latar kehidupan, dan bagaimana menyederhanakan konsep-konsep dan 4

5 hukum-hukum kimia sehingga siswa lebih mudah mempelajarinya. Akibat kekurangan guru yang layak pada bidang kimia dan masih belum ada dukungan sarana belajar yang memadai di Madrasah Aliyah sehingga banyak program kurikulum maupun ekstra kurikuler yang belum terlaksana dengan baik. Berdasarkan pengamatan, ada dua hal yang menyebabkan diklat belum dapat memberikan dampak besar bagi peningkatan mutu guru. Pertama, Diklat tidak berbasis masalah nyata dalam kelas (unrealistic class problem). Widyaiswara menyampaikan materi yang sama kepada semua guru padahal mereka berasal dari berbagai daerah yang kondisi madrasah dan sumber dayanya berbeda-beda. Widyaiswara (tidak semua) melupakan adanya azas heterogenitas kemampuan, fasilitas, akses, dan lain-lain di setiap wilayah. Dengan kata lain, kondisi satu madrasah dengan madrasah yang lain belum tentu sama meskipun berada dalam suatu wilayah yang berdekatan. Kedua, implementasi hasil diklat yang belum sepenuhnya. Hasil diklat baru dalam tataran pengetahuan, tidak diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Hal ini bisa disebabkan oleh content materi diklat yang terlalu berorientasi pada teori sehingga tidak aplikatif atau dapat juga karena ketiadaan monitoring pasca diklat. Diklat hanya dianggap sebagai kegiatan ritual yang selesai tanpa adanya follow up dan pembinaan. Peningkatan mutu pendidikan memang tidak hanya ditumpukan pada faktor guru saja, namun demikian analisis terakhir menunjukkan bahwa guru tetap merupakan faktor kunci yang paling menentukan, karena proses kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh pendidik dan peserta didik. Jadi faktor utama yang menjamin madrasah lebih baik adalah apabila madrasah tersebut memiliki guru-guru yang baik, karena itu harapan untuk memiliki madrasah yang baik dalam arti berkualitas tinggi harus didahului dengan pembinaan terhadap gurunya. Pendidikan dan Latihan Guru Mata Pelajaran Kimia sebagai salah satu jenis program pengembangan sumber daya manusia (SDM) aparatur di lingkungan Departemen Agama. Pengembangan SDM aparatur sendiri merupakan proses panjang sepanjang yang bersangkutan masih berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), agar memiliki kualitas tertentu sesuai dengan pengembangan karir dan kebutuhan organisasi. Program peningkatan kualitas SDM aparatur melalui diklat diharapkan akan memberi manfaat pada organisasi berupa produktivitas, moral, efisiensi, efektivitas, dan stabilitas organisasi dalam mengantisipasi lingkungan, baik dari dalam maupun ke luar organisasi yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. 5

6 Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Sesungguhnya yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan penyusun program untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai apa belum. Jika sudah tercapai, bagaimana kualitas pencapaian kegiatan tersebut, jika belum tercapai, bagian manakah dari rencana kegiatan yang telah dibuat yang belum tercapai. Apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum tercapai ataukah karena faktor eksternal. Evaluasi pendidikan dan pelatihan guru mata pelajaran kimia ditinjau dari kompetensi pedagogik yang meliputi perumusan masalah apakah sudah sesuai dengan kebutuhan peserta didik, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, pemilihan sumber balajar/media apakah sudah sesuai dengan materi yang akan diajarkan, metode mengajar,dan penilaian hasil belajar. III. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan Guru Kimia dalam pemahaman terhadap peserta didik tergolong kategori Cukup 2. Kemampuan Guru Kimia dalam perancangan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi Penjabaran Kompetensi dasar ke dalam indikator tergolong kategori Sangat Baik 3. Pengaruh diklat terhadap kompetensi guru meningkat sebesar pasca diklat guru kimia. IV. REKOMENDASI Berdasarkan kesimpulan seperti yang dikemukakan di atas, maka peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut: 1. Mengingat evaluasi Media Pembelajaran dan evaluasi Penilaian KBM masih terlaksana Kurang Baik dan Tidak Baik, pada Guru Kimia Madrasah Aliyah Se Sumatera Utara, maka diharapkan kepada guru-guru tersebut supaya menerapkan ilmu yang sudah didapatnya melalui diklat dan selalu menggunakan media pembelajaran setiap mengajar 6

7 dan juga menyempurnakan teknik penilaian yang selama ini belum terlaksana dengan baik. 2. Bagi widyaiswara yang mengampu materi diklat penilaian hasil belajar agar dalam mendiklat lebih berbasis masalah nyata dalam kelas, dan supaya content materi diklat harus aplikatif dan mengingat adanya azas heterogenitas kemampuan, fasilitas, akses, dan lain-lain. 3. Bagi pihak yang berwenang agar kiranya melengkapi sarana dan prasarana di Madrasah Aliyah berupa alat-alat laboratorium yang merupakan media pembelajaran yang paling efektif dalam pembelajaran kimia di Madrasah Aliyah. 4. Bagi Kepala Seksi Tenaga Teknis Balai Diklat Keagamaan Medan, agar kiranya dalam menyusun program diklat Guru Mata Pelajaran Kimia Tingkat Madrasah Aliyah untuk program lanjutannya agar lebih menekankan pada penerapan dalam pembelajaran kimia berupa kegiatan-kegiatan praktikum di laboratorium. 5. Perlu dilakukan monitoring pasca diklat untuk melihat follow up dan pembinaan terhadap para alumni diklat khususnya Guru Mata Pelajaran Kimia. 7

8 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S dan Cepi Safruddin A.J Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Teoritis Asri, Ispawati Struktur Desain Diklat, Jakarta: Suara Diklat,Vol.III, Desember. No.4,Oktober- Atmodiwirio, S Manajemen Pelatihan, Jakarta: Ardadizya Jaya. Amidjaya, T.D.A Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tnggi, Depdikbud. di Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2003, Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Agama, Jakarta. Badan Standar Nasional Permen Diknas RI No. 41. Tahun 2007 Tentang Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. Barnadib, Imam dan Sutari Imam Beberapa Aspek Substansial Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Andi.Burhan, J Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Penataran Guru. Analisis Pendidikan,(2): 33-44) Bedjo, Siswanto Manajemen Tenaga Kerja. Bandung: Penerbit Sinar Baru. Bernadin, H. John dan Russel, E.A Human Resources Management, An Experiental Approach, Singapore, Mc. Graw Hill International Editions, Mac Graw Hill Book Co. Conpolat, Nurtac Student s Understanding of Chemistry Concepts. Journal of Chemical Education. Vol 80. number 11, November 2003.pp ( ). Dachnel, Kamars Kurikulum untuk Abad 21 dalam Model Pengelolaan dan Penelitian Kurikulum. Jakarta: Gramedia. Darmodiharjo, D Peranan Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Analisis Pendidikan. Departemen Agama R.I Strategi Pembelajaran Kimia untuk Tingkat Madrasah Aliyah, Jakarta: Modul Diklat Teknis Keagamaan. Depdiknas Kurikulum Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Depdiknas. 8

9 9