III. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tepat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2007 sapai dengan April Lokasi penelitian adalah Kabupatenn Solok Selatan Provinsi Suatera Barat dan Kabupaten Bungo Provinsi Jabi, peta lokasi penelitian disajikan pada Gabar 4. Pengolahan dan analisis data citra satelit dilakukan di Laboratoriu Fisik Penginderaan Jauh Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dala penelitian ini adalah: 1. Data Citra Data citra yang digunakan dala penelitian ini adalah citra satelit SPOT 5 Superode, citra SPOT 5 yang digunakan dala bentuk ulti spektral aupun pangkroatik. Citra yang digunakan ini dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gabar 5 dan 6. Tabel 4 Lebar Citra SPOT 5 yang digunakan dala penelitian No Scene K/J Tanggal Perekaan /7 05/11/07 03:54:26 2 T :09: /1 06/08/05 03:43:32 1 T :14:37 Suber : Jaya et al, 2007 Gabar 4 Peta lokasi penelitian di Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Bungo.

2 19 Gabar 5 Peta lokasi citra SPOT 5 Multi Spektral di Kabupaten Bungo. Gabar 6 Peta lokasi citra Selatan. SPOT 5 Pangkroatikk di Kabupaten Solok 2. Dataa spasial dala bentuk dijital Data ini diperlukan untuk eudahkan dala enentukan lokasi titik pengabilan contoh di lapangan, data spasial dijital yang digunakan dala penelitian ini adalah : a) Peta dijital batas adinistrasi

3 20 b) Peta dijital jaringan jalan c) Peta dijital jaringan sungai 3. Alat yang digunakan dala penelitian ini adalah: a) GPS (Global Positioning Syste) b) Kaera dijital c) Meteran (Phi-band) d) Tali tabang e) Haga Hypsoeter 4. Perangkat Lunak (Software) a) ERDAS Iagine Ver 8.7 b) ArcView Ver 3.2 c) MS Excel 5. Koputer pribadi dan printer C. Data Lapang yang dikupulkan Data-data yang diperlukan di lapangan dala penelitian ini adalah diensi tegakan hutan, data ini berupa : a) Tinggi total dan bebas cabang pohon b) Diaeter pohon setinggi dada c) Diaeter tajuk setiap pohon d) Naa Jenis (Koersial dan non-koersil) e) Lokasi Pohon (Koordinat relative pohon dala plot) f) Julah pohon dala 0,1 Ha Untuk lebih jelasnya pelaksanaan pengukuran terhadap setiap diensi pohon di dala setiap plot unit contoh adalah sebagai berikut : a) Pengukuran Diaeter Pohon (Diaeter setinggi dada / Dbh) Diaeter pohon erupakan peubah penduga volue untuk diukur pada ketinggian setinggi dada orang dewasa atau standar dengan 1,3 eter di atas pangkal pohon/perukaan tanah atau yang sering disebut dengan diaeter setinggi dada (diaeter at breast height/dbh). Jenis alat ukur diaeter atau keliling batang pohon yang dapat digunakan adalah pita ukur diaeter (phi-band).

4 21 b) Pengukuran diaeter tajuk pohon Pengukuran diaeter tajuk dilakukan dengan engukur jari-jari tajuk pohon sebanyak 4 (epat) kali dan saling tegak lurus enurut 4 (epat) arah ata angin utaa (Utara, Tiur, Selatan, Barat) dengan acuan arah Barat dan Tiur. Dala pengukuran diaeter tajuk ini diperhatikan posisi tajuk yang terlebar sebagai patokan awal pengukuran diaeter atau jari-jari tajuknya dan selanjutnya diukur posisi diaeter tajuk yang tegak lurus terhadap posisi pertaa, sehingga diperoleh 4 (epat) jari-jari tajuk (R 1, R 2, R 3 dan R 4 ). Untuk lebih jelasnya pengukuran diaeter tajuk dapat dilihat pada Gabar 7. Gabar 7 Cara pengukuran diaeter tajuk di lapangan. c) Pengukuran tinggi pohon Pengukuran secara tidak langsung enggunakan alat ukur tinggi. Alat ukur tinggi yang digunakan adalah Haga hypsoeter. Jenis tinggi yang diukur di lapangan adalah : Tinggi total yaitu pengukuran tinggi dari tanah sapai dengan puncak tajuk (Tt). Tinggi bebas cabang yaitu pengukuran tinggi sapai dengan cabang pertaa (Tbc). d) Pengukuran jarak pohon dan titik aziuth pohon dari titik pusat plot

5 22 Jarak pohon yang diukur dari titik pusat plot adalah jarak datar, pengukuran dilakukan dengan eter. Sedangkan penentuan titik aziuth pohon dilakukan dengan enggunakan kopas. Pengukuran ini untuk endapatkan titik kordinat pohon. Titik kordinat pohon yang dihasilkan akan digunakan dala pebuatan propil pohon. e) Pencatatan data ukur lapangan Tahap selanjutnya adalah pencatatan hasil data pengukuran. Data hasil pengukuran diensi pohon setiap jenis pohon pada setiap plot unit contoh dan setiap lokasi penelitian dicatat dala tally sheet (buku ukur) yang sudah dibuat sebelunya. Naa jenis-jenis koersil dan non koersil serta ukuran koordinat-koordinat pohon-pohon yang diukur pada setiap unit contoh tersebut, juga dicatat dala tally sheet yang saa. D. Teknik Pengabilan Contoh Teknik pengabilan contoh pada penelitian ini adalah teknik penarikan contoh berganda. Tahapan pengabilan contoh dilakukan elalui dua tahap yaitu sebagai berikut : 1. Pada tahap 1 : Tahap 1 ini, enentukan lokasi plot unit contoh berukuran besar N yang diabil secara acak pada citra SPOT 5 dari populasi berukuran n untuk eperoleh nilai dari diensi tegakan antara lain persentase penutupan tajuk (Cs), diaeter tajuk (Ds) dan julah pohon (Ns). Dengan ukuran plot unit contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0,1 Ha dengan jari-jari 17,8. Julah plot contoh yang diabil dala penelitian ini adalah 60 plot. 2. Tahap 2 : Tahap 2 ini, pengabilan plot unit contoh di lapangan dengan ukuran plot unit contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0,1 Ha dengan jarijari 17,8, pengabilan plot unit contoh dilakukan untuk endapatkan inforasi data yang sebenarnya isalnya engenai tipe tutupan lahan berdasarkan titik koordinat yang telah ditentukan

6 23 sebelunya pada citra. Untuk penentuan titik koordinat geografis bui di lapangan dilakukan dengan enggunakan alat berupa Global Positioning syste (GPS) dan selanjutnya titik koordinat tersebut dianalisis enggunakan perangkat lunak (software) Arc View Ver 3.2. Pada unit-unit contoh tersebut dilakukan pengukuran peubah Y yang ingin diduga (isal: volue tegakan di lapangan). Julah contoh yang diabil pada tahap 2 (dua) ini adalah 60 plot. E. Teknik pengabilan data di lapangan Teknik pengabilan data di lapangan adalah sebagai berikut : 1). Penentuan Titik Awal Titik awal adalah erupakan suatu titik atau tepat yang lokasinya dapat ditentukan / diketahui dengan pasti, baik di lapangan aupun di peta. Posisi titik awal di lapangan ditentukan atas dasar gabaran tentang titik awal di peta/citra dengan enggunakan alat, yaitu Global Positioning Syste (GPS) sebagai alat penentu posisi tepat. 2). Pebuatan lokasi area penelitian dan Plot Unit Contoh Bentuk dan ukuran lokasi area penelitian ini selanjutnya ebentuk bujur sangkar yang biasanya disebut dengan satu klaster. Pada setiap unit contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0.1 Ha dengan jari-jari lingkaran 17.8 eter. Setelah plot unit contoh pertaa sudah ditentukan aka plot unit selanjutnya berjarak 200 dari plot pertaa dengan sudut yang sudah ditentukan. Misalnya plot pertaa dari plot ke 3 dan plot selanjutnya dengan urutan plot ke 4, 1 dan 2, dengan jarak yang saa yaitu 200 dengan sudut yang berurutan yaitu 270º, 0º, 90º dari plot sebelunya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gabar 8 di bawah ini.

7 24 Gabar G 8 Letak L unit contoh dalaa klaster pada p 1 (sattu) lokasi training t areaa. 3). Pengukuran P koordinat k daan pengaatan pada lokaasi area peneelitian Pengukuran koordinat k ddan pengaaatan di lapaangan dilak kukan pada lo okasi area penelitian p yaang sudah ditentukan d ssebelu berrangkat ke laapangan berrdasarkan hasil h interprretasi dengaan julah plot yang diirencanakan sebelunyaa. Pengukuraan dan pengaaatan yangg dilakukan dii lapangan bertujuan untuk u eng getahui besaarnya potennsi volue teegakan di laapangan berddasarkan peerbedaan di ensi-diennsi tegakan yaang dapat diiukur/ditafsirr elalui citrra SPOT 5 F Metodee Analsis Daata F. 1. Analisis Citra SPOT 5 Su uperode c dilakukkan dala rangka r persiiapan data, penentuan Analisis citra lokasi survey. Secara keselluruhan, keggiatan ini terddiri dari : a. Pra P Pengolahhan Data (Prreprocessingg) Kegiatan K inni encakupp persiapan data citra SPOT 5 Superode, S sehingga s siaap untuk dilaakukan penggolahan. Keegiatan yangg terasuk dala d tahap ini, diantaraanya : (11) Geoetriic correctionn, erupakaan kegiatan pengkorekssian posisi geoetri objek terhaddap koordinaat sebenarnyya di perukkaan bui

8 25 (2) Mosaikcing, erupakan proses enggabungkan beberapa scene citra enjadi satu kesatuan. Penggabungan ini dilakukan agar citra dapat dianalisis lebih lanjut secara keseluruhan. (3) Cropping, erupakan kegiatan yang dilakukan untuk ebatasi citra sesuai dengan wilayah penelitian. b. Analisis Citra SPOT 5 Superode Analisis citra berdasarkan atas keapuan pandang (penglihatan) yang diiliki pengaat (penafsiran) serta keapuan endeteksi ciri fisik obyek yang diaati. Obyek yang dijadikan bahan kajian adalah kerapatan tajuk atau persentase penutupan tajuk (Cs), diaeter tajuk rata-rata (Ds) dan julah penapakan tajuk (Ns). Cara pengukuran peubah ini adalah sebagai berikut. a) Buat plot ukur dengan jari-jari b) Pilih lokasi yang akan diaati (syarat ewakili seluruh tipe C dan D) c) Hutung julah tajuk dala lingkaran d) Buat 2 lingkaran, yang pertaa berukuran Keudian di dala lingkaran yang pertaa. dibuat lingkaran yang kedua berukuran Untuk engukur C, lingkaran tersebut dibagi enjadi 16 bagian. n Dengan ruus C = 100%, diana n adalah julah bagian yang 16 terdapat C di dala lingkaran, odel lingkarannya pengukuran persentase penutupan tajuk di sajikan pada Gabar 9. Gabar 9 Model pengukuran persentase penutupan tajuk pada citra SPOT 5 Superode dengan kobinasi band MIR, NIR dan Red yang diletakkan pada gun Red, Green dan Blue.

9 26 e) Untuk engukur D, diabil inial 3 pohon untuk contoh rata-rata pengukuran D. Berdasarkan dari kobinasi yang ditafsir/diinterpretasi akan dikelopokan kedala 4 (epat) kelas kerapatan tutupan tajuk dan 3 (tiga) kelas diaeter tajuk. Pengelopokan ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kelas kerapatan tajuk dan diaeter tajuk No Kelas Kerapatan Tajuk Kelas Diaeter Tajuk Kelas (%) Kelas () 1 C1 10 ~ 30 D1 < 10 2 C2 31 ~ 50 D2 10 ~20 3 C3 51 ~ 70 D3 > 20 4 C4 71~ 100 Suber : Jaya (2006) 2. Struktur Tegakan Struktur tegakan dibuat dengan enghubungkan antara diaeter setinggi dada (c) dengan kerapatan pohon (julah pohon per hektar). Kerapatan pohon (julah pohon per hektar) diletakkan pada subu y, sedangkan kelas diaeter diletakkan pada subu x. Hubungan antara kerapatan pohon dengan kelas diaeter tersebut akan eperlihatkan struktur horizontal suatu tegakan (penyebaran julah individu pohon dala kelas diaeter berbeda). Pendugaan nilai diaeter setinggi dada digunakan dengan citra SPOT 5 Superode, pendugaan ini berdasarkan nilai diaeter tajuk di citra untuk endapatkan nalai diaeter setinggi dada di lapangan, begitu juga dengan julah pohon perhektar di lihat dari julah tajuk yang diteukan pada citra SPOT 5 Superode. Pendugaan nilai diaeter pohon setinggi dada (Dbh) dan pendugaan nilai julah pohon perhektar dapat dilihat peda persaaan dibawah ini a. Pendugaan diaeter pohon setinggi dada (Dbh) dengan Diaeter tajuk pada citra Spot 5 Model linear : Dbh = b 0 + b 1 Ds Power : Dbh = b 0 Ds b Kuadratik : Dbh = b 0 + b 1 Ds 2

10 27 Polynoial : Dbh = b 0 + b 1 Dt + b 2 Ds 2 Eksponensial : Dbh = b 0 e bds b. Pendugaan julah pohon per hektar (Nlap) dengan julah penapakan tajuk pada citra (Nc) Model linear : N = b 0 + b 1 Ns Power : N = b 0 Ns b Kuadratik : N = b 0 + b 1 Ns 2 Polynoial : N = b 0 + b 1 Ns + b 2 Ns 2 Eksponensial : N = b 0 e b1 Ns 3. Pendugaan Potensi Tegakan Peubah-peubah diensi yang dapat enduga volue pohon elalui citra antara lain adalah persentase tutupan tajuk (Cs), diaeter tajuk pohon (Ds) dan julah pohon (Ns). Untuk peubah tinggi pohon tidak dapat diukur karena citra berbentuk 2 diensi sedangkan peubah diensi tinggi harus berbentuk 3 diensi. Sehingga dapat secara uu odel ateatisnya adalah : Vb1,b2,b3 = f (Cs, Ds, Ns) Dengan deikian aka odel-odel yang dapat dikebangkan antara lain adalah : a. Model linear Sederhana : V = b 0 + b 1 Cs ; V = b 0 + b 1 Ds ; V = b 0 + b 1 Ns ; Berganda : V = b 0 + b 1 Cs + b 2 Ds ; V = b 0 + b 1 Cs + b 2 Ns V = b 0 + b 1 Ds + b 2 Ns V = b 0 + b 1 Cs + b 2 Ds + b 3 Ns b. Model non linear Power : V = b 0 Cs b1 ; V = b 0 Ds b1 ; V = b 0 Ns b1 ; Berganda : V = b 0 Cs b1 Dt b2 ; V = b 0 Cs b1 Ns b2 V = b 0 Ds Ns b2 V = b 0 Cs b1 Ds b2 Ns b3 Kuadratik : V = b 0 + b 1 Cs 2 ; V = b 0 + b 1 Ds 2 V = b 0 + b 1 Ns 2 V = b 0 + b 1 Cs 2 + b 2 Ds 2 V = b 0 + b 1 Cs 2 + b 2 Ns 2 V = b 0 + b 1 Ds 2 + b 2 Ns 2 V = b 0 + b 1 C 2 + b 2 Ds 2 + b 3 Ns 2

11 28 Polynoial : V = b 0 + b 1 Cs + b 2 Cs 2 V = b 0 + b 1 Ds + b 2 Ds 2 V = b 0 + b 1 Ns + b 2 Ns 2 V = b 0 + b 1 Cs + b 2 Ds+ b 3 CDs + b 4 Cs 2 + b 5 Ds 2 V = b 0 + b 1 Cs + b 2 Ns+ b 3 CsNs + b 4 Cs 2 + b 5 Ns 2 V = b 0 + b 1 Ds + b 2 Ns+ b 3 DsNs + b 4 Ds 2 + b 5 Ns 2 Eksponensial : V = b 0 e b1ds V = b 0 e b1cs V = b 0 e b1ns Regresi terpilih adalah yang hasilnya verifikasinya paling baik. Model ini digunakan untuk enyusun tabel volue pohon. Regresi yang baik yaitu regresi yang dibuat sesederhana ungkin, tetapi epunyai ketelitian yang cukup tinggi. Deikian pula dala peilihan peubahpeubah tegakan di citra satelit, yang akan dijadikan peubah bebasnya. Hal ini dikarenakan tujuan dari pebuatan regresi tersebut adalah untuk eningkatkan efisiensi penelitian dala enduga volue tegakan elalui citra satelit. Untuk encari nilai dugaan b 0, b 1, b 2 dan b 3 dapat diperoleh dengan eecahkan persaaan linear siultan, perhitungan untuk endapatkan nilai, b 1, b 2 dan b 3 adalah sebagai berikut Persaaan regresi linear sederhana y b 0 y bx 1 n xy x y n x 2 x 2 diana b 0 = y pintasan, (y bila x =0) b 1 = Keiringan dari garis regresi (kenaikan atau penurunan Y untuk setiap perubaan satu-satuan x) atau koefisien regresi, yang engukur besarnya pengaruh x terhadap Y kalau x naik satu unit. x = Nilai tertentu dari peubah bebas. y Nilai tertentu dari peubah tidak bebas. y = Nialai yang diukur/dihitung pada peubah tidak bebas. = Nilai rata-rata dari peubah tidak bebas = Nilai rata-rata dari peubah bebas

12 29 Persaaan regresi linear berganda 2 peubah bebas y b x b x x diana : b 0 = Nilai Y, kalau x 1 = x 2 = 0 x 1, x 2 = Peubah bebas b 1 = Besarnya kenaikan (penurunan) Y dala satuan, kalau x 1 naik (turun) satu satuan, sedangkan x 2 konstan. b 2 = Besarnya kenaikan (penurunan) Y dala satuan, kalau x 2 naik (turun) satu satuan, sedangkan x 1 konstan. y = Nialai yang diukur/dihitung pada peubah tidak bebas. Persaaan regresi linear berganda 3 peubah bebas : diana : b 0 = Nilai Y, kalau X 1 = X 2 = 0 x 1, x 2, x 2 Peubah bebas b 1 = Besarnya kenaikan (penurunan) Y dala satuan, kalau x 1 naik (turun) satu satuan, sedangkan x 2 dan x 3 konstan.

13 30 b 2 b 3 Y = Besarnya kenaikan (penurunan) Y dala satuan, kalau x 2 naik (turun) satu satuan, sedangkan x 1 dan x 3 konstan.. = Besarnya kenaikan (penurunan) Y dala satuan, kalau x 3 naik (turun) satu satuan, sedangkan x 1 dan x 2 konstan. = Nialai yang diukur/dihitung pada peubah tidak bebas. a. Pengujian Konsistensi Data yang diperoleh dari hasil interpretasi pada citra dapat dijadikan peubah untuk enentukan atau enduga potensi tegakan yang selanjutnya diuji konsistensinya. Pengujian ini dilakukan dengan analisis korelasi. Hal ini diaksudkan untuk engetahui hubungan antar peubah di lapangan dengan di citra. Peubah yang diuji harus saa antara di lapangan dan pada citra. Misalnya C = f (Cs) dan D = f (Ds). Apabila hasilnya endekati 100% aka peubah di citra sesuai dengan di lapangan dan itu hasil yang sangat baik yang diharapkan oleh peneliti. Ruus yang digunakan yaitu enggunakan ruus korelasi yaitu sebagai berikut : r = x 2 x i= 1 i = 1 i x y i 2 i = 1 x i= 1 i = 1 y y 2 i = 1 y 2 keterangan : r = nilai korelasi x = nilai peubah X dari unit-unit contoh = julah contoh y = nilai peubah Y dari unit-unit contoh b. Pengujian Model Untuk endapatkan odel yang BLUE (Best Linear Unbiased Estiator) aka dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut (Hasan, 2001):

14 31 a) Uji linearitas, dilakukan dengan hipotesis : Pengujian Hipotesis enggunakan uji F. Uji F diaksudkan untuk enguji apakah secara bersaa-saa koefisien regresi peubah bebas epunyai pengaruh signifikan terhadap peubah tidak bebas, dengan ruus hipotesis sebagai berikut: Ho : b i = 0, artinya peubah bebas secara siultan tidak dapat enjelaskan peubah tidak bebas. Ho : b i 0, artinya peubah bebas secara siultan dapat enjelaskan peubah tidak bebasnya Dengan ebandingkan F hitung (F h ) dengan F tabel, (F t ) pada = 0,05; apabila perhitungan enunjukkan: a. F h > F t adalah probabilitas kesalahan kurang dari 5% aka Ho ditolak dan H 1 diteria,artinya variasi dari odel regresi berhasil enerangkan variasi peubah bebas secara bersaasaa epunyai pengaruh signifikan terhadap peubah tidak bebasnya. Dengan deikian hipotesis pcrtaa, kedua dan ketiga terbukti. b. F h < F t adalah probabilitas kesalahan kurang dan 5%, aka H O diteria dan H 1 ditolak, artinya variasi dan odel regresi tidak berhasil enerangkan bahwa variasi peubah bebas secara bersaa-saa epunyai pengaruh signifikan lerhadap peubah tidak bebasnya. Dengan deikian hipotesis pertaa, kedua dan ketiga tidak terbukti. Nilai dari F-hitung diperoleh dari kuatrat tengah regresi berbanding kuadrat tengah galah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Sedangkan F-tabel dapat dilihat pada Tabel F

15 32 Tabel 6 Analisis raga regresi Suber Derajat Bebas Julah Kuatrat Tengah F-hitung Keragaan Kuatrat Regresi p JKR KTR= JKR/p KTR/KTG Galah n-p-1 JKG KTG = JKG/ (n-p-1) Total n-1 JKT 2 S y = JKT/(N-1) Keterangan : p = julah peubah n = julah contoh JKR = julah kuadrat regresi JKG = julah kuadrat galah KKT = julah kuadrat total

16 Gabar 10 Skea etode penelitian. 33

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unied.ac.id/2012/index.php/einstein Aplikasi Citra Landsat 8 Oli Untuk Menganalisa Kerapatan Vegetasi Bill Cklinton Sianjuntak dan Rita Juliani* Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

Alternatif jawaban soal uraian

Alternatif jawaban soal uraian Lapiran Alternatif jawaan soal uraian. Lukislah garis ang elalui pangkal koordinat O(0,0) dan epunai gradien erikut ini! a. -. ) Noor poin a a) Alternatif pertaa langkah pengerjaan pertaa Persaaan garis

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2 LINGKRN (x- x ) (x- x ) + (y- y ) (y- y ) = 0 Contoh soal: Pengertian : Lingkaran adalah tepat kedudukan titik-titik yang berjarak konstan/saa terhadap sebuah titik tertentu. Sebuah titik tertentu itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN

PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN Dari gabar orang bersepeda di atas jelas terlihat bahwa jalan yang dilalui sepeda selalu enyinggung roda sepeda, baik depan aupun belakang asing-asing di titik A dan

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2012. Penelitian ini dilaksanakan di lahan sebaran agroforestri yaitu di Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Bahorok,

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011 tosi-ipb.blogspot.co ekanika I BAHAN KUIS PRA-UTS EKANIKA, 3-4 Oktober 0 Untuk kalangan sendiri Tidak diperjualbelikan Silakan kerjakan soal-soal berikut, pahai dengan baik. Soal Kuis akan diabil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah bagi para pekerja erupakan faktor penting karena erupakan suber untuk ebiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah erupakan hasil

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di KPH Kebonharjo Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah. Meliputi Bagian Hutan (BH) Tuder dan Balo, pada Kelas Perusahaan Jati.

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2 BB XI. LINGKRN (x- x ) (x- x ) + (y- y ) (y- y ) = 0 Contoh soal: Pengertian : Lingkaran adalah tepat kedudukan titik-titik yang berjarak konstan/saa terhadap sebuah titik tertentu. Sebuah titik tertentu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2 BB XI. LINGKRN (x- x ) (x- x ) + (y- y ) (y- y ) 0 Contoh soal: Pengertian : Lingkaran adalah tepat kedudukan titik-titik yang berjarak konstan/saa terhadap sebuah titik tertentu. Sebuah titik tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK Dala hal ini akan dibahas aca-aca fungsi peluang atau fungsi densitas ang berkaitan dengan dua peubah acak, aitu distribusi gabungan, distribusi arginal, distribusi bersarat,

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM 4.1. Generator Bilangan Rando dan Fungsi Distribusi Pada siulasi seringkali dibutuhkan bilangan-bilangan yang ewakili keadaan siste yang disiulasikan. Biasanya, kegiatan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI Bayu Surya Dara T, Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD., Istiar, ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN CALON ASISTEN PRAKTIKUM MENGGUNAKAN METODE SMART

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN CALON ASISTEN PRAKTIKUM MENGGUNAKAN METODE SMART Prosiding Seinar Nasional Ilu Koputer dan Teknologi Inforasi Vol., No., Septeber 07 e-issn 540-790 dan p-issn 54-66X SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN CALON ASISTEN PRAKTIKUM MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra Mebelajarkan Geoetri dengan Progra GeoGebra Oleh : Jurusan Pendidikan Mateatika FMIPA UNY Yogyakarta Eail: ali_uny73@yahoo.co ABSTRAK Peanfaatan teknologi koputer dengan berbagai progranya dala pebelajaran

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus Riset PenggunaanMedia Manik-Manik* Maan Abdurahan SR HayatinNufus Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Keapuan Belajar Mateatika Anak Tunagrahita Maan Abdurahan SR Hayatin Nufus Universitas

Lebih terperinci

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering

Penentuan Akar-Akar Sistem Persamaan Tak Linier dengan Kombinasi Differential Evolution dan Clustering Jurnal Kubik, Volue No. ISSN : 338-0896 Penentuan Akar-Akar Siste Persaaan Tak Linier dengan Kobinasi Differential Evolution dan Clustering Jaaliatul Badriyah Jurusan Mateatika, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA POTENSI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN HUJAN TROPIS MENGGUNAKAN CITRA SPOT 5 SUPERMODE

MODEL PENDUGA POTENSI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN HUJAN TROPIS MENGGUNAKAN CITRA SPOT 5 SUPERMODE MODEL PENDUGA POTENSI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN HUJAN TROPIS MENGGUNAKAN CITRA SPOT 5 SUPERMODE (Studi Kasus di Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Bungo) URIP AZHARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi Penyelesaian Algortia Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Proble (CSP) Satu Diensi Putra BJ Bangun, Sisca Octarina, Rika Apriani Jurusan Mateatika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran 2 kurang tertarik epelajari pelajaran ilu pengetahuan ala karena etode pebelajaran yang diterapkan guru. Jadi etode pengajaran guru sangat epengaruhi inat belajar siswa dala epelajari ilu pengetahuan ala.

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA POTENSI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN HUJAN TROPIS MENGGUNAKAN CITRA SPOT 5 SUPERMODE

MODEL PENDUGA POTENSI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN HUJAN TROPIS MENGGUNAKAN CITRA SPOT 5 SUPERMODE MODEL PENDUGA POTENSI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN HUJAN TROPIS MENGGUNAKAN CITRA SPOT 5 SUPERMODE (Studi Kasus di Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Bungo) URIP AZHARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) Adapun sejarah Badan Pusat Statistik di Indonesia terjadi epat asa peerintah di Indonesia, antara lain : 1. Masa Peerintahan

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaan i iii I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang 1 12 Fungsi Pengawas dan Peeriksa 2 13 Pengawasan 2 14 Peeriksaan 3 II PEMERIKSAAN ISIAN DAFTAR VIMK14-L2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU Salah satu langkah yang paling penting dala ebangun suatu odel runtun waktu adalah dari diagnosisnya dengan elakukan peeriksaan apakah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di kebun kelapa sawit Panai Jaya PTPN IV, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2009

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini enjelaskan engenai berbagai teori yang digunakan untuk elakukan penelitian ini. Bab ini terdiri dari penjelasan engenai penghitung pengunjung, lalu penjelasan engenai

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA Juli Biantoro 1, Didit Purnoo 2 1,2 Fakultas Ekonoi dan Bisnis, Universitas Muhaadiyah Surakarta dp274@us.ac.id Abstrak Ketahanan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANORAMIC IMAGE MOSAIC DENGAN METODE 8 PARAMETER PERSPECTIVE TRANSFORMATION

IMPLEMENTASI PANORAMIC IMAGE MOSAIC DENGAN METODE 8 PARAMETER PERSPECTIVE TRANSFORMATION IMPLEMENTSI PNORMIC IMGE MOSIC DENGN METODE 8 PRMETER PERSPECTIVE TRNSFORMTION Rud dipranata, Hendra Litoo, Cherr G. Ballangan Teknik Inforatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2011-Februari 2012. Lokasi penelitian terletak di KPH Madiun, yaitu: BKPH Dagangan dan BKPH Dungus (Gambar 2). Pra

Lebih terperinci

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul Kriptografi Visual Menggunakan Algorita Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gabar Sapul Yusuf Rahatullah Progra Studi Teknik Inforatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia 13512040@std.stei.itb.a.id

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di petak 209 dan 238 pada RKT 2009 di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK14 Triwulanan

KATA PENGANTAR. Pedoman Teknis BPS Provinsi/Kabupaten/Kota VIMK14 Triwulanan KATA PENGANTAR Buku 1 ini erupakan seri Buku Pedoan yang disusun dala rangka Survei Industri Mikro dan Kecil (VIMK) yang akan dilaksanakan tiap triwulan pada tahun 2014 Buku ini euat pedoan bagi para Pipinan

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI Laila Istiani R. Heri Soelistyo Utoo 2, 2 Progra Studi Mateatika Jurusan Mateatika FMIPA

Lebih terperinci

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE (R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE Giat Sudrajat Saruda, 2 Septiadi Padadisastra, 3 I Gede Nyoan Mindra Jaya Mahasiswa

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol., No., (Sept. ) ISSN: 3-9X D-77 Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Angka Gizi Buruk Di Jawa Tiur dengan Pendekatan Regresi Nonparaetrik Spline Riana Kurnia Dewi, I Nyoan Budiantara

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di PT. Austral Byna, Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK COVER TERHADAP PRODUKTIFITAS DAN EFISIENSI SOLAR STILL

PENGARUH BENTUK COVER TERHADAP PRODUKTIFITAS DAN EFISIENSI SOLAR STILL PENGARUH BENTUK COVER TERHADAP PRODUKTIFITAS DAN EFISIENSI SOLAR STILL Nova R. Isail Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Widyagaa Malang novarislapung@yahoo.co.id ABSTRACT Various distillation

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R.

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R. 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningru*, Ia Santoso**, R.Rizal Isnanto** Abstrak - Tekstur adalah karakteristik yang penting

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3 Zat dan Wujudnya Massa Jenis Jika kau elihat kapas yang berassa 1 kg dan batu berassa 1 kg, apa ada di benaku? Massa Jenis adalah perbandingan antara assa benda dengan volue benda Massa jenis zat tidak

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG )

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) Siti Munawaroh, S.Ko Abstrak: Koperasi Aanah Sejahtera erupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menibang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada hutan rakyat yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Nopember 2010. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya, Provinsi

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 SEEKSI OIMPIDE TINGKT KBUPTEN/KOT 14 TIM OIMPIDE FISIK INDONESI 15 Bidang Fisika Waktu : 18 enit KEMENTRIN PENDIDIKN DN KEBUDYN DIREKTORT JENDER PENDIDIKN DSR DN MENENGH DIREKTORT PEMBINN SEKOH MENENGH

Lebih terperinci

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s i K- ateatika K e l a s XI PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA Tujuan Peelajaran Setelah epelajari ateri ini, kau diharapkan eiliki keapuan erikut.. Menguasai konsep peagian suku anyak dengan etode Horner..

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN AREAL PERTANAMAN DAERAH IRIGASI UPT-1 SUNGAI PAKU BERDASARKAN DEBIT AIR PADA SALURAN PRIMER BENDUNGAN SUNGAI PAKU

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN AREAL PERTANAMAN DAERAH IRIGASI UPT-1 SUNGAI PAKU BERDASARKAN DEBIT AIR PADA SALURAN PRIMER BENDUNGAN SUNGAI PAKU NLISIS PERUBHN LUSN REL PERTNMN DERH IRIGSI UPT- SUNGI PKU BERDSRKN DEBIT IR PD SLURN PRIMER BENDUNGN SUNGI PKU Virgo Trisep Haris, Lusi Dwi Putri, Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru E-ail:lusidwiputri@unilak.ac.id

Lebih terperinci

Volume 17, Nomor 2, Hal Juli Desember 2015

Volume 17, Nomor 2, Hal Juli Desember 2015 Volue 17, Noor 2, Hal. 111-120 Juli Deseber 2015 ISSN:0852-8349 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KERINCI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Efriana

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN Mega Gusti Heka Student, Civil Engineering Departent, University of Sriwijaya, Palebang 30227,

Lebih terperinci

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SBMPTN/SNMPTN 2008

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SBMPTN/SNMPTN 2008 Soal-Soal dan Pebahasan Mateatika IPA SBMPTN/SNMPTN 008. Diketahui fungsi-fungsi f dan g dengan f(x) g(x) x - x untuk setiap bilangan real x. Jika g(), f ' () f(), dan g ' () f(), aka g ' () A. C. 0 E.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan (September-November 2009) di salah satu jalur hijau jalan Kota Bogor yaitu di jalan dr. Semeru (Lampiran

Lebih terperinci