BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan komunikasi pada era globalisasi saat ini
|
|
- Liana Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan komunikasi pada era globalisasi saat ini mengakibatkan aktivitas ekonomi tidak lagi dibatasi oleh batas-batas negara. Fenomena-fenomena regionalisme yang terjadi diberbagai belahan dunia dewasa ini seperti ASEAN atau Uni Eropa juga semakin mengurangi ikatan batas-batas negara. Dengan kata lain, batas-batas negara pada taraf tertentu menjadi relatif tidak terlalu signifikan. Fenomena ini sebagian besar diwarnai pula oleh semakin meningkatnya saling ketergantungan (interdependensi) ekonomi di dunia. Ketergantungan ini disebabkan karena bervariasinya sumber daya alam atau faktor-faktor dominan lainnya. Misalnya, jumlah penduduk, teknologi atau ekonomi, antara suatu negara dengan negara lainnya. 2 Perdagangan internasional merupakan faktor yang sangat penting bagi setiap negara. Oleh karena itu, sangat diperlukan hubungan perdagangan antar negara yang tertib dan adil. Untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan dibidang perdagangan internasional diperlukan aturan-aturan yang mampu menjaga serta memelihara hak-hak dan kewajiban para pelaku perdagangan internasional ini. Perangkat hukum internasional yang mengatur hubungan dagang antar negara terkandung dalam dokumen GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) yang ditandatangani negara-negara pada tahun 1947 dan mulai diberlakukan sejak tahun Dari waktu ke waktu ketentuan GATT disempurnakan lewat berbagai putaran perundingan (Round) terakhir lewat 2 Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 2.
2 perundingan-perundingan Putaran Uruguay ( ) yang berhasil membentuk sebuah organisasi perdagangan dunia World Trade Organization (WTO). Badan inilah yang selanjutnya akan melaksanakan dan mengawasi aturan-aturan perdagangan internasional yang telah dirintis GATT sejak tahun Aturan-aturan GATT 1947 diintegrasikan ke dalam sistem WTO, yang tidak hanya mengatur perdagangan barang akan tetapi juga perdagangan jasa, masalah hak milik intelektual, dan aspek-aspek penanaman modal terkait. 3 GATT (Persetujuan Umum Tarif dan Perdagangan) adalah suatu kesepakatan perdagangan multilateral yang berlaku sejak tahun 1948 dengan tujuan utama: 1. Menciptakan perdagangan bebas 2. Membantu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan negara berkembang, sehingga tercapai peningkatan kesejahteraan umat manusia. Dengan beranggotakan 106 negara (1992) GATT sangat berpengaruh dan menentukan hubungan perdagangan antar bangsa. Dapat dikatakan bahwa 90% perdagangan multilateral dikuasai oleh sistem perdagangan yang diatur oleh GATT. Selain GATT merupakan pedoman bagi hubungan antar bangsa, GATT merupakan forum konsultasi dan perundingan dalam menghadapi masalah (barier) perdagangan. Dalam kerangka forum inilah dikenal Round (putaran perundingan) yang membahas masalah untuk menurunkan atau menghapus hambatan perdagangan baik tarif maupun non-tarif. 4 3 Nursalam Sianipar, Aspek Hukum Peran Serta Pemerintah Dalam MengantisipasiPasar Bebas, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Depatermen Kehakiman dan Hak AsasiManusia RI, 2001), hlm Ibid., hlm. 32.
3 Dengan disetujuinya hasil perundingan Uruguay Round dan dibentuknya WTO sebagai lembaga penerus GATT maka struktur dan sistem pengambilan keputusan yang berlaku dalam GATT juga turut disesuaikan dengan ketentuan dalam perjanjian baru tersebut. WTO adalah suatu lembaga perdagangan multilateral yang permanen. Sebagai suatu organisasi permanen, maka peranan WTO akan lebih kuat dari pada GATT. Hal ini secara langsung tercermin dalam struktur organisasi dan sistem pengambilan keputusan. 5 Sebagai salah satu negara anggota sekaligus sebagai negara pendiri WTO (Word Trade Organiszation), Indonesia terikat dalam perjanjian-perjanjian perdagangan internasional. Konsekuensi penting dari keanggotaan suatu organisasi dunia seperti WTO (Word Trade Organiszation), yang diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organiszation (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) pada tanggal 2 November 1994 mewajibkan Indonesia berhati-hati dalam memberlakukan peraturan ekonomi. 6 Era Globalisasi ekonomi pada saat ini sangat erat kaitannya dengan pasar bebas/perdagangan bebas (free trade). Pasar bebas yaitu sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor impor atau hambatan perdagangan lainnya. Pasar bebas membuka lebar persaingan perdagangan antar negara secara bebas terbuka. Perdagangan ini tidak dihambat oleh campur tangan pemerintah, baik dalam bentuk tarif maupun hambatanhambatan lainnya. Sehingga menuju pada liberalisasi perdagangan yang 5 Ibid., hlm Ibid, hlm. 10.
4 bersifatbebas terbuka yang dilakukan oleh antar negara-negara dapat mempengaruhi sistem pasar suatu negara. 7 Globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung dengan kemajuan teknologi komunikasi telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa. Dengan demikian banyak barang impor masuk ke Indonesia. Kondisi tersebut, di satu sisi mempunyai manfaat bagi konsumen karena memungkinkan produk-produk dari negara lain memenuhi pasar Indonesia, segala kebutuhan konsumen dapat terpenuhi, serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis kualitas barang dan jasa sesuai keinginan dan kemampuan konsumen, terutama kebebasan untuk memilih produk beras sebagai kebutuhan pokok konsumen. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. 8 Indonesia merupakan negara agraris yang potensi alamnya sangat melimpah, sehingga usaha di bidang agraria khususnya pertanian begitu dominan. Diversifikasi bidang agraria membuat usaha di bidang pertanian menjadi suatu hal yang sangat memberikan dampak besar bagi masyarakat. Para pelaku usaha 7 Puteri C.E, Pasar Bebas, 19.html diaksestanggal 28 Maret 2017 pukul WIB 8 Konsederan Menimbang Huruf a dan Huruf b Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
5 pertanian ini atau petani sangat mengandalkan usahanya untuk menyambung kehidupannya, begitu juga dengan masyarakat Indonesia secara umum sangat bergantung sekali dengan hasil pertanian untuk konsumsi sehari-hari. Hal ini menandakan bahwa produk pertanian sangat berperan penting dalam kehidupan di negeri ini. Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi sebagian besar negara dengan kategori sedang berkembang. Hal ini dikarenakan sebagian besar negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam pembangunan ekonominya, termasuk Indonesia. Pada Indonesia sektor pertanian memegang peranan penting di sebagian besar masyarakat sejak zaman prasejarah, masa kolonial, hingga zaman pasca kemerdekaan. Sebagai komoditas yang memegang hajat hidup orang banyak, sektor pertanian merupakan hal yang cukup sensitif karena gejolak ketersediaan dan harga akan berimplikasi terhadap sektor lain yang terkait. Sektor pertanian memainkan peran yang sangat penting dalam proses pembangunan ekonomi di Indonesia. Indonesia sendiri sebenarnya terkenal sebagai Negara Agraria, sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja sebagai petani di daerah pedesaan. Pentingnya sektor pertanian di Indonesia juga dikarenakan kemampuan sektor ini untuk menekan laju kemiskinan dan ketidakseimbangan didaerah pedesaan. Lebih dari sektor pertanian masih menjadi sektor aktivitas ekonomi terpenting bagi negara Indonesia. Dikarenakan pentingnya sektor ini dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, sangat sulit untuk melepas atau melupakan sensitivitas sektor
6 pertanian. 9 Munculnya ACFTA,MEA dan lainnya menghadirkan serangkaian tantangan terhadap sektor pertanian di Indonesia. Bagi para pendukung sistem ekonomi terbuka umumnya yakin bahwa liberalisasi perdagangan dapat menghasilkan keuntungan bagi sektor pertanian. Sebaliknya mereka yang tidak atau menentang sistem perdagangan bebas sangat pesimis mengenai partisipasi Indonesia dalam liberalisasi perdagangan Internasional. 10 Hukum ekonomi menyatakan bahwa semakin tinggi persediaan maka semakin rendah harga dan semakin rendah persediaan maka semakin tinggi harga. Contoh mudah akan penerapan hal ini adalah gejolak beras yang terjadi karena gagal panen di beberapa daerah. Studi mengenai kaitan antara ketersediaan makanan dan jumlah pertumbuhan penduduk di bumi oleh Thomas Robert Malthus dalam An Essay on the Priciple of Population pada tahun 1798 menyatakan bahwa kemiskinan yang dialami oleh manusia adalah karena tidak seimbangnya pertumbuhan penduduk dengan peningkatan produksi pertanian. Pertumbuhan jumlah penduduk bertambah dan dihitung dalam deret geometrik (deret ukur) sedangkan peningkatan produksi pertanian bertambah dan dihitung dalam deret aritmetika (deret hitung). Produk pertanian Indonesia yang dihasilkan sangat bergantung pada iklim. Indonesia dengan iklimnya yang tropis memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Kedua musim tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap hasil pertanian. Bila cuaca mendukung, hasil pertanian akan sangat bagus dan bila cuaca tidak mendukung atau kemarau dan hujan yang berkepanjangan hal itu 8 Sthepenson, S., and Erwidodo, the impact of the urugay Round of Indonesia s Agriculture sector Hlm.5 9 Setiawan B. Globalisasi Pertanian ; Ancaman atas kedaulatan Bangsa dan kesejahteraan petani.jakarta institute for Global Justice (IGJ)2003 hlm.67.
7 akanberpengaruh negatif terhadap hasil pertanian bahkan para petani berisiko untuk gagal panen. Selain itu, hal-hal lain yang berisiko terhadap pertanian adalah hama atau penyakit pertanian yang menyerang pertanian. Risiko yang dialami oleh petani ini ditanggung sendiri oleh petani dimulai dari pembelian bibit hingga risiko terhadap gagal panen ini dengan berhutang uang kepada rentenir, tengkulak dan pihak-pihak lainnya. Pembayaran utangutang tersebut dipastikan selalu ditambah dengan bunga yang pada kenyataannya hal ini membuat para petani berat dalam menghadapi keharusan membayar pengembalian utang beserta bunganya tersebut. di tambah dengan hadirnya produk-produk pertanian dari luar negeri khususnya China dan Asia Tenggara yang memiliki produk pertanian yang sejenis dengan indonesia dan memiliki harga yang jauh lebih murah, hal tersebut membuat para petani di Indonesia menjadi semakin jauh dari kata kesejahteraan, sehingga pada akhirnya generasi muda tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang petani. Para petani sangatlah dirugikan oleh hal-hal yang disebutkan diatas. Maka dalam hal ini diperlukan peran pemerintah dalam mengurangi kerugian petani dalam menanggulangi risiko tersebut. seperti yang kita ketahui bahwa sektor pertanian itu mempengaruhi hajat hidup orang banyak, dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Untuk membentuk suatu Pemerintah NegaraIndonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang- Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
8 Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat di atas bahwa diperlukan peran langsung pemerintah dalam menanggulangi risiko pertanian yang dampaknya berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak untuk mewujudkan kemajuan kesejahteraan umum seperti yang disebutkan dalam pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 alinea keempat di atas. Untuk mewujudkan penanggulangan risiko pertanian tersebut, peran pemerintah sudah terlihat dengan adanya pengalihan risiko pertanian kepada Asuransi seperti yang tercantum dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani yang berbunyi: Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melindungi Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dalam bentuk Asuransi Pertanian. Dari penjelasan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani disebutkan bahwa Negara sebagai penguasa cabang produksi pertanian ikut bertanggung jawab terhadap risiko pertanian dengan memberikan fasilitas pembiayaan dan permodalan sebagai upaya ganti rugi kepada petani yang bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (yang selanjutnya disingkat APBN) seperti yang tertera dalam Pasal 66 ayat (1) Undangundang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani yang menyebutkan. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban memfasilitasi pembiayaan dan permodalan petani. Namun pada kenyataannya ganti Kerugian tersebut di lapangan banyak sekali mendapatkan hambatan dikarenakan jumlah ganti rugi yang tidak sesuai atau mekanisme ganti rugi yang tidak sesuai dengan petani. Hal ini juga menjadi risiko negara dalam hal ganti rugi yang bersumber pada APBN. Untuk itu diperlukan penanggulangan risiko yang tidak menimbulkan kerugian langsung dari APBN. Oleh karena itu,
9 untuk meminimalkan penggunaan APBN dalam ganti rugi gagal panen ini diperlukan pihak lain yang dapat membantu menanggulangi masalah ini, yaitu pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi. Munculnya Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (yang selanjutnya disebut UU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani) merupakan upaya pemerintah dalam membantu petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh pra sarana dan sarana produksi, kepastian usaha, resiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi dan perubahan iklim seperti disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 Undang - Undang ini. Pengalihan risiko gagal panen kepada perusahaan asuransi sudah tercantum dalam Undang-Undang ini dalam Pasal 7 ayat (2) yang menyebutkan Strategi Perlindungan Petani dilakukan melalui : a. prasarana dan sarana produksi pertanian; b. kepastian usaha; c. harga komoditas pertanian; d. penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi; e. ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa; f. sistem peringatan dini dan penanganan dampak perubahan iklim;dan g. asuransi pertanian. Dalam Pasal 247 Kitab Undang - Undang Hukum Dagang (yang selanjutnya disebut KUHD)pun menyebutkan beberapa jenis asuransi yaitu asuransi kebakaran, asuransi jiwa, asuransi pengangkutan dan termasuk asuransi pertanian. Dalam Pasal 247 KUHD ini terdapat kata antara lain yang menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak salah seorang pakar hukum Universitas Gadjah Mada menyatakan secara yuridis tidak membatasi atau menghalangi timbulnya
10 jenis - jenis pertanggungan lain menurut kebutuhan masyarakat. 11 Hal ini memungkinkan untuk mengadakan peralihan resiko menurut kebutuhan masyarakat, karena dirasalahan pertanian membutuhkan penanggulangan kerugian atas resiko pertanian yang dialami. Pemerintah dalam hal melakukan perlindungan dan pemeberdayaan petani telah mewacanakan adanya asuransi pertanian yang rencananya akan diwujudkan pada tahun 2014 lalu, dan sekarang telah berjalan tetapi masih belum berjalan secara maksimal. Dalam hal ini diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian petani sehingga apabila terjadi kerugian akibat gagal panen dapat ditanggulangi oleh klaim dari asuransi. Asuransi pertanian di Indonesia sudah tercantum dalam Pasal 37 Undang - Undang nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani (Selanjutnya disebut Undang - Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani) disebut yang menyebutkan : (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya Berkewajiban melindungi Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dalam bentuk Asuransi Pertanian. (2)Asuransi Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk melindungi Petani dari kerugian gagal panen akibat: a.bencana alam; b.serangan organisme pengganggu tumbuhan;c.wabah penyakit hewan menular; d.dampak perubahan iklim; dan/atau e.jenis resiko - resiko lain diatur dengan Peraturan Menteri. Disebutkan dalam penjelasan Pasal 37 ayat (2) huruf e adalah jenis resiko - resiko lain diatur dengan Peraturan Menteri. Peraturan Menteri mengenai Pedoman Pelaksanaan Asuransi Pertanian diundangkan pada Tahun Pemerintah bersama perusahaan asuransi menggelar uji coba pemberian fasilitas asuransi di bidang pertanian. Kementerian Pertanian Lakukan uji coba program 11 Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang. Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito dan Usaha Perasuransian,(Bandung: Alumni, 2010), hlm.46.
11 asuransi pertanian seluas Hektar di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur Dan Sumatera Selatan Hasilnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan mengungkapkan uji coba membuahkan hasil yang baik tetapi membuat rugi perusahaan asuransi. 12 Perusahaan asuransi rugi karena lahan petani yang menjadi anggota asuransi banyak yang mengalami gagal panen. Kondisi ini membuat petani banyak mengajukan klaim kepada pihak asuransi. Kondisi penegakan Hak Asasi Petani juga mendapatkan tantangan yang pelik karena berhadapan dengan pemerintah. Sebanyak 42% atau 60 kasus konflik agraria selama 2014 terjadi dengan pemerintah. Selain itu hampir keseluruhan kasus baik yang diperankan oleh pemerintah maupun swasta selalu melibatkan aparat penegak hukum dilapangan. Sehingga bentrokan, kekerasan, dan kriminalisasi terhadap petani tak dapat dihindarkan. 13 Sementara itu, hak asasi petani terhadap modal dan sarana produksi pertanian pada tahun 2014 mengalami tantangan yang berat dengan kelangkaan pupuk yang disertai melonjaknya harga pupuk di pasar. Selain itu, kekeringan yang terjadi di 86 Kota/Kabipaten di Indonesia semakin menghantui petani. 14 Kondisi ini semakin menjadi-jadi ketika irigasi yang merupakan wewenang dari pemerintah rusak dan tak terurus. Sehingga sarana produksi yang seharusnya menjadi hak bagi petani seolah diabaikan. Selanjutnya, hak asasi petani terhadap akses pasar dan harga jual yang layak pada tahun Uji Coba Asuransi Pertanian Sukses Tapi Bikin Tekor Perusahaan; Pebrianto Eko Wicaksono; bikintekor-perusahaan ; Diposting Pada Tanggal 28/03/2017Pukul WIB. 13 Hak asasi petani indonesia tidak terpenuhi 2014 : Diposting Pada Tanggal 28/03/2017Pukul WIB. 14 Ibid
12 dibenturkan dengan kebijakan pemerintah untuk mengimpor komoditas pangan melalui peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh kementrian perdagangan. Impor yang menjadi sorotan yaitu pada tujuh komoditas pangan seperti beras, gandum, jagung, kedelai, daging sapi, gula dan garam. Sementara itu, hak petani atas kehidupan yang layak sepanjang tahun 2014 tidak bergerak secara signifikan. Indikatornya yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Januari sebesar 101,95 dan pada bulan Nopember berada pada angka 102, Selanjutnya data dari BPS menunjukan rata-rata pendapatan rumah tangga pertanian dari usaha pertanian hanya sebesar12,41 juta rupiah per tahun atau sekitar 1 juta rupiah per bulan. 16 Hal tersebut mengindikasikan bahwa kesejahteraan bagi petani belum terjamin disamping luas lahan yang digarap semakin menyempit. Oleh karena itu dibutuhkan peran pemerintah secara tegas dalam perlindungan dan pemberdayaan petani khususnya di era pasar bebas saat ini melalui ketetapan uu no 19 tahun B. Rumusan Masalah: Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap perlindungan dan pemberdayaan petani dalam menghadapi pasar bebas? 2. Bagaimana peran pemerintah terhadap petani berdasarkan UU No 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani? 3. Bagaimana upaya pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia petani di Indonesia untuk menghadapi pasar bebas? 15 Data BPS tentang kesejahteraan petanitahun Ibid
13 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka untuk mengarahkan suatu penulisan diperlukan adanya tujuan, adapun yang menjadi tujuan penulis dalam menyusun tulisan ini yaitu: a. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah terhadap perlindungan dan pemberdayaan petani dalam menghadapi Pasar Bebas. b. Untuk mengetahui peran pemerintah terhadap petani berdasarkan UU No.19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan Petani. c. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia petani di Indonesia untuk menghadapi pasar bebas 2. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini yaitu: a. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang bertalian dengan pengembangan ilmu hukum. Manfaat teoritis dari penulisan ini yaitu: 1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya serta Hukum Ekonomi mengenai peran pemerintah terhadap perlindungan dan pemberdayaan petani di era pasar bebas di tinjau dari undang-undang N0.19 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani. 2. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan tentang peran pemerintah terhadap perlindungan
14 dan pemberdayaan petani di era pasar bebas di tinjau dari UU No.19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani. 3. Hasil penulisan ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisanpenulisan sejenis untuk tahap berikutnya. b. Manfaat Praktis Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini berkaitan dengan pemecahan masalah. Manfaat praktis dari penulisan ini yaitu: 1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam membuat regulasi mengenai penerapan perlindungan dan pemberdayaan petani di era pasar bebas 2. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat, khususnya petani di Indonesia untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk perlindungan dan pemberdayaan petani yang ditawarkan dan diberikan pemerintah kepada petani melalui UU No.19 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani. D. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian hukum yang Yuridis Normatif dinamakan juga dengan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian normatif data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tirtier. Pelaksanaan penelitian normatif secara garis besar ditujukan kepada : a. Penelitian terhadap asas-asas hukum.
15 b. Penelitian terhadap sistematika hukum. c. Penelitian terhadap sinkronisasi hukum. d. Penelitian terhadap sejarah hukum. e. Penelitian terhadap perbandingan hukum. Dalam hal penelitian hukum normatif, dilakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan skripsi ini. 2. Metode Pendekatan Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. yaitusuatu penilitian yang secara deduktif dimulai dengan analisis pasal - pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur permasalahan skripsi. Bersifat normatif maksudnya adalah penilitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain dan penerapannya dalam prakteknya. 3. Metode Pengumpulan Data Berdasarkan pendekatan dan data dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang dipakai adalah studi kepustakaan, yaitu menelaah bahan hukum primer,sekunder dan tertier. a. Bahan hukum Primer Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat atau yang membuat orang taat pada hukum seperti peraturan perundang
16 undangan, dan putusan hakim. Bahan hukum primer yang penulis gunakan di dalam penulisan ini yakni: Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder itu diartikan sebagai bahan hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk ke mana peneliti akan mengarah. Yang dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah doktrin doktrin yang ada di dalam buku, jurnal hukum dan internet. c. Bahan hukum tertier Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum. 4. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data Prosedur pengumpul dan pengambilan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi kepustakaan (library research), yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literatur yang relevan dengan permasalahan skripsi ini seperti, buku-buku, makalah, artikel dan berita yang diperoleh penulis dari internet yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh konsepsi-konsepsi, teori-teori atau bahan-bahan yang berkenaan dengan peran
17 pemerintah terhadap perlindungan dan pemberdayaan petani di Era pasar bebas di tinjau dari UU No.19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani. 5.Analisis data Analisis data bisa juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk merubah data hasil dari penelitian menjadi informasi yang nantinya dapat dipergunakan untuk mengambil kesimpulan. Analisis data merupakan bagian yang amat penting, sebab dengan analisislah suatu data dapat diberi makna yang berguna untuk masalah penelitian. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya apabila tidak dianalisis terlebih dahulu. Beberapa tujuan dari analisis data antara lain untuk mendeskripsikan data sehingga bisa dipahami, lalu untuk membuat kesimpulan atau menarik kesimpulan mengenai karakteristik populasi berdasarkan data yang didapatkan dari sampel, biasanya dibuat berdasarkan pendugaan dan pengujian hipotesis. E. Keaslian Penulisan Peran pemerintah terhadap perlindungan dan pemberdayaan petani di era pasar bebas di tinjau dari UU No.19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani sengaja diangkat sebagai judul skripsi ini karena telah diperiksa dan diteliti melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum. Tema di atas didasarkan oleh ide, gagasan, pemikiran, fakta yang terjadi di masyarakat, referensi, buku-buku dan pihak-pihak lain. Judul tersebut belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Sepengetahuan penulis, skripsi ini belum pernah ada yang membuat.hanya ada satu skripsi yang mendekati yaitu skripsi yang berjudulmeningkatkan pemberdayaan petani dan nelayan dalam sistem distribusi pangan
18 guna mencapai ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa yang disusun oleh M. Hermawan Eriadi Mahasiswa fakultas hukum universitas Pattimura,dalam skripsinya beliau memfokuskan kepada proses ketahanan pangan.sementara dalam skripsi penulis menekankan bagaimana peran pemerintah dalam melindungi dan memberdayakan petani. Dengan demikian maka keaslian penulisan skripsi dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan di dalam memahami isi dan tujuan dari penelitian, maka penulis memaparkan rancangan dari bentuk dan isi skripsi secara keseluruhan.dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab,dimana setiap bab memiliki sub bab. Adapun bab-bab tersebut antara lain : BAB I, bab pertama ini berisi tentang pendahuluan, terdiri dari 6 (enam) sub bab, yaitu yang pertama menjelaskan tentang latar belakang, yang keduaa membahas tentang permasalahan, ketiga membahas tentang tujuan dan manfaat penulisan, keempat membahas tentang metode penelitian, kelima membahas tentang keaslian penulisan, dan yang terakhir yang ke enam membahas tentang sistematika penulisan. BAB II, bab kedua ini menjelaskan tentang pasar bebas dan pentingnya perlindungan dan pemberdayaan petani. Pada bab ini terdapat 3 (tiga) sub bab, yaitu yang pertama menjelaskan tentang konsep pasar bebas, kedua menjelaskan kedudukan petani dalam ekonomi di era pasar bebas.dan yang ketiga membahas tentang pentingnya perlindungan dan pemberdayaam petani di era pasar bebas. BAB III, bab ini membahas tentang perlindungan dan pemberdayaan petani berdasarkan UU No. 19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan
19 pemberdayaan petani, dalam bab ini terdapat 4 (empat) sub bab, dimana yang pertama menjelaskan pertimbangan-pertimbangan dalam UU No.19 Tahun 2013, yang kedua menjelaskan asas, tujuan dan lingkup pengaturan, yang ketiga membahas pengaturan perrlindungan terhadap petani, dan yang terakhir yang keempat membahas tentang pengaturan pemberdayaan petani. BAB IV, bab ini menjelaskan tentang peran pemerintah terhadap perlindungan dan pemberdayaan petani di era pasar bebas ditinjau dari uu no 19 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani, pada bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub bab yaitu yang pertama membahas tentang kebijakan pemerintah dalam menghadapi pasar bebas. yang kedua membahas tentangperan pemerintah berdasarkan UU No.19 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani. Dan yang terakhir yakni yang ketiga menjelaskan tentang upaya pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia petani di Indonesia dalam menghadapi pasar bebas. BAB V, bab ini menjadi bab penutup dari skripsi penulis, pada bab ini berisi penjelasan mengenai kesimpulan dari keseluruhan skripsi penulis dan saran.
BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang di dunia masih mengandalkan sektor pertanian dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting bagi sebagian besar negara dengan kategori sedang berkembang. Hal ini dikarenakan sebagian besar negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi hal yang wajar apabila perkembangan peradaban manusia membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era perdagangan global yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan perdagangan antar negara yang dikenal dengan perdagangan internasional mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Perdagangan internasional merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk ditandai dengan berbagai peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkembangan di seluruh aspek kehidupan yaitu ekonomi, budaya, hukum,
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Kerugian Petani Akibat Gagal Panen sebagai Bentuk Perlindungan Petani di Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis Berdasarkan Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat saat ini, secara sadar memahami bahwa dalam pola hidup bermasyarakat, penegakan hukum sangat berperan penting, tidak hanya mengatur bagaimana manusia berperilaku,
Lebih terperinciRESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari
RESUME Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari penandatanganan Perjanjian Pertanian (Agreement on Agriculture/AoA) oleh pemerintahan Indonesia yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Esa, dimana dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia akan selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia merupakan suatu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, dimana dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia akan selalu dihadapkan dengan suatu risiko
Lebih terperincihambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l
BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. Liberalisasi perdagangan merupakan salah satu tujuan organisasi
66 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Liberalisasi perdagangan merupakan salah satu tujuan organisasi internasional yaitu World Trade Organization. Sektor pertanian merupakan salah satu bidang yang menjadi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.
ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu pakar hukum, Roscoe Pound mengemukakan paradigma
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pakar hukum, Roscoe Pound mengemukakan paradigma hukum law as a tool of social engineering yang artinya hukum sebagai alat perubahan sosial. Istilah tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara umum sangat bergantung sekali dengan hasil pertanian untuk konsumsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang potensi alamnya sangat melimpah, sehingga usaha di bidang agraria khususnya pertanian begitu dominan. Diversifikasi bidang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade Organization (WTO), Indonesia terikat untuk mematuhi ketentuan-ketentuan perdagangan internasional
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.183, 2012 PERTAHANAN. Industri. Kelembagaan. Penyelenggaraan. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5343) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN
ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian nasional dan dunia saat ini ditandai dengan berbagai perubahan yang berlangsung secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sedang berupaya menjaga ketahanan pangan Indonesia dengan cara meningkatkan produksi tanaman pangan agar kebutuhan pangan Indonesia tercukupi. Ketidak tersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function). Fungsi dari perlindungan kepada masyarakat yaitu upaya pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dunia perdagangan tidak dapat dilepaskan dari pembangunan di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang pelaksanaannya dititikberatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan ekonomi suatu negara saat ini tidak bisa terlepas dari negara lain. Perdagangan antar negara menjadi hal yang perlu dilakukan suatu negara. Disamping
Lebih terperinci2013, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2013 KESEJAHTERAAN. Petani. Perlindungan. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia konstitusi negara memberikan landasan bagi penyusunan dan pengelolaan ekonomi nasional dalam rangka memberikan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan bagian pokok didalam kehidupan dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang, pangan, maupun papan yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Dalam perkembangan bisnis dan usaha dana merupakan salah satu sarana penting dalam rangka pembiayaan. Kalangan perbankan selama ini diandalkan sebagai satu-satunya
Lebih terperinciDengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan meningkat setiap harinya, masyarakat pun menganggap kebutuhan yang ada baik diri maupun hubungan dengan orang lain tidak dapat dihindarkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui mengenai peranan bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. Perdagangan ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum yang berbeda dengan negara sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Didalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA
TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam upaya menciptakan kehidupan bangsa Indonesia yang aman, damai dan sejahtera. Tanpa adanya penegakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan bernegara bagi bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan bernegara bagi bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang mengatakan bahwa tujuan bernegara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi ( Migas ), batubara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Asuransi di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangatlah pesat setelah pemerintah mengeluarkan regulasi pada tahun 1980 diperkuat keluarnya Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN PETANI DAN KOMODITAS PERTANIAN JAGUNG DAN KEDELAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI KOTABARU,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses gobalisasi sudah melanda hampir di semua negara di dunia,termasuk di Indonesia. Globalisasi berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia dan juga negara-negara,tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan
Lebih terperinci2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN KERJA SAMA PERTAHANAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN ARAB SAUDI (DEFENSE COOPERATION
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya kesatuan bangsa, maka hubungan yang serasi antara pembangunan nasional dan pembangunan daerah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
Lebih terperinciPROSPEK TANAMAN PANGAN
PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah
Lebih terperinciBAB III KESIMPULAN DAN SARAN
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian melalui pengumpulan data di Provinsi Kalimantan Barat, maka dapat dikemukanan kesimpulan mengenai kebijakan yang diambil pemerintah
Lebih terperinciRANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG
RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5360 KESEJAHTERAAN. Pangan. Ketahanan. Ketersediaan. Keamanan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan pangan di sisi penyediaan saat ini adalah permintaan pangan yang tinggi seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sementara pertumbuhan produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin tidak ada habisnya, mengenai masalah ini dapat dilihat dari pemberitaan media masa seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pancasila dan
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia setelah beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber pangan penduduk yang tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia adalahmembentuk masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Secara defenitif tujuan
Lebih terperinciPenyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010
Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010 Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan memperingatkan adanya penyusutan luas panen lahan padi nasional. Tahun ini saja
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah seiring dengan munculnya pemikiran dalam masyarakat mengenai suatu ketidakpastian mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu kesejahteraan, adil dan makmur yang tercantum dalam. Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat yang berbunyi:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Indonesia tengah melakukan pembangunan di segala bidang untuk membuat negara ini menjadi lebih maju, yang sesuai dengan tujuan negara Indonesia yaitu
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.395, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ketentuan Umum. Bidang Ekspor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/M-DAG/PER/3/2012 TENTANG KETENTUAN UMUM DI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang perkebunan merupakan salah satu bidang yang termasuk ke dalam sumber daya alam di Indonesia yang memiliki peranan strategis dan berkontribusi besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir kondisi ekonomi seperti globalisasi ekonomi, perdagangan barang selain produk seperti perdagangan jasa secara signifikan meningkat dengan pesat,
Lebih terperinciBerkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental
Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 616 TAHUN : 2003 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sebutan tersebut didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah yang subur dengan
Lebih terperinciMemilih Skema Asuransi Pertanian. Oleh: 1. Hadi Setiawan. Peneliti pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan
Memilih Skema Asuransi Pertanian Oleh: 1. Hadi Setiawan Peneliti pada Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan 2. Sofia Arie Damayanty Peneliti pada Pusat Pengelolaan
Lebih terperinciGilang Wiryanu Murti. DO NOT COPY.
Paper T1 ini bagus dan benar karena: 1. Semua materi kuliah Hukum Ekonomi yang telah disampaikan dosen sampai periode UTS, dibahas dalam paper ini dan pembahasannya dikaitkan dengan tema yang telah ditugaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang merupakan negara yang terdiri dari berbagai etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut. terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan Tujuan Nasional sebagaimana dimaksud dalam alinea IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA TENTANG KERJA SAMA AKTIVITAS DALAM BIDANG PERTAHANAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SISTEM INFORMASI HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa hortikultura merupakan komoditas
Lebih terperinciNo.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,
No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat. Pertambahan penduduk ini menjadi ancaman
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara study literatur yang data-datanya diperoleh dari buku, jurnal, arsip, maupun artikel
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Maka dari itu dikatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang tugasnya adalah untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mempertinggi taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai dan terjangkau oleh seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN Saat ini, pembentukan Free Trade Agreement (FTA) menjadi salah satu opsi utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini menjadikan evaluasi dampak terhadap
Lebih terperinci