BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Percobaan
|
|
- Benny Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini terdapat beberapa jenis bahan yang digunakan pada industriindustri atau tujuan-tujuan lain. Untuk mendapatkan material yang baik harus diketahui segala hal mengenai karakteristik struktural atau susunan dari logam atau paduan logam yang akan dipakai atau digunakan pada industri-industri atau untuk keperluan lainnya. Dengan mengetahui karakteristik susunan atau struktur dari suatu logam atau paduan logam maka dengan mudah kita dapat memilih bahan untuk suatu kontruksi tertentu. Dengan melakukan pengujian metalografi maka dapat dilakukan berbagai jenis perubahan pada suatu meterial setelah mengetahui karakteristiknya. Pengetahuan metalografi pada dasarnya adalah mempelajari karakteristik atau susunan dari suatu logam atau paduan dalam hubungannya dengan suatu analisis kimia dan metalografi dari suatu logam. Biasanya logam yang diuji hanya bagian potongan tertentu saja disebabkan oleh pembawaan heterogen dalam logam. Maka tidak dapat dihindari bahwa pengujian metalografi sangat berperan bagi dunia industri. Oleh karena itu kita harus berusaha mencari material yang memiliki sifat dan karakteristik yang baik. 1.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari hubungan antara gambaran struktur mikro dari suatu logam dengan sifat mekanisnya maupun sifat fisiknya dengan menggunakan bantuan mikroskop optik.
2 2 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dari laporan ini adalah mengamati gambaran struktur mikro pada baja AISI low carbon yang belum diberikan perlakuan panas, yang telah di normalizing dan di quenching dengan air dan oli. Dengan tahapan-tahapan proses metalografi yaitu grinding, polishing, washing, drying, etching, dan observasi struktur mikro dengan mikroskop 1 optik. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika laporan ini terdiri dari lima bab sebagai kajian utama. Bab I menjelaskan latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan yang digunakan. Bab II merupakan tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat yang terkait dengan percobaan yang dilakukan. Bab III menjelaskan mengenai metode percobaan yang dilakukan. Bab IV menjelaskan mengenai data percobaan dan pembahasan berdasarkan tinjauan daftar pustaka yang diperoleh. Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan yang dilakukan, yang dilengkapi dengan saran seputar percobaan. Sebagai kajian tambahan, diakhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas, gambar alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum serta blanko percobaan.
3 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Metalografi Metalografi merupakan suatu bidang ilmu metalurgi yang mempelajari karakteristik mikrostruktur suatu logam, paduan logam dan material lainnya serta hubungannya dengan material tersebut dengan metode yang dipakai, yaitu : mikroskopik (optik maupun elektron), difraksi (sinar-x, elektron dan neutron) dan juga metalografi stereometri. Secara umum, pengamatan metalografi dibagi menjadi dua, yaitu : metalografi makro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran kali dan metalografi mikro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran hingga 1000 kali. Sebelum kita menguji suatu material logam, yang harus dipertimbangkan adalah dalam tahap pemotongan (shearing, punching, flame cutting) tidak boleh membuat cacat awal pada material logam uji, dimensi atau toleransi spesimen harus tercatat dan yang terakhir adalah penandaan (marking) harus dilakukan karena ditakutkan akan terjadi kekeliruan pada saat benda uji atau logam akan diuji. Dalam ilmu metalurgi struktur mikro merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari karena struktur mikro sangat berpengaruh pada sifat fisik dan mekanik suatu logam. Struktur mikro yang berbeda sifat logam akan berbeda pula. Struktur mikro yang kecil akan membuat kekerasan logam meningkat. Dan juga sebaliknya, struktur mikro yang besar akan membuat logam menjadi ulet atau kekerasannya menurun. Struktur mikro sendiri dipengaruhi oleh komposisi kimia dari logam atau paduannya tersebut serta proses yang dialaminya. Karena pada dasarnya tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan sifat mekanik dan sifat fisik dari suatu material logam maka sangat penting sekali
4 4 kita harus mempertimbangkan design dari suatu struktur atau mesin maka yang harus kita lakukan adalah melihat kekutan dari mesin yang akan kita coba, untuk menjalankan fungsinya secara aman dan baik. Contoh sebuah crane harus medukung (support) beban tanpa terjadi perpatahan atau tanpa pembengkokan (bending) sehingga tidak mempersulit operator crane. [Avner,1964] 2.2 Tahapan Preparasi Sampel Dalam Metalografi Pada analisa mikro digunakan mikroskop optik untuk menganalisa strukturnya, berhasil atau tidaknya analisa 3 itu ditentukan oleh preparasi benda uji, semakin sempurna preparasi benda uji maka semakin jelas gambar struktur mikro yang diperoleh. Adapun tahapan persiapan benda uji metalografi pada percobaan ini secara umum adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel (sampling) Untuk pengambilan sampel diambil pada posisi ¼ dari lebar sampel, karena ¼ dari lebar sampel dianggap telah mewakili. Ada tiga lokasi pengambilan sampling yaitu posisi di luar pecahan, pecahan, dan ujung pecahan. 2. Pemotongan benda uji (cutting) Pemotongan pada benda uji jangan sampai merusak struktur bahan yang diakibatkan oleh gesekan alat potong dengan benda uji. Untuk menghindari pemanasan setempat dapat digunakan air sebagai media pendingin. Pada saat pendinginan sebaiknya terdapat minyak yang larut dalam air, adapun fungsinya yaitu : a. Mencegah karat b. Mengurangi kemungkinan terbakar c. Memberikan kualitas potong yang baik Teknik pemotongan sampel dapat dilakuka dengan : a. Pematahan : untuk bahan getas yang keras b. Pengguntingan : untuk baja karbon rendah yang tipis dan lunak c. Penggergajian : untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB d. Pemotongan abrasi
5 5 e. Electric discharge machining : untuk bahan dengan konduktivitas baik dimana sampel rendam dalam fluida dielektrik lebih dahulu sebelum dipotong dengan memasang satu listrik antara elektroda dan sampel. 3. Mounting (pembingkaian) Mounting disebut juga proses pembingkaian sampel. Sampel dimounting dengan alat mounting press dengan penambahan bakelit yang akan menggumpal dan membingkai sampel. Selain bakelit juga masih banyak bahan yang dapat digunakan untuk mounting. Hasil mounting yaitu berbentuk bulat dengan ukuran 1 inchi 1 ½ inchi. Adapun tujuan dari mounting yaitu: a. Untuk memudahkan saat melakukan preparasi atau handling. b. Untuk mendapatkan kerataan permukaan c. Memungkinkan preparasi spesimen lebih dari satu d. Memperpanjang bahan polishing e. Meningkatkan keamanan bagi penguji f. Mempermudah melihat struktur mikro g. Melindungi spesimen dari kerusakan mekanis maupun non mekanis h. Mempermudah pemberian identitas sampel i. Memudahkan dalam penyimpanan 4. Pengamplasan (Grinding) Pengampelasan dilakukan untuk memperhalus sampel dan membersihkan kotoran-kotoran yang terlihat seperti bekas karat, menghilangkan geram-geram yang menempel pada sampel, serta menghilangkan adanya deformasi. Pengampelasan dilakukan dari ampelas yang paling kasar sampai yang paling halus, dengan posisi tegak lurus terhadap benda uji. Pengamplasan selesai apabila tidak teramati lagi adanya goresan-goresan pada permukaan sampel, selanjutnya sampel siap dipoles. [Catatan mata kuliah metalografi, 2009]
6 6 5. Polishing (pemolesan) Polishing merupakan proses terakhir preparasi spesimen. Polishing dilakukan untuk menghilangkan goresan-goresan yang masih ada dari proses pengampelasan halus. Polishing terbagi menjadi dua bagian yaitu: a. Mechanical polishing b. Electro polishing, dilakukan apabila proses mechanical polishing tidak bisa dilakukan untuk suatu spesimen. Pemolesan dilakukan dengan bahan poles dan dengan mesin polesnya. Bahan yang digunakan untuk pemolesan biasanya seperti pasta gigi atau autosol. 6. Etsa Proses etsa dilakukan dengan tujuan untuk mengkikis daerah batas butir sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat etsa bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel. Sampel yang akan dietsa haruslah bersih dan kering. Selama etsa, permukaan sampel diusahakan harus selalu terendam dalam etsa. Waktu etsa harus diperkirakan sedemikian sehingga permukaan sampel yang dietsa tidak menjadi gosong karena pengikisan yang terlalu lama. Oleh karena itu sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi alkohol untuk memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing-masing zat etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang umum digunakan untuk baja ialah nital. Setelah reaksi etsa selesai, zat etsa dihilangkan dengan cara mencelupkan sampel ke dalam aliran air panas. Seandainya tidak memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering. Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boleh disentuh untuk
7 7 mencegah permukaan menjadi kusam. Stelah dietsa, sampel siap untuk diperiksa di bawah mikroskop. 2.3 Analisa Metalografi Setelah sampel tersebut diamati di bawah mikroskop optik dan didapat gambar struktur mikronya kemudian gambar struktur mikro tersebut di analisa. Ada dua cara menganalisa sampel yaitu dengan analisa metalografi kuantitatif dan metalografi kualitatif. 1. Metalografi Kuantitatif Metalografi kuantitatif adalah pengukuran gambar struktur dari potongan, replika, atau lapisan tipis dari logam-logam yang dapat diamati dengan mikroskop optik dan mikroskop electron 2. Metalografi Kualitatif Metalografi kualitatif adalah pengukuran komposisi fasa-fasa yang terbentuk pada potongan atau replica dari logam-logam yang diamati dari mikroskop optik ataupun mikroskop elektron. Biasanya obyek yang dianalisa adalah jumlah/banyaknya fasa-fasa yang terbentuk pada logam tersebut. [Catatan mata kuliah metalografi,2009] Dengan mengetahui fasa-fasa apa saja yang terbentuk dan banyaknya fasa yang terbentuk pada logam tersebut maka kita dapat mengetahui sifat-sifat fisik dan mekanis dari logam tersebut, karena sifat-sifat fisik dan mekanis suatu logam dipengaruhi oleh fasa yang terbentuk pada butir-butir tersebut.
8 8 BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Diagram Alir Percobaan berikut : Percobaan ini secara umum digambarkan dalam bentuk diagram alir sebagai 4 benda uji baja AISI low carbon Grinding dengan ukuran kertas amplas #80, #100, #120, #240, #320, #400, #600, #800, #1000, #1200 Polishing dengan alumina Washing and Drying Etching dengan larutan nital 3% Washing and Drying Mengamati struktur mikro spesimen dengan mikroskop optik Data Pembahasan Literatur Kesimpulan Kesimpulan Data pengamatan Data
9 9 Kesimpulan Gambar 1. Diagram Alir Percobaan 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan 8 1. Kertas amplas #80, #100, #120, #240, #320, #400, #600, #800, #1000, dan # Dryer 3. Mesin grinding dan polishing 4. Mikroskop optik Bahan yang digunakan 1. Baja AISI low carbon 2. Air 3. Alumina 4. Nital 3% 5. Kapas 6. Metanol 3.3 Prosedur Percobaan 1 Mengamplas benda uji dengan kertas amplas ukuran #80, #100, #120, #240, #320, #400, #600, #800, #1000, # Melakukan pemolesan dengan alumina. 3 Membersihkan permukaan benda uji dengan metanol dan air. Kemudian dikeringkan dengan dryer. 4 Mengetsa dengan larutan nital 3%. Kemudian diberi metanol dan dikeringkan. 5 Mengamati benda uji dengan mikroskop optik.
10 10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan berikut : Berdasarkan percobaan metalografi yang telah dilakukan, hasilnya sebagai Tabel 1. Data Hasil Percobaan Perbesaran : 200x Perlakuan : Non treatment Perbesaran : 200x Perlakuan : Quenching air Perbesaran : 200x Perlakuan : Quenching oli Perbesaran : 200x Perlakuan : Normalizing
11 Pembahasan 10 Dari data hasil pengamatan yang telah dilakukan maka didapatkan struktur-struktur mikro yang berbeda pada perlakuan yang diberikan maka pembahasannya adalah sebagai berikut : 1. Baja AISI low carbon non treatment Gambar 2. Baja AISI low carbon non treatment Baja AISI low carbon non treatment struktur-mikro fasa ferit dan yang berwarna abu-abu tua merupakan pearlite. Pearlite merupakan fasa yang terbentuk dari dua fasa yang bergabung, yaitu ferit dan cementit, dimana fasa cementit berbentuk laminer. Matriks dari struktur-mikro ini adalah ferit, dan fasanya adalah pearlite. Fasa ferit merupakan fasa yang memiliki kekerasan yang rendah (lunak) sehingga kekerasan pada baja AISI tanpa perlakuan panas ini rendah. 2. Baja AISI low carbon normalizing
12 12 Gambar 3. Baja AISI low carbon normalizing Struktur-mikro baja AISI low carbon setelah mengalami normalizing fasa ferit menjadi lebih sedikit dibandingkan pada baja AISI non heattreatment. Fasa pearlite pada perlakuan normalizing terlihat lebih banyak jika dibandingkan dengan fasa pearlite pada perlakuan non treatment. Hal ini dapat dilihat pada diagram TTT yang menunjukkan pendinginan yang lambat (dengan udara) akan menghasilkan fasa pearlite, hal ini sesuai dengan perlakuan normalizing perbesaran 1000X yang menunjukkan fasa pearlit terbentuk lebih banyak, dan hanya ada dua fasa yaitu fasa pearlite dan ferit. 3. Baja AISI low carbon quenching air Gambar 4. Baja AISI low carbon quenching air Spesimen ketiga adalah baja AISI 1045 yang telah diberi perlakuan panas secara quenching. Quenching merupakan proses laku panas dengan memanaskan baja hingga mencapai temperatur 50 0 C diatas hipoeutektoid kemudian didinginkan dengan cepat dengan menggunakan media air. Gambar dari pengamatan hasil percobaan adalah berupa jarum-jarum. Jarum-jarum tersebut adalah merupakan fasa martensit.
13 13 Jika dibandingkan data hasil percobaan tersebut dengan teorinya pada diagram TTT (time Temperature Transformation) atau diagram antara waktu pendinginan dengan temperatur, maka data hasil percobaan adalah benar karena proses quenching akan menghasilkan struktur yang martensit yang bentuknya seperti jarum-jarum panjang, yang sifatnya sangat keras tetapi strukturnya getas. Karena pendinginan yang cepat pula atom C yang ada tidak sanggup keluar berdifusi karena tidak cukup energi sehingga semestinya strukturnya BCC (Body Center Cubic) menjadi BCT (Body Center Tetragonal). Karbon yang terperangkap mengakibatkan struktur mikronya tegang dan keras sehingga sifanya sangat keras namun getas. Sifat logam yang di quenching paling keras dari ketiga sampel tetapi getas, keuletan dan ketangguhannya juga menurun. 4. Baja AISI low carbon quenching oli Gambar 5. Baja AISI low carbon quenching oli Terlihat strukturnya berwarna abu-abu tua dengan fasa martensit. Apabila dikaitkan dengan diagram TTT, maka pendinginan dengan oli lebih cepat dibandingkan dengan air. Matriks dari struktur-mikro pada gambar 9 adalah martensit, dan fasanya adalah ferit. Ferit pada gambar di atas sangat sedikit dibandingkan dengan martensit. Matriks yang berupa martensit ini memiliki kekerasan yang tinggi, sehingga baja dengan pendinginan cepat ini memiliki kekerasan yang tinggi dibandingkan dengan benda uji yang lain.
14 14 Maka, perlakuan panas akan mempengaruhi struktur-mikro dari baja sehingga akan menyebabkan sifat kekerasannya berbeda dari sifat kekerasan fasanya. Baja AISI dengan karbon rendah tanpa perlakuan panas memiliki fasa ferit dan pearlit, apabila dilakukan perlakuan panas quenching akan menghasilkan fasa matensit, dan apabila dilakukan normalizing akan menimbulkan fasa pearlit yang semakin banyak. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan percobaan metalografi maka penulis mendapatkan beberapa kesimpulan, di antaranya sebagai berikut : 1. Proses perlakuan panas, kecepatan dan media pendinginan sangat mempengaruhi struktur mikro dan sifat-sifat fisik pada logam. Semakin cepat pendinginan, maka bentuk butirannya akan semakin berlamel-lamel. Sehingga sifat kekerasannya dapat meningkat, namun ketangguhannya menurun. 2. Pada baja AISI low carbon terdapat fasa ferit dan pearlit dalam struktur-mikronya dengan ukuran ferit lebih besar dibandingkan pearlit. 3. Pada proses quenching oli, terlihat bentuk butiran logam yang berlamel dan kasar yang merata diseluruh daerah. Bentuk ini merupakan fasa martensit yang keras dan getas. Sedangkan quenching air terdapat fasa ferit dan martensit dalam struktur-mikronya dengan ukuran ferit lebih besar dibandingkan martensit. 4. Pada logam hasil normalizing, distribusi ukuran dan bentuk butirannya sangat teratur dan baik. Hal itu terlihat pada bentuk butiran pearlite yang bulat dan merata diseluruh bagian, dengan disertai struktur ferrite pada batas butiran pearlite. Sehingga proses normalizing memiliki sifat ketangguhan yang sangat baik.
15 Saran Saran yang dapat diberikan penulis untuk percobaan ini sebagai pengembangan di masa depan adalah pada saat grinding sebaiknya dilakukan bergantian sehingga spesimen yang diuji akan lebih efektif hasilnya.. 14 DAFTAR PUSTAKA Avner, S.H, Introduction to Physical Metallurgy. New York : Mc Graw- Hill. Davis, H.E, dan G.E Troxell, The Testing and Inspection Of Engineering Material, New York : Mc Graw-Hill. Djaka, Tri Catatan Kuliah Pengujian Logam dan Metalografi. Cilegon: FT. UNTIRTA. Lakhtin, Y Engineering Physical Metallurgy, Moscow : MIR Publised,. Smallman, R.E Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material Edisi Keenam Terjemahan. Jakarta : Erlangga. [Diakses tanggal 13 Maret 2013 pukul WIB]
16 16 15 LAMPIRAN
17 17 Lampiran 1. Jawaban Pertanyaan dan Tugas 1. Jelaskan manfaat pengujian metalografi 16 dan bagaimana aplikasinya dalam dunia industri? Jawaban : Metalografi merupakan pengujian dan pengamatan terhadap strukutur butir suatu logam. Manfaat dari pengujian metalografi adalah dapat diperoleh gambaran topografi struktur butir, kadar dari suatu logam atau paduan logam. yang dikandung suatu logam sehingga dari fasa-fasa dalam struktur butir suatu logam kita dapat mengetahui sifat mekaniknya. Aplikasi dalam dunia industri pada pengujian metalografi adalah bisa digunankan untuk mengetahui kadar kekuatan dari suatau material logam dan unsur atau paduan apa yang harus digunakan untuk menghasilkan logam dengan kekuatan yang kita inginkan, karena tujuan pada uji metalografi disini adalah untuk mendapatkan struktur mikro dari suatu logam maka aplikasi yang sering dipakai dalam dunia industri adalah bagaimana mendapatkan suatu material dengan kekuatan yang diinginkan. Contohnya adalah dengan metalografi industri dapat menghasilkan permukaan tampak lebih mengkilap pada body mobil, sepeda motor, alat-alat dapur, serta aplikasi logam pada bangunan. Selain itu aplikasinya terdapat pada frame jam tangan, drum stainless steel pada mesin cuci dan alat-alat pembedahan yang terbuat dari stainless steel. 2. Jelaskan mengapa kita harus melakukan etsa dan bagaimana mekanismenya? Dan jelaskan macam-macam etsa? Jawaban : Etsa dilakukan sebelum melakukan pengamatan metalografi dikarenakan etsa digunakan untuk mengikis daerah batas butir dan untuk menampilkan susunan
18 18 dan ukuran butir serta morfologi fasa sehingga struktur bahan yang diuji dapat diamati dengan jelas dibawah mokroskop optik. Larutan etsa yang dipakai dalam pengujian metalografi ini adalah larutan nital 3% yang sebelumnya dibersihkan dahulu dengan alkohol. Mekanismenya adalah kita hanya menyelupkan benda uji yang akan diteliti kedalam larutan etsa selama kurang lebih 5 detik, kemudian diangkat dan dilap hati-hati menggunakan kapas dan dikeringkan dengan menggunakan blower (hair dryer). 3. Jelaskan mekanisme mounting dan syarat-syarat yang harus dimiliki bahan mounting? Jawaban : Mounting disebut juga proses pembingkaian sampel. Sampel dimounting dengan alat mounting press dengan penambahan bakelit yang akan menggumpal dan membingkai sampel. Selain bakelit juga masih banyak bahan yang dapat digunakan untuk mounting. Hasil mounting yaitu berbentuk bulat dengan ukuran 1 inchi 1 ½ inchi. 4. Mengapa pada saat pengamplasan harus dialiri air terus menerus? Jawaban : Selama pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan sampel dan kertas amplas yang memungkinkan terjadinya kenaikan suhu yang dapat mempengaruhi mikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan cara mengaliri air. 5. Jelaskan apa yang terjadi apabila permukaan benda uji kasar atau bergelombang? Serta jelaskan metode-metode polishing? Jawaban : Apabila permukaan benda uji kasar atau bergelombang maka benda uji tidak bisa diperiksa menggunakan mikroskop. Polishing (pemolesan) adalah proses terakhir dari bagian preparasi spesimen untuk mendapatkan permukaan benda kerja yang benar-benar halus dengan menggunakan mesin poles metalografi yang terdiri dari piringan yang berputar dilapisi dengan kain selvyt dan didalamnya menggunakan gaya abrasif. Polishing diperlukan dalam metalografi karena proses ini berguna untuk meningkatkan benda kerja
19 19 tampak mengkilap, halus mencegah kontaminasi peralatan medis, menghilangkan oksidasi, atau mencegah korosi pada pipa. Dalam metalografi dan metalurgi, polishing digunakan untuk membuat plat rata, membuat permukaan benda kerja bebas dari cacat sehingga memudahkan dalam pemeriksaan mikrostruktur logam dengan mikroskop. 6. Jelaskan hasil metalografi jenis-jenis baja cor dan bagaimana sifat mekanisnya? Serta gambarkan mikrostrukturnya? Jawaban : Baja cor atau disebut juga baja tuang adalah baja yang dituang dalam bentuk tertentu. Kadar karbon dari baja tuang biasanya lebih rendah dari [ada kadar karbon dari besi tuang dan biasanya kurang dari 1,0% C. jenis-jenis baja tuang yaitu [Bagyo, 1985]: 1. Baja tuang mangan tinggi. Didinginkan dengan air 1000 C. Semua butir kristal adalah austenite yang mengandung mangan, sebagai larutan padat. Berbagai macam warna tergantung dari pantulan cahaya. Penambahan mangan akan memberikan kekuatan tarik yang lebih tinggi. 2. Baja tuang 18 Cr 8 Ni, didinginkan di air 1050 C 1 jam. Terbentuk fasa yang terdiri dari austenite sebagai matriks dan ferit tersebar diseluruh permukaan. 3. Baja tuang 13 Cr, dicelup dingin di minyak 950 C 1 jam. Sedikit ferit tesebar diantara matriks martensit diseluruh permukaan.
20 20 Gambar 6. Struktur Mikro Bainite (berwarna hitam seperti jarum) dan Matriks Martensit (warna putih) [Avner,1964] Gambar 7. Struktur Mikro Martensit [Avner,1964] 7. Zat etsa apa yang digunakan untuk pengamatan material berikut : a. Aluminium b. Besi tuang kelabu c. Baja karbon rendah Sebutkan pula fasa-fasa yang diharapkan terbentuk setelah ditambah zat etsa pada material tersebut? Jawaban : a. Aluminium, menggunakan zat etsa larutan HF 0,5%. Mikrostruktur yang dihasilkan setelah dietsa yang diharapkan yatu terdiri atas kristal utama padatan aluminium (dendritik) ditambah produk hasil reaksi dengan paduan. Elemen paduan yang tidak berada dalam keadaan padat biasanya membentuk fasa campuran pada eutectic, kecuali silikon yang muncul sebagai produk utama. Pada paduan alumuniumsilikon, eutektik terjadi pada sekitar 12 % Si. b. Besi tuang kelabu, menggunakan larutan nital 2% dan fasa yang diharapkan semua atau hampir semua karbonnya dalam bentuk lamel-
21 21 lamel grafit. Besi tuang kelabu terdiri atas perlit dan grafit. Dan perlit itu sendiri terdiri dari ferit dan cementit. c. Baja karbon rendah, menggunakan larutan nital 2% dan fasa yang diharapkan adalah fasa ferit dan perlit. 8. Sebutkan jenis baja AISI low carbon beserta komposisi kimianya? Jawaban : Baja karbon dapat diklasifikasikan dalam tiga grup: (1) baja karbon rendah, 0,05 sampai 0,25 persen karbon, untuk digunakan pada kekuatan yang sedang dan diiringin dengan sifat plastisitas yang baik; (2) baja permesinan, 0,3 sampai 0,55 persen karbon dapat digunakan untuk heat-treatment dengan kekuatan tinggi; (3) baja perkakas, 0,6 sampai 1,3 persen karbon. [Mark s Standard Handbook for Mechanical Engineering, 6-25] Maka baja AISI low carbon adalah sebagai berikut: AISI grade designation Chamical composition limit (ladle analyses), % C Mn P S ,08 max 0,25-0,40 0,04 max 0,05 max ,10 max 0,30-0,50 0,04 max 0,05 max ,10-0,15 0,30-0,60 0,04 max 0,05 max ,13-0,18 0,30-0,60 0,04 max 0,05 max ,13-0,18 0,30-0,60 0,04 max 0,05 max ,15-0,20 0,60-0,90 0,04 max 0,05 max ,15-0,20 0,30-0,60 0,04 max 0,05 max ,15-0,20 0,60-0,90 0,04 max 0,05 max ,18-0,23 0,70-1,00 0,04 max 0,05 max ,18-0,23 0,30-0,60 0,04 max 0,05 max ,18-0,23 0,60-0,90 0,04 max 0,05 max ,18-0,23 0,70-1,00 0,04 max 0,05 max Lampiran 2. Gambar Alat dan Bahan
22 22 Gambar 8. Mesin grinding dan polishing Gambar 9. Mikroskop Optik Gambar 10. Spesimen baja AISI low carbon Gambar 11. Dryer
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Proses karakterisasi material Bantalan Luncur dengan menggunakan metode pengujian merusak. Proses penelitian ini dapat dilihat dari diagram alir berikut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini maka pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan dan prosedur
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini maka pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan dan
Lebih terperinciTUGAS METALURGI II PENGUJIAN METALOGRAFI BAJA 1020
TUGAS METALURGI II PENGUJIAN METALOGRAFI BAJA 1020 Disusun oleh : Endah Lutfiana 2710 100 099 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.
38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat yaitu preparasi sampel di
Lebih terperinciAnalisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang
Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang Tio Gefien Imami Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa 10 Bandung 40132,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel atau baja yang memiliki kandungan 0,38-0,43% C, 0,75-1,00% Mn, 0,15-0,30% Si, 0,80-1,10%
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Pengumpulan Data dan Informasi Pengamatan Fraktografi Persiapan Sampel Uji Kekerasan Pengamatan Struktur Mikro Uji Komposisi Kimia Proses Perlakuan
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING TERHADAP STRUKTURMIKRO BAJA MANGAN HADFIELD AISI 3401 PT SEMEN GRESIK
TUGAS AKHIR MM09 1381- PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING TERHADAP STRUKTURMIKRO BAJA MANGAN HADFIELD AISI 3401 PT SEMEN GRESIK MOHAMMAD ISMANHADI S. 2708100051 Yuli Setyorini, ST, M.Phil LATAR
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 38 3.2. ALAT DAN BAHAN 3.2.1 Alat Gambar 3.2 Skema Peralatan Penelitian Die Soldering 3.2.2 Bahan Bahan utama
Lebih terperinciKarakterisasi Material Sprocket
BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Pengamatan Metalografi 4.1.1 Pengamatan Struktur Makro Pengujian ini untuk melihat secara keseluruhan objek yang akan dimetalografi, agar diketahui kondisi benda uji sebelum
Lebih terperinciBAB 1. PERLAKUAN PANAS
BAB PERLAKUAN PANAS Kompetensi Sub Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses perlakuan panas pada material logam. : Menguasai cara proses pengerasan, dan pelunakan material baja karbon.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Persiapan Sampel Pemotongan Sampel Sampel 1 (tanpa perlakuan panas) Perlakuan panas (Pre heat 600 o C tiap sampel) Sampel 2 Temperatur 900 o C
Lebih terperinciMODIFIKASI MESIN FLAME HARDENING SISTEM PENCEKAMAN BENDA KERJA SECARA VERTIKAL PADA BAJA S45C
MODIFIKASI MESIN FLAME HARDENING SISTEM PENCEKAMAN BENDA KERJA SECARA VERTIKAL PADA BAJA S45C Somawardi Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung Kawasan Industri Air Kantung,
Lebih terperinciKarakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data dan Analisa Metalografi Pengambilan gambar atau foto baik makro dan mikro pada Bucket Teeth Excavator dilakukan pada tiga dua titik pengujian, yaitu bagian depan spesimen
Lebih terperinciANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH
ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH Sumidi, Helmy Purwanto 1, S.M. Bondan Respati 2 Program StudiTeknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang
Lebih terperinciPEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT
PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT Saefudin 1*, Toni B. Romijarso 2, Daniel P. Malau 3 Pusat Penelitian Metalurgi dan Material Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kawasan PUSPIPTEK
Lebih terperinciBAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN
BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN Untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas pada kondisi struktur mikro dan sifat kekerasan pada paduan Fe-Ni-Al dengan beberapa variasi komposisi, dilakukan serangkaian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.
30 III. METODOLOGI 3.1 Material dan Dimensi Spesimen Bahan yang dipilih dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah. Baja karbon ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur
Lebih terperinciHeat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja
Heat Treatment Pada Logam Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma Proses Perlakuan Panas Pada Baja Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)
PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Purnomo *) Abstrak Baja karbon rendah JIS G 4051 S 15 C banyak digunakan untuk bagian-bagian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Spesifikasi bearing Metode pengujian Persiapan Pengujian: Pengambilan bahan pengujian bearing baru, bearing bekas pakai dan bearing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Baja (steel) adalah material yang paling banyak dan umum digunakan di dunia industri, hal ini karena baja memberikan keuntungan keuntungan yang banyak yaitu pembuatannya
Lebih terperinciPENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO
PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO Cahya Sutowo 1.,ST.MT., Bayu Agung Susilo 2 Lecture 1,College student 2,Departement
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486
TUGAS AKHIR TM091486 STUDI EKSPERIMENTAL UMUR LELAH BAJA AISI 1045 AKIBAT PERLAKUAN PANAS HASIL FULL ANNEALING DAN NORMALIZING DENGAN BEBAN LENTUR PUTAR PADA HIGH CYCLE FATIGUE Oleh: Adrian Maulana 2104.100.106
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012.
31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012. Penelitian ini dilakukan dibeberapa tempat yaitu preparasi sampel dilakukan
Lebih terperinci07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA
07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA 7.1. Diagram Besi Karbon Kegunaan baja sangat bergantung dari pada sifat sifat baja yang sangat bervariasi yang diperoleh dari pemaduan dan penerapan proses perlakuan panas.
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C
PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C Syaifudin Yuri, Sofyan Djamil dan M. Sobrom Yamin Lubis Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail:
Lebih terperinciAnalisis Struktur Mikro (Metalografi)
Analisis Struktur Mikro (Metalografi) Irfan Fadhilah Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung 40132, Indonesia fadhilahirfan48@gmail.com
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini merupakan eksperimen untuk mengetahui pengaruh temperatur media pendingin pasca pengelasan terhadap laju korosi dan struktur mikro.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini maka pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh suhu tempering terhadap sifat mekanik baja
Lebih terperinciHEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)
HEAT TREATMENT Perlakuan panas (heat treatment) ialah suatu perlakuan pada material yang melibatkan pemanasan dan pendinginan dalam suatu siklus tertentu. Tujuan umum perlakuan panas ini ialah untuk meningkatkan
Lebih terperinciSTUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA
STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA Agus Yulianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UMS Jl. A. Yani Pabelan Kartosuro, Tromol Pos 1 Telp. (0271) 715448 Surakarta ABSTRAK
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram alur Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alur Penelitian Penelitian dalam tugas akhir ini dilakukan dalam beberapa tahapan meliputi: menentukan tujuan penelitian, mengumpulkan landasan teori untuk penelitian,
Lebih terperinciPengaruh Heat Treatment Dengan Variasi Media Quenching Air Garam dan Oli Terhadap Struktur Mikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 4, No. 02, Juli Tahun 2016 Pengaruh Heat Treatment Dengan Variasi Media Quenching Air Garam dan Oli Terhadap Struktur Mikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:
37 III. METODE PENELITIAN III.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan abu sekam di Politeknik Negeri Lampung pada tanggal 11 Desember hingga
Lebih terperinciMATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT
MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT STRUKTUR LOGAM DAPAT BERUBAH KARENA : KOMPOSISI KIMIA (PADUAN) REKRISTALISASI DAN PEMBESARAN BUTIRAN (GRAIN GROWTH) TRANSFORMASI FASA PERUBAHAN STRUKTUR MENIMBULKAN PERUBAHAN
Lebih terperinciKarakterisasi Material Sprocket
BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Spesimen & Studiliteratur Gambar teknik & Pengambilan sample pengujian Metalografi: Struktur Makro & Mikro Uji Kekerasan: Micro Vickers komposisi
Lebih terperinciANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA
28 Prihanto Trihutomo, Analisa Kekerasan pada Pisau Berbahan Baja Karbon Menengah.. ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA
Lebih terperinciMATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE
MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE Pengertian Diagram fasa Pengertian Diagram fasa Adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan
Lebih terperinciANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)
ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT) Sasi Kirono,Eri Diniardi, Isgihardi Prasetyo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Salah satu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini penulis meneliti tentang pengaruh penahanan waktu pemanasan (holding time) terhadap kekerasan baja karbon rendah pada proses karburasi dengan menggunakan media
Lebih terperinciPENELITIAN TENTANG PENINGKATAN KEKERASAN PADA PERMUKAAN BUSHING DENGAN HEAT TREATMENT METODE KONVENSIONAL
NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR PENELITIAN TENTANG PENINGKATAN KEKERASAN PADA PERMUKAAN BUSHING DENGAN HEAT TREATMENT METODE KONVENSIONAL Makalah Seminar Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti
Lebih terperinciBAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN
36 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Peralatan yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian dan pengujian ini antara lain: 1. Tabung Nitridasi Tabung nitridasi merupakan
Lebih terperinciAnalisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun
Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG Baja SS 400 sebagai baja karbon rendah Dapat dilakukan proses pengelasan dengan metode
Lebih terperinciVARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L
VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L Disusun oleh : Suparjo dan Purnomo Dosen Tetap Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Lebih terperinciKarakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016
BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Alir Penelitian Perancangan Tugas Akhir ini direncanakan di bagi dalam beberapa tahapan proses, dituliskan seperti diagram alir berikut ini : Mulai Studi literatur
Lebih terperinciLaporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013
BAB IV UJI JOMINY (JOMINY TEST) 4.1 PENDAHULUAN 4.1.1 Latar Belakang Pada dunia engineering, penggunaan bahan yang spesifik pada aplikasi tertentu sangatlah krusial. Salah satu metode yang sering diaplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada bidang metalurgi, terutama mengenai pengolahan baja karbon rendah ini perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena erat dengan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN MESIN AMPELAS DAN POLES UNTUK PROSES METALOGRAFI
RANCANG BANGUN MESIN AMPELAS DAN POLES UNTUK PROSES METALOGRAFI Tri Mulyanto 1), Much. Oktaviandri 1), Rachmat Ricki S. 2), Nurul Akbar 2) 1] Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini, baja HSLA 0,029% Nb dan baja karbon rendah digunakan sebagai benda uji. Benda uji dipanaskan ulang pada temperatur 1200 O C secara isothermal selama satu jam.
Lebih terperinciMETODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian
METODOLOGI Langkah-langkah Penelitian 7. Centrifugal Casting Proses centrifugal casting yang dilakukan adalah pengecoran sentrifugal horisontal dengan spesifikasi sebagai berikut : Tabung Cetakan Diameter
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Data Pengujian. 4.1.1. Pengujian Kekerasan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rockwell C, pengujian kekerasan pada material liner dilakukan dengan cara penekanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam
Lebih terperinciANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ZINC DAN KETAHANAN KOROSI PADA PERMUKAAN LINK ENGINE HANGER SEBELUM PROSES PELAPISANNYA
ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ZINC DAN KETAHANAN KOROSI PADA PERMUKAAN LINK ENGINE HANGER SEBELUM PROSES PELAPISANNYA Ir. H. Sulaeman S 1. M. Ali Kharakan 2 Lecture 1,College
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai langkah-langkah dalam melakukan penelitian, diagram alir penelitian, proses pengujian tarik geser, proses pengujian kekerasan dan proses
Lebih terperinciProses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :
PERLAKUAN PANAS Perlakuan panasadalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Persiapan Bahan Pengecoran Dengan Penambahan Ti-B Coran dg suhu cetakan 200 o C Coran dg suhu cetakan 300 o C Coran dg suhu cetakan
Lebih terperinciPENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S
PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S Mahasiswa Edwin Setiawan Susanto Dosen Pembimbing Ir. Rochman Rochiem, M. Sc. Hariyati Purwaningsih, S.Si, M.Si. 1 Latar
Lebih terperinciAnalisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan
IRWNS 213 Analisa Deformasi Material 1MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda Muhammad Subhan Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung, Sungailiat, 33211
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 PENGUJIAN AWAL PADA GARDAN IV.1.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Pengujian komposisi diperlukan untuk mengetahui komposisi unsur, termasuk unsur-unsur paduan yang terkandung dalam material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai
Lebih terperinciSistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)
MK: TRANSFORMASI FASA Pertemuan Ke-6 Sistem Besi-Karbon Nurun Nayiroh, M.Si Sistem Besi-Karbon Besi dengan campuran karbon adalah bahan yang paling banyak digunakan diantaranya adalah baja. Kegunaan baja
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Studi Literatur Pembuatan Master Alloy Peleburan ingot AlSi 12% + Mn Pemotongan Sampel H13 Pengampelasan sampel Grit 100 s/d 1500 Sampel H13 siap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon
Lebih terperinciPengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42
Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42 Hesti Istiqlaliyah 1, *, Kustriwi Ratnaning H. 1, Mohammad Baihaqi 1 1 Program Studi Teknik Mesin, UN PGRI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1. Mulai Mempersiapkan Alat dan Bahan Proses Peleburan Proses
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Baja Baja adalah logam paduan antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja
Lebih terperinciBAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM
BAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM Sebagian besar transformasi bahan padat tidak terjadi terus menerus sebab ada hambatan yang menghalangi jalannya reaksi dan bergantung terhadap waktu. Contoh : umumnya
Lebih terperinciANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA
ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA Ahmad Haryono 1*, Kurniawan Joko Nugroho 2* 1 dan 2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Pratama Mulia Surakarta
Lebih terperinciPENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 31 S Rochman Rochiem 1 Hariyati Purwaningsih 1 Edwin Setiawan Susanto 1 Jurusan Teknik Material Metalurgi, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)
ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS R. Bagus Suryasa Majanasastra 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin - Universitas Islam
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengecoran Hasil penelitian tentang pembuatan poros berulir (Screw) berbahan dasar 30% Aluminium bekas dan 70% piston bekas dengan penambahan unsur 2,5% TiB. Pembuatan
Lebih terperinciAnalisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban
F68 Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban Asia, Lukman Noerochim, dan Rochman Rochiem Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS, Kampus ITS-Keputih Sukolilo,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan percobaan untuk menganalisa produk oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan SEM/EDS (Scaning
Lebih terperinciANALISA PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA AISI 1050 DENGAN METODE PACK CARBURIZING
ANALISA PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA AISI 1050 DENGAN METODE PACK CARBURIZING M. Ichsan Fahreza 1, Fakhriza 2, Hamdani 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan
Lebih terperinciBaja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)
BAJA Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom) Baja merupakan paduan yang terdiri dari besi,karbon dan unsur lainnya. Baja
Lebih terperinci11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :
11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon : Material Teknik Suatu diagram yang menunjukkan fasa dari besi, besi dan paduan carbon berdasarkan hubungannya antara komposisi dan temperatur. Titik
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR
PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR Oleh : Nofriady. H 1 dan Sudarisman 2 Jurusan Teknik Mesin 1 - Mahasiswa Teknik
Lebih terperinciKARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN
No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN Martoyo, Ahmad Paid, M.Suryadiman Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Secara garis besar, tahapan pelaksanaan penelitian yaitu : Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 22 Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode bent beam dengan menggunakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Baja Baja merupakan bahan dasar vital untuk industri. Semua segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator, sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO BAJA SETELAH HARDENING DAN TEMPERING Struktur mikro yang dihasilkan setelah proses hardening akan menentukan sifat-sifat mekanis baja perkakas, terutama kekerasan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September 2012 sampai dengan November
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bulan September 2012 sampai dengan November 2012. Preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penelitian yang dilakukan sesuai dengan diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 Gambar 3.1. Diagram alir penelitian 3.2. ALAT DAN BAHAN
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL
PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL Mahasiswa Febrino Ferdiansyah Dosen Pembimbing Ir. Rochman Rochiem, M.
Lebih terperinciANALISA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH (ST41) DENGAN METODE PACK CARBIRIZING
Teknika : Engineering and Sains Journal Volume 1, mor 2, Desember 2017, 117-124 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-4146 print ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era industrialisasi pada saat sekarang ini, bidang pengecoran sangat penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya pembangunan di bidang industri
Lebih terperinciLAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N
Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 44-49 LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N R. KOHAR
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK MARCO SEPTIAN 0906551363 KELOMPOK 8C LABORATORIUM METALOGRAFI DAN HST DEPARTEMEN MESIN FTUI 1 DEPOK 2010 KARTU PRAKTIKUM METALOGRAFI & HST 2 DAFTAR ISI COVER...1
Lebih terperinciMETODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA
METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA Ahmad Supriyadi & Sri Mulyati Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH.,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Start
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Secara umum rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Start Studi literatur Jurnal, Text book Persiapan alat dan bahan Pembentukan spesimen
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS KOMPONEN STUD PIN WINDER BAJA SKD-11 YANG MENGALAMI PERLAKUAN PANAS DISERTAI PENDINGINAN NITROGEN Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas
Lebih terperinciSTUDI MORFOLOGI MIKROSTRUKTUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAJU KOROSI ANTARA BAJA HSLA 0,029% Nb DAN BAJA KARBON RENDAH SETELAH PEMANASAN ISOTHERMAL
STUDI MORFOLOGI MIKROSTRUKTUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAJU KOROSI ANTARA BAJA HSLA 0,029% Nb DAN BAJA KARBON RENDAH SETELAH PEMANASAN ISOTHERMAL SKRIPSI Oleh JULIAN RESTUDY 0404040437 DEPARTEMEN TEKNIK
Lebih terperinciJurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
PENGARUH VARIASI VISKOSITAS OLI SEBAGAI MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT KEKERASAN PADA PROSES QUENCHING BAJA AISI 4340 Bayu Sinung Pambudi 1, Muhammad Rifki Luthfansa 1, Wahyu Hidayat Nurdiansyah 1 1 Jurusan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Spesimen 4.1.1. Proses Pengelasan Setelah pengamatan, pengukuran serta pengujian dilaksanakan terhadap masing-masing benda uji, pada pengelasan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI
Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL
PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL Pramuko I. Purboputro Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan
Lebih terperinci