AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI ALOKASI DANA DESA (ADD) PADA NAGARI LABUAH GUNUANG
|
|
- Siska Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VOLUME 20 NO 1, JANUARI 2018 JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI ALOKASI DANA DESA (ADD) PADA NAGARI LABUAH GUNUANG Dewi Sartika 1, Nini 1 1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dharma Andalas ABSTRAK Penelitian ini merupakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan data primer dan dan data sekunder. Teknik pengumpulan data berupa penelitian lapangan dengan cara observasi dan wawancara dengan sumber-sumber yang valid dan akurat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui akuntabilitas dan transparansi Alokasi Dana Desa (ADD) di Nagari Labuah Gunuang Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Hasil penelitian dan pembahasan akuntabilitas dan transparansi Alokasi Dana Desa (ADD) pada Nagari Labuah Gunuang, peneliti dapat menilai akuntabilitas pengelolaan dana desa yang menunjukkan bahwa untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ADD sudah memperlihatkan pengelolaan yang akuntabel, dan berdasarkan dalam laporan pertanggungjawaban dilihat secara hasil fisik juga sudah menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel, namun masih perlu adanya pelatihan dan bimbingan teknis kepada aparatur nagari khususnya bendahara agar bisa menyusun laporan kekayaan milik Nagari. Dari hasil wawancara peneliti menilai sudah ada upaya yang dilakukan oleh aparatur desa dalam mengelola keuangan desa secara transparan, namun peneliti melihat ada rasa ketakutan dan protek yang luar biasa dari beberapa aparatur nagari ketika peneliti ingin mengakses beberapa data pendukung penelitian lainnya yang akan digunakan untuk menganalisis penelitian ini lebih mendalam, sehingga peneliti memiliki keterbatasan dalam mendeskripsikan hasil penelitian. Tindakan yang dilakukan oleh aparatur menurut peneliti belum memenuhi salah satu bentuk transparansi yaitu kemudahan mengakses data oleh masyarakat. KATA KUNCI: Alokasi Dana Desa (Add); Akuntabilitas; Transparansi; PENDAHULUAN Desa merupakan bentuk pemerintah terkecil yang ada di Negara Republik Indonesia. Wilayah desa biasanya tidak terlalu luas dan di diami oleh beberapa Kepala Keluarga (KK). Menurut Undang Undang Nomor 32. Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Desa sebagai sebuah pemerintahan yang otonom dengan diberikannya hak-hak istimewa, antara lain terkait pengelolaan keuangan dan alokasi dana desa, pemilihan Kepala Desa (Kades) serta proses pembangunan desa. Sehubungan pula dengan berlakunya Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa akan membuat Pemerintah desa akan memperoleh dana yang cukup besar untuk dikelolanya. Di lain pihak tentunya dana yang besar tersebut harus dapat dikelola dan dipertanggungjawabkan dengan baik. Dengan adanya pengelolaan keuangan desa menunjukkan adanya hak otonomi desa dalam mengelola alokasi dana desa. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, Pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, 26
2 penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa dan adanya Alokasi Dana Desa atau disingkat dengan ADD. Adanya ADD menuntut pemerintah desa semakin terbuka dalam proses akuntansi serta manajemen keuangannya sehingga desa dapat mengelola keuangannya dan melaporkan secara transparan, akuntabel, partisipasif, tertib dan disiplin anggaran baik itu pendapatan maupun belanja. Dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, juga mengatakan bahwa keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Pengelolaan keuangan desa, dikelola dalam masa 1 tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Akuntansi keuangan daerah bertujuan menyedikan berbagai informasi keuangan secara lengkap, cermat dan akurat sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak eksternal pemerintah daerah untuk masa yang akan datang sehingga penyampaian laporan keuangan desa dapat terima dan dipertanggungjawabkan. Laporan keuangan desa adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang merupakan pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan pemerintah desa atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Apabila laporan keuangan dapat disampaikan dengan baik dan tepat waktu, maka kinerja keuangan pemerintah desa juga akan baik. Adapun laporan pertanggungjawaban akhir tahun yang harus disampaikan oleh kepala desa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran meliputi: Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes, Laporan Kekayaan Milik Desa Per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan, dan Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke Desa. Menurut Hanifah dan Praptoyo (2015) Secara prinsip masih banyak desa yang memiliki permasalan yang terkait dengan laporan keuangan desa, antara lain : (1) Sering terjadi keterlambatan laporan keuangan dalam penyampaian dari desa ke kecamatan, (2) Masih lemahnya perangkat desa dalam pemahaman PP No.32 tahun 2004, (3) masih lemahnya skill (keterampilan) terkait kreativitas laporan keuangan, (4) Masih lemahnya infrastruktur terkait teknologi informasi (internet), (5) Dalam laporan keuangan yang dibuat oleh kepala desa selama ini masih bersifat konvensional (tradisonal). Permasalahan tersebut muncul salah satunya karena tidak berlakunya standar pelaporan keuangan di desa, namun pada tahun 2015 Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP) mengeluarkan Pedoman Asistensi Akuntansi Keuangan Desa dimana pedoman ini berusaha memberikan pemahaman terhadap pengelolaan keuangan desa dengan cara yang mudah sehingga tidak akan membuat ketakutan bagi siapapun untuk dapat mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa dengan baik. Nagari Labuah Gunuang adalah Nagari/Desa yang berada di Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat mulai tahun 2015 juga memperoleh ADD hingga sekarang informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan Wali Nagari masih banyak kendala yang dihadapi terkait penyusunan laporan keuangan Nagari/Desa antara lain: masih lemahnya pengetahuan perangkat nagari dalam menyusun laporan keuangan dan adanya ketakutan dalam mengelola alokasi dana 27
3 nagari karena sudah ada wali nagari yang sudah dipenjarakan. Penelitian terdahulu yang dilakukan Hanifah dan Praptoyo (2015) menyimpulkan bahwa manajemen keuangan Desa Kepatihan sudah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 yang menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan yang dilihat dari pelaporan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes), namun dari sisi pencatatan akuntansi masih diperlukan adanya pembinaan dan pelatihan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan. Adapun hambatan utamanya adalah belum efektifnya pelatihan para perangkat desa dan kompetensi sumber daya manusia, sehingga masih memerlukan perhatian khusus dari aparat pemerintah desa secara berkelanjutan. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian kembali dimana penelitian ini akan dilakukan di Nagari Labuah Gunuang yang berada di Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Dengan judul Akuntabilitas dan Transparansi Alokasi Dana Desa (ADD) Pada Nagari Labuah Gunuang. Akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, dan mengomunikasikan informasi ekonomi untuk memperoleh pertimbangan dan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang bersangkutan. Menurut Baswir (2000:7), Akuntansi Pemeintah merupakan bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga yang bertujuan tidak mencari laba. Walaupun lembaga pemerintah senantiasa berukuran besar, namun sebagaimana dalam perusahaan ia tergolong sebagai lembaga mikro. Arif, dkk (2002:3) mendefinisikan akuntansi pemerintahan sebagai suatu aktivitas pemberian jasa untuk menyediakan informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran suatu transaksi keuangan pemerintah serta penafsiran atas informasi keuangan tersebut. Sedang Halim (2002:143) menyebutkan bahwa akuntansi pemerintahan adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka menyediakan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak yang berkepentingan atas berbagai alternatif arah tindakan. Nordiawan, dkk (2012:4) mengatakan ada beberapa karakteristik organisasi pemerintahan, antara lain a. Pendirian, pembentukan, dan kegiatan organisasi pemerintahan bukan dengan tujuan atau bermotif mengejar keuntungan semata-mata. b. Organisasi pemerintahan dimiliki secara kolektif oleh rakyat. Dengan demikian, tidak terdapat saham yang dapat dimiliki secara individual yang dapat diperjual belikan atau dipertukarkan. c. Pihak pihak yang memberikan sumber keuangan kepada organisasi pemerintah tidak harus menerima imbalan lamgsung atau proporsional, baik berupa barang, uang atau jasa. d. Anggota atau masyarakat, sadar atau tidak, kadang-kadang dipaksakan menyetorkan uang, barang, atau jasa kepada pemerintah dimana pemerintah akan mempergunkan setoran tersebut untuk kepentingan bersama masyarakat. Karakteristik organisasi pemerintah akan mempengaruhi karakteristik akuntansi pemerintah, adapun menurut Baswir (2000:11) karakteristik akuntansi pemerintah terdiri dari: a. Karena keinginan mengejar laba tidak inklusif di dalam usaha dan kegiatan lembaga pemerintahan, maka dalam 28
4 akuntansi pemerintahan pencatatan rugi laba tidak perlu dilakukan; b. Karena lembaga pemerintahan tidak dimiliki secara pribadi sebagaimana halnya perusahaan, maka dalam akuntansi pemerintahan pencatatan pemilikan pribadi juga tidak perlu dilakukan; c. Karena sistem akuntansi pemerintahan suatu Negara sangat dipengaruhi oleh sistem pemerintahan Negara yang bersangkutan, maka bentuk akuntansi pemerintahan berbeda antara suatu Negara yang lain, tergantung pada sistem pemerintahannya; d. Karena fungsi akuntansi pemerintahan adalah untuk mencatat, menggolonggolongkan,, meringkas dan melaporkan realisasi pelaksanaan anggaran suatu Negara maka penyelenggaraan akuntansi pemerintahan tidak bisa dipisahkan dari mekanisme pengurusan keuangan dan sistem anggaran tiap-tiap Negara. Didalam Permendagri No. 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan Satndar Akuntansi Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah yang merupakan turunan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun Ruang lingkup dalam permendagri ini meliputi: Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah, Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD), dan Bagan Akun Standar (BAS). SAPD sebagaimana dimaksud dalam Permendagri No. 64 Tahun 2013 Pasal 5 Ayat (1) memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting kedalam buku besar, penyusunan neraca saldo serta penyajian leporan keuangan. Pada Pasal (6) ayat (1) dijelaskan bahwa SAPD ini terdiri atas sistem akuntansi PPKD dan sistem akuntansi SKPD, dimana sistem akuntansi PPKD mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-lo, beban, pendapatan-lra, belanja, transfer, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi, penyusunan laporan keuangan PPKD serta penyusunan laporan keuangan konsolidasian pemerintah daerah. Sedangkan Sistem akuntansi SKPD mencakup teknik pencatatan, pengakuan, dan pengungkapan atas pendapatn-lo, beban, pendapatan-lra, belanja, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi serta penyusunan laporan keuangan SKPD. Ditinjau dari etimologi kata Desa berasal dari bahasa Sansekerta, Yaitu Deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Desa identik dengan kehidupan agraris dan kesederhanaannya. Ada beberapa istilah desa di Indonesia, misalnya gampong (Aceh), kampung (Jawa Barat), nagari (Sumatera Barat), wanus (Sulawesi Utara), dan huta (Sumatera Utara). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah suatu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai system pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakn kesatuan. Widjaja (2003:3) dalam bukunya yang berjudul Otonomi Desa Merupakan Otonomi Bulat dan Utuh, menyatakan bahwa: Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdsarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga Pemerintah Desa dapat diartikan sebagai penyelenggaraan subsistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan mesyarakatnya. Kepala Desa bertanggung jawab kepada Badan Permusyawaraan Desa (BPD) dan 29
5 menyampaikan laporan pelaksaan tersebut kepada Bupati. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 Tentang Desa, Desa adalah Desa atau adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pemeritahan Desa yang dimaksud terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Sedangkan Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis (UU N o. 6 Tahun 2014 Pasal 56). Di dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa merupakan landasan hukum kelembagaan Desa, dalam Undang-undang tersebut telah diatur tentang keuangan desa, menurut pasal 71 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014 dinyatakan bahwa keuangan desa adalah hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Selanjutnya pada ayat (2) dinyatakan bahwa adannya hak dan kewajiban akan menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan keuangan desa. Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 93 ayat (1) menyatakan bahwa pengelolaan keuangan Desa meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Dalam Permendagri No. 37 Tahun 2007 dijelaskan bahwa, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Sumber keuangan desa pada umumnya berasal dari Pendapatan Asli Desa (PAD), dana dari pemerintah, danhasil dari BUMDes. Adapun pelaksanaan urusan pemerintah daerah oleh pemerintah desa akan didanai dari APBD, sedangkan pelaksanaan urusan pemerintah pusat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai oleh APBN. Dalam pelaksanaan pemerintahan, pemerintah desa wajib mengelola keuangan desa secara transparan, akuntabel, dan partisipatif. Transparan berarti dikelola secara terbuka, akuntabel berarti dipertanggungjawaban secara hukum, dan partisipatif bermakna melibatkan masyarakat dalam prosesnya. Disamping itu, keuangan desa harus dibukukan dan dilaporkan sesuai dengan kaidah sistem akuntansi keuangan pemerintahan. Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, pada Pasal 27 menyatakan dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Kepala Desa wajib: a. Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota; b. Menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa pada akhir masa jabatan kepada Bupati/Walikota; 30
6 c. Memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah secara tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran; dan d. Memberikan dan/atau menyebarkan informasi penyelenggaraan pemerintah secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun anggaran. Laporan keuangan merupakan sumber informasi mengenai keuangan suatu instansi atau lembaga pemerintah dalam suatu periode tertentu yang digunakan untuk menggambarkan kinerja pemerintah. Setelah berlakunya PP No.71 Tahun 2010 komponen laporan keuangan pemerintah terdiri dari: laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo anggaran lebih, neraca, laporan operasional, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Didalam Pedoman Asistensi Akuntansi Keuangan Desa yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI -KASP), laporan yang harus disampaikan kepala desa kepada Bupati/Walikota setiap tahun anggaran yang meliputi: 1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes Tahun Anggaran berkenaan, dimana merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan pemerintah desa, diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat, disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat atau sebutan lain. 2. Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan. 3. Laporan program pemerintah dan pemerintah daerah yang masuk ke desa. Perencanaan pembangunan desa, Perencanaan ( Planning) adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, penentuan strategi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, perumusan system perencanaan yang menyeluruh, perumusan system perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi, hingga pencapaian tujuan organisasi (Robbins dan Coulter, 2002). Menurut UU No. 7 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 79 ayat 1: Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Dalam setiap organisasi kecamatan dan desa, rencana disusun secara hierarki sejalan dengan struktur organisasi yang ada. Pada setiap jenjang, rencana mempunyai fungsi ganda sebagai sasaran yang harus dicapai oleh jenjang di bawahnya dan merupakan langkah yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran yang ditetapkan oleh jenjang di atasnya. Menurut Bastian (2015:91) jenis rencana ada dua (1) rencana strategik yang disusun untuk mencapai tujuan umum organisasi, yaitu pelaksanaan misi organisasi, dan (2) rencana operasional yang merupakan rincian tentang bagaimana rencana strategik dilaksanakan. a. Rencana Strategik sering disebut Perencanaan Jangka Panjang ( Long Range Planning), yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut tujuan jangka panjang organisasi kecamatan dan desa, kebijakan yang harus diperhatikan, serta strategik yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut. b. Rencana Operasional, terdiri atas bentuk (1) rencana sekali pakai (single use plan), yakni rencana yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu dan 31
7 dibubarkan segera setelah tujuan ini tercapai; (2) rencana permanen (standing plans), yakni pendekatan yang sudah distandardisasi untuk menghadapi situasi berulang dan dapat diramalkan sebelumnya. Alokasi Dana Desa yang disingkat dengan ADD, dimana dijelaskan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, ADD merupakan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh persen), yang pembagiannya untuk desa secara proporsional. Begitupun didalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa disebutkan bahwa alokasi dana desa berasal dari APBD kabupaten/kota yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh persen). Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, ADD merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota paling sedikit 10% (sepuluh persen) dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus. Jadi dapat disimpulkan bahwa ADD merupakan bagian keuangan desa yang diperoleh dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dana dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa yang dibagikan secara proporsional paling sedikit 10%. Pengelolaan ADD harus memenuhi beberapa prinsip pengelolaan seperti berikut ini: a. Setiap kegiatan yang pendanaannya diambil dari ADD harus melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi secara terbuka dengan prinsip: dari, oleh, dan untuk masyarakat. b. Seluruh kegiatan dan penggunaan ADD harus dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi, teknis dan hukum. c. ADD harus digunakan dengan prinsip hemat, teknis dan hukum. d. Jenis kegiatan yang akan didanai melalui ADD diharapkan mampu untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, berupa pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat desa dengan pengambilan keputusan melalui jalan masyarakat. e. ADD harus dicatat di dalam APBDes melalui proses penganggaran yang sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Anggaran Pendapatan Belanja Desa, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, yang bertujuan untuk memudahkan dalam Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa, yang bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa, sehingga tidak menimbulkan multitafsir dalam penerapannya. Dengan demikian desa dapat mewujudkan pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien. Oleh karenanya, proses dan mekanisme penyusunan APBDes yang diatur dalam Permendagri tersebut akan menjelaskan siapa yang dan kepada siapa bertanggungjawab, dan bagaimana pertanggungjawabannya. Untuk itu perlu ditetapkan pedoman umum tata cara pelaporan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah desa, yang dimuat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun Menurut Pedoman Asistensi Akuntansi Keuangan Desa, APBDes pada dasarnya adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. APBDes terdiri atas: Pendapatan 32
8 Desa, Meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Belanja Desa, Meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa dan diklasifikasikan menurut kelompok, kegiatan dan jenis. Pembiayaan Desa, Meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan yang diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis. Transparansi Pengelolaan Keuangan Desa, Transparansi artinya dalam menjalankan pemerintah, pemerintah mengungkapkan hal-hal yang sifatnya material secara berkala kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan, dalam hal ini yaitu masyarakat luas sehingga prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluasluasnya tentang keuangan daerah. Krina (2003) dalam Hanifah dan Praptoyo (2015:7) mengatakan prinsip - prinsip transparansi dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti berikut: (1) Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua proses-proses pelayanan publik; (2) Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai kebijakan dan pelayanan public, maupun proses-proses didalam sector publik; (3) Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi maupun penyimpangan tindakan aparat publik di dalam kegiatan melayani. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyebutkan bahwa pengaturan desa bertujuan untuk: (1) Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonsia; (b) Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia; (c) Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa; (d) Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan asset Desa guna kesejahteraan bersama; (e) Membentuk pemerintahan Desa yang professional, efisiensi dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab; (f) Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum. Menurut Sabarno (2007:129) Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintah daerah diartikan sebagai kewajiban pemerintah daerah untuk mempertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan pemerintah didaerah dalam rangka otonomi daerah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang terukur baik dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya. Pemerintah daerah sebagai pelaku pemerintahan harus bertanggungjawab terhadap apa yang telah dilakukan terhadap masyarakat dalam rangka menjalankan tugas, wewenang, dan kewajiban Pemerintah Daerah. Dalam akuntabilitas terkandung kewajiban dan menyajikan dan melaporkan segala kegiatan, terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Media 33
9 pertanggungjawaban akuntabilitas tidak terbatas pada laporan pertanggungjawaban, akan tetapi juga mencakup aspek-aspek kemudahan pemberi mandat untuk mendapatkan informasi, baik langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan, sehingga akuntabilitas dapat tumbuh pada lingkungan yang mengutamakan keterbukaan sehingga landasan pertanggungjawaban (Sulistiayani, 2011:71). Pada dasarnya pengelolaan keuangan desa harus berpedoman pada prinsip-prinsip berikut ini: (1) Pengelolaan keuangan direncanakan secara terbuka melalui musyawarah perencanaan pembangunan desa yang hasilnya dituangkan dal Peraturan Desa tentang APBDes, serta dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dan melibatkan seluruh unsur masyarakat desa; (2) Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi, teknis, dan hukum; (3) Informasi tentang keuangan desa secara transparan dapat diperoleh oleh masyarakat; (4) Pengelolaan keuangan dilaksanakan dengan prinsip hemat, terarah, dan terkendali. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif untuk menggambarkan permasalahan yang ada dengan pendekatan kualitatif untuk memperoleh hasil empiris. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta karakteristik objek/subjek yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2008). Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel atau populasi (Kuncoro 2009:145). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan guna memperoleh atau mengumpulkan keterangan untuk selanjutnya diolah sesuai kebutuhan penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara dan pengamatan untuk memperoleh data dan informasi yang valid dan akurat. Informan yang dipilih adalah informan yang terlibat langsung serta memahami dan dapat memberikan informasi (gambaran) tentang pengelolaan keuangan Nagari, yaitu Pemerintah Nagari selaku Tim Pelaksana Nagari dan Lambaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) selaku Tim Pelaksana Kegiatan. Sebagai informan dari unsur Pemerintah Nagari diwakili oleh Wali Nagari, Sekretaris Nagari, dan Bendahara, sedangkan pihak LPM diwakili oleh ketua dan anggota yang berkompeten dalam pengelolaan keuangan desa. Data sekunder, yaitu data yang telah diolah sehingga menjadi lebih informatif dan langsung dapat dipergunakan (Indriantoro dan Supomo (1999). Data sekunder yang penulis kumpulkan dalam penelitian ini berupa arsip (dokumen) dari Nagari Labuah Gunuang, yaitu gambaran umum Nagari Labuah Gunuang serta mempelajari laporan keuangan Nagari Labuah Gunuang dan ditambah dengan literature-literatur, baik berupa undang-undang, peraturan pemerintah, dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalama penelitian ini adalah Penelitian Lapangan ( Field Research) adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data-data dan informasi 34
10 sebgai bahan analisa, dilakukan dengan mendatangi langsung objek penelitian. Adapun cara yang dilakukan antara lain: 1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian dengan cara mendatangi langsung kantor wali nagari labuah gunung dan melihat program atau kegiatan yang sudah tertuang di dalam APBDes Tahun Wawancara ( interview), yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan pegawai atau pihak berwenang yang berhubungan dan terlibat langsung dengan objek penelitian, untuk memperoleh infomasi yang valid dan akurat informan yang dipilih adalah informan yang terlibat langsung serta memahami dan dapat memberikan informasi (gambaran) tentang pengelolaan keuangan Nagari, yaitu Pemerintah Nagari selaku Tim Pelaksana Nagari dan Lambaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) selaku Tim Pelaksana Kegiatan. Sebagai informan dari unsur Pemerintah Nagari diwakili oleh Wali Nagari, Sekretaris Nagari, dan Bendahara, sedangkan pihak LPM diwakili oleh ketua dan anggota yang berkompeten dalam pengelolaan keuangan desa. Metode analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis deskriptif yang didasarkan pada penggambaran yang mendukung analisa tersebut, analisis ini menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistik, kompleks, dan rinci yang sifatnya menjelaskan secara uraian atau bentuk kalimat. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan cara: 1. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan bentuk akuntabilitas alokasi dana desa di Nagari Labuah Gunung yaitu: laporan keuangan desa yang terdiri dari laporan realisasi pelaksanaan APBDes semester pertama Tahun 2017 dan Laporan Kekayaan Milik Desa; 2. Mengumpulkan data dan mengidentifikasi bentuk-bentuk transparansi yang dilakukan oleh Nagari Labuah Gunung dalam pengelolaan alokasi dana desa. 3. Mengevaluasi data yang berkaitan dengan akuntabilitas dan transparansi ADD di Nagari Labuah Gunuang; 4. Membandingkan hasil evaluasi dengan teori-teori dan regulasi yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Akuntabilitas Alokasi Dana Desa Nagari Labuah Gunuang Kec. Lareh Sago Halaban Kab. Lima Puluh Kota. Nagari Labuah Gunuang telah menerima Alokasi Dana Desa (ADD) sejak tahun 2015, Nagari ini diberikan kekuasaan penuh dalam pengelolaan keuangan desa yang mencakup seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Nagari Labuah Gunuang pada tahun 2017 digunakan oleh pemerintah desa untuk penyelenggaraan pemerintah desa, pembangunan Nagari, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Dengan dilaksanakannya APBDesa ini mewajibkan pemerintah nagari atau wali nagari untuk melakukan pencatatan dan melaporkannya. Kewajiban melaporkan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan nagari menuntut wali nagari dan perangkat nagari untuk mampu menginterprestasikan peraturanperaturan yang mengikat dalam proses pertanggungjawaban. Adapun bentuk pertanggungjawaban keuangan desa 35
11 yang dilaksanakan oleh Nagari Labuah Gunuang sudah mengacu kepada Permendagri No.113 Tahun 2014 tentang perubahan atas Permendagri No. 37 tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes sebagaimana dimaksud dalam Permendagri No. 113 tahun 2014 pasal 38 ayat (2) terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari pemerintah desa dibandingkan dengan anggarannya sesuai dengan APBDesa atau APBDesa Perubahan untuk suatu tahun anggaran tertentu. Dari laporan realisasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa semester pertama pemerintah Nagari Labuah Gunuang Tahun Anggaran 2017 di atas, maka dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 1 Pemerintah Nagari Labuah Gunuang Ringkasan Penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Semester I tahun 2017 Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Pendapatan Belanja Surplus/Defisit SILPA tahun sebelumnya Pengeluaran Pembiayaan Sumber: Laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja desa semester I 2017 (Data Diolah) Dari tabel di atas dapat dilihat anggaran pendapatan mencapai Rp yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp ,- dan pendapatan transfer sebesar Rp dan anggaran belanja sebesar Rp , yang dialokasikan untuk belanja bidang penyelenggaraan pemerintahan desa sebesar Rp ,-, Bidang pelaksanaan pembangunan nagari Rp ,- bidang pembinaan kemasyarakatan sebesar Rp ,- dan bidang pemberdayaan masyarakat sebesar Rp ,-. Realisasi pendapatan pada semester pertama sudah mencapai 100% sedangkan penyerapan belanja pada semester pertama baru mencapai 31,24%. Untuk realisasi anggaran ini belum bisa peneliti analisa lebih mendalam karena keterbatasan data yang diperoleh karena belum selesainya proses penyusunan laporan realisasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa semester kedua tahun anggaran Namun dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti dengan wali nagari bapak KH. DT. Paduko Marajo Lelo dibulan desember 2017 masih ada beberapa pembangunan infrastruktur yang masih berjalan seperti rehab kantor wali nagari dan pembangunan pos kesehatan nagari dan hasil pengamatan dilapangan terlihat beberapa proyek ini masih dalam pengerjaan yang menurut bapak wali nagari akan diselesaikan paling lambat pada akhir tahun Menurut wali nagari masih ada program yang sudah dianggarkan namun belum dapat dilaksanakan yaitu dibidang pemberdayaan masyarakat mereka baru melaksanakan pelatihan untuk guru-guru TPA dan pelatihan untuk aparatur desa saja tentang pemeliharaan kantibnas dan pencegahan tindak kriminal, namun pelatihan peningkatan aparat dalam pengelolaaan alokasi dana desa belum dapat dilaksanakan. Dari hasil wawancara dengan bendahara ibu Yona yang baru menduduki jabatan ini selama 6 bulan dengan latar belakang pendidikan sarjana perternakan belum pernah memperoleh pelatihan dari pemerintah kabupaten Lima Puluh Kota, yang bersangkutan belajar otodidak dan bertanya dengan bendahara sebelumnya dan dari tenaga pendamping desa. Berdasarkan hasil wawancara dengan bendahara dalam penyusunan 36
12 APBDesa sudah menggunakan SIKEUDes namun dalam proses pelaporan keuangan masih manual hanya dibantu oleh Microsoft Excel, kendalanya adalah tingginya tingkat kesalahan dan pelaporan tidak tepat waktu. Harapan dari wali nagari adalah adanya SIKEUDes dalam bentuk Software, hal ini akan mempermudah proses pelaporan dan adanya otorisasi yang jelas antar aparatur nagari. Sehingga meminimalisir terjadinya manipulasi data maupun meminimalisir tingkat kecurangan. Laporan keuangan lain yang harus dibuat oleh pengelola dana desa adalah Laporan Kekayaan Milik Desa, laporan ini menyajikan kekayaan milik desa yang pada dasarnya merupakan selisih antara asset yang dimiliki desa dengan jumlah kewajiban desa sampai dengan tanggal 31 Desember suatu tahun. Adapun laporan kekayaan milik desa di Nagari Labuah Gunuang ini belum ada, pelaporan hanya sebatas laporan realisasi pelaksanaan APBDesa saja. Berdasarkan rincian penggunaaan APBDesa semester pertama tahun 2017, peneliti dapat menilai akuntabilitas pengelolaan dana desa yang menunjukkan bahwa untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ADD sudah memperlihatkan pengelolaan yang akuntabel, dan berdasarkan dalam laporan pertanggungjawaban dilihat secara hasil fisik juga sudah menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel, namun masih perlu adanya pelatihan dan bimbingan teknis kepada aparatur nagari khususnya bendahara agar bisa menyusun laporan kekayaan milik nagari. Karena laporan ini juga sangat penting sehingga mencerminkan posisi keuangan nagari baik itu berupa asset, kewajiban dan jumlah kekayaan bersih. Transparansi Alokasi Dana Desa Nagari Labuah Gunuang Kec. Lareh Sago Halaban Kab. Lima Puluh Kota. Untuk menjamin adanya transparansi tidak lepas dari akuntabilitas dalam pengelolaan alokasi dana desa maka tentang transparansi ini diatur juga di dalam Pasal 40 Permendagri No. 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dimana dikatakan laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Media informasi antara lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media informasi lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali nagari bapak KH. DT. Paduko Marajo Lelo bentuk transparansi yang dilakukan adalah dengan melakukan pertemuan dengan seluruh aparatur nagari mulai dari jorong, Bamus, PKK, LPM, Karang Taruna untuk melaporkan kegiatan maupun laporan keuangan yang nanti diharapkan mereka inilah yang nanti akan menjelaskan tentang pengelolaan keuangan nagari ini kemasyarakat khususnya warga Nagari Labuah Gunuang. Kemudian ringkasan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa akan dipublikasikan dengan menggunakan baliho yang dipasang disetiap persimpangan jalan yang ada di wilayah Nagari Labuah Gunuang. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh Nagari Labuah Gunuang dalam menjalankan transparansi alokasi dana desa, yaitu: 1. Langsung ke Masyarakat. Penyampaian laporan pertanggungjawaban publik oleh camat kepala desa/wali nagari, diawali oleh presentasi kepada legislatif/parlemen desa/warga 37
13 masyarakat. Selain itu, teknik ini juga dapat dilakukan secara tatap muka dengan publik/konstituen atau forum kelembagaan organisasi desa yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, presentasi wali nagari tentang hasilhasil yang dicapai dalam bidang pemerintahan dan bidang pengelolaan keuangan selama periode berjalan. 2. Dilaporkan Melalui Pelaporan Pemerintah Daerah. Laporan nagari juga dilaporkan sebagai bagian dari laporan di tingkat pemerintah daerah. Caranya adalah dengan mengkonsolidasi laporan nagari ke dalam laporan pemerintah daerah di jajarannya. Laporan pemerintah daerah adalah laporan pelaksanaan dan hasil pembangunan di tingkat pemerintah daerah selama periode anggaran berjalan. Laporan ini disampaikan kepada dewan perwakilan daerah dan kementerian terkait (Kementerian Dalam Negeri). 3. Diumumkan Melalui Media. Pertanggungjawaban pimpinan organisasi nagari kepada pihak-pihak yang berkepentingan dapat pula dilakukan melalui publikasi laporan pertanggungjawaban. Media publikasi yang dapat digunakan antara lain: televisi, media cetak, dan radio. Dari hasil wawancara peneliti menilai sudah ada upaya yang dilakukan oleh aparatur desa dalam mengelola keuangan desa secara transparan, namun peneliti melihat ada rasa ketakutan dan protek yang luar biasa dari beberapa aparatur nagari ketika peneliti ingin mengakses beberapa data pendukung penelitian lainnya yang akan digunakan untuk menganalisis penelitian ini, sehingga peneliti memiliki keterbatasan dalam mendeskripsikan hasil penelitian. Tindakan yang dilakukan oleh aparatur menurut peneliti belum memenuhi salah satu bentuk transparansi yaitu kemudahan mengakses data oleh masyarakat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan akuntabilitas dan transparansi Alokasi Dana Desa (AD D) pada Nagari Labuah Gunuang, maka dapat disampaikan simpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan rincian penggunaaan APBDesa semester pertama tahun 2017, peneliti dapat menilai akuntabilitas pengelolaan dana desa yang menunjukkan bahwa untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ADD sudah memperlihatkan pengelolaan yang akuntabel, dan berdasarkan dalam laporan pertanggungjawaban dilihat secara hasil fisik juga sudah menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel, namun masih perlu adanya pelatihan dan bimbingan teknis kepada aparatur nagari khususnya bendahara agar bisa menyusun laporan kekayaan milik Nagari. Karena laporan ini juga sangat penting sehingga mencerminkan posisi keuangan nagari baik itu berupa asset, kewajiban dan jumlah kekayaan bersih. 2. Dari hasil wawancara peneliti menilai sudah ada upaya yang dilakukan oleh aparatur desa dalam mengelola keuangan desa secara transparan, namun peneliti melihat ada rasa ketakutan dan protek yang luas biasa dari beberapa aparatur nagari ketika peneliti ingin mengakses beberapa data pendukung penelitian lainnya yang akan digunakan untuk menganalisis penelitian ini lebih mendalam, sehingga peneliti memiliki keterbatasan dalam mendeskripsikan hasil penelitian. Tindakan yang dilakukan oleh aparatur menurut peneliti belum memenuhi salah satu bentuk transparansi yaitu kemudahan mengakses data oleh masyarakat. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 38
14 1. Harus ada pelatihan khusus yang diberikan kepada aparatur nagari khususnya Bendahara, dimana background pendidikan sarjana perternakan yang belum sepenuhnya paham dasar-dasar akuntansi, agar dapat menyempurnakan laporan pertanggungjawabannya berupa laporan realisasi APBDesa dan Laporan Kekayaan Milik Desa. 2. Sebaiknya aparatur nagari tidak perlu ada rasa ketakutan dalam mengelola keuangan Nagari, selagi selalu mengacu kepada peraturan perundangundangan dan peraturan pemerintah. Penelitian ini hanya melihat bentuk akuntabilitas dan transparansi yang dilaksanakan oleh Nagari Labuah Gunuang, dikarenakan keterbatasan data yang didapat oleh peneliti sehingga analisis hasil penelitian dan pembahasan tidak mendalam. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mencari subyek penelitian yang Desa/Nagari nya ada keterbukaan dalam mengakses data dan ingin memberikan informasi yang seluas-luasnya untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Dan peneliti selanjutnya juga dapat menghubungkan bentuk akuntabilitas dan transparansi alokasi dana desa disuatu wilayah dengan kebudayaan masyarakat setempat. DAFTAR PUSTAKA Arif, Bahtiar, Muchlis, dan Iskansar Akuntanasi Pemerintah. Jakarta: Salemba Empat Bastian, I Sistem Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Edisi Kedua. Cetakan Kedua. Salemba Empat. Jakarta Akuntansi untuk Kecamatan dan Desa. Erlangga: Jakarta. Ghozali, I. dan Arifin, S Pokok- Pokok Akuntansi Pemerintah. Yogyakarta. Halim, A Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat: Jakarta Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat: Jakarta. Hanifah, Indah Suci. dan Praptoyo, Sugeng Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 4 No. 8. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI - KASP). Pedoman Asistensi Akuntansi Keuangan Desa. IAI: Jakarta. Ismaya, S Kamus Standar Akuntansi. Pusaka Grafika: Jakarta. Krina, L.L. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi, dan Parsipasi. www. Goodgovernance>bapppenas.go. id. Diakses tanggal 28 Februari 2015 (11.45). Mardiasmo Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi: Yogyakarta. Moleong, L.J Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya. Bandung. Nordiawan, D Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat: Jakarta.. I.S. Putra., dan R. Maulidah Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat: Jakarta. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia: Jakarta.. Nomor Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Jakarta.. Nomor Perencanaan Desa. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Jakarta.. Nomor Pedoman Umum Tatacara Pelaporan dan 39
15 Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Jakarta.. Nomor Pengelolaan Keuangan Desa. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158. Jakarta. Revrisond, Baswir Akuntansi Pemerintahan Indonesia. BPFE: Yogyakarta. Sabarno, H Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa. Sinar Grafika. Jakarta. Sulistyani, A.T Memahami Good Governance: Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia. Gaya Media: Yogyakarta. Tanjung, A.H Akuntansi Pemerintah Daerah. Alfabeta. Bandung. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7. Jakarta.. Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47. Jakarta.. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125. Jakarta.. Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125. Jakarta. Widjaja, A.W Otonomi Desa merupakan Otonomi Bulat dan Utuh. Raja Grafindo Persada. 40
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com
TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA Sumber : id.wordpress.com I. PENDAHULUAN Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN ALOKASI DANA DESA, BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA, DAN BANTUAN KEUANGAN
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA
BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan
BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pemerintahan Daerah Dalam arti luas : Pemerintahan adalah perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di
Lebih terperinciBUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 737 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA PERIMBANGAN DESA DI KABUPATEN SERANG BUPATI SERANG, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN.
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 DAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2013 www.inilah.com I. PENDAHULUAN Undang-Undang
Lebih terperinciB U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,
B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang : a. bahwa salah satu sumber pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai dari susunan terkecil suatu organisasi, dalam pemerintahan organisasi ini tidak lain adalah desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa (UU No. 06 Tahun 2014) pada tanggal 15 Januari tahun 2014, pengaturan tentang Desa mengalami perubahan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI
PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI Pemerintah Kabupaten Pemalang @2014 BUPATI PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi
Lebih terperinciIMPLEMENTASI DANA DESA DI KECAMATAN BANJARNEGARA PADA TAHUN Aris Gunawan Wicaksono. H. Andre Purwanugraha
IMPLEMENTASI DANA DESA DI KECAMATAN BANJARNEGARA PADA TAHUN 2015 Aris Gunawan Wicaksono H. Andre Purwanugraha Program Studi Akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari No. 43-33, Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyatakan negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 18B ayat (2) menyatakan negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
Lebih terperinciBUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LAMONGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang dibahas. Pada umumnya, desa dimaknai oleh masyarakat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Desa Pengertian umum adalah pengertian yang banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya tentang hakekat atau tentang definisi dari obyek tertentu yang dibahas. Pada umumnya,
Lebih terperinciBUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENETAPAN BESARAN BAGIAN HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA DI KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016
SALINAN BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang :
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tradisionalis, dan kolot (Furqaini,Astri:2011). Undang-Undang No. 32 tahun 2004
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah desa sering kali identik dengan masyarakatnya yang miskin, tradisionalis, dan kolot (Furqaini,Astri:2011). Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kesatuan yang berbentuk Republik terdiri dari beberapa wilayah (daerah) provinsi, kabupaten/kota, di bawah kabupaten/kota terdiri
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 737 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA PERIMBANGAN DESA DI KABUPATEN SERANG BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,
BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 68
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan desa
Lebih terperinciPROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinci5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENETAPAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA BAGI
Lebih terperinciBUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA
BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pengaturan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GRESIK
- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indenosia tersebar di desa-desa seluruh Indonesia. diundangkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedesaan merupakan bagian integral dari Negara Republik Indonesia. Membangun desa berarti membangun sebagian besar penduduk Indonesia, hal ini mudah dimengerti karena
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM
Lebih terperinciPengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN
Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Buku Bantu
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN KATINGAN
PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN KATINGAN PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN SALINAN BUPATI KATINGAN PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN
Lebih terperincipenduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN BESARAN DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan
Lebih terperinciPERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SIMPANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk melaksanakan
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X9 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSII DAERAH KABUPATEN KEPADA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA
BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN TANAH
Lebih terperinciBUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENETAPAN BESARAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUPANG TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG GUBERNUR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
1 BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam akuntansi keuangan daerah, salah satu tujuan akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap, cermat dan akurat sehingga dapat menyajikan
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan amanat Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam. pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa sebagai pemerintahan yang bersentuhan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA
1 BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,
BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Peraturan Menteri
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN KEPADA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS. aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang
8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Transparansi (Transparancy) Transparansi menurut Mardiasmo (2004:30) berarti keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait
Lebih terperinciBUPATI MALUKU TENGGARA
BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 1.a TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU TENGGARA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
BAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI 5.1 Konklusi Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penyebab terjadinya SiLPA Tahun Anggaran 2014, penyebab kenaikan SiLPA di Tahun Anggaran 2015,
Lebih terperinciPERDES APBDes DESA MARGAHAYU TENGAH TAHUN ANGGARAN 2017
PERDES APBDes DESA MARGAHAYU TENGAH DESA MARGAHAYU TENGAH KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2017 PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR : 5 TAHUN 2016 T E N T A N G : ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KOTA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Magang merupakan kegiatan mahasiswa dalam dunia kerja dimana mahasiswa tersebut dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama duduk dibangku perkuliahan. Magang
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 135 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciSISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI PMK 76 /PMK.05/2008 tentang PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENIMBANG (a) dalam rangka pelaksanaan pengembangan dan penerapan sistem akuntansi
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISA PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG WINDA PUSPITA SARI FAKULTAS EKONOMI
SKRIPSI ANALISA PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG OLEH : WINDA PUSPITA SARI 07153110 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T
BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 630 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN KEUANGAN UNTUK PENGADAAN SEMEN YANG DIPERUNTUKAN BAGI DESA-DESA DI KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
Lebih terperinciBUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008
Menimbang Mengingat : : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PINRANG, a. bahwa kedudukan Keuangan Desa merupakan salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Akuntansi sektor publik merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi termasuk di bidang keuangan negara. Semangat reformasi keuangan ini telah menjadi sebuah kewajiban dalam
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPENGELOLAAN ASET DESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
PENGELOLAAN ASET DESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN www.artnet.com I. PENDAHULUAN Dalam kaitan desa, Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan pada Pasal 18 B ayat (2) bahwa Negara mengakui dan
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN
Lebih terperinciIMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA
IMPLEMENTASI AKUNTANSI KEUANGAN DESA Oleh: Ahmad Mu am 1. PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengamanatkan bahwa Desa mempunyai sumber pendapatan berupa pendapatan asli Desa,
Lebih terperinciKEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT
KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 4 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk menganalisis pengelolaan keuangan lembaga publik, diantaranya Sumiati (2015), meneliti tentang Pengelolaan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBERIAN, PENYALURAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA
Lebih terperinciDESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang
DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN 2017 Tentang PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP DESA) DESA PANDA KECAMATAN PALIBELO KABUPATEN BIMA TA. 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciB U P A T I K U N I N G A N
B U P A T I K U N I N G A N PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 6 ayat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,
PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan Pemerintahan, pelaksanaan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2015 PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.
Lebih terperinci