BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan ketersediaan infrastruktur yang. transportasi, jalan, penerangan dan sekolah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan ketersediaan infrastruktur yang. transportasi, jalan, penerangan dan sekolah"

Transkripsi

1 1

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia, serta belum tersedianya infrastruktur, seperti: sarana transportasi, listrik dan sarana lainnya. Faktor penyebab kemiskinan tersebut, mengakibatkan ketertinggalan masyarakat dalam mengelola berbagai kegiatan usaha ekonomi. Pada hal di wilayah perbatasan, pulau-pulau kecil dan pesisir ini memiliki potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis cukup besar seperti hutan, tambang dan mineral, serta perikanan dan kelautan yang luas. Kemampuan sumber daya manusia yang terbatas dalam mengelola sumber daya ekonomi dan keterbatasan ketersediaan infrastruktur yang tersedia seperti transportasi, jalan, penerangan dan sekolah Gambar 1. Kondisi Kemiskinan di Indonesia turut berkontribusi membuat harga-harga kebutuhan pokok tidak mampu dipenuhi oleh masyarakat di wilayah pulau-pulau kecil dan perbatasan. Belum teratasinya masalah kemiskinan di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara mendorong pemikiran akan perlunya suatu strategi baru dalam hal penanganan kemiskinan yang lebih menyentuh pada akar permasalahannya serta memerlukan adanya keterpaduan antara kebijakan dan program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemeritah wilayah termasuk dukungan dari sektor swasta. Kementerian Sosial melihat permasalahan kemiskinan di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar Negara tidak hanya bertumpuh pada kebutuhan infrastruktur seperti jalan, transportasi, listrik akan tetapi juga permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat miskin adalah akses pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti 2

3 pangan, sandang, pendidikan, perumahan, kesehatan termasuk kesempatan berusaha dan akses permodalan. Apabila tidak ada penanganan bagi masyarakat miskin khususnya fakir miskin yang bermukim di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara, maka mereka sangat rentan mengalami resiko sosial yang pada akhirnya mengalami kegagalan memehuni kebutuhan hidup. Lahirnya UU No.13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin membawa perubahan dalam melihat permasalahan kemiskinan dari persperktif wilayah dimana kelompok masyarakat miskin bermukim dan melakukan aktivitas sosial ekonominya. Dari pandangan seperti ini Kementerian Sosial melakukan perubahan kebijakan struktur organisasi dimana dalam organisasi itu dibuatkan satu unit kerja yang khusus menangani kemiskinan khususnya fakir miskin yakni Direktorat Jenderal Penangan Fakir Miskin. Dalam mengimplementasikan program penanganan fakir miskin ini Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin mempunyai 3 (tiga) satuan kerja teknis penanganan fakir miskin yang berbasis karakteristik wilayah yakni (1) Penanganan fakir miskin perdesaan, (2) Penanganan fakir miskin perkotaan, dan (3) Penanganan fakir miskin pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara. Dari tiga satuan kerja penanganan fakir miskin dimaksud, penanganan fakir miskin pesisir pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara merupakan wilayah yang memiliki kondisi geografis yang mempunyai keterbatasan infrastruktur dan juga ketertinggalan dari berbagai pembangunan. Sebagaimana dalam pasal 23 UU No.13 Tahun 2011, upaya penanganan fakir miskin di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan melalui: 1. Penyediaan sumber mata pencaharian di bidang perikanan dan sumber daya laut 2. Bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil usaha 3. Penguatan lembaga dan organisasi masyarakat pesisir dan nelayan 4. Pemeliharaan daya dukung serta mutu lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil 5. Peningkatan keamanan berusaha dan pengamanan sumber daya kelautan dan pesisir. Jika merujuk pada pasal 25 UU No.13 Tahun 2011, bahwa penanganan fakir miskin di wilayah perbatasan antar negara dilakukan melalui: 1. penyediaan sumber mata pencaharian di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan kerajinan 3

4 2. Bantuan permodalan dan akses pemasaran hasil pertanian, peternakan, perikanan, dan kerajinan 3. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana; 4. Penguatan kelembagaan dan pemerintahan 5. Pemeliharaan dan pendayagunaan sumber daya 6. Menjamin keamanan wilayah perbatasan serta pengamanan sumber daya lokal 7. Peningkatan daya tahan budaya lokal dari pengaruh Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa penanganan kemiskinan ini tidak mungkin hanya ditangani atau dilaksanakan oleh satu atau dua kementerian/lembaga, akan tetapi melibatkan berbagai kementerian/lembaga termasuk pemerintah daerah sebagai pelaku utama. Kementerian Sosial dalam penganan fakir miskin ini mengambil peran teknis untuk memberikan akses pemberian bantuan sosial untuk penguatan permodalan usaha dan juga penguatan kelembagaan masyarakat dalam penangannan kemiskinan khususnya fakir miskin, serta memfasilitasi perbaikan rumah melalui rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni. Sebagai awal kelahiran Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau- Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara telah menetapkan kebijakan kegiatan penanganan fakir miskin di wilayah Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara dilaksanakan dalam bentuk pemberian bantuan stimulan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS- RTLH). Pemberian bantuan stimulan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) ini dimaksudkan untuk memberikan akses kepada fakir miskin untuk memulai atau mendukung aktivitas ekonomi keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Disamping kebutuhan akan perekenomian keluarga, Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) juga dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas tempat tinggal fakir miskin yang layak huni baik sisi kesehatan, sosial dan kenyaman keluarga. Pada tahun 2016 Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara telah melakukan programprogram penanganan fakir miskin melalui pendekatan bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH. Program bantuan stimulan UEP telah diberikan kepada KK yang tersebar di 13 Provinsi, 30 Kabupaten, 60 Kecamatan, 143 Desa. Jenis usaha yang dilaksanakan oleh masyarakat penerima manfaat bantuan pada umumnya berkaitan dengan mata pencaharian pokok keluarga seperti pertanian, peternakan, perdagangan/jasa, perikanan, dan lain-lain. Adapun jumlah bantuan 4

5 stimulan UEP yang diberikan per KK adalah Rp ,00 (dua juta), yang peruntukannya sesuai dengan proposal yang diajukan oleh penerima manfaat bantuan. Sementara kegiatan RS-RTLH telah diberikan kepada 410 KK yang tersebar di 8 Provinsi, 10 Kabupaten, 20 Desa. Jenis bantuan yang diberikan meliputi perbaikan atap rumah, lantai, dinding, dan MCK. Adapun jumlah bantuan RS-RTLH yang diberikan kepada penerima manfaat bantuan per KK adalah Rp ,00 (lima belas juta), yang peruntukannya sesuai dengan proposal yang diajukan oleh penerima manfaat bantuan. Untuk memperluas jangkau pelayanan penanganan fakir miskin Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara masih melanjutkan kegiatan pemberian bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH dan pendampingan sosial untuk meningkatkan produktivitas ekonomi keluarga secara berkelanjutan. Untuk memudahkan keterpaduan telah diambil kebijakan bahwa sumber data sasaran penanganan fakir miskin bersumber dari Basis Data Terpadu yang dikelola Kementerian Sosial yang tertian pada Kemensos No.32/HUK/2016. Jika merujuk pada populasi data yang membutuhkan penanganan, maka kerja keras baik melalui alokasi anggaran yang semakin besar, koordinasi dan kemitraan dengan berbagai pihak yang semakin kuat antara lain, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Bappenas, Kementerian Desa Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, maupun pola-pola penanganan yang inovatif. Dalam rangka memudahkan pelaksanaan bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH bagi fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara, Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara perlu melakukan Review Buku Petunjuk Pelaksanaan Bantuan stimulan Usaha Ekonomi Produktif dan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni. Buku ini merupakan acuan semua pihak yang terlibat dalam penanganan fakir miskin, sehingga pelaksaannya dapat terkoordinasi dengan baik. B. Pengertian 1. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya. 2. Penanganan fakir miskin adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau 5

6 masyarakat dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan, pendampingan, serta fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara. 3. Penanganan fakir miskin wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan bagi penduduk miskin di pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara sehingga mereka mampu memenuhi hak-hak dasar dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. 4. Usaha Ekonomi Produktif (UEP) adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi, meningkatkan kemampuan usaha ekonomi, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan penghasilan dan menciptakan kemitraan usaha yang saling menguntungkan. 5. Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) adalah upaya memperbaiki rumah sehingga tercipta rumah yang layak sebagai sebagai tempat tinggal. 6. Kelompok RS-RTLH adalah himpunan penerima manfaat bantuan yang terdiri dari 5 sampai dengan 10 kepala keluarga sebagai salah satu pendekatan dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni agar masing-masing anggota dapat saling membantu, berbagi sumber daya sehingga tujuan program dapat tercapai. 7. Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama yang setara antar perorangan, kelompok, organisasi yang memiliki komitmen untuk bekerjasama saling menguntungkan sehingga usaha ekonomi produktif dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 8. Pendamping adalah perorangan, kelompok atau lembaga yang memiliki kompetensi untuk bekerjasama dengan bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH dalam mengembangkan berbagai gagasan penerima manfaat bantuan dalam mencapai tujuan yang lebih optimal. 9. Koordinator Pendamping adalah orang yang ditunjuk untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas para pendamping di wilayah dampingannya yang telah ditetapkan dalam rangka pendampingan bantuan RS-RTLH dan Sarling di wilayah dampingannya 10. Pendampingan Sosial adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara pendamping dengan penerima manfaat bantuan stimulan UEP dan masyarakat sekitarnya dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat 6

7 dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan publik lainnya. 11. Iuran Kesejahteraan Sosial (IKS) adalah simpanan uang dari sebagian hasil keuntungan usaha ekonomi produktif yang digunakan untuk kepentingan sosial kelompok dalam bentuk santunan bagi anggota yang mengalami musibah. 12. Dana Hibah Dalam Negeri Dalam Bentuk Uang yang diterima langsung Kementerian Sosial adalah Dana yang berasal dari masyarakat secara langsung oleh Kementerian Sosial dan diperuntukkan bagi kepentingan penyelenggaraan kesejahteraan sosial 13. Rekening Bank Penerima manfaat bantuan adalah rekening keuangan pencatatan transaksi yang dibuat dan diberikan kepada calon penerima manfaat bantuan individu maupun kelompok. 14. Bantuan sosial adalah bantuan berupa uang/barang dari pemerintah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. 15. Pengelola kegiatan di Kabupaten adalah pejabat Dinas Sosial Kabupaten yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten sebanyak 2 orang untuk melakukan kegiatan penanganan fakir miskin pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara yang dialokasikan dari dana Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil Dan Perbatasan Antar Negara, Kementerian Sosial C. Tujuan Tujuan buku Petunjuk Pelaksanaan Bantuan stimulan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) yaitu : 1. Sebagai dasar dan arah bagi semua unsur yang terlibat dalam pelaksanaan program penanganan fakir miskin. 2. Terciptanya kesamaan persepsi diantara Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga) maupun Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten) dalam pelaksanaan Penanganan fakir miskin pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara. 3. Terwujudnya sinergitas antara pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi sosial masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH. 7

8 D. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008, tentang Batas Wilayah Negara; 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial; 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah; 8. Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 9. Peraturan Presiden Nomor 46 tahun 2015 tentang Kementerian Sosial; 10. Inpres Nomor 7 Tahun 2014, tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat, untuk Membangun Keluarga Produktif; 11. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK/254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga; 13. PMK Nomor 228/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas PMK No.254/PMK.05/2015, tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga; 14. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 146/Huk/2013 tentang Penetapan Kriteria dan Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu; 15. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 150/Huk/2016 tentang Penetapan Wilayah Kerja Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perdesaan, Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan serta Direktorat penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara. 8

9 E. Sasaran Sasaran pengguna buku Petunjuk Pelaksanaan Bantuan stimulan Usaha Ekonomi Produktif (UEP), Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH), ini adalah : 1. Kementerian Sosial RI 2. Dinas Sosial Provinsi 3. Dinas Sosial Kabupaten 4. Para Pendamping 5. Pihak terkait 9

10 BAB II KEBIJAKAN TEKNIS, PRINSIP DAN KEWENANGAN A. Kebijakan Teknis 1. Peningkatan akses fakir miskin terhadap sumberdaya sosial ekonomi 2. Perlindungan hak-hak dasar fakir miskin 3. Peningkatan prakarsa dan peran aktif warga masyarakat dalam penanganan fakir miskin 4. Peningkatan kualitas manajemen penanganan fakir miskin B. Prinsip Pelaksanaan 1. Akuntabel, yaitu semua kegiatan yang dilakukan harus sesuai sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial RI dan dapat dipertanggung jawabkan. 2. Transparan, yaitu semua kegiatan pengelolaan pemberian bantuan bagi fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara dilakukan secara keterbukaan dan mudah diakses. 3. Berbasis masyarakat, yaitu penanganan fakir miskin pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara dilakukan berdasarkan potensi dan sumber yang ada dengan keterlibatan masyarakat setempat. 4. Obyektivitas, yaitu penanganan fakir miskin pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara dilakukan dengan memegang teguh prinsip keadilan, jujur dan tidak diskriminatif. 5. Konsisten, yaitu penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ditetapkan. 6. Parsitipatif, yaitu penanganan fakir miskin pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara dilakukan dengan melibatkan berbagai lapisan dan semua komponen masyarakat. 7. Keterpaduan, yaitu penanganan fakir miskin pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara dilaksanakan secara sinergis dengan berbagai kegiatan lintas sektor yang saling mendukung dan melengkapi. 8. Kemandirian, yaitu pengembangan program kegiatan diarahkan pada peningkatan kemampuan swakelola dan swadana penanganan fakir miskin pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara secara sinergis. 9. Kemitraan, yaitu penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara diselenggarakan dengan cara membangun 10

11 hubungan kerjasama yang saling menguntungkan baik secara internal maupun eksternal, berkolaborasi dan koordinasi pada tingkat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan pihak terkait. 10. Keberlanjutan, yaitu dalam pelaksanaan program atau kegiatan penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara harus mampu menumbuhkan kesadaran dan semangat dalam memanfaatkan memelihara, melestarikan, menguatkan dan mengembangkan hasil yang dicapai secara terus menerus. C. Kewenangan Pembagian tugas dan kewenangan antara pemerintah dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan kegiatan pelaksanaan bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara adalah sebagai berikut: 1. Kementerian Sosial: a. Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan bantuan stimulan UEP, dan RS- RTLH. b. Mengalokasikan Anggaran Bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH c. Menyiapkan buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Bantuan stimulan UEP, dan RS-RTLH. d. Menetapkan kabupaten yang menjadi lokasi penerima manfaat bantuan penanganan fakir miskin wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara. e. Melakukan penjajakan lokasi, verifikasi dan pemetaan kebutuhan bersama Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten. f. Menetapkan penerima manfaat bantuan stimulan UEP, dan RS-RTLH. g. Melakukan seleksi dan penetapan pendamping sosial. h. Melaksanakan sosialisasi program. i. Melaksanakan penguatan kapasitas pendamping. j. Melaksanakan bimbingan teknis penerima manfaat bantuan. k. Menyediakan honor atau insentif pendamping. l. Menyalurkan dana bantuan stimulan UEP, dan RS-RTLH serta dana operasional kabupaten. m. Melaksanakan kegiatan supervisi, monitoring dan evaluasi. n. Menyusun Rancangan Anggaran Biaya (RAB) untuk dana operasional kabupaten. 11

12 2. Dinas Sosial Provinsi: a. Memberikan rekomendasi atas usulan Dinas Sosial Kabupaten tentang pelaksanaan bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH b. Mendampingi petugas pusat dalam pelaksanaan kegiatan penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara. 3. Dinas Sosial Kabupaten: a. Melaksanakan verifikasi dan validasi data yang bersumber dari Basis Data Terpadu (BDT) untuk calon penerima manfaat bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH. b. Mengusulkan calon penerima manfaat bantuan yang dilengkapi dengan by name by address, dan by needs, calon penerima manfaat bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH. c. Bertanggun jawab terhadap kebenaran data penerima manfaat bantuan yang telah diusulkan kepada Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, dengan melampirkan Surat Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM). d. Melakukan bimbingan teknis kepada penerima manfaat bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH. e. Melakukan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan. f. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban dana operasional dan pelaksanaan kegiatan penanganan fakir miskin kepada Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara. Laporan yang akan dikirimkan, juga melampirkan bukti-bukti pengeluaran dana operasional kegiatan. g. Menyampaikan laporan pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH kepada Menteri Sosial cq. Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara. 12

13 BAB III MEKANISME PELAKSANAAN A. Prosedur Pengusulan Bantuan Stimulan Proses pengusulan bantuan stimulan untuk penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara dilakukan secara berjenjang mulai dari kabupaten. Sebelum kabupaten melakukan usulan kepada Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara terlebih dahulu dilakukan verifikasi data calon penerima manfaat bantuan pada tingkat desa dengan data yang bersumber dari BDT. Adapun prosedur pengusulan bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini: Kemensos c.q. Dit. PFM PPK-PAN Menetapkan SK Penerima C A S H T R A N S F E R Penjajagan & Verifikasi Dinsos Kabupaten Kec/Desa Dinsos Provinsi Penerima manfaat bantuan berdasarkan usulan/proposal individu, kelompok, orsos masyarakat, lembaga Memberikan rekomendasi Tembusan dari Dinsos Kabupaten Gambar 2: Prosedur Pengusulan Bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH B. Tahapan Kegiatan 1. Persiapan Kegiatan Persiapan dilaksanakan oleh Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten. Tahapan persiapan kegiatan meliputi: a. Identifikasi dan Seleksi Identifikasi dan Seleksi adalah kegiatan untuk memastikan calon penerima manfaat bantuan stimulan UEP, dan RS-RTLH. b. Orientasi dan Observasi 13

14 Orientasi dan Observasi adalah kegiatan berupa pengamatan secara umum untuk mengetahui potensi dan sumber daya yang tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan bantuan stimulan UEP, dan RS-RTLH. c. Bimbingan Sosial Dasar Bimbingan Sosial Dasar adalah suatu kegiatan untuk memberikan motivasi, pengetahuan dan keterampilan kepada calon penerima manfaat bantuan, agar memiliki kesiapan untuk memanfaatkan pengelolaan bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH. 2. Pelaksanaan Kegiatan Untuk melaksanakan kegiatan Penanganan fakir miskin pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara ini dilakukan berbagai tahapan kegiatan sebagai berikut: a. Penetapan Lokasi Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara berdasarkan rencana strategi Kementerian Sosial menetapkan lokasi penanganan fakir miskin secara periodik yang akan dicapai setiap tahun. Penetapan lokasi Kabupaten mempertimbangkan jumlah angka kemiskinan, dukungan dari Pemerintah Kabupaten/Dinas Sosial dan ketimpangan sosial yang ada yang bersumber dari BDT. b. Rapat Koordinasi Tindak lanjut dari penetapan lokasi Kabupaten untuk sasaran penanganan fakir miskin dilakukan kegiatan rapat koordinasi penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara. Peserta Rakor ini adalah Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi, Dinas Sosial Kabupaten dan Bappeda Pemerintah Kabupaten. Tujuan dari Rakor ini adalah untuk menetapkan finalisasi lokasi kegiatan yang meliputi Kecamatan dan desa berdasarkan alokasi penerima manfaat bantuan yang ditetapkan, misalnya untuk 1 Kabupaten 2 Kecamatan dan setiap Kecamatan paling banyak 4 Desa. 14

15 Gambar 3: Foto Bersama Menteri Sosial dan Dirjen Penanganan Fakir Miskin pada saat kegiatan Rapat Koordinasi c. Seleksi Pendamping Pendamping merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan program penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara. Hal ini dikarenakan melalui peran mereka, keberhasilan program penanganan fakir miskin dapat tercapai. Oleh karena itu, agar memperoleh pendamping yang professional dan memiliki kemampuan serta kualitas yang memadai maka Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara melakukan seleksi pendamping. Pendamping bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH yang lulus seleksi lebih diutamakan berasal dari masyarakat setempat, karena dapat mengetahui keadaan dan kehidupan penerima manfaat bantuan. Gambar 4: Seleksi wawancara pendamping di Kab. Banggai Laut Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah 15

16 d. Pemantapan Pendamping Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pendamping, maka dilakukan pemantapan yang terkait dengan materi tugas-tugas pendampingan yang harus dilaksanakan. Gambar 5. Pemantapan Pendamping Tahun 2016 e. Penjajakan Lokasi Penjajakan lokasi bertujuan untuk: 1) memastikan data calon penerima manfaat bantuan yang telah dikirim oleh Dinas Sosial Kabupaten Direktorat kepada Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara berdasarkan hasil kesepakatan pada Rapat Koordinasi Teknis yang Gambar 6 : Petugas Pusat sedang melakukan penjakan lokasi telah dilaksanakan yang meliputi: kecamatan, desa dan target sasarannya. 16

17 2) untuk mengetahui dukungan dan kesiapan Dinas Sosial Kabupaten. 3) untuk mengetahui potensi dan sumber daya yang bisa dikembangkan. f. Penetapan Penerima Bantuan Tindak lanjut dari penjajakan lokasi yang sudah dilakukan selanjutnya menetapkan penerima bantuan stimulan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara sesuai form terlampir g. Diskusi Fokus Terpadu Kegiatan ini untuk membangun sinergi dan keterpaduan di tingkat kabupaten dalam upaya penanganan fakir miskin secara berkelanjutan khususnya pengelolaan bantuan stimulan UEP yang dilaksanakan penerima manfaat secara berkelanjutan dan peningkatan kualitas perbaikan rumah tidak layak huni. Kegiatan ini fasilitasi Dinas Sosial yang menghadirkan pejabat dari SKPD seperti Bappeda, Dinas Kesehatan, Pendidikan, Dukcapil, PMD, Peternakan, Perikanan/Kelautan, PU, Pertanian, Camat dan Kepala Desa yang menjadi lokasi kegiatan. Berikut keterlibatan SKPD dalam penanganan fakir miskin di daerah dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini: Gambar 7: Keterlibatan SKPD dalam Penanganan Fakir Miskin 17

18 Gambar 8: Kasubdit Bantuan Stimulan dan Penataan Lingkungan sedang menjadi narasumber pada saat FGD h. Bimbingan Teknis Penerima Bantuan 1) Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penerima manfaat bantuan maka diberikan bimbingan teknis yang berkaitan dengan usaha yang akan dikelola. 2) Pengembangan usaha melalui bimbingan teknis ini dilaksanakan dengan menggali sumber dan potensi yang dimiliki oleh penerima manfaat bantuan dan juga ketersediaan sumber daya yang ada di lingkungannya. 3) Pelaksanaan bimbingan teknis difasilitasi oleh Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara Gambar 9 : Kasubdit Pendampingan dan Pemberdayaan sedang memberikan motivasi kepada penerima manfaat selama 1 hari, dan bimbingan teknis selanjutnya dilaksanakan oleh pendamping secara berkala sesuai dengan jumlah dampingannya. 4) Pelaksanaan bimbingan teknis ini dilakukan dengan melibatkan Dinas Teknis terkait di kabupaten yang relevan dengan pengelolaan usaha yang dipilih dan dikembangkan oleh penerima manfaat bantuan, 18

19 seperti Dinas Sosial, Dinas Peternakan, Dinas Perindustrian, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan dan Kelautan. i. Penyaluran Bantuan 1) Sudah tersedia data penerima manfaat pada Dinas Sosial Kabupaten sesuai dengan kriteria yang ada pada BDT (Lampiran 2 terlampir) 2) Pendamping melakukan verifikasi terhadap data BDT Gambar 10: Persiapan Penyaluran Bantuan di Kabupaten Aceh Barat dan melaporkan hasilnya ke Dinas Sosial Kabupaten (Lampiran 3 terlampir) 3) Dinas Sosial Kabupaten melaporkan hasil verifikasi pendamping ke Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara (Lampiran 4 terlampir). 4) Tim Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara melakukan penjajakan calon penerima manfaat bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH. 5) Sesuai hasil penjajakan selanjutnya Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara menetapkan Surat Keputusan Penerima Manfaat Bantuan Stimulan UEP dan RS- RTLH yang selanjutnya dibuatkan pengajuan Surat Perintah Membayar atau Surat Perintah Pencairan Dana ke KPPN. 6) Kementerian Keuangan melalui KPPN mentransfer dana bantuan stimulan berdasarkan SP2D ke rekening penampungan. 7) Atas perintah Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara, Bank penyalur mentransfer dana bantuan stimulan ke rekening penerima manfaat sesuai dengan pagu bantuan. Selanjutnya Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara memberitahukan Dinas Sosial Kabupaten bahwa dana bantuan telah masuk ke rekening penerima manfaat. 19

20 8) Penerima manfaat mencairkan dan memanfaatkan dana bantuan yang difasilitasi oleh pendamping. Setelah penerima manfaat membelanjakan/menggunakan dana bantuan, pendamping melaporkan ke Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara dengan dilampiri bukti-bukti pembelanjaan. 3 Pelaporan KEMENSOS/DIT PFM Pesisir, PPK & PAN 4 SPM/SP2D 5 Pelaporan Kemenkeu /KPPN 6 BANK Rekening Penampungan & Buka Rek. DINSOS Verifikasi data & Monev Bank Cabang 7 2 Pendamping Pelaporan Pendampingan 1 Penerima manfaat bantuan (BANTUAN STIMULAN Pencairan Bansos Penyaluran. Bansos 8 Gambar 11: Mekanisme Penyaluran Bantuan Stimulan UEP dan RS-RTLH j. Monitoring dan Evaluasi 1) Monitoring dilaksanakan oleh Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara yang difasilitasi oleh Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten. Kegiatan monitoring ini ditujukan agar proses pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Gambar 12. Monitoring pemanfaatan bantuan di Kab. Pekalongan Jawa Tengah 20

21 2) Evaluasi dilaksanakan oleh Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara, Dinas Sosial Provinsi, Dinas Sosial Kabupaten, dan pendamping secara bersama-sama, baik melalui APBN maupun APBD. k. Pelaporan 1) Pelaporan dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban penerima manfaat terhadap pemanfaatan dana bantuan stimulan UEP dan RS- RTLH. 2) Pelaporan dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kabupaten ke Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara secara berjenjang. 21

22 BAB IV BANTUAN STIMULAN USAHA EKONOMI PRODUKTIF (UEP) A. Tujuan Tujuan pelaksanaan bantuan stimulan UEP yaitu : 1. Pemberian modal usaha penerima manfaat. 2. Memberikan aksesibilitas pengembangan yang dimiliki. usaha 3. Menambah pendapatan / penghasilan penerima manfaat. keluarga 4. Membangun kemandirian usaha penerima manfaat. 5. Meningkatkan hubungan sosial yang semakin harmonis di dalam keluarga. B. Kriteria Kriteria penerima manfaat bantuan stimulan UEP, yaitu : Gambar 13 : Penerima manfaat bantuan stimulan UEP memanfaatkan dana bantuan untuk usaha warungan 1. Fakir miskin yang terdaftar di Basis Data Terpadu (BDT) pada Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kessos), Kementerian Sosial RI. 2. Fakir miskin yang sudah maupun belum pernah mendapatkan bantuan lain dari pemerintah seperti PKH, KIS, KIP, Rastra maupun KKS. 3. Memiliki KTP / KK / Surat Keterangan Domisili. 4. Memiliki keinginan berusaha dan belum pernah mendapat bantuan stimulan usaha serta memiliki potensi dan keterampilan dalam melaksanakan bantuan stimulan UEP. 5. Usia tahun dan masih produktif. 6. Sebagai Kepala Keluarga. 7. Fakir miskin yang tidak terdaftar dalam BDT tetapi masuk dalam kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu mengacu pada Permensos Nomor 146 Tahun Dinas Sosial Provinsi maupun Kabupaten dapat mengusulkan data fakir miskin ke Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kessos) Kementerian Sosial ( untuk selanjutnya diproses. 22

23 C. Hak Dan Kewajiban Fakir Miskin yang masuk dalam data BDT dan memenuhi kriteria penerima manfaat bantuan stimulan UEP akan mendapatkan bantuan stimulan UEP dari pemerintah untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Penerima manfaat harus memenuhi kewajiban secara tertulis berupa pertanggungjawaban dari usaha yang dijalaninya. Berikut hak dan kewajiban penerima manfaat bantuan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 1: Hak dan Kewajiban Penerima Manfaat Bantuan Hak Kewajiban 1. Menerima dana bantuan 1. Mengikuti layanan pendampingan secara stimulan UEP sebesar Rp. sungguh-sungguh ,- dan 2. Mengikuti dan mentaati semua ketentuan menggunakan dana yang sudah disepakati. tersebut dengan sebaikbaiknya untuk modal usaha. bantuan stimulan UEP. 3. Membuat proposal pemanfaatan dana 2. Mendapat bimbingan teknis 4. Memanfaatkan dana bantuan modal tentang pengelolaan dana usaha dengan penuh tanggung jawab. bantuan stimulan UEP yang 5. Melakukan pencatatan dan pelaporan diterima. pengelolaan dana bantuan stimulan UEP. 3. Mendapatkan layanan 6. Membangun kemitraan dengan berbagai pendampingan dari pihak. pendamping sosial minimal 7. Memanfaatkan penghasilan untuk selama periode yang meningkatkan pendapatan anggota dan ditetapkan. keluarganya. 4. Mengelola dana bantuan 8. Membentuk kelompok penerima manfaat stimulan UEP sesuai dengan bantuan stimulan UEP sebagai wadah kebutuhan dan pembinaan keterampilan penerima 9. Membentuk Iuran Kesejahteraan Sosial manfaat bantuan. (IKS) dalam kelompok. D. Pengelolaan Bantuan Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengelolaan bantuan stimulan UEP yang diterima, yaitu: 1. Pelaksanaan bantuan stimulan UEP dapat dikembangkan melalui satu atau beberapa jenis usaha, sesuai dengan minat, serta potensi dan sumber yang ada di lingkungannya. 23

24 2. Pemilihan jenis bantuan stimulan UEP yang akan dijalankan diserahkan sepenuhnya kepada penerima manfaat bantuan. 3. Pengelolaan bantuan stimulan UEP dapat dilakukan secara individu dan/atau kelompok. 4. Dalam pengembangan jenis bantuan stimulan UEP, penerima manfaat bantuan dapat bekerja sama dengan pihak lain. 5. Pemanfaatan dana bantuan stimulan UEP didukung dengan bukti-bukti pembelian bahan baku, pencatatan, dan dokumen lain. 6. Pelaksanaan dan pengelolaan bantuan stimulan UEP diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat di sekelilingnya secara berkelanjutan. E. Jenis Usaha Penerima manfaat bantuan dapat memanfaatkan dana bantuan stimulan UEP untuk melakukan usaha, diantaranya: 1. Perikanan (budidaya lele, budidaya nila, budidaya patin, budidaya udang, budidaya bandeng, produksi garam, budidaya rumput laut, budidaya kerang, dll) 2. Jasa (cuci perahu, pariwisata, tambal ban, bengkel sepeda, bengkel motor, las / karbit, tukang sol sepatu, pertukangan kayu, dll) 3. Industri rumah tangga (anyam Gambar 14: Ternak kambing merupakan salah satu jenis usaha pemanfaatan dana Bantuan Stimulan UEP tikar, pembuatan bakso ikan, kripik ikan, pembuatan terasi, abon ikan, nugget ikan, sosis ikan, dll) 4. Peternakan (ternak kambing, ternak sapi, ternak ayam, ternak bebek, ternak burung, dll) 5. Pertanian/Perkebunan (pertanian palawija, cabe, kelapa, sayur mayur, padi, bawang batak, bawang merah, seledri, dll) 6. Perdagangan (jualan nasi, jual ikan, jual bakso, jual baju, jual minyak, dll) 24

25 F. Prosedur Penetapan Penerima Bantuan 1. Dinas Sosial Kabupaten melakukan verifikasi calon penerima manfaat bantuan stimulan bantuan stimulan UEP yang bersumber dari BDT sesuai dengan formulir verifikasi. 2. Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara melakukan penjajakan lokasi terhadap hasil verifikasi data BDT yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten. Gambar 15: Prosedur Penetapan Penerima manfaat bantuan 3. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, Dinas Sosial Kabupaten mengajukan permohonan bantuan stimulan UEP ke Kementerian Sosial cq. Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara dengan dilengkapi data lokasi, data calon Penerima manfaat bantuan stimulan UEP (By Name By Adress) dengan tembusan Dinas Sosial Provinsi. 4. Berdasarkan hasil verifikasi lapangan dan administrasi, Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan mengeluarkan Surat Keputusan Penerima manfaat bantuan. 5. Nama penerima program bantuan yang sudah ditetapkan dalam Surat Keputusan sebagaimana dalam point 4 di atas, tidak dapat diganti kecuali penerima manfaat bantuan meninggal dunia, mengundurkan diri adanya usulan pergantian dari Dinas Sosial dengan melampirkan surat keterangan (dibuat oleh kepala Dinas Sosial Kabupaten) yang menyatakan alasan pergantian ke Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara. 25

26 6. Setelah penetapan penerima manfaat bantuan, maka dilanjutkan dengan penyaluran bantuan stimulan UEP melalui transfer dana tunai ke rekening masing-masing penerima manfaat bantuan. 7. Sebelum menggunakan dana bantuan stimulan UEP, penerima manfaat bantuan akan mendapatkan bimbingan teknis. Bimbingan teknis bertujuan agar penerima manfaat bantuan dapat menggunakan dana secara optimal sesuai dengan kebutuhan dalam pengembangan usaha ekonomi keluarga. G. Pemanfaatan Dana 1. Dana bantuan stimulan UEP hanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang sifatnya mendukung peningkatan usaha keluarga. 2. Pembelian atau pemanfaatan dana bantuan stimulan UEP, harus sesuai dengan proposal dan dibuktikan dengan faktur pembelian barang atau bukti lainnya. Tidak diperbolehkan ketika dalam proposal membelikan benih, peralatan bengkel, tetapi dibelanjakan dengan yang lainnya. Contoh pemanfaatan dana bantuan stimulan UEP di antaranya adalah untuk membeli bahan mentah, atau untuk membeli peralatan utama atau penunjang pengembangan bantuan stimulan UEP. 3. Pemanfaatan dana bantuan stimulan UEP tidak diperkenankan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak terkait dengan bantuan stimulan UEP, misalnya pembelian alat tulis kantor, honorarium pengurus, transport, kegiatan partai politik dan lain-lain. 4. Setelah dana masuk rekening, paling lambat 15 hari kalender dana bantuan stimulan UEP tersebut harus sudah dimanfaatkan untuk usaha. H. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan pemberian bantuan stimulan UEP meliputi: 1. Bertambahnya modal usaha penerima manfaat bantuan stimulan UEP. 2. Bertambahnya penghasilan/pendapatan keluarga. 3. Terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga secara layak. 4. Adanya tabungan penerima manfaat bantuan. 5. Adanya Iuran Kesejahteraan Sosial (IKS). I. Pelaporan 1. Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban secara tertulis oleh penerima manfaat bantuan terhadap pemanfaatan dana bantuan stimulan UEP. Pendamping bantuan stimulan UEP akan memfasilitasi penerima manfaat bantuan dalam pelaporan bantuan stimulan UEP yang diterima. 26

27 Pelaporan pemanfaatan dana bantuan stimulan UEP dibuat dalam bentuk buku KAS, buku rekening dan kuitansi pembelian atas bahan atau peralatan sesuai dengan proposal yang telah dibuat. 2. Laporan disusun secara berkala dan berjenjang oleh pendamping yang disampaikan kepada Kementerian Sosial RI cq. Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara dengan tembusan kepada Dinas Sosial Kabupaten dan Dinas Sosial Provinsi sesuai dengan waktu yang ditentukan. Laporan akan dijadikan sebagai bahan evaluasi, pertanggungjawaban dan sebagai bahan menetapkan langkahlangkah pengambilan keputusan. 3. Format pelaporan berisi minimal aspek-aspek berikut: a. Nama penerima manfaat bantuan stimulan UEP. b. Jenis usaha yang dikelola. c. Alamat tempat usaha. d. Laporan pemasukan dan pengeluaran keuangan sesuai buku kas. e. Fotocopy transaksi buku rekening. f. Kemajuan dan hambatan. g. Dokumentasi h. Lain-lain yang dianggap perlu. 27

28 BAB V BANTUAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) A. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah: 1. Merehabilitasi atau meningkatkan kualitas rumah yang tidak layak huni menjadi layak huni. 2. Meningkatkan kenyamanan rumah tempat tinggal penerima manfaat bantuan. 3. Menumbuhkan nilai-nilai kegotongroyongan, partisipasi, kepedulian dan kesetiakawanan sosial di antara penerima manfaat bantuan dan warga masyarakat setempat. Dari uraian tujuan di atas, kegiatan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) merupakan upaya peningkatan kualitas tempat hunian. RS-RTLH dilaksanakan pada lahan mereka sendiri yang awalnya tidak layak huni menjadi layak huni, dan memenuhi standar kesehatan, keamanan dan sosial. Peningkatan kualitas tempat hunian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi pelaksanakan berbagai aktivitas sosial ekonomi dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Hal yang utama dalam pelaksanaan bantuan RS-RTLH bukan terletak pada jumlah bantuan yang diterima, melainkan bagaimana menciptakan kembali nilainilai dan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Ada beberapa nilai yang dapat dikembangkan dan dilestarikan dalam rangka pelaksanaan bantuan RS-RTLH, seperti gambar di bawah ini: Keberlanjutan Kebersamaan Gotong royong Tenggang rasa Kesetiakawanan Kejujuran Kemanfaatan Kepedulian Keadilan Swadaya Partisipasi Gambar 16: Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Bantuan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) 28

29 B. Kriteria Ada beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam menetapkan penerima manfaat bantuan RS-RTLH. Adapun kriteria dimaksud dapat dilihat dari 2 (dua) aspek yaitu kriteria penerima manfaat bantuan dan kriteria bangunan rumah. Berikut adalah kriteria pelaksanaan bantuan RS-RTLH seperti Tabel 2: Tabel 2 : Kriteria Penerima manfaat bantuan dan Bangunan Rumah Penerima manfaat bantuan 1. Data berasal dari BDT. 2. Penerima manfaat bantuan KPS/KKS, KIP, KIS, Rastra, PKH. 3. Penduduk tetap di wilayah yang menjadi sasaran RS-RTLH, dibuktikan dengan KTP/KK, Surat Keterangan Domisili. 4. Kepala Keluarga tidak mempunyai sumber mata pencaharian yang tetap atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. 5. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar secara layak. 6. Bersedia tidak menjual atau menyewakan rumah yang telah direhabilitasi minimal 5 tahun sejak menerima bantuan. Bangunan Rumah 1. Tidak permanen dan/ atau semi permanen. 2. Atap, dinding dan lantai (Aladin) dalam kondisi rusak. 3. Diutamakan rumah yang tidak memiliki fasilitas mandi, cuci, dan kakus. 4. Status tanah dan bangunan milik sendiri dan tidak dalam keadaan sengketa, bukan milik saudara atau sewa, yang dibuktikan dengan sertifikat/girik atau surat keterangan kepemilikan dari desa atas status tanah. C. Hak Dan Kewajiban Fakir Miskin yang masuk dalam data BDT dan memenuhi kriteria penerima manfaat bantuan akan mendapatkan bantuan RS-RTLH dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas rumah tinggal. Penerima manfaat bantuan RS-RTLH harus memenuhi kewajiban secara tertulis berupa pertanggungjawaban pembelian bahan-bahan bangunan perbaikan rumah. Berikut hak dan kewajiban penerima manfaat bantuan dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini: 29

30 Tabel 3 : Hak dan Kewajiban Penerima manfaat bantuan RS-RTLH Hak 1. Memperoleh dana bantuan RS- RTLH sebesar Rp ,00 per KK. 2. Mendapatkan sosialisasi dan bimbingan teknis tentang RS- RTLH. 3. Mendapatkan layanan pendampingan. Kewajiban 1. Melakukan perbaikan rumah. 2. Mengikuti layanan pendampingan secara sungguh-sungguh. 3. Mengikuti dan mentaati semua ketentuan yang sudah disepakati. 4. Membuat proposal pemanfaatan dana bantuan RS-RTLH. 5. Melakukan pencatatan dan pelaporan pengelolaan dana bantuan RS-RTLH sesuai dengan bukti-bukti pembelian bahan bangunan. 6. Membangun rumah secara gotong royong dengan masyarakat setempat. D. Sasaran Perbaikan Rumah 1. Sasaran perbaikan rumah pada kegiatan RS-RTLH dilakukan dengan skala prioritas yang meliputi rehabilitasi atap, dinding, lantai dan MCK yang tidak layak. Perbaikannya disesuaikan dengan kemampuan dana bantuan stimulan yang ada. 2. Apabila ada dukungan dari keluarga, tabungan sendiri atau dukungan lingkungan sekitar dapat menambah atau memperluas cakupan rehabilitasi rumah. E. Prosedur Penetapan Penerima Bantuan 1. Dinas Sosial Kabupaten melakukan verifikasi calon penerima manfaat bantuan RS-RTLH yang bersumber dari BDT yang juga menerima bantuan stimulan UEP sesuai dengan formulir verifikasi (Lampiran 5 terlampir). 2. Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Gambar 17: RS-RTLH dilaksanakan dengan menggunakan kearifan lokal di wilayah setempat Perbatasan Antar Negara melakukan penjajakan lokasi terhadap hasil verifikasi data BDT yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten. 30

31 3. Dinas Sosial Kabupaten membentuk kelompok dan nama kelompok calon penerima manfaat bantuan RS-RTLH yang didasarkan pada jarak tempat tinggal terdekat. Kelompok RS-RTLH terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota dengan jumlah kelompok 5 10 KK. 4. Berdasarkan hasil verifikasi dan pengelompokan calon penerima manfaat bantuan RS-RTLH, Dinas Sosial Kabupaten mengajukan permohonan bantuan RS-RTLH ke Kementerian Sosial cq. Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara dengan dilengkapi data lokasi, data calon penerima manfaat bantuan RS-RTLH (By Name By Adress) dengan tembusan Dinas Sosial Provinsi. 5. Berdasarkan hasil verifikasi lapangan dan dokumen administrasi, Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan mengeluarkan Surat Keputusan Penerima manfaat bantuan RS-RTLH. 6. Nama penerima program bantuan yang sudah ditetapkan dalam Surat Keputusan sebagaimana dalam poin 5 di atas, tidak dapat diganti kecuali penerima manfaat bantuan meninggal dunia dan mengundurkan diri, dengan melampirkan surat keterangan (dibuat oleh kepala Dinas Sosial Kabupaten) yang menyatakan alasan pergantian ke Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara. 7. Setelah penetapan penerima manfaat bantuan, maka dilanjutkan dengan penyaluran bantuan RS-RTLH melalui transfer dana tunai ke rekening kelompok penerima manfaat bantuan. 8. Sebelum menggunakan dana bantuan RS-RTLH, penerima manfaat bantuan akan mendapatkan bimbingan teknis. Bimbingan teknis bertujuan agar penerima manfaat bantuan dapat menggunakan dana secara optimal sesuai kebutuhan dalam perbaikan rumah. F. Pemanfaatan Dana 1. Besarnya dana bantuan RS-RTLH untuk 1 (satu) unit rumah sebesar Rp ,- (lima belas juta rupiah) yang digunakan untuk perbaikan atau renovasi rumah dengan prioritas kondisi atap, lantai dan dinding (ALADIN), dan sarana mandi cuci kakus (MCK) dalam rumah, dalam keadaan rusak yang telah dituangkan dalam rincian anggaran biaya dengan melampirkan bukti pembelian bahan bangunan. 2. Dana RS-RTLH yang sudah masuk dalam rekening kelompok dapat dicairkan dengan terlebih dahulu kelompok mengajukan usulan pemanfaatan dana 31

32 yang ditandatangani oleh Ketua Kelompok dan Bendahara dengan persetujuan pejabat Dinas Sosial Kabupaten. 3. Setelah dana masuk rekening kelompok, paling lambat 15 hari kalender dana tersebut harus sudah dimanfaatkan untuk perbaikan rumah. 4. Dana bantuan yang telah dicairkan dibelanjakan sesuai dengan usulan dan peruntukannya. 5. Bukti pembelian/pembelanjaan menjadi bahan dalam penyusunan laporan kegiatan kelompok. G. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan kegiatan RS-RTLH secara umum yaitu : 1. Meningkatnya kualitas rumah yang tidak layak huni menjadi layak huni. 2. Meningkatnya kenyamanan rumah tempat tinggal penerima manfaat bantuan. 3. Terwujudnya nilai-nilai kegotongroyongan, partisipasi, kepedulian dan kesetiakawanan sosial di antara penerima manfaat bantuan dan warga masyarakat setempat. H. Pelaporan 1. Pelaporan pemanfaatan dana bantuan RS-RTLH dibuat berdasarkan kuitansi pembelian atas bahan bangunan rumah sesuai dengan proposal yang telah dibuat. Pendamping memfasilitasi anggota kelompok dalam pelaporan bantuan yang diterima. 2. Laporan disusun secara berjenjang oleh pendamping yang disampaikan kepada Kementerian Sosial RI cq. Direktorat Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara dengan tembusan kepada Dinas Sosial Kabupaten dan Dinas Sosial Provinsi. Laporan akan dijadikan sebagai bahan evaluasi, pertanggungjawaban dan sebagai bahan menetapkan langkah-langkah pengambilan keputusan. 3. Format pelaporan berisi minimal aspek-aspek berikut: a. Daftar kelompok dan nama penerima manfaat bantuan RS-RTLH. b. Rincian bahan bangunan yang dibeli dan harganya. c. Kuitansi pembelian bahan bangunan rumah. d. Fotocopy transaksi buku rekening. e. Kemajuan dan hambatan. f. Dokumentasi (foto rumah sebelum, proses dan sesudah rehabilitasi). g. Lain-lain yang dianggap perlu. 32

33 BAB VI DANA OPERASIONAL DAERAH A. Tujuan Dana Operasional yang dialokasikan dalam pelaksanaan kegiatan penanganan fakir miskin pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara diberikan kepada Dinas Sosial Kabupaten yang telah ditetapkan sebagai lokasi kegiatan. Tujuan dari pemberian dana operasional ini adalah sebagai berikut: 1. Memfasilitasi Dinas Sosial Kabupaten dalam memberikan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi kepada penerima manfaat bantuan. 2. Memfasilitasi Dinas Sosial Kabupaten dalam melaksanakan koordinasi dengan dinas teknis terkait dalam rangka peningkatan kualitas pemanfaatan bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH. B. Hak Dan Kewajiban 1. Menerima dana operasional dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan penanganan fakir miskin yang meliputi dana bantuan stimulan UEP dan RS-RTLH. 2. Pemanfaatan dan pertanggungjawaban administrasi dan keuangan dana operasional ini menjadi tanggungjawab sepenuhnya Kepala Dinas Sosial Kabupaten yang menjadi lokasi penerima program. 3. Melaporkan pemanfaatan dana bantuan operasional kepada Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil Dan Perbatasan Antar Negara. 4. Dokumen pertanggungjawaban keuangan dana operasional harus dikirimkan kepada Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil Dan Perbatasan Antar Negara untuk dilakukan verifikasi, yang meliputi SPJ, laporan kegiatan dan dokumen lainnya. C. Pemanfaatan Dana Operasional 1. Kegiatan bimbingan teknis kepada penerima manfaat bantuan. 2. Honorarium pengelola kegiatan di Dinas Sosial kabupaten. 3. Kegiatan monitoring pelaksanaan bantuan stimulan. 4. Kegiatan pelaporan pertanggungjawaban pemanfaatan dana operasional. 33

34 D. Mekanisme Pencairan 1. Dana diberikan kepada Dinas Sosial Kabupaten melalui rekening atas nama Pengelola Kegiatan Penanganan Fakir Miskin Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara. 2. Pencairan dana operasional program penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara dilaksanakan dengan cara pengajuan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) oleh pejabat penandatangan SPM kepada KPPN Jakarta VII yang berdasarkan Surat Keputusan Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil Dan Perbatasan Antar Negara tentang penetapan penerima dana operasional penanganan fakir miskin wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara. 3. Atas dasar SPM-LS yang sudah disetujui, KPPN Jakarta VII melakukan pembayaran SPM-LS dan melaksanakan penyaluran dana dengan menerbitkan SP2D ke Bank Pemerintah dan langsung ditransfer ke rekening pengelola kegiatan. 4. Pencairan dana operasional dilaksanakan sesuai dengan RAB yang telah disetujui oleh Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil Dan Perbatasan Antar Negara. E. Pelaporan Dinas Sosial Kabupaten berkewajiban mempertanggungjawabkan pemanfaatan dana operasional ini sesuai dengan Rincian Anggaran Biaya yang telah ditetapkan oleh Direktur Penanganan Fakir Miskin Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan Perbatasan Antar Negara. Batas waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban pemanfaatan dana operasional paling lama bulan November dalam tahun anggaran berjalan. (Lampiran 6 terlampir) 34

35 BAB VII MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring 1. Monitoring adalah kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaan keseluruhan kegiatan penanganan fakir miskin yang meliputi bantuan stimulan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS- RTLH) secara rutin untuk mengetahui secara dini apabila ada permasalahan. 2. Hasil monitoring ini dipergunakan sebagai bahan pengambilan keputusan agar kegiatan dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan. Secara tegas, monitoring meliputi: a. Penilaian kondisi dan situasi tentang pelaksanaan kegiatan penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara mulai dari rencana kegiatan sampai dengan pelaksanaan dan pengawasannya. b. Memperkirakan akibat yang mungkin terjadi dalam penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara. c. Mengupayakan cara perbaikan kegiatan penanganan penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara yang dianggap belum tepat. 3. Monitoring dilakukan mulai dari tahap penyusunan instrumen, hingga tahap pelaksanaan kegiatan di lapangan. Kegiatan monitoring berlangsung mulai dari awal hingga selesainya kegiatan program penanganan fakir miskin di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan perbatasan antar negara, secara terusmenerus, baik melalui monitoring langsung ke lapangan maupun tidak langsung, yaitu dengan menelaah laporan dari pendamping. 4. Hasil monitoring berupa data dan informasi untuk diolah, dianalisis dan diambil kesimpulan sebagai bahan evaluasi. 5. Pelaksana Monitoring adalah: Gambar 18. Monitoring Di kabupaten Trenggalek Jawa Timur 35

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan

Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DAN SARANA PRASARANA LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DAN SARANA PRASARANA LINGKUNGAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DAN SARANA PRASARANA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pendampingan Sosial PFMP, PPK & PAN

Petunjuk Teknis Pendampingan Sosial PFMP, PPK & PAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensi, Oleh karena itu, upaya penanganan kemiskinan harus dilakukan secara Kemampuan

Lebih terperinci

ELEKTRONIK WARUNG KELOMPOK USAHA BERSAMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

ELEKTRONIK WARUNG KELOMPOK USAHA BERSAMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN ELEKTRONIK WARUNG KELOMPOK USAHA BERSAMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN DIREKTORAT PENANGANAN FAKIR MISKIN PESISIR PULAU- PULAU KECIL DAN PERBATASAN ANTAR NEGARA Arahan Presiden Rapat Terbatas Tentang Keuangan

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 6 TAHUN 2013TAHUN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan L No. 9, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. BPSU. e-warong KUBE PKH. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN PENGEMBANGAN SARANA USAHA MELALUI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.403, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. BSPS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2018 2018 TENTANG BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 54 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pe

2016, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pe No. 24, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMSOS. Kelompok Usaha Bersama. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG KELOMPOK USAHA BERSAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG I. PENDAHULUAN LAMPIRAN : NOMOR : 38 TAHUN 2011 TANGGAL : 23 DESEMBER 2011 a. Latar Belakang Salah satu program pembangunan Kabupaten Karawang adalah Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni merupakan Program

Lebih terperinci

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA - 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR 08 / Per / Dep.2 / XII / 2016 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH DALAM NEGERI DALAM BENTUK UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL, a. bahwa sumber

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 9A TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 9A TAHUN 2017 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 9A TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Hibah. Uang. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH LANGSUNG DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 60 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG KELOMPOK USAHA BERSAMA BAGI WARGA TIDAK MAMPU DAN RENTAN SOSIAL EKONOMI DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 37 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le No.1279, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Pemberdayaan. Sosial. Adat. Terpencil. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPULIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le No.940, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep. KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01/Per/Dep.3/II/2014

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG - 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN SOSIAL KEGIATAN REHABILITASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS REHABILITASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 411, 2014 KEMENSOS. Sosial. Lembaga Kesejahteraan Sosial. Lanjut Usia. Asistensi. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG ASISTENSI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN PERBAIKAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1339, 2015 KEMEN-PUPR. Perumahan Swadaya. Bantuan Stimulan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PRT/M/2015

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-19/PB/2005 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DANA BANTUAN MODAL USAHA BAGI KELUARGA

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2018 KEMENPU-PR. Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan Rumah Susun. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2018

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman

BERITA NEGARA. No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P

2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P No.187, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM (PTAI) TAHUN ANGGARAN 2014

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM (PTAI) TAHUN ANGGARAN 2014 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM (PTAI) TAHUN ANGGARAN 2014 DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARIMUN NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARIMUN NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI KARIMUN NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN REHABILITASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH) KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERMAKANAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN SOSIAL HIBAH LANGSUNG DALAM NEGERI DALAM BENTUK UANG BAGI LANJUT USIA

PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN SOSIAL HIBAH LANGSUNG DALAM NEGERI DALAM BENTUK UANG BAGI LANJUT USIA PEDOMAN PENGELOLAAN BANTUAN SOSIAL HIBAH LANGSUNG DALAM NEGERI DALAM BENTUK UANG BAGI LANJUT USIA DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI TAHUN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINANDI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5449 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 157) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG 1 2016 No.31,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantul. KELUARGA.KESEJAHTERAAN.PERANAN WANITA.Pedoman. Pemberian. Bantuan Keuangan Khusus. Kegiatan. Program.

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 1. Dasar Hukum : a. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Mengatur antara lain pemisahan peran,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBERIAN, PENYALURAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN SUMBANGAN MASYARAKAT BAGI PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN DEKONSENTRASI DAN PENUGASAN TUGAS PEMBANTUAN KEPADA DINAS SOSIAL DAERAH PROVINSI DAN DINAS SOSIAL DAERAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS DARI GUBERNUR TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN SUMBANGAN MASYARAKAT BAGI PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT Menimbang : a. BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN KEUANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN

PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu target RPJM tahun 2015 2019 Pusat Penyuluhan - BP2SDM adalah pembentukan 250 Lembaga

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2012. TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH, DAN MISKIN (GEBRAK PAKUMIS) KABUPATEN

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pengumpulan sumbangan masyarakat adalah penghimpunan dan/atau

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pengumpulan sumbangan masyarakat adalah penghimpunan dan/atau LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2015 KESRA. Sumbangan. Masyarakat. Pengumpulan. Penggunaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5677) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN SUMBANGAN MASYARAKAT BAGI PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN BANTUAN (COMMUNITY DEVELOPMENT) UNTUK MENGENTASKAN KEMISKINAN (CDMK) BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 17 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA SUBSIDI,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH, DAN MISKIN DI KABUPATEN TANGERANG

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011 LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TANGGAL 18 Januari 2011 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011 I. PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Dalam

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerj

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerj BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1557, 2017 KEMENPU-PR. Penyediaan Rumah Khusus. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN PIDIE, KABUPATEN PIDIE JAYA, DAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci