HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN STRAFIKASI SOSIAL DAN MOBILITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT. St.Marwiyah IAIN Palopo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN STRAFIKASI SOSIAL DAN MOBILITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT. St.Marwiyah IAIN Palopo"

Transkripsi

1 Volume 3 No. 1 Juni HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN STRAFIKASI SOSIAL DAN MOBILITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT St.Marwiyah IAIN Palopo Abstrak: Eksistensi pendidikan dalam kaitannya dengan proses stratikasi sosial dan mobilitas sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia dewasa dalam arti ilmu pengetahuan. Semakin tinggi ilmu pengetahuan manusia, maka mereka semakin berpeluang menduduki stratifikasi sosial yang semakin tinggi pula dalam berbagai aspeknya, demikian pula manusia yang memiliki tingkat pendidikan dan ilmu pengetahuan yang tinggi, mereka dapat mengalami mobilitas sosial ke arah yang lebih baik dalam perjalanan di pentas permukaan bumi ini. Kata Kunci: Pendidikan, Stratifikasi, Mobilisasi, Pendidikan adalah suatu aktivitas sejak adanya manusia, dan ia dapat mempengaruhui strafikasi sosial maupun mobilitas sosial dalam masyarakat. Hal itu dapat dipahami, ketika Allah swt., memberikan ketegasan kepada. para Malaikat bahwa kamu sama sekali tidak mengetahui apa yang saga ketahui. Kemudian Allah Swt., mengajarkan semua nama di atas langit dan bumi kepada Nabi Adam a.s, selanjutnya Allah swt., memerintahkan Adam a.s, mengajarkan nama-nama tersebut kepada para Malaikat (QS. (3): ). Allah swt., dalam hal ini boleh dikata sebagai pendidik pertama. yang Maha. Mutlak. Adam a.s, pada awalnya sebagai murid tunggal Allah Swt. Pada tahap berikutnya Adam a.s, menjadi guru yang kedua, sedang para Malaikat adalah murid-murid Nabi Adam a.s. materi yang diajarkannya kepada para Malaikat adalah semua nama yang ada di langit dan di bumi. Dari paparan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa semua materi pendidikan (ilmu pengetahuan) adalah milik Allah swt. Tujuan pendidikan (Islam) adalah membentuk manusia menjadi tenaga yang terampil, baik teoritis maupun praktis demi kepentingan individu dan sosial (masyarakat), bahkan untuk negara. Dalam buku Falsafah Pendidikan Islam dikatakan bahwa pendidikan bertujuan mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya dan kehidupan kemasyarakatannya serta kehidupan alam sekitarnya melalui proses pendidikan yang berdasarkan kepada nilai-nilai Islam (Hasan Langgulung, 1979 : 399). Dalam Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUD Sisdiknas, 1992 : 4). Jadi pada, dasarnya tujuan pendidikan demi kepentingan individu, sosial, kemasyarakatan dan bahkan kebangsaan.

2 Jurnal Pendidikan IQRA Salah seorang pakar pendidikan mengemukakan tiga, tujuan pendidikan yaitu; (1) Tujuan individu yang menyangkut individu melalui proses belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat; (2) Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat; (3) Tujuan profesional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu seni serta profesi dan sebagai suatu kegiatan dalam. masyarakat (M.Arifin, 1996 : 42). Kalau tujuan pendidikan adalah demi kepentingan individu dan sosial (masyarakat) maka Sosiologi, objek penelitiannya yang paling utama adalah kehidupan sosial, baru kehidupan individu. Abdulsyani mengutip buah pikirannya Soedirman yang mengatakan bahwa manusia, adalah makhluk hidup Tuhan, dilengkapi dirinya dengan kelengkapan hidup, seperti raga, ras, dan rasio serta rukun. Rukun atau hidup dengan individu lainnya secara damai, harmonis, dan saling melengkapi. Rukun adalah perangkat yang dapat mempengaruhi untuk dapat membentuk kelompok sosial yang biasa disebut masyarakat (Abdulsyani, 1997 : 25-26). Jadi individu sebagai manusia adalah makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan sesamanya. Dalam hidup bermasyarakat ada dua faktor yang bisa mempengaruhi tedadinya status sosial dalam masyarakat. Kedua faktor tersebut adalah; (1) Faktor kelahiran atau keturunan yang berlaku terus menerus, diwarisi dari generasi ke generasi; (2) Faktor pendidikan yang bisa merubah status sosial seseorang dalam masyarakat (Dwi Narwoko Bagong Suyanto, 2004 : 1370). Faktor pendidikan mempengaruhi status sosial, jauh lebih besar pengaruhnya dibandingkan faktor keturunan. Bahkan faktor pendidikan bisa menjadikan keberadaan stratifikasi sosial dalam masyarakat serta mobilitas sosial dalam masyarakat. A. Pendidikan Ary A. Gunawan telah mengutip defmisi pendidikan yang dikemukakan oleh Lengeveld, bahwa pendidikan adalah proses mendewasakan anak. Selanjutnya menurut Romo Dwijarkoro, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia muda. Menurut Ary, bahwa pada defenisi pertama, pendidikan hanya bisa dilakukan oleh orang yang lebih dewasa kepada anak-anak. Menutup kemungkinan seorang anak yang sudah pintar, bisa mengajar orang dewasa yang masih bodoh (buta huruf). Pada definisi kedua, masih dipengaruhi oleh Lengeveld sehubungan dengan adanya kata muda sebab seolah-olah orang yang sudah dewasa tidak perlu untuk diajar. Menurut Ary, pendidikan adalah merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi yang harus disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan zaman (Ary A.Gunawan, 2000 : 55). M. Arifin dalam, bukunya. Pendidikan Islam, mengemukakan tiga tujuan pendidikan yaitu; (1) Tujuan individu melalui proses belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan dunia dan akhirat; (2) Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat; (3) Tujuan profesional yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat (M.Arifin, 1996 : 42). 17

3 Volume 3 No. 1 Juni 2015 Dari beberapa pendapat pakar pendidikan tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia secara manusiawi, baik individu maupun sosial (masyarakat). Oleh karena itu, pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut bila dikaitkan dengan kehidupan sosial (masyarakat). 1. Pendidikan Salah Satu Sarana Penentu Lingkungan Sosial Pendidikan adalah sarana yang terbesar dalam menentukan lingkungan sosial. Jika seorang siswa bedumpa dengan siswa lain, maka tedadilah interaksi sosial secara individu dengan individu. Seorang guru yang sedang mengajar anak didiknya dalam kelas, akan muncul interaksi sosal secara individu dan kelompok dan jika dilaksanakan pertandingan sepak bola antar kelas, maka muncullah interaksi sosial secara kelompok dan kelompok. Jadi ketiga bentuk interaksi sosial di atas adalah merupakan hubungan antara orang perorangan, antara, kelompok-kelompok manusia maupun antara, orang-orang perorangan dengan kelompok manusia (Soerjono Soekanto, 2000: 67). Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri, Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kelakuan yang diharapkan suatu saat dia bisa bertanggungjawa terhadap lingkungannya. Sebaliknya dalam masyarakat yang sudah maju, kebanyakan perilaku dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan, atau sosialisasi informal. Bahasa kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui pendidikan informal. Jadi semakin tinggi pendididikan seseorang, maka semakin tinggilah kedudukan sosialnya dalam masyarakat, sebaliknya jika tidak ada, pendidikannya berarti kedudukannya atau status sosialnya sangat rendah dalam masyarakat. 2. Pendidikan sebagai Daya Pengubah Menyampaikan, meneruskan atau mentransmisi kebudayaan adalah tugas pendidikan, seperti tradisi nenek moyang yang diteruskan ke generasi muda. Pendidikan melalui sekolah mendidik generasi muda agar bisa menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang cepat akibat perkembangan ihnu pengetahuan dan teknologi. Dernikian pula, pendidikan melalui sekolah bertugas sebagai agent of change, lembaga pengubah. Perubahan dari negara agraris menjadi negara industri, memerlukan orientasi baru bagi sekolah kejuruan yang menyediakan tenaga kerja yang sesuai dengan kepentingan negera industri. Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan memegang peranan yang amat penting sebagai agent of change untuk membawa perubahan-perubahan sosial. Namun dalam hal norma-norma sosial seperti struktur keluarga, agama dan filsafat bangsa, pendidikan cenderung mempertahankan yang lama untuk mencegah terjadinya perubahan yang bisa mengancam keutuhan negara. 3. Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat 18

4 Jurnal Pendidikan IQRA Yang dirnaksud di sini adalah aspek-aspek kehidupan dalam masyarakat. Aspek-aspek kehidupan tersebut sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Jadi jika dikatakan perubahan masyarakat, artinya perubahan-perubahan kebudayaan yang ads dalam masyarakat tersebut. M. Arifin Noor mengutip ulasan Selosoemarjan dan Soelaiman Sumardi yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekelilingnya untuk keperluan masyarakat. Rasa yang berkaitan dengan jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan dalam arti yang luas, misalnya agama, ideologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur hasil ekspresi dari jiwa manusia sebagai anggota masyarakat. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan beripikir yang bisa meghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan, baik murni maupun terapan (M.Arifin Noor, 1999 : 55). Jadi masyarakat dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan. Kebudayaan ada jika masyarakat itu ada dan demikian sebaliknya. Kebudayaan itu ada jika ada pelatihan-pelatihan atau pendidikan dalam masyarakat. yang berbentuk nonformal dan informal atau formal. Oleh karena itu semakin maju pendidikan dalam masyarakat, semakin cepat perubahan-perubahan itu tedadi dan akan muncul pelapisan sosial dalam masyarakat. Dan jika pendidikan itu berupa sekolah kejuruan, setelah tamat nanti dan siswa-siswanya dibutuhkan pada salah satu perindustrian, maka ter adilah mobilitas sosial dari anak-anak agraris menjadi tenaga buruh pada pabrik-pabrik. B. Stratifikasi Sosial Dalam buku-buku, Ilmu Sosial Dasar dijelaskan, bahwa stratifikasi berasal dari kata Stratus yang artinya lapisan (berlapis-lapis), sehingga stratifikasi sosial berarti pelapisan masyarakat ( M.Arifin Noor, 1999 : 154). Dalam buku, Social and Cultural Mobility yang dikarang oleh Pitirdn A. Sorokin, dikatakan bahwa kata stratification berasal dari stratum jamaknya strata berarti (lapisan). Lanjut dia katakan bahwa sistem dalam masyarakat ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat, yang hidup teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang banyak dan paling berharga, berada dalam lapisan teratas. Sebaliknya prang-prang yang memiliki sesuatu yang sedikit atau sama sekali tidak ada, berada dalam lapisan terendah. Diantara lapisan teratas dan terendah ada lapisan yang ditentukan sendiri oleh mereka sendiri yang hendak mempelajari sistem pelapisan tersebut (Soerjono Soekanto, 2000 : ). Bahkan pada zaman kunopun stratifikasi sosial sudah dikenal oleh masyarakat. Filosof Aristoteles (Yunani) mengatakan bahwa dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di tengah-tengahnya (Soerjono Soekanto, 2000 : 251) Dari penjelasan-penjelasan pakar sosiologi tersebut di atas, jelas bahwa stratifikasi sosial itu ada sejak kapan manusia itu hidup berkelompok-kelompok atau bermasyarakat. Pelapisan masyarakat sangat ditentukan oleh sesuatu yang dimiliki oleh seseorang yang nilainya sangat tinggi atau rendah. Pelapisan dalam 19

5 Volume 3 No. 1 Juni 2015 masyarakat pada umumnya terdiri dari lapisan teratas dan lapisan terendah dan lapisan yang berada diantara keduanya. Berikutnya adalah bagaimana caranya untuk mengetahui golongan sosial dalam masyarakat atau pelapisan sosial. Menurut S. Nasution, untuk menentukan golongan sosial masyarakat, ada tiga metode yaitu; (1) Metode objektif, (2) Metode subyektif, (3) Metode reputasi. Metode objektif. Stratifikasi ditentukan oleh kriteria objektif, diantaranya jumlah pendapatan, pendidikan tinggi (lamanya), jenis pekerjaan. Keterangan ini bisa diperoleh ketika dilakukan senses penduduk. Contohnya penelitian (tahun 1954), di Amerika Serikat, hasilnya Dokter, Gubernur Negara Bagian, Professor, Ilmuan dan Anggota Kongres menduduki lapisan teratas. Anggota DPR dan pars guru menempati lapisan terendah. Kapten Tentara, pemain orkes dan kontraktor menempati lapisan diantara keduanya. Metode subyektif Stratifikasi ditentukan oleh anggota masyarakat masingmasing. Setiap orang ditanya, apakah dia berada di hierarki sosial yang mana, hierarki atas, rendah, atau tengah. Metode reputasi. Stratifikasi masyarakat melalui metode ini, yakni anggota masyarakatlah yang menentukan setiap orang berada pada pelapisan sosial yang mana. Apa dia berada pada pelapisan sosial tertinggi, terendah atau berada pada lapisan sosial diantara keduanya (S.Nasution, 2004 : 26-27). Kemudian bagaimana caranya mengukur pelapisan masyarakat dari segi statusnya. Menurut Pitirin Sorokin ada enam sumber tempat bisa mengukur stratifikasi sosial dari segi status yaitu; 1. Jabatan atau pekedaan. 2. Pendidikan dan luasnya i1mu pengetahuan 3. Kekayaan 4. Politis 5. Keturunan dan 6. Agama ( Dwi Narwoko Bagong Suyanto, 2004 : ). Selanjutnya dilihat dari segi sifat sistem lapisan masyarakat maka ada lapisan sosial dengan sistem sifat tertutup (closed stratification) dan ada sistem sifat terbuka (open social stratification). Sistem tertutup hanya bisa seseorang berpindah dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain dengan cars hubungan langsung pisik (kelahiran). Pada lapisan Sistem terbuka, peluang untuk naik dari lapisan rendah ke lapisan teratas sangat luas. Sebaliknya untuk jatuh dari lapisan teratas ke lapisan terendah bisa saja ter adi. Tergatung kepada sesuatu yang dimiliki (apakah kekayaan, jabatan, peker aan atau pendidikan) yang mendapat penghargaan yang tinggi dari masyarakat. Sistem pelapisan sosial yang sangat tertutup terdapat pada agama Hindu, masing-maing adalah; Brahmana, Ksatria,Waicia, dan. Sudra. Kriteria-kriteria khusus agama Hindu yang terdapat di India yaitu; a) Keanggotaan pada kasta diperoleh melalui kelahiran menurut status kasta orang tua. b) Keanggotaan kasta yang diwariskan tadi, tidak bisa berubah, kecuali ada orang yang dipecat demi keanggotaannya. c) Perkawinan harus sekasta atau bersifat endogam 20

6 Jurnal Pendidikan IQRA d) Hubungan antara kasta dengan kasta lainnya terkadang tertutup. e) Setiap anggota kasta sangat disiplin dalam menjaga batas-batas yang telah ditentukan. f) Kedudukan-kedudukan telah ditetapkan sesuai dengan pelapisan kastanya. g) Pretise suatu kasta benar-benar diperhatikan ( Soerjono Soekanto, 2000 : ). Pelapisan sosial dalam agama Hindu dengan empat bentuk kasta, antara kasata dengan lainnya sangat tertutup. Artinya tidak dibenarkan menikah atau mengadakan hubungan kasta. rendahan (Sudra) dengan kasta-kasta lainnya. Kita mencoba kcmbali ke zaman penjajahan Belanda, sistem pelapisan sosial sangat dirasakan oleh rakyat Indonesia. Abuddin Nata mengatakan bahwa salah sate tujuan Belanda mendirikan sekolah adalah mempertahankan perbedaanperbedaan sosial di kalangan elit Belanda (Eropa) dengan pribumi umat Islam (Abuddin Nata, 2003 : 15). Kemudian Sumarsono Mestoko mengatakan diskriminasi sosial (lapisan sosial) nampak sekali bila dilihat dari sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda sekolah kelas I atau sekolah Raja hanya diperuntukkan anak-anak bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka, dan para anak-anak Belanda, sedangkan sekolah kelas II yang biasa disebut Ongko Lomo, khusus untuk rakyat biasa (Soemarsono Mestoko, 1997 : 52). Selanjutnya Dody S menjelaskan pelapisan sosial yang nampak pada, sekolah-sekolah yang didirikan Belanda diantaranya; (1) Eropeesche Lagere Schoal /ELS adalah sekolah khusus ras Eropa, (2) Hollendsch Chinese Schoal, sekolah khusus ras China dan keturunan Asia Timur, (3) Holandsch Inlandsche Schoal, sekolah khusus pribumi dari kalangan ningrat, (4) Inlandsch Schoal adalah sekolah khusus pribumi untuk rakyat biasa (Dody S.Truna, 2002 : 247) Pelapisan sosial pada zaman Belanda hampir pada, semua asepk kehidupan untuk mempermudah pemerintahannya. Di samping pelapisan sosial yang berdasarkan kelahiran yang diwariskan turun temurun. Belanda jugs menciptakan pelapisan-pelapisan sosial, seperti Opu, Andi, Karaeng, Puang, dan Raja dengan tujuan untuk mempermuda pemerintahannya. Belanda jika mau memanggil pendudul suatu daerah, maka cukup dengan perintah kepada Karaeng atau Opu, maka semua penduduk bisa berkumpul. Demikian pula jika Belanda mau menghancurkan satu kerajaan maka Belanda cukup mengadu domba rajanya, maka terjadilah peperangan. C. Mobilitas Sosial Ary A. Gunawan mengutip definisi mobilitas sosial yang dikemukakan Henry Clay Smith dan Haditono. Menurut Henry, mobilitas sosial (gerak sosial) ialah gerak dalam struktur sosial dalam kaitan hubungan antara individu dengan kelompoknya (Ary A.Gunawan, 2000 : 43). Sedang menurut Haditono, yang dimaksud mobilitas sosial adalah perpindahan seorang atau sekelompok orang ke kedudukannya yang satu kekedudukan yang lain. Kedudukan bisa berarti situasi tempat, atau status ( Ary A.Gunawan, 2000 : 43). Selanjutnya menurut Horton dan Hunt, mobilitas dapat diartikan sebagai gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial 21

7 Volume 3 No. 1 Juni 2015 bisa berarti peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial (biasanya) termasuk pula segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau keseluruhan anggota kelompok (Soerjono Soekanto, 2000 : 188). Jadi mobilitas sosial adalah perpindahan status sosial, apakah secara horizontal atau vertikal, apakah secara individu atau kelompok dari satu status sosial ke status sosial lainnya. Perpindahan status sosial bisa tedadi oleh karena harts kekayaan, jabatan, pendidikan dan ilmu pengetahuan, agama atau dengan kata lain mobilitas sosial bisa terjadi sebab seseorang memiliki sesuatu yang diberi nilai tinggi sekali (penghargaan) oleh masyarakat. Namun agama (Hindu), termasuk pelapisan sosial dalam masyarakat yang sukar sekali tedadi mobilitas sosial karena antara satu kasta dengan kasta lainnya tidak boleh tedadi mobilitas sosial. Selanjutnya mobilitas sosial dapat dibagi oleh pakar Sosiologi dengan beberapa bagian. Menurut arahnya PA. Sorokin membagi mobilitas sosial ke dalam dua bagian yaitu; 1. Mobilitas horisontal (sejajar/mendatar), merupakan perpindahan dari kedudukan yang satu ke kedudukan lain yang sejajar. 2. Mobilitas vertikal, meliputi; a. Social climbing -Dari status rendah ke status yang tinggi, di mana status yang tinggi itu telah ada sebelumnya -Membentuk kelompok atas (status) baru; karena status yang lebih di atas belum ada (promosi) b. Social sinking, yang meliputi; - Dari kelompok status sosial yang tinggi kepelapisan sosial yang terendah (demosi). - Derajat kelompoknya menurun (Ary A.Gunawan, 2000 : 44-45). Menurut Horton dan Hunt, tingkat mobilitas sosial dilihat dari segi kemasyarakat, terbagi atas dua bagian, yaitu; (1). Pada masyarakat yang bersistem kelas sosial terbuka maka tingkat mobilitas sosial warga masyrakat akan cenderung tinggi, (2) Tetapi pada tingkat mobilitas sosial kelas tertutup, seperti masyarakat bersistem kasta, maka tingkat mobilitas sosial warga masyarakatnya cenderung sangat rendah dan sangat sukar diubah ( Dwi Narwoko Bagong Suyanto, 2004 : 188). Demikian pula bila dikaitkan dengan pendidikan maka pada tingkat mobilitas sosial terbuka akan mendapatkan tempat yang sangat luas. Pendidikan sangat menentukan mobilitas sosial pada tingkat yang teratas. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudahlah baginya melakukan mobilitas sosial ke tingkat yang paling teratas sebaliknya semakin rendah pendidikan seseorang maka dia melakukan mobilitas sosial ketingkat terendah. Pada tingkat mobilitas sosial yang tertutup, seperti pada masyarakat Hindu, maka mobilitas sosial sangat sukar terjadi sekalipun yang bersangkutan memiliki pendidikan yang tinggi. Menurut Pitirin A. Sorokin bahwa mobilits sosial secara vertikal dapat disalurkan lewat beberapa saluran yang terpenting sebagai berikut; 22

8 Jurnal Pendidikan IQRA 1) Melalui Angkatan Bersenjata. Dalam setiap keadaan perang, maka hukum yang berlaku adalah hukum darurat, setiap aturan yang berlaku boleh saja dilanggar demi kepentingan negara. Seluruh pasukan, jika berhasil mengalahkan musuh-mush mereka, maka mereka akan dinaikkan pangkat mereka ke tingkat teratas. Sebaliknya apabila mereka kalah dan berhasil kembali ke negara, maka pangkat mereka diturunkan. Maka tedadilah mobilitas sosial ke tingkat terendah. 2) Lembaga pendidikan. Pendidikan merupakan sarana yang ampuh untuk menjadikan manusia memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Degan ilmu dan teknologi manusai dapat mengelolah kandungan alam. ini. Maka otomatis bagi manusia yang memiliki ilmu dan teknologi dalam masyarakat sistem pelapisan sosialnya terbuka, akan naik ke pelapisan sosial tingkat teratas dan demikian sebaliknya. 3) Lembaga-lembaga keagamaan. Dalam masyarakat yang dikuasai oleh agama Hindu, lembaga agama merupakan iembaga yang statis, tidak bisa berubah. Pelapisan sosial sudah di atur dalam empat kasta yang bersifat permanen, sep- --fti Brahma, Ksatria, Waica dan Sudra. Agama Islam mempunyai peluang lugs dalam mobilitas sosial, tetapi sekedar nama saja. Derajat setiap hamba dalam Islam semuanya sama. 4) Organisasi politik. Lembaga ini merupakan tempat pertarungan untuk menciptkan keberadaan mobilitas sosial secara vertikal ke tingkat teratas. Dari rakyat biasa menjadi anggota DPR, menjadi 'Gubernur, menjadi Menteri dan akhirnya sampai ke Presiden, dengan syarat memiliki ijazah yang sah melalui pendidikan. 5) Organisasi ekonomi. Lembaga ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahaan maupun dalam bidang jasa, sangat terbuka bagi aggotaanggotanya untuk melakukan mobilitas sosial secara vertikal. Tergantung masing-masing profesi apa yang dimiliki berkaitan dengan ekonomi (Dwi Narwoko Bagong Suyanto, 2004 : ). Jadi kelima saluran mobilitas sosial bisa terjadi bila diusahakan melalui pendidikan terkecuali masyarakat yang dikuasai agama Hindu dimana pelapisan masyarakat tersediri dari kasta yang berdasarkan kepada kelahiran yang diwariskan terdiri dari generasi ke generasi tanpa melihat pendidikannya. D. Penutup Dari berbagai uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut ; 1. Pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia dalam proses belajar mengajar yang disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan zaman. a. Pendidikan dan perubahan masyarakat, tidak bisa dipisahkan, sebab pembaharuan dan kebudayaan erat sekali hubungannya. Pembaharuan di lakukan melalui kebudayaan dengan latihan-latihan pada tempat pendidikan informal dan non formal serta pendidikan formal di sekolahsekolah. b. Pendidikan adalah agent of change (lembaga pengubah). Pada masyarakat primitif lembaga pendidikan formal belum ada, sehingga masih ada 23

9 Volume 3 No. 1 Juni 2015 keterlambatan-keterlarnbatan di berbagai apek kehidupan. Sebaliknya, pada, masyarakat, modern segala, lembaga pendidikan sudah ada, sehingga masyarakat mengalami, kemajuan-kemajuan di berbagai aspek kehidupan. c. Pendidikan adalah penentu lingkungan sosial. Pada masyarakat yang tertutup, seperti masyarakat yang dikuasai agama Hindu akan terjadi jurang pemisah antara kasta yang bisa sekolah dengan kasta yang tidak bisa sekolah. Pada kasta yang bisa sekolah berada pada pelapisan sosial teratas dan demikian sebaliknya. Namun pada masyarakat terbuka, pelapisan sosialnya pada tingkat teratas, sebab mereka maju karena pendidikan. 2. Keberadaan stratifikasi sosial, sejak adanya manusia, baik secara individu maupun secara kelompok. Stratifikasi sosial dalam masyarakat sangat ditentukan oleh sesuatu yang banyak dan mendapat penilaian yang tinggi dari masyarakat. a. Untuk mengetahui pelapisan sosial dalam masyarakat, kita dapat melakukannya dengan metode obyektif, subyektif dan metode reputasi. b. Pelapisan sosial dapat diukur melalui statusnya seperti kekayaan, ilmu pengetahuan dan pendidikan, jabatan/pangkat, politik, keturunan dan agama. 3. Mobilitas sosial adalah perpindahan seseorang individu/atau kelompok dari pelapisan sosial masyarakat ke pelapisan sosial yang lain. Baik secara horisontal maupun vertikal. a. Mobilitas sosial secara vertikal terdiri dari social climbing dan social sinking. b. Mobilitas sosial bisa disalurkan melalui; Agkatan Bersenjata, lembaga pendidikan, lembaga Keagamaan, lembaga politik dan organisasi ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani. Sosiologi, Skematika, Teori dan Terapan. Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, Gunawan, Ary A. Sosiologi Pedidikan. Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, Langgulung, Hasan. Falsafah Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, Mestoko, Sumarsono. Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman. Jakarta: DIKPIKBUD, RI, Narwoko I. Dwi, Bagong Suyanto. Sosiologi, Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Prenada Media, Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Cet. III; Jakarta: PT. Bumi Aksara, Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa, Noor, M. Arifin. Ilmu Sosial Dasar. Cet. II: Jakarta: PT. Pustaka Setia, Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Cet. XYIX; Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada,

10 Jurnal Pendidikan IQRA Truna, Dody, S. Pranata Islam di Indonesia. Ciputat: tp, Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional UU. RI. NO. 2 Tahun Jakarta: Sinar Grafika,

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari Stratifikasi sosial muncul karena adanya sesuatu yang dianggap berharga dalam masyarakat. Pitirim Sorokin Sistem stratifikasi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu harapan bangsa dimana nantinya remaja diharapkan dapat meneruskan nilai-nilai perjuangan

Lebih terperinci

Bimbel Online SMA Alfa Centauri Kls XI IIS 22-Agustus Sosiologi -

Bimbel Online SMA Alfa Centauri Kls XI IIS 22-Agustus Sosiologi - Bimbel Online SMA Alfa Centauri Kls XI IIS 22-Agustus-2017 - Sosiologi - 1. Perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat disebut... a. pengendalian sosial b. diferensiasi sosial

Lebih terperinci

Stratifikasi Sosial Masyarakat Petani

Stratifikasi Sosial Masyarakat Petani Stratifikasi Sosial Masyarakat Petani SYAYID NURROFIK ( APRILIANI DWI HASTUTI ( NIRWANDA FAJARINO ( RIZKI HARIYANDI ( DIKA FERDIYANTO ( ANGGUN CAHYA D.H ( INDRA WIBOWO ( Apa itu Stratifikasi Sosial? Stratifikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Nelayan Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL DAN DIFERESIASI SOSIAL

STRATIFIKASI SOSIAL DAN DIFERESIASI SOSIAL VIII STRATIFIKASI SOSIAL DAN DIFERESIASI SOSIAL Pengertian Stratifikasi Sosial Gejala penggolong-golongan manusia berdasarkan kriteria sosial secara vertikal merupakan gejala yang telah lazim di setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL

PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL Mobilitas Sosial PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL Mobilitas social dapat diartikan juga sebagai gerak social atau dalam katagori lain dapat disebut sebagai perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan

Lebih terperinci

BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT 1. PELAPISAN SOSIAL a. Pengertian : stratifikasi atau stratification berasal dari kata strata atau stratum yang berarti lapisan. Definisi stratifikasi/ pelapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan adalah bagian dari proses kehidupan bernegara, yang mana visi dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang saat ini, akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan masa depan dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

Pengaruh Pendidikan terhadap terbentuknya Stratifikasi Sosial

Pengaruh Pendidikan terhadap terbentuknya Stratifikasi Sosial M A K A L A H Pengaruh Pendidikan terhadap terbentuknya Stratifikasi Sosial Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : SOSIOLOGI PENDIDIKAN Dosen : Dr. H. Thomas Widodo Disusun oleh : AJIZ SULAEMAN NPM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Suatu lembaga pendidikan akan berhasil menyelenggarakan kegiatan jika ia dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. 1 Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. mereka yang menganut agama Hindu yang berdomisili di Banjarmasin mengenai

BAB IV ANALISIS. mereka yang menganut agama Hindu yang berdomisili di Banjarmasin mengenai BAB IV ANALISIS Setelah melakukan penelitian secara langsung kepada para reponden, yaitu mereka yang menganut agama Hindu yang berdomisili di Banjarmasin mengenai konsep Catur Warna dalam agama Hindu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap bentuk aspek kehidupan manusia baik pribadi, keluarga, kelompok maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini merupakan permasalahan yang perlu segera diselesaikan. Berbagai tayangan televisi yang saat ini

Lebih terperinci

Jika dilihat dari kenyataan, maka Individu dan Masyarakat adalah Komplementer. dibuktikan bahwa:

Jika dilihat dari kenyataan, maka Individu dan Masyarakat adalah Komplementer. dibuktikan bahwa: Pengertian Pelapisan Sosial Kata stratification berasal dari kata stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan. Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu menginginkan dan mendambakan kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu menginginkan dan mendambakan kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu menginginkan dan mendambakan kehidupan yang layak serta terhindar dari berbagai masalah. Masalah yang dihadapi setiap orang sangat bervariasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UUD 1945.melalui pendidikan manusia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. UUD 1945.melalui pendidikan manusia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu pilar utama pembangunan bangsa oleh karena itu banyak harapan yang disandarkan pada dunia pendidikan.sebagai salah satu upaya memanusiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang Hindu. Agama ini juga

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang Hindu. Agama ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk India. Agama ini dinamakan Hindu, karena di dalamnya mengandung adatistiadat, budi pekerti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Oleh karena itu pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia. Para ahli pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Sosiologi Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan kata Yunani logos yang berarti kata atau berbicara, jadi sosiologi adalah berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, secara fitrah manusia telah dibekali potensi untuk tumbuh dan berkembang serta mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

Modul ke: Sosiologi STRATIFIKASI SOSIAL II. Fakultas Psikologi. Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Sosiologi STRATIFIKASI SOSIAL II. Fakultas Psikologi. Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T. Program Studi Psikologi. Modul ke: Sosiologi STRATIFIKASI SOSIAL II Fakultas Psikologi Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SIFAT STRATIFIKASI SOS Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Social

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL BAB V STRATIFIKASI SOSIAL 6.1 Pengantar Stratifikasi merupakan karakteristik universal masyarakat manusia. Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat diferensiasi sosial dalam arti, bahwa dalam masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya.

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL. Oleh: Lia Aulia Fachrial, M.Si

STRATIFIKASI SOSIAL. Oleh: Lia Aulia Fachrial, M.Si STRATIFIKASI SOSIAL Oleh: Lia Aulia Fachrial, M.Si Pengantar Selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai sistem pelapisan sosial (Social Stratification) Kata Stratification berasal dari stratum lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci untuk mencapai kesejahteraan, tentunya langkah utama harus diawali dengan belajar lebih giat baik melalui pendidikan formal atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Budaya Feodalisme Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu berorientasi pada atasan, senior, dan pejabat untuk menjalankan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA 0 EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material dengan Struktur Sosial disusun oleh : DWI YANTI SARWO RINI D 0311025 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN DALAM MENGERJAKAN TUGAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 JOGOROGO NGAWI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Pendidikan sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik dalam keluarga,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut : I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut : Untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sosial Ekonomi Masyarakat Kehidupan sosial ekonomi adalah hal-hal yang didasarkan atas kriteria tempat tinggal dan pendapatan. Tempat tinggal yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB II PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB II PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAB II PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP A. Status Sosial Ekonomi 1. Pengertian PRESTASI BELAJAR Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mengamati adanya perbedaan status antarwarga baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wadah yang bertujuan untuk membentuk karakter manusia secara utuh. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, penyesuaian diri dapat menimbulkan

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan KONSEP PENDIDIKAN Imam Gunawan KONSEP MENDIDIK Mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, pendidikan memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yanti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu usaha untuk melakukan perubahan yang melibatkan seluruh anggota masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Hasil dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari Kelopok Sosial Fitri dwi lestari 2 HASRAT MANUSIA SEJAK LAHIR 1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya 2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas meliputi kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. Pendidikan memberikan

Lebih terperinci

10. Kunci : A Pembahasan : Dalam proses interaksi sosial maka harus melibatkan 2 orang atau lebih, dimana dari kedua belah pihak ada yang memberikan s

10. Kunci : A Pembahasan : Dalam proses interaksi sosial maka harus melibatkan 2 orang atau lebih, dimana dari kedua belah pihak ada yang memberikan s SOSIOLOGI 1. Kunci : D Pembahasan; metode yang digunakan oleh sosiolog tersebut adalah metode kualitatif Karena menggunakan data hasil wawancara yang tidak berbentuk angka 2. Kunci : C Pembahasan : Contoh

Lebih terperinci

MOBILITAS SOSIAL. Pertemuan Kesembilan

MOBILITAS SOSIAL. Pertemuan Kesembilan MOBILITAS SOSIAL Pertemuan Kesembilan TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM: 1. Agar mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan mobilitas sosial 2. Agar mahasiswa mengetahui bentuk-bentuk perubahan sosial TUJUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 11 TAHUN 2013 TENTANG BEBAS AKSARA AL QUR AN PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR KHUSUSNYA BAGI SISWA YANG BERAGAMA ISLAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat transisi dan menuju masyarakat modern. Perubahan itu mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa adalah pendidikan. Pada saat

Lebih terperinci

FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN NASIONAL 1 Paul Suparno

FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN NASIONAL 1 Paul Suparno 1 FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN NASIONAL 1 Paul Suparno Pengantar Apakah ada filsafat pendidikan dalam praktek pendidikan nasional kita? Untuk menjawab persoalan ini dapat dilakukan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) A. Standar Kompetensi : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas sosial

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) A. Standar Kompetensi : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas sosial PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN NON FORMAL SMA NEGERI 1 BANGUNTAPAN Ngentak Baturetno Banguntapan Bantul Yogyakarta 55197 Telepon (0274) 4436140 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang beriman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali, yang berasal dari luar maupun dari dalam. Tujuan. pembangunan sebagaimana dimuat dalam pembukaan Undang-undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali, yang berasal dari luar maupun dari dalam. Tujuan. pembangunan sebagaimana dimuat dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan adalah merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Karena pembangunan dalam suatu negara sangat sulit untuk dilaksanakan. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pengembangan manusia tidak lain adalah upaya untuk mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu dalam segenap dimensi kemanusiaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu interaksi manusia dewasa dengan anak didik dalam rangka menyampaikan ilmu pengetahuan serta keterampilan agar dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rajin pangkal pandai, itulah pepatah yang sering kita dengarkan dahulu sewaktu kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar, agar kita mempunyai semangat untuk belajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan esensial dalam kehidupan manusia, karena pendidikan, manusia dapat di bedakan dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak pengaruh era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk sosial. Dimana sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia dalam kehidupannya, yaitu manusia yang beriman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan dapat dilakukan oleh semua elemen masyarakat melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan manusia, pendidikan mempunyai peran penting dalam usaha membentuk manusia yang berkualitas. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya gerakan kepanduan dunia dipelopori oleh Robert Stephenson Smith Baden Powell yang kemudian lebih dikenal dengan Bapak Pandu Sedunia (22 Februari 1857-8

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, Untuk melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan antara golongan satu dengan golongan yang lain. Adanya golongan yang berlapis-lapis

Lebih terperinci

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Fitri Dwi Lestari ASAL USUL SOSIOLOGI Dari bukti peninggalan bersejarah, manusia prasejarah hidup secara berkelompok. ASAL USUL SOSIOLOGI Aristoteles mengatakan bahwa

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mengalami berbagai perubahan. Perubahan tersebut sebagai akibat dari berbagai usaha pembaharuan yang dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanusiakan dirinya dan orang lain. Melalui pendidikan pula manusia mudah

BAB I PENDAHULUAN. memanusiakan dirinya dan orang lain. Melalui pendidikan pula manusia mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk yang belajar juga merupakan makhluk yang dapat dan harus dididik. Melalui pendidikan, manusia diharapkan dapat memanusiakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan murabbi, mu alim dan muaddib. Kata murabi berasal dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. dengan murabbi, mu alim dan muaddib. Kata murabi berasal dari kata 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Upaya Guru PAI 1. Pengertian Upaya Guru PAI Guru sebagai pendidik dalam konteks pendidikan Islam disebut dengan murabbi, mu alim dan muaddib. Kata murabi berasal dari kata rabba-yurabbi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhlak adalah gambaran kondisi yang menetap di dalam jiwa. Semua perilaku yang bersumber dari akhlak tidak memerlukan proses berfikir dan merenung. Perilaku baik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan di Negara Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP I)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP I) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP I) Satuan Pendidikan/ Nama Sekolah Kelas/Program : XI/IPS 2 Semester : SMA NEGERI 1 SANDEN : Ganjil Tahun Ajaran : 2016/2017 Mata Pelajaran Pertemuan ke- : 5 Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak terjadi perubahan dalam kehidupan, kehidupan yang berlangsung di dunia bersifat dinamis. Namun, kita dapat mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi

Lebih terperinci