V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak
|
|
- Sudomo Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak Proses pengambilan keputusan untuk mulai ART pada bayi dan anak tergantung pada penilaian klinis dan imunologis. Agar memudahkan peningkatan pada akses universal terhadap ART, WHO menekankan pentingnya parameter klinis. Pendekatan ini bertujuan untuk memungkinkan ketersediaan pengobatan untuk semua anak yang membutuhkannya, walau diagnosis HIV adalah presumptif dan bila CD4 tidak tersedia. Namun, bila mungkin, penggunaan hasil pengukuran CD4 bermanfaat, terutama untuk keputusan mengenai permulaan terapi pada anak yang tidak begitu sakit, dan WHO mendorong program nasional untuk meningkatkan akses pada teknologi tes CD4. Pengambilan keputusan mengenai permulaan terapi terutama penting untuk anak berusia di bawah 12 bulan karena kemungkinan kematian pada anak terinfeksi HIV yang tidak diobati adalah tinggi: angka mortalitas sampai dengan 40 persen pada usia 1 tahun pernah dilaporkan (2,3, 39, 40). Keputusan mengenai kapan mulai ART juga harus meliputi penilaian lingkungan sosial anak yang mungkin membutuhkan terapi. Hal ini harus termasuk mengidentifikasikan seorang pengasuh yang jelas, yang mengerti prognosis HIV dan implikasi ART (yaitu terapi seumur hidup, ketidakpatuhan, pemberian obat, toksisitas dan penyimpanan obat). Akses pada dukungan gizi (lihat Bagian XIII) dan kelompok dukungan untuk keluarga, terutama termasuk mengidentifikasikan pengasuh sekunder (cadangan) yang diberikan informasi juga diusulkan. Status pengungkapan pada anak dan di antara keluarga juga penting saat membuat keputusan mengenai permulaan ART. Penilaian klinis anak terinfeksi HIV Klasifikasi Klinis Pediatrik WHO untuk penyakit terkait HIV baru ini diperbarui dan sekarang disesuiakan dengan sistem klasifikasi orang dewasa (Tabel 3). Tabel 3. Klasifikasi WHO penyakit klinis terkait HIV a Klasifikasi penyakit klinis terkait HIV Stadium klinis WHO Tanpa gejala 1 Ringan 2 Lanjut 3 Berat 4 a Lampiran B memberi informasi lebih lanjut mengenai peristiwa stadium dan kriteria untuk mengetahuinya. Stadium klinis adalah untuk digunakan bila infeksi HIV sudah dikonfirmasi (yaitu bukti serologis dan/atau virologis infeksi HIV). Stadium ini menginformasikan penilaian pada awal atau saat masuk perawatan HIV dan juga dapat dipakai untuk membantu pengambilan keputusan mengenai kapan harus mulai profilaksis kotrimoksazol pada anak terinfeksi HIV atau tindakan lain terkati HIV, termasuk kapan mulai, mengubah atau berhenti ART pada anak terinfeksi HIV, terutama bila CD4 tidak tersedia. Lampiran B menyediakan informasi lebih lanjut mengenai peristiwa stadium dan kriteria untuk mengetahuinya. Analisis sementara stadium WHO direvisikan yang didasari tanda klinis pada awal dan riwayat penyakit pada anak yang terlibat dalam uji coba klinis CHAP (Children with HIV Antibiotic Prophylaxis) (41) menunjukkan bahwa stadium klinis tanpa ART dapat memprediksikan mortalitas. Namun, hal ini tergantung pada kriteria kekurangan gizi dalam definisi stadium (D. Gibb, pengamatan yang belum diterbitkan, 2005). Oleh karena itu stadium klinis menunjukkan desaknya untuk mulai ART (Tabel 4). Pengobatan dengan sebuah rejiman ARV uang manjur dan efisien memperbaiki status klinis dan secara efektif memundurkan stadium klinis. Ada kebutuhkan yang mendesak untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan kriteria klinis (yaitu peristiwa stadium klinis waktu diobati) untuk kapan harus mengubah rejimen ARV bila tidak ada tes viral load (lihat Bagian X). Dokumen ini didownload dari situs web Yayasan Spiritia
2 Penilaian imunologis anak terinfeksi HIV Juga adalah mungkin untuk mengukur parameter imunologis anak terinfeksi HIV dan menilai keparahan kekurangan kekebalan (immunodeficiency) agar menuntun pengambilan keputusan mengenai permulaan ART. Hasil tes CD4 harus dipakai bergabungan dengan penilaian klinis. CD4 dan limfosit total (TLC) pada bayi yang sehat yang tidak terinfeksi HIV lebih tinggi secara bermakan dibandingkan angka yang diamati pada orang dewasa yang tidak terinfeksi dan pelan-pelan menurun menjadi angka orang dewasa pada usia kurang lebih 6 tahun; angka persentase CD4 (yaitu CD4%) mengubah lebih sedikit berdasarkan usia. Bila mempertimbangkan hasil parameter imunologis, harus juga mempertimbangkan usia. Pada anak berusia di bawah 5 tahun jumlah CD4 mutlak cenderung lebih berubah-ubah pada anak tertentu dibandingkan CD4%. Oleh karena itu, saat ini angka CD4% diperkirakan lebih bermanfaat pada anak berusia di bawah 5 tahun. Jumlah CD4 mutlak individu dan (walaupun tidak sama besar) CD4% berubahubah dan angka dapat tergantung pada penyakit bersamaan, perubahan fisiologis, waktu tes atau sifat tes. Oleh karena itu, tes berulang memberi lebih banyak informasi dibandingkan angka tunggal dan juga mencerminkan kecenderungan sesuai waktu. Bila mungkin, penilaian ini seharusnya membandingkan parameter yang sama, yaitu jumlah CD4 mutlak atau CD4%. Seperti dengan status klinis, pemulihan imunologis terjadi dengan ART yang berhasil. Bila mungkin, karena baik CD4 maupun CD4% dapat berubah-ubah, dua angka di bawah ambang sebaiknya diambil sebelum mulai ART hanya berdasarkan kriteria imunologis, terutama sebelum mulai ART pada anak tanpa gejala atau dengan gejala ringan (yaitu stadium klinis 1 atau 2) (5, 42-44). Hasil tes CD4 juga bermanfaat untuk memantau tanggapan pada pengobatan. Tingkat ambang CD4 untuk kekurangan kekebalan yang parah (yaitu di bawah 25 persen untuk bayi berusia di bawah 12 bulan, di bawah 20 persen untuk anak berusia bulan, atau di bawah 15 persen untuk anak berusia di atas 3 tahun) (Tabel 5) diambil dari data longitudinal pada bayi dan anak terinfeksi HIV, dan kecuali pada bayi berusia di bawah 1 tahun, terkait dengan risiko mortalitas dalam 12 bulan paling tinggi 5 persen (45). Harus dicatat bahwa pada bayi berusia di bawah 6 bulan CD4% atau jumlah CD4 mutlak kurang prediktif mortalitas, karena ada risiko tinggi kematian walau dengan CD4% yang tinggi (yaitu CD4 tidak lebih dari 25 persen atau 1500). Data ini berdasarkan penelitian pada anak terinfeksi HIV dalam rangkaian kaya sumber daya. Penelitian bertujuan pada mensahihkan ambang ini pada anak terinfeksi dalam rangakaian terbatas sumber daya dibutuhkan secara mendesak (i). Ambang ini juga menunjukkan tingkat untuk indikasi ART. Bila CD4% tidak tersedia, ambang CD4 mutlak dapat dipakai (yaitu di bawah 1500 untuk bayi berusia di bawah 12 bulan, di bahwa 750 untuk anak berusia bulan, atau di bawah 350 untuk anak berusia bulan). Untuk anak berusia 5 tahun ke atas, angka yang sama dengan orang dewasa, yaitu di bawah 200, dapat dipakai (Tabel 5). Anak terinfeksi HIV tanpa gejala (yaitu mereka dengan penyakit stadium klinis 1 dan 2) dapat dipertimbangkan untuk ART saat angka imunologis turun menjelang angka ambang yang disebut di atas. Harus dihindari angka tersebut menurun di bawah ambang. Harus ditekankan bahwa penyakit terkait HIV yang berat selalu membutuhkan ART, tidak memandang apakah didefinisikan secara klinis atau imunologis. Penyakit HIV lanjut juga membutuhkan permulaan ART, sekali lagi tidak memandang apakah didefinisikan secara klinis atau imunologis (lihat Tabel 3 dan Lampiran C). Namun pada anak berusia 12 bulan di atas dengan penyakit klinis HIV lanjut yang mempunyai penyakit klinis stadium 3 tertentu, termasuk TB, pneumonia interstitial limfositik, trombositopenia atau oral hairy leukoplakia, angka CD4 berguna untuk menentukan kebutuhan mendesak untuk terapi: CD4 di bawah 20% pada anak berusia bulan atau di bawah 15% atau 200 pada anak berusia 5 tahun ke atas dapat memberi kesan bahwa adalah masuk akal untuk menunda permulaan ART. Untuk anak dengan TB paru atau kelenjar, hasil tes CD4 dan status klinis dapat berguna sebagai penuntun apakah ART dibutuhkan secara mendesak atau dapat ditunda (Bagian XII). Lampiran C memberi klasifikasi imunologis baru WHO. Seperti pada pada orang dewasa terinfeksi HIV limfosit total (TLC) secara bermakna memprediksikan risiko mortalitas pada anak terinfeksi HIV (46). Ambang yang diusulkan (yaitu TLC di bawah 400 untuk anak berusia di bawah 12 bulan, di bawah 3000 untuk anak berusia bulan, di bawah 2500 untuk anak berusia 3-5 tahun, di bawah 2000 untuk anak berusia 5-8 tahun) (Tabel 6) mendefinisikan risiko mortalitas yang serupa untuk risiko berdasarkan ambang CD4 (47). Seperti dengan CD4% atau jumlah i Di AS, dengan tes virologis dilakukan secara umum pada masa setelah lahir, oleh karena nilai prediktif angka CD4 kebanyakan pakar cenderung memberi ART pada semua bayi terinfeksi HIV. V 2
3 CD4 mutlak nilai prediktif TLC untuk mortalitas pada anak yang sangat muda (yaitu di bawah usia 6 bulan) adalah kurang baik, karena mortalitas tinggi dapat terjadi walau TLC tinggi. Bila CD4 tidak tersedia, TLC dapat dipakai sebagai indikasi akan kebutuhan untuk mulai ART pada bayi dan anak berusia sampai 8 tahun dengan penyakit klinis pediatrik WHO stadium 2. Gambar pada Lampiran D menggambarkan risiko mortalitas 12 bulan pada beberapa ambang CD%, CD4 mutlak dan TLC tertentu. Tabel 4 merangkum usulan untuk permulaan ART pada bayi dan anak terinfeksi HIV tergantung pada stadium klinis dan ketersediaan tanda imunologis. Tabel 5 mendaftarkan kriteria CD4 untuk kerusakan yang parah pada kekebalan dan Tabel 6 menunjukkan kriteria TLC untuk memulai ART pada bayi dan anak. Tabel 4. Usulan untuk mulai ART pada bayi dan anak terinfeksi HIV tergantung pada stadium klinis dan ketersediaan tanda imunologis Stadium Pediatrik WHO 4 a CD4 Ketersediaan tes CD4 Usulan pengobatan berdasarkan usia [A(II)]* Di bawah 12 bulan 12 bulan ke atas 3 a 2 1 CD4 b CD4 b b Dituntun oleh CD4 d Dituntun oleh TLC d Dituntun oleh CD4 d Tidak mengobati, dituntun on CD4 untuk anak dengan TB c, LIP, OHL, trombositopenia a Menstabilkan infeksi oportunistik yang ada sebelum mulai ART. b CD4 pada awal bermanfaat untuk memantau ART walau tidak dibutuhkan untuk mulai ART. c Pada anak dengan TB paru atau kelenjar jumlah CD4 dan status klinis harus dipakai untuk menentukan kebutuhan akan ART dan waktu dimulai terkait dengan pengobatan untuk TB (lihat Bagian XII). d Lihat Tabel 5 untuk jumlah CD4 dan Tabel 6 untuk TLC. Tabel 5. Kriteria CD4 untuk kerusakan kekebalan yang berat Tanda kekebalan a Usulan mulai ART berdasarkan usia b [A(I)]* Di bawah 12 bulan bulan bulan 5 tahun ke atas CD4% c <25% <20% <15% <15% Jumlah CD4c <1500 <750 <350 <200 a Tanda kekebalan menambah pada penilaian klinis dan oleh karena itu harus dipakai bergabung stadium klinis. CD4 sebaiknya diukur setelah sudah stabil dengan kondisi akut pada awal. b ART sebaiknya dimulai dengan tingkat terendah ini, tidak memandang stadium klinis; penurunan CD4 di bawah tingkat ini meningkatkan risiko kelanjutan penyakit dan mortalitas secara bermakna. c CD4% lebih dipilih untuk anak berusia di bawah 5 tahun. V 3
4 Tabel 6. Kriteria TLC untuk kerusakan kekebalan yang berat yang membutuhkan permulaan ART; diusulkan untuk dipakai pada bayi dan anak dengan penyakit stadium klinis 2 dan bila CD4 tidak tersedia Tanda kekebalan a Usulan mulai ART berdasarkan usia b [C(II)]* Di bawah 12 bulan bulan bulan 5-8 tahun c TLC <4000 <3000 <2500 <2000 a Tanda kekebalan menambah pada penilaian klinis dan oleh karena itu harus dipakai bergabung stadium klinis. b Penurunan TLC di bawah tingkat ini meningkatkan risiko kelanjutan penyakit dan mortalitas secara bermakna. c Ada lebih sedikit data tersedia yang dapat dipakai untuk mendasari usulan mengenai penggunaan TLC untuk pengambilan keputusan pada anak berusia di atas 8 tahun. Penilaian viral load (mis. dengan memakai tingkat RNA HIV-1 dalam darah) tidak dianggap perlu sebelum memulai terapi. Karena tes viral load mahal dan rumit, saat ini WHO tidak mengusulkan penggunaannya untuk membantu pengambilan keputusan mengenai kapan mulai terapi dalam rangkaian terbatas sumber daya. Namun diharapkan akan disediakan cara yang semakin terjangkau untuk menentukan viral load agat pelengkap ini pada pemantauan pengobatan dapat dipakai secara lebih luas. Kriteria ntuk mulai ART pada bayi dan anak dengan diagnosis presumptif penyakit HIV yang parah Bila tes virologis belum tersedia, WHO dengan tuntunan dari pendapat para ahli, sudah mengembangkan kriteria klinis untuk diagnosis penyakit HIV yang parah secara presumptif dalam anak berusia di bawah 18 bulan, agar memungkinkan penatalaksanaan yang sesuai untuk anak yang mungkin terinfeksi HIV. Diagnosis penyakit terkait HIV yang parah secara presumptif membutuhkan penatalaksanaan penyakit akut yang ada secara sesuai lebih dulu, dan permulaan atau rujukan untuk penatalaksanaan infeksi HIV yang dicurigai, yang mungkin termasuk permulaan ART. Penggunaan diagnosis klinis infeksi secara presumptif pada anak berusia di bawah 18 bulan supaya dapat mulai ART harus dilengkapi dengan upaya mendesak untuk memastikan diagnosis HIV dengan tes yang terbaik tersedia secara nasional atau lokal untuk usianya, tetapi paling lambat dengan tes antibodi HIV pada usia 18 bulan. Keputusan mengenai pengobatan lanjutan harus disesuaikan pada saat itu tergantung pada hasilnya. Pada bayi dan anak yang mulai ART berdasarkan diagnosis klinis penyakit HIV yang parah secara presumptif, terapi harus dipantau secara ketat. ART harus dihentikan pada bayi dan anak bila infeksi HIV dapat dikesampingkan secara yakin dan yang tidak alig terpajan HIV (yaitu melalui ASI dari ibu terinfeksi HIV). Permulaan ART berdasarkan diagnosis klinis penyakit HIV yang parah secara presumptif tidak diusulkan untuk dipakai oleh petugas layanan kesehatan yang belum terlatih dalam perawatan untuk HIV atau penatalaksanaan ART. Penggunaan kriteria klinis untuk membuat diagnosis infeksi HIV secara presumptif tidak dibutuhkan untuk anak berusia 18 bulan ke atas karena tes antibodi memastikan status infeksi HIV-nya. Boks 1 menunjukkan kriteria untuk diagnosis klinis presumptif dan Boks 2 merangkum usulan WHO untuk mulai ART pada bayi dan anak. V 4
5 Boks 1. Kriteria klinis untuk diagnosis penyakit HIV yang parah secara presumptif pada bayi dan anak berusia di bawah 18 bulan yang membutuhkan ART bila tes virologis tidak tersedia [B(IV)]* Diagnosis penyakit HIV yang parah secara presumptif sebaiknya diambil bila: bayi dipastikan antibodi HIV-positif dan dapat diambil diagnosis adanya kondisi indikator AIDS a atau bayi bergejala dengan dua atau lebih yang berikut: - kandidiasis oral b ; - pneumonia parah b ; - sepsis parah b. Faktor lain yang mendukung diagnosis penyakit HIV yang parah pada bayi yang antibodi HIV-positif termasuk: kematian ibu baru ini terkait HIV atau penyakit HIV lanjut pada ibu: CD4% di bawah 20 c. Konfirmasi diagnosis harus dicari secepat mungkin. a Kondisi indikator AIDS termasuk tetapi tidak semua penyakit HIV klinis pediatrik stadium 4, misalnya pneumonia Pneumocystis, meningitis kriptokokal, wasting HIV, sarkoma Kaposi, TB luar paru. b Sesuai definisi IMCI: Kandidiasis oral: Plak kecil lembek berwarna putih krem sampai kuning di atas mukosa berwarna merah atau normal yang sering dapat cabut dengan digores (pseudomembranous), atau belang berwarna merah pada lidah atau lapisan mulut, biasanya nyeri atau perih. Pneumonia parah: Batuk atau sesak napas pada anak dengan pengempasan dada, stridor atau tanda berbahaya umum IMCI apa pun, yaitu lesu atau tidak sadar, tidak mampu minum atau disusui, muntah, dan adanya riwayat kejang selama penyakit saat ini; menanggapi antibiotik. Sepsis parah: Demam atau suhu badan rendah dapa bayi muda dengan tanda parah apa pun, mis. napas cepat, pengempasan dada, fontanelle yang menonjol, lesu, kekurangan gerakan, tidak makan atau mengisap ASI, kejang. c Tidak jelas seberapa sering CD4 ditekankan oleh kondisi ini pada anak tidak terinfeksi HIV. Boks 2. Rangkuman usulan WHO untuk mulai ART pada bayi dan anak 1. Bayi dan anak dengan infeksi HIV yang dipastikan (per Bagian IV) harus mulai ART bila mereka mempunyai: penyakit pediatrik stadium 4 WHO (tidak memandang CD4); penyakit pediatrik stadium 3 WHO (tidak memandang CD4, walaupun CD4 mungkin mennjadi nilai penuntun); untuk anak berusia di atas 12 bulan dengan TB, LIP, OHL atau trombositopenia, ART boleh ditunda bila CD4 tersedia dan di atas nilai ambang a untuk mulai ART; penyakit pediatrik stadium 2 WHO dan CD4 atau TLC b tidak di atas ambang a ; penyakit pediatrik stadium 1 WHO dan CD4 tidak di atas ambang a. 2. Bila tes virologis tidak tersedia untuk memastikan infeksi HIV, bayi dan anak berusia di bawah 18 bulan yang antibodi HIV-positif harus pertimbangkan untuk mulai ART bila mereka didagnosis klinis penyakit HIV parah yang presumptif c. a Nilai ambang untuk CD4 disediakan di Tabel 5. b Nilai ambang untuk TLC disediakan di Tabel 6. TLC berguna untuk pengambilan keputusan untuk bayi dan anak dengan stadium klinis 2 dan hanya dapat dipertimbangkan bila tes CD4 tidak tersedia. c Kriteria untuk diagnosis klinis penyakit HIV yang parah secara presumptif disediakan di Boks 1. V 5
X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) X. Perubahan rejimen ARV pada bayi dan anak: kegagalan terapi Kepatuhan yang kurang, tingkat obat yang tidak cukup, resistansi
Lebih terperinciMeyakinkan Diagnosis Infeksi HIV
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) IV. Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV Bagian ini merangkum usulan WHO untuk menentukan adanya infeksi HIV (i) agar memastikan
Lebih terperinciXII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) XII. Pertimbangan untuk bayi dan anak koinfeksi TB dan HIV Tuberkulosis (TB) mewakili ancaman yang bermakna pada kesehatan
Lebih terperinciHIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi
Prakata Dengan semakin banyak perempuan di Indonesia yang terinfeksi HIV, semakin banyak anak juga terlahir dengan HIV. Walaupun ada cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT), intervensi
Lebih terperinciTerapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak:
Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak: Menuju akses universal Oleh: WHO, 10 Juni 2010 Ringkasan eksekutif usulan. Versi awal untuk perencanaan program, 2010 Ringkasan eksekutif Ada
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 8 Anak menderita HIV/Aids Catatan untuk fasilitator Ringkasan Kasus: Krishna adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 bulan yang dibawa ke Rumah Sakit dari sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health
Lebih terperinciSahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Yayasan Spiritia No. 31, Juni 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Workshop Untuk Odha Perempuan Se-Indonesia Oleh Frika dan Tuti Pada bulan Mei 2004 yang
Lebih terperinciManifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo
Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut goeno subagyo Jejak-jejak HIV-AIDS di mulut Mulut adalah organ yang unik Mikroorganisme penghuni nya banyak; flora normal dan patogen Lesi mulut dijumpai pada hampir
Lebih terperinciNama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS
Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR072010031 Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Asuhan Keperawatan Wanita Dan Anak Dengan HIV/AIDS 1. Pencegahan Penularan HIV pada Wanita dan
Lebih terperinciPEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK Endang Retnowati Departemen/Instalasi Patologi Klinik Tim Medik HIV FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 15 16 Juli 2011
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus RNA berpilin tunggal. HIV menginfeksi dan membunuh helper (CD4) T lymphocytes. Sel-sel lainnya yang mempunyai protein
Lebih terperinciVI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak
ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) VI. Mulai dengan apa rejimen lini pertama yang diusulkan untuk bayi dan anak Pertimbangan untuk pengobatan dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah besar di dunia.tb menjadi penyebab utama kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) yang sangat mematikan dan merupakan penyakit infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Accquired Immunodeficiency Syndrom) adalah stadium akhir pada serangkaian abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi Human Immunodificiency
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan
Lebih terperinciBerdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus HIV (Human Immunodeficiency
Lebih terperinciPengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai?
Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? HEALTH Spiritia seri buku kecil hiv-aids 2016 Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Chris W Green Spiritia Jl. Kemiri No.10, Gondangdia,
Lebih terperinciInfeksi HIV pada Anak. Nia Kurniati
Infeksi HIV pada Anak Nia Kurniati Topik Transmisi Diagnosis Manajemen Transmisi Vertikal Kehamilan Persalinan Laktasi Horisontal Sama seperti penularan pada orang dewasa Case 1 Seorang anak perempuan,
Lebih terperinciPelatihan Pendidik Pengobatan
Yayasan Spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan Latar Belakang Kami di Spiritia sering diminta menjadi penyelenggara pelatihan Pendidik Pengobatan untuk kelompok dukungan sebaya atau organisasi lain. Walaupun
Lebih terperinciGANGGUAN NAPAS PADA BAYI
GANGGUAN NAPAS PADA BAYI Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch) Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi BATASAN Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau
Lebih terperinciMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau
Lebih terperinciSahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Yayasan Spiritia No. 28, Maret 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pelatihan Pendidik Pengobatan Lampung, 14 20 Maret 2005 Oleh Odon Bayu Pradjanto Pertengahan
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus
PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS Apakah HIV itu? HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus Penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG HIV/AIDS
INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
Lebih terperinciCheaper HIV viral load in-house assay and simplified HIV Test Algorithm
Cheaper HIV viral load in-house assay and simplified HIV Test Algorithm Agnes R Indrati Clinical Pathology dept, Hasan Sadikin hospital/ University of Padjadjaran Bandung Diperesentasikan pada: 3 rd Bandung
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2014.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Pengambilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS dapat terjadi pada hampir semua penduduk di seluruh dunia, termasuk penduduk Indonesia. AIDS merupakan sindrom (kumpulan gejala) yang terjadi akibat menurunnya
Lebih terperinciPengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?
SERI BUKU KECIL Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai? Oleh Chris W. Green Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id,
Lebih terperinciHIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia
SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan spiritia HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Buku ini adalah terjemahan dan penyesuaian dari HIV, Pregnancy
Lebih terperinciPemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP
Pemberian ARV pada PMTCT Dr. Janto G. Lingga,SpP Terapi & Profilaksis ARV Terapi ARV Penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV positif dan mencegah MTCT Profilaksis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1 Latar Belakang Penyakit human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) disebabkan oleh infeksi HIV. HIV adalah suatu retrovirus yang berasal dari famili
Lebih terperinciPemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba
Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba Dr. Muh. Ilhamy, SpOG Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Ditjen Bina Kesmas, Depkes RI Pertemuan Update Pedoman Nasional PMTCT Bogor, 4
Lebih terperinciMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 6 TINDAK LANJUT Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN
PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno Deficiency Syndrome(AIDS) saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Selama kurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merupakan penyebab dari timbulnya Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), masih menjadi masalah kesehatan utama secara
Lebih terperinciBAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV
BAGAN PENILAIAN DAN TATALAKSANA AWAL HIV Anak dengan pajanan HIV Penilaian kemungkinan infeksi HIV Dengan memeriksa: Status penyakit HIV pada ibu Pajanan ibu dan bayi terhadap ARV Cara kelahiran dan laktasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat
Lebih terperinciMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 5 TINDAK LANJUT PENDAHULUAN Ibu telah diberitahu kapan harus kembali untuk kunjungan ulang sesuai dengan klasifikasi (misalnya dalam waktu 2 hari atau 5 hari). Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin nyata menjadi masalah kesehatan utama di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. imuno kompromis infeksius yang berbahaya, dikenal sejak tahun Pada
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit imuno kompromis infeksius yang berbahaya, dikenal sejak tahun 1981. Pada tahun 1983, agen penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi
Lebih terperinciMANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program
Lebih terperinciAPA ITU TB(TUBERCULOSIS)
APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah
Lebih terperinciSahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Yayasan Spiritia No. 18, Mei 2004 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Akreditasi Fasilitas Layanan Kesehatan Oleh Babe Saya mengikuti WHO Consultation on Accreditation
Lebih terperinciHIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan
HIV AIDS 1. Singkatan dan Arti Kata HIV WINDOW PERIOD AIDS STIGMA ODHA OHIDHA VCT DISKRIMINASI 2. Mulai Ditemukan 1981 1987 1993 3. Cara Infeksi - Sex yang tidak aman - Napza suntik 4. Cara Pencegahan
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) & Acquired Immunodeficieny Syndrome (AIDS) merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Imunnodeficiency Syndrome (AIDS) HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus bersifat limfotropik khas yang
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pasien ART Rendahnya imunitas dan beratnya keadaan klinis pasien saat memulai ART mempengaruhi lamanya proses perbaikan imunologis maupun klinis pasien. Tabel 2
Lebih terperinciPeran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna
Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi
Lebih terperinciHIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan
SERI BUKU KECIL HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560 Telp: (021) 422 5163, 422 5168, Fax: (021) 4287 1866, E-mail: info@spiritia.or.id, Situs
Lebih terperinciSahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Yayasan Spiritia No. 27, Februari 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Pertemuan Odha se-jawa Oleh Siradj Okta Yayasan Spiritia baru saja menyelenggarakan
Lebih terperinciPertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas. Update pengobatan HIV. Penyembuhan. Perkembangan obat. Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas
Pertemuan Koordinasi Kelompok Penggagas Update tentang Pengobatan HIV 1. Perkenalkan diri serta pengalaman Anda. Perkenalkan sesi ini sebagai ringkasan yang sangat singkat mengenai perkembangan dalam perawatan,
Lebih terperinciTanya-jawab herpes. Apa herpes itu? Seberapa umum kejadian herpes? Bagaimana herpes menular? Apa yang terjadi saat herpes masuk tubuh?
Apa herpes itu? Herpes adalah masalah kulit yang umum dan biasanya ringan; kebanyakan infeksi tidak diketahui dan tidak didiagnosis Herpes disebabkan oleh virus: virus herpes simpleks (HSV) HSV termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di Indonesia dan hal ini sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian penderitanya.
Lebih terperinciSERI BUKU KECIL HIV & TB
SERI BUKU KECIL HIV & TB Jl. Radio IV No. 10 Kebayoran Baru, Jakarta 12130 Telp: (021) 7279 7007 Fax: (021) 726-9521 E-mail: yayasan_spiritia@yahoo.com Maret 2006 seri buku kecil HIV & TB Penyusun: Chris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS dan menyebabkan
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan neonatal dan bayi muda infeksi
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 3 Permasalahan neonatal dan bayi muda infeksi Rangkuman Kasus 3 Bayi Bambang berusia 1 minggu, dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari desanya, dengan riwayat demam
Lebih terperinciPengobatan TB pada keadaan khusus. Kuliah EPPIT 15 Departemen Mikrobiologi FK USU
Pengobatan TB pada keadaan khusus Kuliah EPPIT 15 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 a. TB pada Kehamilan Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau
I. PENDAHULUAN Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusiaakibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency
Lebih terperinciEfikasi terhadap penyebab kematian ibu
203 Efikasi terhadap penyebab kematian ibu Intervensi Efikasi (%) Perdarahan (ante partum) PONED 90 PONEK 95 Perdarahan (post partum) Manajemen aktif kala tiga 27 PONED 65 PONEK 95 Eklamsi/pre- eklamsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak didapatkan dan sering menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan
Lebih terperincispiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan TB-HIV Buku Pedoman untuk Pelatih
spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan TB-HIV Buku Pedoman untuk Pelatih Disusun oleh Chris W. Green 2014 Pendahuluan Beberapa penelitian membuktikan bahwa orang yang hidup dengan HIV-AIDS (Odha) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus Human Immunodeficiency
Lebih terperinciMeningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya
Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya Ahmad Rizal Ganiem Dept Neurologi RS Hasan Sadikin Bandung - Indonesia Meningitis Peradangan di selubung pembungkus otak dan sumsum tulang belakang (disebut
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit HIV & AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Indonesia merupakan negara di ASEAN yang paling tinggi
Lebih terperinciABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).
iv ABSTRAK HIV positif merupakan kondisi ketika terdapat infeksi Human Immunodeficiency Virus di dalam darah seseorang. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP.
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciPATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI
PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI TUBERKULOSIS DAN KEJADIANNYA Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur
Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 5 Diare Catatan untuk instruktur Fabian adalah anak usia 2 tahun yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari desa terpencil dengan diare dan tanda dehidrasi berat. Selama
Lebih terperinci2013, No.978 BAB I PENDAHULUAN
5 2013, No.978 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK BAB I PENDAHULUAN A.
Lebih terperinciPedoman Tatalaksana Infeksi
B A K T I H U S A A D Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Anak di Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Lebih terperinciinfeksi setempat hanya bila tidak Bila ya, Apakah wajahnya
MENILAI, MENKLASIFIKASI DAN MENGOBATI BAYI 0 2 BULAN (TIMOR-LESTE) TANYAKAN atau Periksa penyakit yang sangat berat (J2, J7) - Apakah bayi menyusui LIHAT - pernafasan cepat(>60/men) - Kemungkinan suatu
Lebih terperinciBAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?
BAB XXV Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? Pencegahan TB Berjuang untuk perubahan 502 TB (Tuberkulosis) merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus
Lebih terperinciPertanyaan yang Sering Diajukan (PSD) tentang Suplementasi Vitamin A
Pertanyaan yang Sering Diajukan (PSD) tentang Suplementasi Vitamin A 1. Apa yang harus saya lakukan jika anak menangis ketika diberi vitamin A? Jangan memaksa anak meminum vitamin A dan jangan memberikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinciPERANAN NON-VIRAL LOAD SURROGATE MARKER PADA PASIEN HIV(+) YANG DIMONITOR SELAMA PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL
PERANAN NON-VIRAL LOAD SURROGATE MARKER PADA PASIEN HIV(+) YANG DIMONITOR SELAMA PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epidemi HIV/AIDS sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 34 juta, jumlah
Lebih terperinciSahabat Senandika. Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha
Yayasan Spiritia No. 37, Desember 2005 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Partisipasi Spiritia dalam workshop PMI Oleh: O. Baju. Bradjanto Pada tanggal 12
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015: 121). Pada usia ini, balita masih sangat rentan terhadap berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Salah satu penyebab terbesar kematian pada anak usia balita di dunia adalah pneumonia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat. Penyakit
Lebih terperinciINFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU
INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS TAMBAR KEMBAREN Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU 1 PENGENALAN HIV(Human Immunodeficiency Virus) ad alah virus yang menyerang SISTEM KEKEBALAN tubuh
Lebih terperinciJika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.
Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciPedoman Tatalaksana Infeksi
Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV pada Anak dan terapi Antiretroviral di Indonesia Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV Pada Anak dan Terapi Antiretroviral Di Indonesia I D A I KATA PENGANTAR Keberhasilan penyebaran
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci