DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI SKRIPSI"

Transkripsi

1 DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI SKRIPSI Oleh: Ervina Galih Pradika Putri C PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2016 i

2 ii DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi Sarjana Sastra Oleh: Ervina Galih Pradika Putri C PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2016 ii

3 iii iii

4 iv iv

5 v v

6 vi vi

7 vii vii

8 viii MOTTO Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadanya, sebab Ia yang memelihara kamu I Petrus 5:7 viii

9 ix HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini peneliti persembahkan untuk : 1. Keluarga dan teman-teman yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan serta doa. 2. Bapak Bayu Aryanto, S.S., M.Hum sebagai pembimbing yang selalu mengarahkan dan memberikan masukan dalam pembuatan skripsi. 3. Teman-teman seangkatan 2011, 2012, 2013, 2014 yang selalu memberi warna selama masa-masa kuliah. 4. Almamaterku Universitas Dian Nuswantoro. ix

10 x KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi rahmat serta karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Daya Ilokusi Tindak Tutur Direktif Langsung Dalam Cerita Anak Oshiire no Bouken Karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi ini dengan lancar. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan karunia-nya sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. 2. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang, yang telah memberikan sarana dan prasarana selama masa kegiatan perkuliahan. 3. Bapak Dr. Ir. Dwi Eko Waluyo, M.M selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro 4. Bapak Bayu Aryanto, S.S., M.Hum selaku dosen pembimbing dan ketua program studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya, yang dengan setia dan sabar memberikan masukan, arahan, saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan lancar. 5. Bapak Akhmad Saifudin, S.S., M.Si selaku Dosen Wali yang telah memberikan pengarahan dan sarannya selama masa perkuliahan. 6. Pipit Sensei, Yuni Sensei, Irma Sensei, Budi Sensei, Diah Sensei, Umi Sensei, dosen Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat dan berbagi pengalaman kepada penulis. 7. Keluarga saya : Ibu dan kedua kakakku, yang telah memberikan motivasi dan kasih sayangnya. Secara khusus untuk (alm) Ayah di Surga. 8. Para Pejuang Skripsi yang selalu bersama dan saling memberikan dukungan, terima kasih atas semangat, inspirasi, dan kebersamaannya. 9. Angkatan 2012, 2013, dan 2014 atas setiap waktu dan kebersamaannya. 10. Kawanku, Nia, yang sudah mau tak geret-geret kemana-mana selama di semarang. Selalu menemani saat butuh pergi jauh, refreshing, dan jalan-jalan. 11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung terselesainya skripsi ini. x

11 xi Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis demi tersempurnanya penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan almamater serta yang berkepentingan lainnya. Semarang, 26 Februari 2016 Ervina Galih Pradika P. xi

12 xii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI... iii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... iv PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI... v HALAMAN PENGESAHAN... vi MOTTO... vii HALAMAN PERSEMBAHAN...viii KATA PENGANTAR...ix DAFTAR ISI...xi PEDOMAN TRANSLITERASI...xiii ABSTRAK...xvi ABSTRACT... xvii YOUSHI... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Pragmatik Aspek-aspek dalam situasi tuturan Tindak Tutur Identifikasi Tindak Tutur Klasifikasi Tindak Tutur Tindak Tutur Lokusi Tindak Tutur Ilokusi Tindak Tutur Perlokusi Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi Asertif Direktif Klasifikasi Direktif Tindak Tutur Direktif Langsung dan Tidak Langsung Komisif xii

13 xiii Ekspresif Deklaratif Makna Ilokusi Daya Ilokusi Felicity Conditions Kondisi Isi Proposisi Kondisi Persiapan Kondisi Ketulusan Kondisi Esensial...17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ancangan Penelitian Satuan yang Diuji Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Tindak Tutur Direktif Langsung Direktif Menyuruh Direktif Melarang Direktif Mengajak Direktif Meminta BAB V KESIMPULAN...46 DAFTAR PUSTAKA xiii

14 xiv xiv PEDOMAN TRANSLITERASI 1. Daftar suku kata penulisan huruf romawi a あア ka かカ ga がガ sa さサ za ざザ ta たタ da だダ na なナ ha はハ ba ばバ pa ぱパ ma まマ ya やヤ ra らラ wa わワ i いイ ki きキ gi ぎギ shi しシ ji じジ chi ちチ ji ぢヂ ni にニ hi ひヒ bi びビ pi ぴピ mi みミ ri りリ u うウ ku くク gu ぐグ su すス zu ずズ tsu つツ zu づヅ nu ぬヌ hu ふフ bu ぶブ pu ぷプ mu むム yu ゆユ ru るル e えエ ke けケ ge げゲ se せセ ze ぜゼ te てテ de でデ ne ねネ he へヘ be べベ pe ぺペ me めメ re れレ o おオ ko こコ go ごゴ so そソ zo ぞゾ to とト do どド no のノ ho ほホ bo ぼボ po ぽポ mo もモ yo よヨ ro ろロ kya きゃキャ gya ぎゃギャ sha しゃシャ ja じゃジャ cha ちゃチャ ja ぢゃヂャ nya にゃニャ hya ひゃヒャ bya びゃビャ pya ぴゃピャ mya みゃミャ rya りゃリャ kyu きゅキュ gyu ぎゅギュ shu しゅシュ ju じゅジュ chu ちゅチュ ju ぢゅヂュ nyu にゅニュ hyu ひゅヒュ byu びゅビュ pyu ぴゅピュ myu みゅミュ ryu りゅリュ kyo きょキョ gyo ぎょギョ sho しょショ jo じょジョ cho ちょチョ jo ぢょヂョ nyo にょニョ hyo ひょヒョ byo びょビョ pyo ぴょピョ myo みょミョ ryo りょリョ

15 xv 2. Penulisan khusus kata bantu adalah sebagai berikut: は へ を wa e wo 3. Penulisan khusus kata serapan adalah sebagai berikut: ティ ti トゥ tu ディ di デゥ du ファ fa フィ fi フェ fe フォ fo ウィ wi ウェ we ウォ wo 4. Penulisan bunyi panjang dituliskan sesuai penulisan Furigana. どうも修二きれい親しい doumo shuuji kirei shitashii 5. Penulisan ん dilambangkan dengan n. Contoh: 新聞 shinbun 今晩 すいません konban suimasen 6. っ ( っ kecil) dilambangkan dengan merangkap konsonan berikutnya, khusus っち ( っちゃ, dan っちゅ ) merupakan pengecualian. Contoh: 実際 jissai ~になっちゃって~ -ninatchatte- *-ninachatte- 7. Penulisan kata asing menggunakan cetak miring, kecuali nama orang dan kutipan yang sesuai aslinya. Contoh: sumimasen Intimate xv

16 xvi Takei Sugiyama Lebra 8. Dalam menulis nama orang Jepang, nama keluarga diletakkan di depan. Contoh : 町田京子 Machida Kyouko 土居健郎 Doi Takeo xvi

17 xvii ABSTRAK Ervina Galih Pradika Putri Daya Ilokusi Tindak Tutur Direktif Langsung Dalam Cerita Anak Oshiire no Bouken Karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi. Program Studi Sastra Jepang, Universitas Dian Nuswantoro. Semarang. Pembimbing: Bayu Aryanto. Kata Kunci : Tuturan, tindak tutur ilokusi, makna ilokusi, daya ilokusi, Felicity conditions. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan daya ilokusi tindak tutur direktif yang ada dalam cerita anak Oshiire no Bouken Karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi. Penelitian ini menggunakan teori daya ilokusi dan felicity conditions. Data penelitian ini merupakan tuturan yang diasumsikan mengandung tindak tutur direktif langsung. Penelitian ini dikhususkan pada makna direktif. Pada hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa makna ilokusi direktif dalam cerita anak Oshiire no Bouken yaitu daya ilokusi direktif: menyuruh, melarang, mengajak, meminta. xvii

18 xviii ABSTRACT Ervina Galih Pradika Putri The power of directive illocutionary speect act in the Oshiire no Bouken Child Story By Furuta Taruhi and Tabata Seiichi. Japanese Study Program, Dian Nuswantoro University. Semarang. Advisor: Bayu Aryanto. Keywords: Speech Acts, Illocutionary Acts, illocutionary meaning, illocutionary power, felicity conditions. The purpose of this study is to describe the directive illocutionary act in the Oshiire no Bouken Children Story By Furuta Taruhi and Tabata Seiichi. The data were analyzed based on the theory of illocutionary act and felicity conditions. The primary data of this study are speech act with directive illocutionary acts. This research focuses only on directive illocutionary act. The directive illocutionary acts found in Oshiire no Bouken are : order, prohibit, invite and ask. xviii

19 xix 要旨漫画 : 物語 : おしいれのぼうけん おける発話内の発話の力氏名 : エルヴィナガリプラディカプトリ学生番号 :C 卒業論文デ-タ本文 :49ページ参考文献 :1ページ添付 :40ページ研究資料 : ものがたり [ おしいれのぼうけん ] スマラン ディアンヌスワントロ大学 日本語 日本文学科 キーワード : 発話 発話内行為 発話の意味 発話の力 適切性条件 本研究は たばたせいいちとふるたたるひの おしいれのぼうけん において 子供の話における指示発話行為の力を明らかにすることを目的にしている 本研究では 適切性条件と発話の力の理論が使用されている 本研究におけるデータは直接の指示発話行為を含んでいるとかんがえられるデータであり 本研究はディレクティブの意味にも注目している 分析結果によると おしいれのぼうけん という子供の話におけるディレクティブの発語内の意味は 命令すること 禁止すること 誘うこと 頼むことのディレクティブの発話内の力であ xix

20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pragmatik adalah salah satu bagian dari ilmu linguistik. Pragmatik adalah kajian mengenai arti dalam hubungannya dengan situasi pada saat tuturan diucapkan (Leech, 1983:6). Menurut Levinson (1983:9), pragmatik adalah kajian hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau terumuskan dalam struktur bahasa tersebut. Dilihat dari bentuknya, bahasa dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk lisan dan bentuk tulis. Bahasa dalam bentuk lisan dapat dilihat dari percakapan yang diucapkan oleh pemeran yang terdapat dalam film maupun drama. Sedangkan, bentuk bahasa tulis, dapat dilihat dari cerpen ataupun novel. Pada film ataupun cerpen, terdapat pula tuturan antar tokoh. Tindak tutur (speech act) adalah gejala individu yang bersifat psikologis dan terjadinya ditentukan oleh kemampuan bahasa dari si penutur dalam menghadapi situasi. Pada waktu penutur dan mitra tutur melakukan proses komunikasi, penutur dapat melakukan tindakan meminta, memaksa, mengajak, menyarankan, mendesak, menyuruh, dan sebagainya. Tindak tutur (speech act) pertama kali dicetuskan oleh Austin. Austin membagi tindak tutur menjadi tiga, yaitu : lokusi (tindak mengatakan sesuatu), ilokusi (tindak dalam mengatakan sesuatu), perlokusi (dampak pemahaman pendengar terhadap tuturan penutur). Pada tindak tutur ilokusi masih dibagi lagi menjadi dua, yaitu tindak tutur ilokusi langsung dan tindak tutur ilokusi tidak langsung. Tindak tutur ilokusi langsung merupakan maksud tuturan yang terucap 1

21 2 oleh penutur. Sedangkan, tindak tutur ilokusi tidak langsung merupakan maksud dari tuturan si penutur yang tersembunyi. Kemudian, John R. Searle (1969) membagi daya ilokusi menjadi lima, yaitu Aserif (Assertive), Direktif (Direktive), Komisif (Comissive), Ekspresif (Ekspressive), dan Deklaratif (Declarative). Setiap tindak tutur memiliki tujuan atau arah tuturan untuk mencapai suatu tujuan, dan juga tuturan harus melihat situasi dan kondisinya. Situasi tuturan ini melihat dari sisi situasi sosial, karena terjadi di dalam masyarakat yang luas dan berbeda. Sehingga, diharapkan maksud dan tuturan dapat tersampaikan kepada mitra tutur. Perhatikan contoh data 1 berikut: Dalam tindak tutur ini yang bertindak sebagai penutur adalah Bu Guru Mizuno, sedangkan mitra tutur adalah anak-anak taman bermain kanak-kanak Sakura. Tuturan ini terjadi saat anak-anak akan berganti pakaian. Data 1 : さあ みんなきかえなさーい Saa, Minna Kikaenasa-i. Ya, Semua Ganti pakaian (Menyuruh) Ilokusi : Direktif Situasi Ini adalah taman bermain kanak-kanak yang bernama Sakura. Di taman ini, ada dua benda yang menakutkan. Yang pertama adalah lemari dinding, yang kedua adalah nenek tikus. Pada saat siang hari, dengan menggunakan boneka berbentuk nenek tikus, bu guru bercerita kepada anak-anak. Pada saat siang hari setelah selesai bercerita, Bu Guru Mizuno menyuruh anak-anak untuk berganti pakaian tidur.

22 3 Bu Guru Mizunopun berkata : Mizuno Sensei: さあ みんなきかえなさーい Isi Proposisi Persiapan Tindakan anak-anak pada masa depan. a. Anak-anak dapat melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh bu guru Mizuno, yaitu agar anak-anak segera berganti pakaian tidur. Bu guru Mizuno yakin bahwa anak-anak mampu melakukan perintah yang bu guru perintahkan. Ketulusan Esensial Bu guru Mizuno ingin agar anak-anak mengganti pakaian. Dilihat sebagai usaha dari Bu Guru Mizuno untuk menyuruh anak-anak agar segera berganti pakaian tidur. Makna Ilokusi Daya Ilokusi Direktif Menyuruh Tindak ilokusi ini merupakan tindak ilokusi direktif dengan tipe menyuruh. Oleh karena, kedudukan penutur sebagai seorang guru dan orang yang lebih tua lebih tinggi dibandingkan mitra tutur sebagai murid dan orang yang berkedudukan sebagai orang yang lebih muda, tidak ada indikasi apapun yang menunjukkan bahwa penutur membutuhkan bantuan mitra tutur sehingga penutur menyuruh mitra tutur untuk melakukan sesuatu yang dibutuhkan. Bentuk volitional dari kata なさーい (Nasai) lebih lanjut menegaskan daya menyuruh dari tindak tutur yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang daya ilokusi yang diinterpretasikan dengan teliti supaya terungkap maksud dari tindak tutur tersebut. Sebagai sumber yang dapat membantu penulis, penulis

23 4 menggunakan sebuah cerita anak yang berjudul Oshiire no Bouken karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi. Buku cerita anak ini menceritakan tentang anak-anak TK yang dihukum oleh sang guru. Kemudian, kedua anak ini, terlibat dengan petualangan yang menakutkan melawan tikus-tikus yang ada di dalam lemari dinding. Pada cerita anak ini terdapat beberapa dialog yang menggunakan jenis-jenis tindak tutur terutama tindak tutur direktif langsung. Dari uraian di atas penulis memilih judul Daya Ilokusi Tindak Tutur Direktif Langsung Cerita Anak Oshiire no Bouken Karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penulisan bagaimana daya tindak tutur ilokusi direktif cerita anak Oshiire no Bouken dapat dipahami dengan metode felicity conditional. 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penulisan skripsi ini untuk mengetahui makna tindak tutur ilokusi direktif dalam cerita anak Oshiire no Bouken yang dapat dipahami menggunakan metode felicity conditional. 1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN Dalam penulisan ini, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian yang berfokus pada tuturan-tuturan yang mengandung daya ilokusi direktif di lihat dengan menggunakan teori felicity conditions yang terdapat dalam cerita anak Oshiire no Bouken karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi.

24 5 1.5 MANFAAT PENULISAN Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana tindak tutur ilokusi dalam cerita anak Oshiire no Bouken dilihat menggunakan felicity conditional Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kebahasaan. Selain itu, dapat dijadikan sebagai referensi pada penulisan selanjutnya yang membahas tentang tindak tutur ilokusi dilihat menggunakan felicity conditional. 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat lima bab yang merupakan isi dari skripsi ini. Bab pertama memiliki susunan yang terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Pada bab kedua menjelaskan tentang tinjauan pustaka, pengertian tindak tutur, pengertian ilokusi, dan pengertian felicity conditional. Pada bab ketiga penulis akan memaparkan metode yang digunakan penulis untuk menganalisis cerita anak yang berjudul Oshiire no Bouken, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Pada bab keempat, merupakan hasil analisis dan pembahasan. Pada bab kelima berisi kesimpulan dari keseluruhan isi pada skripsi ini. Daftar Pustaka

25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN SEBELUMNYA Penelitian yang sejenis dengan penelitian yang sedang penulis teliti adalah penelitian yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa Sastra Jepang Udinus Dian Nuswantoro bernama Fendy Anggoro yang berjudul Daya Ilokusi Tindak Tutur Direktif Langsung Dalam Nada Sou Sou Karya Yagi Yasuo. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mendiskripsikan makna ilokusi tindak tutur direktif langsung dalam drama Nada Sou Sou dengan menggunakan felicity condition. Metode penelitian dari penelitian tersebut adalah dengan metode simak dengan teknik catat, yaitu penjaringan data dengan mencatat data yang disimak. Pada 10 data dalam penelitian tersebut, terdapat daya ilokusi yaitu memerintah, permintaan, menasehati, mengajak, dan permohonan. Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah sebuah drama, sehingga untuk menjelaskan data yang akan dianalisis, penulis menggunakan keterangan waktu ketika tuturan itu diucapkan oleh penutur. Penulis menemukan 67 tuturan, namun data yang digunakan adalah 10 tuturan yang mewakili semua data yang dianalisis. Penelitian tersebut membahas tentang daya ilokusi tindak tutur direktif menggunakan teori felicity conditions dari Searle. Penelitian sejenis lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Siti Mutiasyaroch mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro yang berjudul Daya Ilokusi Pada Tindak Tutur Kusakabe dalam Naskah Film Tonari No Totoro. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mendeskripsikan daya ilokusi yang dilakukan oleh tokoh Kusakabe dalam naskah film Tonari no Totoro. Penulis menggunakan 6

26 7 teori IFID s yang dikeluarkan oleh John Searle untuk menganalisis daya ilokusi. Dalam penulisan ini, penelitian hanya menggunakan tuturan yang diucapkan oleh Kusakabe. Dalam penelitian tersebut, penulis hanya menemukan empat macam daya ilokusi didalamnya yang terdiri dari tindak ilokusi Assertive, Directive, Commisive, dan Expressive, sedangkan daya ilokusi Declaration tidak ditemukan. Berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penulisan ini penulis membahas tentang daya ilokusi tindak tutur direktif dalam cerita anak Oshiire no Bouken dengan menggunakan teori felicity conditions. Selain itu, penulis juga menjelaskan empat komponen yang mengkondisikan kepatutan dalam bertindak tutur melalui felicity conditions menurut Searle. Cerita anak ini terdiri dari 79 halaman. Pada cerita anak ini ditemukan 63 tuturan dan 9 tuturan yang mewakili semua data yang dianalisis. Pada penulisan ini, penulis berfokus pada tindak tutur direktif langsung. 2.2 PRAGMATIK Pragmatik adalah salah satu bagian dari ilmu linguistik, yang mengkhususkan pengkajian pada hubungan antara bahasa dan konteks tuturan. Dalam hal ini Levinson (1983:21-24) menjelaskan bahwa pragmatics is the study of the relation between language and context that are basic to an account of language understanding. Pengertian ini menunjukkan bahwa untuk memahami makna bahasa, seorang penutur dituntut untuk tidak saja mengetahui makna kata dan hubungan gramatikal antar kata tersebut, tetapi juga menarik kesimpulan yang akan menghubungkan apa yang dikatakan dengan apa yang diasumsikan, atau apa yang telah dikatakan sebelumnya. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah

27 8 ilmu yang mempelajari kemampuan pemakai bahasa yang menghubungkan kalimat dengan konteks. Salah satu ilmu yang menonjol dari pragmatik adalah tindak tutur (speech act). Pragmatik dan tindak tutur mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dilihat pada bidang kajiannya. Secara umum, tindak tutur dengan pragmatik membahas tentang makna tuturan yang sesuai konteksnya Aspek-aspek dalam situasi penuturan Leech (1993:19-21) mengatakan bahwa untuk memahami situasi dalam bertindak tutur, maka diperlukan beberapa aspek dalam sebuah kalimat yang diucapkan oleh penutur. Aspek-aspek tersebut adalah : 1. Penutur dan Petutur Menurut Leech, penutur adalah orang yang berbicara (orang yang menyampaikan pesan), dan petutur adalah orang yang diajak berbicara (orang yang mencerna pesan). 2. Konteks sebuah tuturan Dalam bertindak tutur, antara penutur dengan petutur memiliki suatu pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh kedua belah pihak. Penutur membantu petutur untuk menafsirkan makna tuturan tersebut. 3. Tujuan sebuah tuturan Hal yang penting dalam tindak tutur adalah adanya istilah tuturan atau fungsi dibandingkan makna yang dimaksud atau maksud penutur menyampaikan maksud. Bentuk ucapan yang berbeda ini dapat menggambarkan maksud yang sama antara penutur dan petutur, atau sebaliknya.

28 9 4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan : Tindak Tutur Dalam hal ini, statis yang abstrak (abstract static entities). Pragmatik yang berurusan dengan tindak-tindak verbal yang terjadi dalam situasi waktu dan tempat tertentu. Dengan demikian, pragmatik membahas tentang bahasa pada tingkatan yang konkret dibandingkan dengan tata bahasa. 5. Tuturan sebagai produk tindak verbal Pragmatik kata tuturan dapat diartikan dalam arti yang lain, yaitu sebagai produk atau suatu tindak verbal. Tuturan tersebut harus digunakan pada situasi tertentu. 2.3 TINDAK TUTUR Tindak tutur (speech act) adalah gejala individu yang bersifat psikologis dan berlangsungnya ditentukan oleh kemampuan bahasa dari si penutur dalam menghadapi situasi. Tindak tutur lebih menitikberatkan pada makna atau arti tindak (act) dalam suatu tuturan. Menurut Searle, hal terkecil dalam kegiatan komunikasi adalah tindak tutur. Contohnya adalah meminta, mengajak, menyarankan, menyuruh, memaksa, dan memerintah Identifikasi Tindak Tutur Searle (1985: 8) mengidentifikasi tindak tutur menjadi makna ilokusi dan daya ilokusi. Menurutnya, makna ilokusi menyuruh dan memerintah bermakna ilokusi sama. Keduanya sama-sama menyatakan supaya mitra tutur melakukan sesuatu yang diucapkan oleh penutur, namun keduanya memiliki daya ilokusi yang berbeda.

29 Klasifikasi Tindak Tutur Tindak tutur (speech act) pertama kali dicetuskan oleh Austin. Austin membagi tindak tutur menjadi tiga, yaitu: lokusi (tindak mengatakan sesuatu), ilokusi (tindak dalam mengatakan sesuatu), perlokusi (dampak pemahaman pendengar terhadap tuturan penutur) Tindak Tutur Lokusi Tindak Tutur Lokusi atau yang sering disebut the act of saying something adalah tindak tutur yang semata-mata menyatakan sesuatu. Dalam tindak tutur lokusi tidak penting maksud atau fungsi tuturan Tindak Tutur Ilokusi Tindak Tutur Ilokusi atau yang sering disebut the act of doing something adalah tindak tutur yang makna tuturannya berarti melakukan tindakan dalam mengatakan sesuatu. Tindak tutur ini juga digunakan untuk menginformasikan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturannya Tindak Tutur Perlokusi Tindak Tutur perlokusi atau yang sering disebut the act of affecting adalah tindakan yang mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk, dan lain-lain. Penutur sering mengungkapkan sebuah tuturan yang seringkali memberikan efek secara langsung maupun tidak langsung, serta bertujuan mempengaruhi mitra tutur Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi Asertif Pada ilokusi jenis ini, penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkannya, contohnya, menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat. Akan tetapi, dilihat dari segi sopan santun, ilokusi ini

30 11 cenderung bersifat netral. Dari segi semantik ilokusi ini bersifat proposisional Direktif Pada jenis ilokusi ini, ilokusi direktif bertujuan untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur, contohnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, dan meminta. Jenis ilokusi ini, sering dimasukan ke dalam kategori kompetitif, karena ilokusi ini juga mengandung kategori yang membutuhkan sopan santun negatif. Misalnya: memerintah, meminta, menyuruh, memaksa, memohon, mengajak, mendesak, menyarankan, dan lain-lain klasifikasi Direktif Menurut Yule (2006:93), tindak tutur direktif dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Yule mengklasifikasi tindak tutur direktif menjadi: meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, melarang, meminta ijin, menantang, dan memberi aba-aba (dalam Rahardi, 2002:79). Jenis tindak tutur ini menyatakan keinginan penutur. a. Tindak tutur direktif menyuruh Tindak tutur direktif menyuruh adalah tindak tutur yang mengandung maksud supaya mitra tutur melakukan sesuatu yang disuruhkan oleh penutur. Tindak tutur direktif menyuruh biasanya memakai penanda kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan. Contoh (1a): Coba luruskan kakimu kemudian tekuk secara perlahan-lahan. Konteks :Tuturan ini disampaikan oleh seorang ahli pijat urat kepada pasien. Pasien itu terkilir kakinya sehingga sangat sulit untuk diluruskan seperti

31 12 dalam keadaan normal. Maksud :Dilihat dari status sosial tuturan di atas, penutur memiliki status sosial yang lebih rendah dibandingkan dengan mitra tuturnya. Dilihat dari kekuatan, penutur memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mitra tuturnya. Contoh (1b): そら けとばせ いちにさん Sora, Ketobase. Ichi Ni San Satu dua tiga. Tendang. Konteks : Anak-anak yang sedang di kurung dalam lemari dinding, karena kesal, Akira mengajak Satoshi untuk menendang pintu lemari dinding. Maksud : Akira menyuruh Satoshi untuk menendang pintu lemari dinding. b. Tindak tutur direktif melarang Tindak tutur direktif melarang adalah tindak tutur yang mengandung maksud supaya mitra tutur tidak melakukan sesuatu yang dilarang oleh penutur. Tindak tutur direktif melarang biasanya memakai penanda kesantunan jangan. Contoh (2a) : Ibu kepada Neti Sudah, jangan banyak bela diri, aku sudah kenal kamu, setiap kata, satu saja dariku kau balas dengan kuliah seribu kalimat. Yang aku minta sekarang hanya satu, one thing only, pakailah beha. Jangan seperti itu kamu sudah kelihatan membusung kok masih ditambah-tambah, mengundang bahaya. Konteks: Tuturan ini disampaikan oleh seorang ibu kepada anaknya. Ia bermaksud memperingatkan sesuatu kepadanya daalam hal berpaikan. Maksud: Dilihat dari status sosial, penutur memiliki status sosial yang lebih tinggi dibandingkan mitra tuturnya. Sehingga, penutur dapat melarang mitra tuturnya untuk tidak melakukan sesuatu yang dituturkan oleh penutur. Dilihat dari kekuatan, penutur memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan mitra tuturnya, karena penutur adalah seorang ibu, sedangkan mitra tutur adalah seorang anak. Contoh (2b): だめだよ ぼくのだから Dame dayo. Boku no dakara Nggak boleh. Karena ini punyaku Konteks : Pada siang hari, saat Akira melepaskan jasnya, jatuh mobil mainan. Dengan cepat, Satoshi meraih mobil mainan tersebut. Namun, Akira melarangnya.

32 13 Maksud : Akira melarang Satoshi untuk mengambil mobil mainan miliknya. Dilihat dari status sosial, status sosial penutur berkedudukan sama dengan mitra tutur, karena hubungan mereka adalah sesama teman. Dilihat dari kekuatan, kekuatan penutur lebih tinggi dibandingkan mitra tuturnya. Karena, mobil mainan tersebut merupakan milik penutur. c. Tindak tutur direktif mengajak Tindak tutur direktif mengajak adalah tindak tutur yang mengandung unsur ajakan yang dimaksudkan agar mitra tutur melakukan sesuatu seperti yang diucapkan penutur. Tindak tutur direktif mengajak biasanya ditandai dengan penggunaan kesantunan mari atau ayo. Contoh (3a): Bibi kepada Monik dan rekan-rekannya : Ayo, pada makan dulu, yo. Kebetulan saya bikin sayur asem dan pepes ikan peda. Konteks : Tuturan ini terjadi di dalam ruang makan, pada saat sang bibi mengajak makan para tamu yang sudah sangat sering bertamu di rumah sang bibi. Maksud : Dilihat dari status sosial, status sosial penutur lebih rendah dibandingkan dengan mitra tutur. Dilihat dari kekuatan (power), penutur memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan mitra tuturnya. Contoh (3b) : さとうちゃん てをつなごう Satou chan, te wo tsunagou. Satou, ayo bergandengan tangan. Konteks : Pada saat Satoshi di serang oleh tikus-tikus, Akira mengajaknya untuk bergandengan tangan, agar tikus-tikus tersebut tidak dapat menyerang Satoshi. Maksud : Akira mengajak Satoshi untuk segera meraih tangan Akira. Status sosial diantara penutur dan mitra tutur berada pada tingkatan yang sejajar. Sedangkan, dari segi kekuatan (power), kekuatan penutur dan mitra tutur berada pada tingkatan yang sama. d. Tindak tutur direktif meminta Tindak tutur direktif meminta adalah tindak tutur yang bertujuan untuk memohon dan mengharapkan mitra tutur memberikan sesuatu yang diharapkan oleh penutur. Tindak tutur direktif meminta ditandai dengan pemakaian

33 14 penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon. Contoh (4a): Anak-anak sekalian.. Coba jangan ramai, Bapak akan menjelaskan materi yang baru! Buku tulisnya diambil dulu! Konteks : Dituturkan oleh seorang guru di depan para muridnya di sebuah sekolah dasar. Tuturan itu disampaikan sang guru pada saat situasi kelas sangat gaduh. Maksud: Dilihat dari status sosial, status sosial penutur lebih tinggi dibandingkan dengan mitra tutur. Dilihat dari kekuatan (power), Kekuatan penutur lebih besar dibandingkan dengan mitra tutur. Contoh (4b) : なくな あーくん あながあるぞ そとをみてみろよ Naku na, A-kun. Ana ga aru zo. Soto wo mitemiro yo. Jangan menangis, Akira. Ada lubang lho. Cobalah lihat keluar. Konteks : Pada saat Akira dan Satoshi di hukum, Akira yang tidak berhenti menangis. Satoshi yang mengetahuinya, meminta Akira untuk berhenti menangis dan melihat keluar lemari dinding. Maksud : Dilihat dari status sosial, status sosial antara penutur sederajat dengan mitra tutur. Sedangkan, dilihat dari hubungan antara penutur dengan mitra tutur, hubungan sebagai sesama teman Tindak tutur direktif langsung dan tidak langsung a. Tindak tutur direktif langsung Tindak tutur direktif langsung adalah tindak tutur yang mengungkapkan keinginan penutur kepada mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu yang diharapkan oleh penutur. Pada contoh kalimat 1, menggunakan modus kalimat perintah yang bertujuan untuk menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu. Pada contoh kalimat 2, menggunakan modus kalimat permintaan yang bertujuan untuk melarang mitra tuturnya melakukan sesuatu yang diucapkan penutur. Pada contoh kalimat 3, menggunakan modus kalimat mengajak yang bertujuan untuk mengajak mitra tutur. Pada contoh kalimat 4, menggunakan modus kalimat memerintah yang bertujuan untuk memerintah mitra tuturnya.

34 15 b. Tindak tutur direktif tidak langsung Tindak tutur direktif tidak langsung adalah tindak tutur yang bertujuan agar mitra tutur melakukan sesuatu yang diinginkan penutur yang terkandung dalam tuturannya, namun menggunakan modus yang berbeda dengan maksud tuturannya Komisif Pada ilokusi ini, penutur terikat pada suatu tindakan di masa depan, contohnya, menjanjikan, menawarkan, dan berkaul. Jenis ilokusi ini cenderung bersifat menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif, karena tidak mengacu pada kepentingan penutur, melainkan kepentingan mitra tutur Ekspresif Pada ilokusi ini, berfungsi untuk mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat, contohnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, dan memuji Deklaratif Ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, contohnya, mengundurkan diri, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang. 2.4 Makna Ilokusi Makna ilokusi berarti maksud atau tujuan dari si penutur ketika berbicara dengan mitra tuturnya. Dalam makna ilokusi terdapat lima jenis yaitu: mengekspresikan emosi dan sikap, menyatakan sesuatu, berkomitmen untuk melakukan sesuatu, berusaha agar mitra melakukan sesuatu, menjadikan sesuatu itu terjadi (Searle: 1985:13-15).

35 Daya Ilokusi Daya ilokusi merupakan gabungan dari makna ilokusi, di mana dalam daya ilokusi terdapat hal lain yang menyertainya, yaitu kondisi isi proposisi, persiapan, ketulusan, dan kondisi kepatutan. Agar mudah untuk memahami maksud perkataan penutur yaitu menggunakan kondisi kepatutan (felicity conditions). Yule juga berpendapat bahwa penutur tidak selalu mengungkapkan maksud perkataannya secara jelas (Yule, 1996:50). Agar mitra tutur dapat memahami maksud dari penutur, maka diperlukan kondisi kepatutan dari tindak tutur tersebut untuk memastikan keberadaan peraturan-peraturannya. 2.6 FELICITY CONDITION Menurut Searle (1969:36) ada empat komponen yang mengkondisikan kepatutan dalam bertindak tutur yang terdapat dalam setiap tindak tutur, yaitu: isi proposisi (propositional content), ketulusan (sincerity), persiapan (preparatory), dan esensial (essensial conditions). Searle juga memberikan aturan dan kondisi dalam tindak tutur selain dilihat dari teks, akan tetapi juga melihat dari segi konteksnya. Kondisi pertama adalah isi proposisi yang memadu penutur dan petutur untuk mewujudkan tindakan di masa depan. Kondisi kedua yaitu kondisi persiapan yang menunjukkan setting ujaran tersebut diucapkan. Kondisi ketiga yaitu kondisi ketulusan yang dilihat dari kondisi psikologis penutur dan petuturnya. Kondisi keempat yaitu kondisi esensial yang ditunjukan penutur untuk melakukan sesuatu yang telah diujarkan (Searle, 1969:55-71) Kondisi Isi Proposisi Beberapa daya ilokusi yang dapat menentukan syarat-syarat yang dijadikan sebagai isi proposisi dari sebuah tindak tutur dalam suatu konteks tuturan.

36 17 Beberapa kondisi isi proposisi ditentukan oleh maksud dari daya ilokusinya. Misalnya, daya ilokusi direktif menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur pada masa yang akan datang Kondisi Persiapan Kondisi persiapan ini berhubungan dengan sebuah praanggapan. Searle (1969:63) juga berpendapat bahwa kondisi persiapan dari sebuah ujaran mengandung arti bahwa ujaran tersebut memiliki tujuan yang jelas. Aturan isi dari kondisi persiapan menunjukkan kondisi yang menjadi syarat bagi suatu tindak tutur. Kondisi persiapan ini sangat penting dalam memenuhi kondisi tuturan yang ideal, karena didalamnya adalah syarat untuk terciptanya tindak tutur yang tepat Kondisi Ketulusan Kondisi ketulusan adalah kondisi yang berhubungan dengan kondisi psikologis penutur dan petuturnya, misalnya perasaan, minat. Kondisi ketulusan ini memungkinkan penutur dan mitra tuturnya melakukan tindakan yang diinginkan Kondisi Esensial Menurut Searle (1969:54-71), kondisi ini dalam suatu tindak tutur membutuhkan komitmen dari penutur dan petutur untuk melakukan tindakan yang dimaksud. Kondisi esensial ini yang mengkondisikan penutur untuk melakukan suatu tindakan seperti yang telah dituturkan dalam tuturannya.

37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 ANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini penulis susun menggunakan ancangan pragmatik dengan metode deskriptif tentang Tindak Tutur Ilokusi Direktif dan Felicity Conditions. Maksud-maksud dari tuturan yang dimaksudkan hanya dapat diidentifikasikan lewat pemakaian bahasa secara konkret dengan melihat komponen situasi ujarannya (Rahardi, 2002:6). Penelitian ini dikaji dengan teori tindak tutur direktif yang dianalisis dengan menggunakan teori felicity conditions. Penelitian ini berfokus untuk membahas masalah makna ilokusi tindak tutur direktif langsung dalam cerita anak tersebut. Selain itu, penulis juga menjelaskan empat komponen yang mengkondisikan kepatutan dalam bertindak tutur melalui teori felicity conditions menurut Searle. 3.2 SATUAN YANG DIUJI Satuan yang akan diuji dalam penelitian ini berupa tuturan yang mengandung Tindak Tutur Ilokusi Direktif Langsung yang terdapat dalam cerita anak Oshiire no Bouken karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi. Cerita anak ini terdiri dari 79 halaman. Dalam cerita anak Oshiire no Bouken terdiri dari empat (4) kategori tindak tutur direktif, yaitu menyuruh, melarang, mengajak, meminta. 3.3 SUMBER DATA Peneliti memilih cerita anak Oshiire no Bouken sebagai sumber data. Buku cerita anak ini merupakan karya Furuta Taruhi dan Tabata Seiichi. Buku cerita anak ini diterbitkan tahun Alasan penulis memilih cerita anak ini sebagai sumber data adalah cerita anak ini merupakan cerita anak yang bergenre 18

38 19 imajinasi, dan merupakan cerita anak lepas atau tidak memiliki kesinambungan dengan buku cerita anak yang lainnya. Alasan lainnya yaitu peneliti beranggapan bahwa data tuturan direktif yang terdapat dalam cerita anak ini mencukupi dengan tema yang dipilih oleh penulis. Dalam cerita anak ini, terdapat tuturan imajinasi dari sang tokoh yang dapat berbicara dengan seekor tikus. Sehingga, setiap tuturan yang terdapat dalam cerita anak tersebut mengandung daya ilokusi direktif langsung. Berdasarkan hal ini, peneliti mengambil tuturan dari para tokoh sebagai sumber data agar dapat berkesinambungan dengan tema yang dipilih oleh penulis. Data yang di ambil merupakan tuturan dari para tokoh dalam cerita anak Oshiire no Bouken yang diasumsikan mengandung Tindak Tutur Ilokusi Direktif langsung dan mengkondisikan kepatutan dalam bertindak tutur. Data yang telah dikelompokkan sesuai dengan daya Tindak Tutur Ilokusi Direktifnya. 3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Langkah-langkah yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Penulis mencari dan memilah tuturan yang mengandung tindak tutur ilokusi direktif dengan menggunakan teori felicity conditions. b. Penulis memilih data yang mengandung tindak tutur direktif langsung. c. Penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penulisan. d. Penulis mengelompokkan berdasarkan teori dan kemudian menganalisis data menggunakan metode felicity conditions.

39 TEKNIK ANALISIS DATA Langkah-langkah yang akan dilakukan penulis dalam menganalisis data adalah sebagai berikut : a. Membaca dan memahami secara keseluruhan cerpen Oshiire no Bouken. b. Mencari dan menentukan tuturan-tuturan yang diasumsikan sebagai tindak tutur direktif langsung. c. Tuturan dilihat dari bentuk gramatikal untuk menentukan bentuk direktifnya. Kemudian, tuturan dilihat dengan menggunakan teori felicity conditions untuk menentukan daya ilokusinya. Kemudian, tuturan dilihat dari segi konteksnya untuk mendukung klasifikasi tuturan direktifnya. d. Menemukan empat daya ilokusi direktif. e. Memaparkan hasil penelitian secara deskriptif.

40 BAB IV ANALISIS DATA Dalam bab ini berisi analisis daya ilokusi tindak tutur direktif langsung yang terdapat dalam cerita anak Oshiire no Bouken. Tindak tutur direktif ini akan dianalisis dengan menggunakan teori felicity conditions. Tuturan dilihat sebagai usaha supaya mitra tutur melakukan sesuatu sesuai dengan yang dituturkan oleh penutur. Dalam membedakan daya ilokusi memerintah dengan meminta dilihat ada tidaknya jarak sosial antara penutur dengan mitra tuturnya. Selain itu, ada tidaknya perbedaan kekuatan (power). Dalam membedakan daya ilokusi menyuruh dan meminta adalah ada tidaknya jarak sosial antara penutur dengan mitra tutur. 4.1 Tindak Tutur Direktif Langsung Tindak tutur direktif langsung adalah tindak tutur yang mengungkapkan keinginan penutur kepada mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu yang diharapkan oleh penutur. Pada cerita anak Oshiire no Bouken terdapat enam puluh tiga tuturan. Pada penulisan ini, terdapat empat tuturan yang mengandung tindak tutur direktif menyuruh, satu tuturan yang mengandung tindak tutur direktif melarang, tiga tuturan yang mengandung tindak tutur direktif mengajak, dan satu tuturan yang mengandung tindak tutur direktif meminta Tindak Tutur Direktif Menyuruh Tindak tutur direktif menyuruh adalah tindak tutur yang mengandung maksud supaya mitra tutur melakukan sesuatu yang disuruhkan oleh penutur. (Data 1) きゅうしょくのとき さわいだり ひるねのときさわいだりすると みずのせんせいがいいます はい しずかにして で 21

41 22 も みんななかなかしずかになりません せんせいはもういちどいいます しずかにして それでも しずかにならないと こんどはせんせいはおおきなこえでいいます Kyuushoku no toki, sawai dari, hirune no toki sawai dari suruto, mizuno sensei ga iimasu. Hai, shizuka ni shite. Demo, minna nakanaka shizuka ni narimasen. Sensei wa mou ichidou iimasu. Shizuka ni shite. Sore demo, shizuka ni naranaito, kondo wa sensei wa ookina koe de iimasu. Saat anak-anak berisik ketika tidur siang atau berisik ketika membagikan makanan, bu guru Mizuno berkata Oke, tolong tenang semuanya! Tetapi, anak-anak belum semuanya diam. Bu guru berkata sekali lagi. Tolong tenang! Meskipun begitu, jika belum semua anak-anak diam, bu guru berkata sekali lagi dengan suara keras. Situasi Situasi tuturan ini terjadi di sebuah taman bermain kanak-kanak yang bernama Sakura. Partisipan tuturan ini antara seorang guru dengan anak-anak. Di taman ini terdapat dua benda yang menakutkan bagi anak-anak yaitu lemari dinding yang gelap dan boneka nenek tikus yang menyeramkan. Pada suatu hari siang hari, anak-anak berbuat gaduh. Bu Guru yang telah meminta anak-anak untuk diam, namun anak-anak tidak mendengarkan perkataan Bu Guru. Ketika akan tidur siangpun, Bu Guru memperingatkan agar anak-anak tetap diam. Dalam Bahasa Jepang bentuk kata kerja ~ にして (~ni shite) yang berfungsi Someone willfully changes certain condition to create different situation ( 文法辞典 :2007:72), memiliki arti seseorang berkeinginan atau berkehendak merubah kondisi yang pasti menjadi situasi yang berbeda. Pada tuturan Bu Guru di atas, Bu Guru menginginkan situasi anak-anak yang gaduh berubah menjadi keadaan yang tenang.

42 23 1. Isi Proposisi (Propositional content conditions) Tindakan anak-anak di masa depan yaitu agar anak-anak berhenti untuk berbuat kegaduhan di dalam ruang kelas. 2. Persiapan (Preparatory conditions) a. Anak-anak mampu melakukan sesuatu yang dituturkan oleh Bu Guru yaitu agar anak-anak tidak berbuat kegaduhan. b. Tidak ada kemauan dari anak-anak untuk melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh Bu Guru. c. Bu Guru memiliki kedudukan yang lebih tinggi sebagai seorang guru dibandingkan anak-anak yang merupakan seorang murid, dan guru memiliki otoritas yang lebih besar untuk menyuruh. 3. Ketulusan (Sincerity conditions) Bu Guru ingin agar anak-anak berhenti membuat kegaduhan karena Bu Guru bermaksud ingin agar anak-anak segera berganti pakaian dan pergi tidur siang. 4. Esensial (Essensial conditions) Dilihat sebagai upaya dari Bu Guru yang menyuruh anak-anak berhenti berbuat kegaduhan dalam ruang kelas. 5. Makna Ilokusi Direktif 6. Daya Ilokusi Menyuruh Tindak tutur di atas merupakan tindak tutur direktif langsung dengan daya ilokusi menyuruh, karena Bu Guru menginginkan anak-anak berhenti membuat kegaduhan karena pada waktu itu, Bu Guru ingin mereka untuk segera berganti

43 24 pakaian dan segera tidur siang. Tindakan anak-anak yang tidak menghiraukan perkataan Bu Guru. Oleh karena itu, Bu Guru harus mengulangi perkataannya sekali lagi. Kedudukan Bu Guru yang lebih tinggi sebagai seorang guru dibandingkan anak-anak yang lebih muda sebagai murid. Dilihat dari jarak sosial keduanya, hubungan mereka merupakan hubungan antara guru dan murid. Dilihat dari tempat tuturan, karena tuturan ini dituturkan di taman bermain, maka Bu Guru memiliki otoritas yang lebih besar untuk menyuruh. Oleh karena itu, anak-anak yang lebih muda memiliki kewajiban untuk menuruti perkataan Bu Guru. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa tuturan di atas merupakan tindak tutur direktif menyuruh. Pada tuturan ini, penutur ingin mitra tutur melakukan sesuatu. Data 1 ini merupakan tindak tutur direktif menyuruh (Data 2) にんぎょうげきがおわると こどもたちは みずのせんせいのところにあつまります せんせい ほんものみたい ねずみばあさんをつかって ねずみばあさんのこえをだすのは みずのせんせいです にんぎょうげきのとき こどもたちはみんな みずのせんせいがだいすきです あるひ ひるねのじかんがきて みずのせんせいはいいました さあ みんなきかえなさーい Ningyougeki ga owaruto, kodomotachi wa, mizuno sensei no tokoro ni atsumarimasu. Sensei, honmono mitai. Nezumi baasan wo tsukatte, nezumi baasan no koe wo dasu no wa, mizuno sensei desu. Ningyougeki no toki, kodomotachi wa minna, mizuno sensei ga daisuki desu. Aru hi, hirune no jikan ga kite, mizuno sensei wa iimashita. Saa, minna kikaenasai. Setelah pertunjukan drama boneka berakhir, anak-anak berkumpul di tempat bu guru Mizuno. bu guru, terlihat seperti sungguhan. Yang menggunakan nenek tikus, dan yang menggantikan suara nenek tikus adalah bu guru Mizuno. Ketika bu guru Mizuno memainkan drama boneka, anak-anak menyukai bu guru Mizuno. Pada suatu hari, waktu akan tidur siang, bu guru Mizuno berkata semuanya ganti pakaian.

44 25 Situasi Situasi ini dituturkan di dalam ruang kamar tidur. Partisipan pada tuturan ini antara seorang guru dengan anak-anak. Anak-anak yang awalnya tidak mau tenang, Bu Guru menggeret anak-anak yang gaduh dan dimasukkan ke dalam lemari dinding yang gelap. Karena anak-anak yang dimasukkan sudah mulai menangis, kemudian Bu Guru mengeluarkan mereka dari dalam lemari dinding. Tidak lama kemudian, Bu Guru menghibur mereka dengan menggunakan boneka nenek tikus, dan anak-anakpun menjadi tidak lagi membenci Bu Guru. Dikarenakan Bu Guru menggantikan nenek tikus yang menyeramkan, maka anak-anak berpikir bahwa boneka nenek tikus tersebut terlihat seperti sungguhan. Setelah Bu Guru Mizuno selesai dengan pertunjukkan boneka nenek tikusnya, Bu Guru mulai meminta anak-anak untuk segera berganti pakaian karena akan tidur siang. Dalam Bahasa Jepang bentuk kata kerja ~ なさーい (~nasai) yang berfungsi 1) Softer, more polite command form than using command form alone. Often shows relationship, such as parent to child, teacher to student, etc: used in test directions. 2) Used by both men and women ( 文法辞典 :2007:276), memiliki arti 1) melembutkan; bentuk perintah yang lebih sopan daripada menggunakan bentuk perintah sendiri. Sering menunjukkan hubungan seperti orang tua ke anak, guru ke murid, dan lain-lain. 2) Digunakan oleh laki-laki dan perempuan. 1. Isi Proposisi (Propositional content conditions) Tindakan anak-anak di masa depan yaitu agar anak-anak mau menuruti perkataan Bu Guru untuk segera berganti pakaian tidur.

45 26 2. Persiapan (Preparatory conditions) a. Anak-anak mampu melakukan sesuatu yang dituturkan oleh Bu Guru yaitu agar anak-anak segera berganti pakaian tidur. b. Tidak ada kemauan dari anak-anak untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh Bu Guru. c. Bu Guru memiliki kedudukan yang lebih tinggi sebagai seorang guru dibandingkan anak-anak yang memiliki kedudukan yang lebih rendah, serta guru yang memiliki otoritas yang besar untuk menyuruh. 3. Ketulusan (Sincerity conditions) Bu Guru menginginkan anak-anak segera mengganti pakaian. 4. Esensial (Essensial conditions) Dilihat sebagai usaha Bu Guru untuk menyuruh anak-anak segera berganti pakaian tidur. 5. Makna Ilokusi Direktif 6. Daya Ilokusi Menyuruh Tindak tutur di atas merupakan tindak tutur direktif langsung dengan daya ilokusi menyuruh, karena Bu Guru ingin agar anak-anak mengikuti apa yang dituturkan oleh Bu Guru. Kedudukan Bu Guru yang lebih tua sebagai seorang guru dibandingkan anak-anak yang lebih muda sebagai seorang murid. Dilihat dari jarak sosial keduanya, hubungan mereka merupakan hubungan antara guru dan murid. Dikarenakan tuturan ini dituturkan di taman bermain, maka Bu Guru memiliki otoritas yang lebih besar dibandingkan anak-anak. Oleh karena itu, anak-anak

46 27 yang lebih muda dibandingkan Bu Guru mempunyai kewajiban untuk menuruti perkataan sang guru. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa tuturan di atas, merupakan tindak tutur direktif menyuruh. Tuturan ini mengandung maksud penutur ingin mitra tuturnya melakukan sesuatu. Data 2 merupakan tindak tutur direktif menyuruh. ( Data 3) ところが さとしがいいました あーくん さっきはごめんね ミニカー かえすよ これであそべよ さとしのてがしたにのびてきました ミニカーをもらうとき あきらのてにさとしのてがさわりました あせをかいた あついてでした あきらはおもわずいいました さとちゃん てをつなごう ふたりはあせでべとべとのてをしっかりにぎりあいました Tokoro ga, Satoshi ga iimashita. Aa kun. Sakki wa gomen ne. Minikaa, kaesuyo. Kore de asobe yo. Satoshi no te ga shita ni nobite kimashita. Minikaa wo morau toki, akira no te ni satoshi no te wo sawarimashita. Ase wo kaita, atsui te deshita. Akira wa omowazu iimashita. Satou chan, te wo tsunagou. Futari wa ase de betobeto no te wo shikkari nigiri aimashita. Akan tetapi, Satoshi berkata Akira. Tadi maaf ya. Ini aku kembalikan mobil mainanmu. Mainlah dengan ini. Satoshi menurunkan tangannya ke bawah. Ketika menerima mobil mainan, tangan Satoshi bersentuhan dengan tangan Akira. Tangan yang panas dan berkeringat. Dengan spontan Akira berkata Satoshi, ayo bergandengan tangan. Keduanya saling menggenggam erat tangan yang lengket dengan keringat. Situasi Situasi tuturan ini terjadi di dalam lemari dinding. Partisipan tuturan ini antara Akira dan Satoshi. Setelah Satoshi dan Akira menendang pintu lemari dinding sampai kelelahan. Mereka berdua menyerah. Bu Guru Mizuno merasa lega karena mereka berdua tidak lagi menendang pintu lemari dinding. Kemudian, Satoshi menurunkan tangannya ke bagian bawah lemari dinding tempat Akira berada. Satoshi meminta maaf kepada Akira karena telah

47 28 mengambil mobil mainan miliknya. Akira yang masih merasa sedih, menerima mobil mainan yang diberikan oleh Satoshi. Sehingga tangan mereka bersentuhan. Tangan yang dingin dan lengket dengan keringat. Dalam Bahasa Jepang bentuk kata kerja あそべ (Asobe) merupakan kata kerja dari bentuk kamus あそぶ (Asobu). Perubahan ini memiliki fungsi 1) Sentences that end in command forms are mainly strong commands said by men. Sometimes used as in sentence for inviting friends or making recommendations. 2) Used by men and women alike in directions on tests or when used in indirect speech in the middle of a sentences, as in sentences. ( 文法辞典 :2007:107), yang berarti 1) Bentuk akhiran kalimat perintah yang digunakan oleh laki-laki. Kadang-kadang digunakan oleh laki-laki untuk mengundang teman atau membuat sebuah rekomendasi. 2) Digunakan oleh laki-laki dan perempuan dalam memberikan arahan atau digunakan dalam kalimat tidak langsung yang berada di tengah sebuah kalimat. Perubahan kata kerja ini merupakan perubahan kata kerja I ( 五段動詞 ). Karena ungkapan ini bersifat informal dan berdaya ilokusi menyuruh, biasanya digunakan pada situasi penutur dan mitra tutur yang memiliki status sosial yang sejajar atau mitra tutur berstatus sosial lebih rendah dibandingkan penutur. 1. Isi Proposisi (Propositional content conditions) Tindakan Akira di masa depan yaitu agar Akira mau mulai bermain dengan mobil mainan yang telah dikembalikan oleh Satoshi. 2. Persiapan (Preparatory conditions) a. Tidak adanya kejelasan dari Akira untuk mulai bermain dengan mobil

DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI NASKAH JURNAL

DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI NASKAH JURNAL DAYA ILOKUSI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG DALAM CERITA ANAK OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI NASKAH JURNAL Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari suatu bahasa ada 4 keterampilan berbahasa, dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari suatu bahasa ada 4 keterampilan berbahasa, dalam bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari suatu bahasa ada 4 keterampilan berbahasa, dalam bahasa Jepang disebut 4 ginō yaitu menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Sasaran pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pragmatik adalah salah satu bagian dari ilmu linguistik. Pragmatik adalah kajian mengenai arti dalam hubungannya dengan situasi pada saat tuturan diucapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, saling berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang selalu terjadi setiap saat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat

Lebih terperinci

PDF created with FinePrint pdffactory trial version YUK BELAJAR NIHONGO

PDF created with FinePrint pdffactory trial version  YUK BELAJAR NIHONGO 1 YUK BELAJAR NIHONGO PENGANTAR Saat ini sedang bekerja di sebuah perusahaan Jepang? Atau barangkali sedang kuliah jurusan Bahasa Jepang, atau suatu saat anda ingin pergi ke Jepang baik untuk belajar atau

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2007), hal Aslinda, Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik (Bandung: PT Refika Aditama,

BAB 1 PENDAHULUAN. 2007), hal Aslinda, Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik (Bandung: PT Refika Aditama, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia dan digunakan di segala bidang kehidupannya. Mempelajari bahasa dan mengkaji bahasa merupakan hal yang

Lebih terperinci

Tulisan dan Bunyi Bahasa Jepang

Tulisan dan Bunyi Bahasa Jepang Tulisan dan Bunyi Bahasa Jepang Dalam tulisan bahasa Jepang terdapat 3 buah tulisan yaitu Kanji (Huruf Cina), Hiragana, dan Katakana. Huruf Romawi (Alphabet) digunakan dalam kasus-kasus khusus. Kanji dating

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI EFEK PENGGUNAAN KEIGO PADA DORAMA ATTENTION PLEASE KARYA CHIEKO HOSOKAWA SKRIPSI. Renny Yulianti C

IDENTIFIKASI EFEK PENGGUNAAN KEIGO PADA DORAMA ATTENTION PLEASE KARYA CHIEKO HOSOKAWA SKRIPSI. Renny Yulianti C IDENTIFIKASI EFEK PENGGUNAAN KEIGO PADA DORAMA ATTENTION PLEASE KARYA CHIEKO HOSOKAWA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi Sarjana Sastra Oleh Renny Yulianti C12.2006.00076 PROGRAM

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

PENERAPAN HUKUMAN DALAM CERPEN OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI

PENERAPAN HUKUMAN DALAM CERPEN OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI PENERAPAN HUKUMAN DALAM CERPEN OSHIIRE NO BOUKEN KARYA FURUTA TARUHI DAN TABATA SEIICHI JURNAL Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi Sarjana Sastra Disusun Oleh : ULFATUL FITRIANI C12.2012.00424

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Laporan Penelitian Pelaksanaan kegiatan penelitian merupakan proses terpenting untuk mengumpulkan data. Penelitian ini terbagi menjadi dua pelaksanaan, yaitu test yang terdiri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif ABSTRAK Skripsi ini berjudul Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Drama Ichi Rittoru no Namida karya Masanori Murakami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindak tutur tidak langsung literalyang

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM KOMIK SHIN TENISU NO OUJISAMA KARYA TAKESHI KONOMI

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM KOMIK SHIN TENISU NO OUJISAMA KARYA TAKESHI KONOMI SKRIPSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM KOMIK SHIN TENISU NO OUJISAMA KARYA TAKESHI KONOMI NI LUH THERESIA NIA MONICA 1101705040 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima

Bab 3. Analisis Data. Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Giri dan Ninjou Dalam Urashima Tarou Sebagaimana yang telah diceritakan secara singkat mengenai dongeng Urashima Tarou dalam Nihon Ohanashi Meisakuzensyuu 2 Urashima Tarou

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tak lepas dari interaksi berupa komunikasi antara manusia satu dan manusia lainnya. Pembelajar bahasa Jepang sebagai pelaku komunikasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI SKRIPSI MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI CLARISSA AULIA PRAHARSACITTA 1101705006 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen

Lebih terperinci

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh. Kanji MORFOLOGI BAHASA JEPANG Pengantar Linguistik Jepang 7 April 2014 morfologi 形態論 けいたいろん Definisi Objek Kajian Morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata dan proses

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi sosial, penting bagi penutur dan lawan tutur saling memahami isi tuturannya. Berbicara secara langsung, apa adanya tanpa ada basabasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN

BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN BAB 3 PENGGUNAAN KATA HAI DALAM KOMIK KOBO-CHAN Komik-komik Kobo-Chan yang menjadi sumber data terdiri dari 7 seri komik. Dari ketujuh seri komik tersebut, 20 data akan dianalisis tujuan penggunaan kata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Teori Pragmatik Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaannya, seperti komunikasi lisan maupun tertulis. Menurut Leech (1999:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Proses belajar-mengajar adalah proses komunikasi, yaitu proses

BAB II LANDASAN TEORI. Proses belajar-mengajar adalah proses komunikasi, yaitu proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Media Pembelajaran Proses belajar-mengajar adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA OLEH ANAK MUDA JEPANG DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA OLEH ANAK MUDA JEPANG DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER SKRIPSI i ANALISIS PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA OLEH ANAK MUDA JEPANG DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER SKRIPSI Nurida Ekarini 2012110088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA TAHUN

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA TAHUN ANALISIS PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT MENJADI EKSPLISIT RUJUKAN PADA BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT DAN RELASI DALAM BENTUK PERINTAH BAHASA JEPANG KE BAHASA INDONESIA DALAM MANGA YANG BERJUDUL K-ON! SKIRIPSI

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III) Hargo Saptaji, Hani Wahyuningtias, Julia Pane, ABSTRAK Dalam Bahasa Jepang, partikel (joshi) sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teknik Pembelajaran Bahasa Jepang 1. Pengertian Teknik Pembelajaran Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana yaitu bahasa. Di dalam bahasa terdapat kalimat yang terangkai dari katakata, frase-frase,

Lebih terperinci

SKRIPSI KOMPONEN DAN JENIS-JENIS TINDAK TUTUR "STAF RECEPTION" DENGAN TAMU JEPANG DI SAKURA BALI ESTHETICS SPA

SKRIPSI KOMPONEN DAN JENIS-JENIS TINDAK TUTUR STAF RECEPTION DENGAN TAMU JEPANG DI SAKURA BALI ESTHETICS SPA SKRIPSI KOMPONEN DAN JENIS-JENIS TINDAK TUTUR "STAF RECEPTION" DENGAN TAMU JEPANG DI SAKURA BALI ESTHETICS SPA OLEH DEWA GEDE ANGGRI PINANDIKHA 0901705020 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN

Lebih terperinci

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

Pergi kemana? どこへ行きますか

Pergi kemana? どこへ行きますか Pergi kemana? どこへ行きますか i Oleh : Ahmad Hasnan www.oke.or.id doko e ikimasuka. pergi kemana, pertanyaan ini mudah dan sering digunakan dalam bepergian,dalam artikel edisi ini akan di bahas cara bertanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Didalam kehidupan bermasyarakat, bahasa sangat penting digunakan untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat lainnya. Chaer (2004:32) mengatakan bahwa bahasa

Lebih terperinci

Berapa Harganya? いくらですか

Berapa Harganya? いくらですか Berapa Harganya? いくらですか i Copyright Ahmad Hasnan Artikel ini boleh dicopy,diubah, dikutip, di cetak dalam media kertas atau yang lain, dipublikasikan kembali dalam berbagai bentuk dengan tetap mencantumkan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PENOLAKAN DALAM BAHASA JEPANG (Kajian Pragmatik Drama Televisi Berbahasa Jepang) TESIS

TINDAK TUTUR PENOLAKAN DALAM BAHASA JEPANG (Kajian Pragmatik Drama Televisi Berbahasa Jepang) TESIS TINDAK TUTUR PENOLAKAN DALAM BAHASA JEPANG (Kajian Pragmatik Drama Televisi Berbahasa Jepang) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian prasyarat mencapai derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama

Lebih terperinci

MAKNA IMPLIKATUR AKIBAT PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KOMIK KIMI NI TODOKE KARYA SHIINA KARUHO (KAJIAN PRAGMATIK)

MAKNA IMPLIKATUR AKIBAT PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KOMIK KIMI NI TODOKE KARYA SHIINA KARUHO (KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI MAKNA IMPLIKATUR AKIBAT PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KOMIK KIMI NI TODOKE KARYA SHIINA KARUHO (KAJIAN PRAGMATIK) NI MADE BULAN DWIGITTA PRATIVI NIM: 1201705036 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. Bab 2 Landasan Teori Pada bab 2 ini penulis memaparkan teori-teori yang digunakan sebagai pegangan dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya. 2.1 Teori Pragmatik Asal-usul kata pragmatik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG

ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG Asteria Permata Martawijaya Pendahuluan Tindak tutur tidak langsung adalah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada) ABSTRAK PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada) Tia Martia, Metty Suwandany, Zainur Fitri, Irawati Agustine, Syamsul Bachri Jurusan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya, yaitu adverbia atau yang disebut dengan kata keterangan. Menurut Dr. Gorys Keraf (1984;71-72),

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam penelitian Analisis Fungsi Kata Doumo dalam Komik Detektif Conan seri

Bab 2. Landasan Teori. Dalam penelitian Analisis Fungsi Kata Doumo dalam Komik Detektif Conan seri Bab 2 Landasan Teori Dalam penelitian Analisis Fungsi Kata Doumo dalam Komik Detektif Conan seri 31, 39 dan Komik Detektif Conan Spesial seri 14, 21, 24, penulis menggunakan beberapa teori sebagai landasan

Lebih terperinci

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI YULIS KARTIKA DEWI 2012110055 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM

TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM 115110600111011 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Silakan lihat lampiran 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Silakan lihat lampiran 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dari bahasa. Harimuti Kridalaksana di dalam buku Pesona Bahasa mendefinisikan bahasa sebagai sistem tanda bunyi

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak sosial antarmanusia, karena kehidupan manusia yang tidak lepas dari aktivitas berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI 2.1 Pengertian Joshi Joshi memiliki beberapa pengertian. Salah satu pengertian joshi dapat dilihat dari penulisannya. Istilah joshi ditulis dengan dua buah huruf kanji.

Lebih terperinci

DEIKSIS WAKTU DALAM DRAMA CLEOPATRA NA ONNATACHI KARYA OOISHI SHIZUKA SKRIPSI OLEH DEASSA CHINTIA SERA NIM

DEIKSIS WAKTU DALAM DRAMA CLEOPATRA NA ONNATACHI KARYA OOISHI SHIZUKA SKRIPSI OLEH DEASSA CHINTIA SERA NIM DEIKSIS WAKTU DALAM DRAMA CLEOPATRA NA ONNATACHI KARYA OOISHI SHIZUKA SKRIPSI OLEH DEASSA CHINTIA SERA NIM 0911120086 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 4 KESIMPULAN Sebelumnya, telah dilakukan penelitian tentang realisasi penolakan dalam bahasa Jepang terhadap permohonan, penawaran, undangan, dan pemberian saran. Hasil penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal BAB 3 ANALISIS DATA Dalam Bab 3 ini, saya akan menjelaskan mengenai spesifikasi kuesioner dan validasi instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal kuesioner yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

Penyimpangan Penggunaan Danseigo dan Joseigo Terhadap Shuujoshi dalam Serial Animasi Kantai Collection SKRIPSI

Penyimpangan Penggunaan Danseigo dan Joseigo Terhadap Shuujoshi dalam Serial Animasi Kantai Collection SKRIPSI Penyimpangan Penggunaan Danseigo dan Joseigo Terhadap Shuujoshi dalam Serial Animasi Kantai Collection SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra Fitria Amanda Putri 2013110039

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang diperlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH KODE CAMPUR KODE DALAM ANIME " DANSEI KOUKOUSEI NO NICHIJOU Ep.1 dan 3. Carla Amelia Iarr

ANALISIS ALIH KODE CAMPUR KODE DALAM ANIME  DANSEI KOUKOUSEI NO NICHIJOU Ep.1 dan 3. Carla Amelia Iarr ANALISIS ALIH KODE CAMPUR KODE DALAM ANIME " DANSEI KOUKOUSEI NO NICHIJOU Ep.1 dan 3 Carla Amelia Iarr 2012110148 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA TAHUN 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia tak lepas dari interaksi dan komunikasi. Terutama pada pembelajar bahasa asing yang diharapkan dapat berkomunikasi secara baik

Lebih terperinci

SOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか

SOAL PRE TEST. A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! は に を ) やすみですか Lampiran I SOAL PRE TEST NIM : A. Pilihlah jawaban yang tepat untuk melengkapi kalimat di bawah ini! れいあした例 : 明日 授業 ( は に を ) やすみですか くうこう 1. 私は母とタクシー ( に を で ) 空港へ行きました はいたた 2. 歯 ( で は が ) 痛いですから 何も食べないです

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, setiap individunya membutuhkan individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, setiap individunya membutuhkan individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, setiap individunya membutuhkan individu yang lain. Untuk melakukan hubungan sosialnya tersebut setiap individu melakukan komunikasi.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Danwa ( 談話 ) Menurut Minami dalam Hinata ( 1990: 1 ), danwa dapat disebut juga discourse (wacana), teks atau bunshou (karangan). Danwa adalah ungkapan bahasa berupa suatu

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran NAMA SEKOLAH : SMA NEGERI 1 KRIAN MATA PELAJARAN : BAHASA JEPANG MATERI POKOK : SALAM, UNGKAPAN dan HURUF KELAS / SEMESTER : X / I ALOKASI WAKTU : 6 Jam Pelajaran ( 6 x

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Muhammad Ridho NIM : 2012110112

Lebih terperinci