PENGUATAN MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM DENGAN PENYULUHAN KURIKULUM KTSP UNTUK GURU MADRASAH DINIYAH DI MDTA MAMBAUL HIKAM SRAMBAH PROPPO, PAMEKASAN

Transkripsi

1 PENGUATAN MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM DENGAN PENYULUHAN KURIKULUM KTSP UNTUK GURU MADRASAH DINIYAH DI MDTA MAMBAUL HIKAM SRAMBAH PROPPO, PAMEKASAN 1 Ibnu Ali, 2 Agus Sugiono 1 Fakultas Teknik Universitas Islam Madura 2 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Madura ibnualialfarabi@gmail.com ABSTRAK Berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah, madrasah diniyah merupakan bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional untuk memenuhi permintaan masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah diniyah bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam menguasai pengetahuan agama Islam. Analisis kebutuhan masyarakat di lapangan memperlihatkan bahwa madrasah ini menjadi alternatif khusus lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharap dapat memberikan bermacam-macam materi pendidikan agama Islam secara intens yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah formal. Namun secara kualitatif, fakta di lapangan menunjukkan bahwa madrasah diniyah belum mempunyai formulasi yang jelas, khususnya dalam bidang penataan kurikulum. Banyak madrasah diniyah yang menyeleggarakan kegiatan pendidikan apa adanya tanpa menyusun dan menggunakan struktur kurikulum, khususnya di lokasi pengabdian peneliti di desa Srambah kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan. Walhasil, implikasi penyelenggaraan pendidikan tak dapat diukur dengan jelas. Hal demikian karena beberapa faktor. Pertama, madrasah diniyah yang diselenggarakan pada sore hari ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga penyelenggaraan pendidikan kurang optimal. Kedua, faktor tenaga pendidik yang secara umum tidak memenuhi kualifikasi sebagai guru, sebab 10% guru dari tiga lembaga madin di desa Srambah adalah guru tugas pondok pesantren non sarjana, dan selebihnya adalah tamatan sekolah dasar atau pondok pesantren tanpa lembaga formal, sehingga guru yang ada belum mempunyai keahlian khusus dalam mengelola lembaga pendidikan. Untuk menciptakan lembaga pendidikan madrasah diniyah yang lebih optimal dan peserta didik yang disiapkan menguasai semua mata pelajaran agama Islam yang cakap sesuai dengan harapan masyarakat maka dianggap perlu meningkatkan penguatan mata pelajaran agama Islam dengan memberikan skill kepada guru untuk tampil lebih cakap, baik sebagai pengajar maupun pengelola lembaga. Metodenya adalah memberikan pelatihan dengan beberapa tahapan kegiatan. Pertama, memberikan pelatihan atau penyuluhan kurikulum untuk guru madrasah diniyah, mulai dari penyusunan struktur kurikulum sampai pembuatan RPP dan silabus. Kedua, memberikan pelatihan praktek metode kegiatan belajar-mengajar. Ketiga, melakukan pendampingan terhadap guru untuk dapat menyusun kurikulum dan silabus mata pelajaran agama Islam secara benar dan tersusun. Kata Kunci: penyuluhan kurikulum, guru madin 1. PENDAHULUAN Mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui penanaman pengetahuan, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam. Tujuan pokoknya ialah pembentukan kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam (Irpan Abd Gafar & Muhammad Jamil, 2003). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan agama Islam mempunyai peranan penting dalam membangun manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa, berakhlaq mulia yang mampu mewujudkan perdamaian dunia, sehingga pendidikan agama Islam diwajibkan kepada semua satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Namun porsi pembelajaran materi keagamaan di sekolah, khususnya pada jenjang pendidikan formal belum dirasakan cukup dalam memberikan pengetahuan dan membentuk kepribadian. Oleh karenanya, madrasah diniyah hadir sebagai alternatif dalam memberikan ruang yang lebih banyak. Kehadiran madrasah diniyah sebagai alternatif bagi pengembangan pembelajaran materi agama Islam secara kualitatif sangat dibutuhkan masyarakat. Tapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa madrasah diniyah belum 226

2 mempunyai formulasi yang jelas, khususnya dalam bidang penataan kurikulum. Banyak madrasah diniyah yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan apa adanya tanpa menyusun dan menggunakan struktur kurikulum, khususnya dalam memahami standar isi, standar kompetensi, dan menyusun rencana pembelajaran. Implikasinya, penyelenggaraan pendidikan tak dapat diukur dengan jelas karena baik proses, tujuan dan hasil tidak direncanakan dengan sebaik mungkin. Guru tidak memahami alat atau media apa yang dapat digunakan untuk membawa peserta didik pada tujuan yang ingin dicapai. Madrasah diniyah sebenarnya termasuk bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional yang dilaksanakan pada jalur luar sekolah untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Menurut Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 pasal 22 ayat 3 menyebutkan bahwa madrasah diniyah merupakan kelompok pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang dilembagakan dan bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menguasai pengetahuan agama Islam yang dibina oleh kementerian agama. Oleh karena itu, madrasah diniyah memberikan materi pelajaran agama Islam yang tidak diberikan secara lengkap pada jalur sekolah, seperti ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu nahwu, akhlaq, Alqur an dan hadits, ilmu tajwid, dan lain-lain sesuai kebutuhan masyarakat. Sebagai pendidikan yang dilaksanakan pada jalur luar sekolah, madrasah diniyah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Madrasah diniyah merupakan pelengkap dari pendidikan formal b. Madrasah diniyah merupakan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat yang ketat serta dapat diselenggarakan di mana saja c. Madrasah diniyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara ketat d. Madrasah diniyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus e. Madrasah diniyah waktunya relatif singkat dan warga didiknya tidak harus sama f. Madrasah diniyah mempunyai metode pengajaran yang bermacam-macam. Berdasarkan ciri-ciri di atas, madrasah diniyah tidak memiliki standar penyelenggaraan yang bersifat umum. Di mana-mana model penyelenggaraan pendidikan madrasah diniyah bervariatif, baik dalam penataan jenjang kelasnya, bahan materi yang digunakan, waktu pembelajarannya, dan metode pengajarannya. Kurikulum madrasah diniyah pada dasarnya bersifat fleksibel, sehingga dengan demikian standar mutu di masing-masing satuan pendidikan madrasah diniyah tidak bisa disama-ratakan dan tidak bisa diukur dengan jelas. Di samping tidak adanya standar penyelenggaraan dan mutu yang jelas, madrasah diniyah juga mempunyai problem dalam masalah tenaga edukatif. Secara kualitatif, mayoritas guru pengajar madrasah diniyah adalah lulusan madrasah dan atau pesantren non sarjana. Situasinya bermacammacam. Ada yang hanya sampai lulusan madrasah diniyah, Madrasah Tsanawiyah, dan madrasah aliyah. Lulusan sarjana hanya ada di beberapa titik satuan pendidikan yang sudah cukup maju. Di desa yang terpencil, situasinya lebih memprihatinkan. Sebab guru pengajar adalah lulusan pesantren yang tidak mengenal penyelenggaraan pendidikan formal sehingga tidak mempunyai skill penyelenggaraan pendidikan dan tidak memiliki pengetahuan tentang kurikum dan proses bejalar mengajar yang baik. Padahal menurut (H. Dakir, 2004), persoalan pertama yang perlu dipertanyakan bagi guru sebelum mengajar ialah kurikulum, baru kemudian Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan sumber bahan yang relevan. Di desa Srambah, aspek minimnya pengetahuan guru tentang penyelenggaraan pendidikan ini menjadi persoalan yang utama. Bisa dikatakan desa ini adalah desa terpencil dengan akses pendidikan yang cukup minim. Hal tersebut antara lain karena faktor geografis dan sosial. Secara geografis, desa Srambah terletak di kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan. Desa ini berlokasi di daerah perbatasan Sampang-Pamekasan dengan luas wilayah 1,89 KM². Jarak desa dengan kecamatan sekitar 8 KM, sedangkan dengan pusat kota Pamekasan berjarak sekitar 19 KM. Badan pusat statistik kabupaten Pamekasan untuk kecamatan Proppo dalam angka 2015 menyebutkan bahwa di desa Srambah hanya terdapat 1 pondok pesantren, 1 SDN, 1 MI, 1 MTs, dan 3 Madrasah diniyah. Jumlah usia produktif menurut kelompok umur 4-19 tahun 227

3 sebanyak 605 dari total penduduk yang berjumlah Di luar data tersebut sebenarnya terdapat pondok-pondok pesantren tradisional yang tidak mengenal pendidikan formal sama sekali. Pesantren tersebut mengeluarkan lulusan yang ditempa masyarakat dapat mengelola lembaga pendidikan, sehingga dari lulusan dengan latar belakang yang ada itu diambil para tenaga edukatif yang tidak memahami kurikulum dan penguatan pendidikan agama Islam. 2. METODE PENGABDIAN 2.1. Waktu dan Tempat Pengabdian Kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada hari Jum at tanggal September Adapun lokasi penyelenggaraan bertempat di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (MDTA) Mambaul Hikam Srambah Proppo Pamekasan. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini untuk memberikan pemahaman kepada guru madin tentang kurikum KTSP yang dapat disesuaikan dan dipakai di Madrasah Diniyah Metode dan Rancangan Pengabdian Untuk memecahkan masalah yang sudah diidentifikasi dan dirumuskan maka alternatif pemecahan masalahnya adalah dengan dilakukannya pendampingan melalui pendekatan individual dan kelompok. Pendekatan kelompok dilakukan pada saat penyuluhan kurikulum bagi guru madrasah diniyah dan pendekatan individual dilakukan pada saat praktek penyusunan kurikum, pengaturan bahan materi agama Islam, dan praktek mengajar dengan strateginya. Adapun metode yang digunakan adalah: 1. Ceramah bervariasi Metode ini dipilih untuk mempermudah dalam menyampaikan materi-materi penyuluhan kurikulum, yang penting untuk dimengerti dan dikuasai oleh petani. Penggunaan metode ini digunakan untuk memberikan pemahaman materi penyuluhan secara utuh. 2. Instrumen Metode ini dipilih untuk lebih memberikan percontohan kepada guru madin tentang materi penyuluhan dengan memberikan bimbingan percontohan dan prakteknya secara langsung Pengambilan Sampel Peserta dihadiri oleh 12 orang guru madin dari 3 lembaga madrasah diniyah yang ada di desa Srambah kec. Proppo kab. Pamekasan. Selanjutnya materi penyuluhan bisa disebar oleh peserta penyuluhan kepada guru madin lainnya. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan melalui penyuluhan dengan menggunakan pendekatan kelompok dan pendekatan individual. Dalam pengajaran, pendekatan kelompok biasa digunakan untuk memupuk rasa sosial yang tinggi sehingga guru binaan bisa bekerja sama dengan sebaikbaiknya (Syaiful Bahri Djamarah : 2002, 63), sedangkan pendekatan individual juga dilakukan untuk lebih mudah memecahkan persoalan-persoalan guru madin mengingat tingkat kemampuan dan pemahaman mereka berbeda-beda. Oleh karena itu pendekatan individual mempunyai arti penting bagi pengajaran (Syaiful Bahri Djamarah : 2002, 62). Dalam pendekatan kelompok metode yang digunakan ialah ceramah untuk memberikan pemahaman secara umum kepada guru madin. Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan oleh tim pengabdi Universitas Islam Madura dengan penyampaian pokok bahasan sebagai berikut : 1. Penyuluhan materi dasar kurikulum yang meliputi : Pengertian kurikulum, Urgensi dan fungsi kurikulum bagi madrasah diniyah, Konsep dasar KTSP sebagai kurikulum yang relevan dan fleksibel untuk madrasah diniyah, Pembuatan struktur kurikulum 2. Pengaturan bahan yang mencakup : Pengaturan materi pokok, Pembuatan silabus, Pembuatan RPP 3. Proses pembelajaran : Pendekatan dan metode belajar mengajar dan prakteknya. Kegiatan penyuluhan ini diawali dengan pembukaan dengan memaparkan arti dan pentingnya kurikulum bagi penyelenggaraan madrasah diniyah MDTA Mambaul Hikam Srambah Proppo Pamekasan. Selanjutnya mengukur tingkat kemampuan guru madin dengan sharing pengalaman mereka dalam menyelenggarakan madin sebelum adanya penyuluhan. Materi penyuluhan dilanjutkan dengan penjelasan konsep dasar KTSP dan pelaksanaannya bagi madrasah diniyah, lalu memberikan contoh pembuatan struktur kurikulum dengan bermacam-macam materi 228

4 pelajaran agama Islam. Di sini pendekatan individual dilakukan untuk memberikan bimbingan langsung kepada guru madin dalam memecahkan kesulitan. Pada sesi berikutnya masuk pada masalah pengaturan isi atau bahan. Sesi menyajikan bagaimana mengatur pokok-pokok materi yang direncanakan serta membuat kompetensi dasarnya. Selanjutnya materi penyuluhan di tingkat pada cara membuat silabus dan RPP dengan menggunakan metode instrument dengan pendekatan individual. Sesi terakhir adalah penyajian strategi belajar mengajar berupa pendekatanpendekatan dan metode-metode mengajar yang dapat digunakan guru untuk materi pelajaran agama Islam di dalam kelas. Sesi ini menyajikan pengenalan praktek lapangan. 3.2 Pemahaman Peserta terhadap Kurikulum Pemahaman terhadap kurikulum relatif sangat rendah. Guru madin yang latar belakang pendidikannya dari lulusan pesantren tradisional yang tidak mengenal pendidikan formal, atau lulusan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsnawiyah dan Aliyah belum mengenal pengelolaan madrasah, khususnya penggunaan kurikum bagi madrasah. Bahkan sebagian guru madin itu adalah guru tugas pondok pesantren yang hanya memiliki bekal materi pelajaran, sehingga penyuluhan kurikulum ini sangat berarti bagi pengetahuan peserta. 3.3 Peningkatan Pengetahuan Peserta Secara kualitatif, penyuluhan ini berimplikasi pada peningkatan pemahaman guru madrasah diniyah dalam aspek penyelenggraan pendidikan. Dengan metode ceramah saat melakukan pendekatan kelompok dan metode instrument saat melakukan pendekatan individual maka guru lebih mudah mencerna materi penyuluhan. Konkritnya ialah guru madin dapat mengetahui hakikat kurikulum dan fungsinya bagi madrasah serta mengetahui KTSP dengan pembuatan struktur kurikulumnya. Beberapa masalah ditemukan saat pembuatan silabus dan RPP. Sebab pada bagian ini guru terlihat lebih rumit karena sudah masuk pada perencanaan pengajaraan yang bahan-bahannya berbeda-beda. Adapun pada sesi strategi belajar mengajar tidak ada kesulitan sama sekali karena ini sudah menjadi pengalaman mereka setiap saat di madrasah. Mereka hanya tinggal menyesuaikan diri antara bahan dan metode-metode pengajaran yang mau digunakan. Dengan adanya penyuluhan kurikulum untuk guru madrasah diniyah ini, guru madin sudah mempunyai pemahaman tentang penyelenggaran kegiatan pendidikan dengan menggunakan kurikulum. Guru madin sudah memiliki pengetahuan kurikulum, baik terkait langkah-langkah perencanaan maupun pengaturan bahan-bahan yang mau dibawa dalam proses pembelajaran. Metode mengajar di dalam kelas sudah lebih berkembang secara variatif sehingga pembelajaran mata pelajaran agama Islam tidak berjalan secara monoton sebagaimana yang terjadi sebelumnya. 4. SIMPULAN, SARAN, DAN TINDAK LANJUT Dari hasil kegiatan dapat disimpulkan bahwa madrasah diniyah adalah jalur luar sekolah yang dilembagakan tanpa menggunakan standar penyelenggaraan yang bisa terkendali. Satuan pendidikan pada masing-masing madrasah diniyah memiliki ketentuan masing-masing baik dalam perencanaan, isi dan proses pembelajaran. Faktor utamanya adalah minimnya pengetahuan guru tentang kurikulum. Oleh karena itu, setelah dilaksanakannya kegiatan penyuluhan kurikulum untuk guru madarasah diniyah ini, para guru madin sudah mengetahui dan memahami arti dan fungsi kurikulum bagi penyelenggaraan madrasah. Dari sini kemudian guru madin mengetahui langkahlangkah dari mana kegiatan pendidikan harus dimulai dan direncanakan, dan bagaimana mengatur bahan dan proses penyampaiannya kepada peserta didik. Perlunya pembiasaan praktek merencanakan proses belajar mengajar, baik dalam hal mengatur bahan materi agama Islam, dan strategi belajar mengajar yang baik di dalam kelas. Hasil dari penyuluhan ini selanjutnya akan dibuat laporan dan dijadikan sebagai informasi tentang pengetahuan guru madin khususnya dalam menyelenggarakan pembelajaran di madrasah. 5. DAFTAR PUSTAKA E. Mulyasa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 229

5 H. Dakir Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : PT Rineka Cipta. Irpan Abd Gafar & Muhammad Jamil Reformasi Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Raja Grafindo. Syaiful Bahri Djamarah Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Kecamatan Proppo dalam Angka Badan Pusat Statistik Kabupaten Pamekasan. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 bab I pasal 1. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 pasal 22 ayat