KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/HUK/2015 TENTANG PEDOMAN ANALISIS BEBAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

Transkripsi

1 KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/HUK/2015 TENTANG PEDOMAN ANALISIS BEBAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan perencanaan kepegawaian yang efektif, mewujudkan jumlah dan kualitas Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan satuan kerja, serta untuk menjamin distribusi pegawai yang proposional di lingkungan Kementerian Sosial perlu dilakukan perhitungan analisis beban kerja; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Sosial tentang Pedoman Analisis Beban Kerja di Lingkungan Kementerian Sosial; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4015) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4332); 3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan; 4. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil; 5. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan;

2 6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 100 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan di Lingkungan Kementerian Sosial Republik Indonesia; 7. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 26 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003; 8. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 75/KEP/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL TENTANG PEDOMAN ANALISIS BEBAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. KESATU KEDUA KETIGA : Pedoman analisis beban kerja di lingkungan Kementerian Sosial sebagai acuan dalam pelaksanaan perhitungan formasi dan kebutuhan pegawai di lingkungan Kementerian Sosial. : Pedoman analisis beban kerja di lingkungan Kementerian Sosial sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Oktober 2015 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. KHOFIFAH INDAR PARAWANSA 2

3 LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 113/HUK/2015 TENTANG : PEDOMAN ANALISIS BEBAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. PEDOMAN ANALISIS BEBAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL I. PENDAHULUAN A. Umum Dalam organisasi pemerintah kebutuhan akan sumber daya manusia yang tepat jumlah dan berkualitas diharapkan akan memunculkan sikap profesionalisme dalam melakukan pekerjaannya. Untuk mewujudkan hal tersebut, salah satu yang dapat dilakukan adalah melalui perhitungan kebutuhan pegawai yang benar-benar tepat jumlahnya sesuai kebutuhan. Dengan demikian penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan efektif dan terbangun sikap professional dari setiap pegawai yang ada di organisasi tersebut. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2015 tentang Aparatur Sipil Negara menyatakan bahwa setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan. Berdasarkan asumsi tersebut serta untuk mengetahui jumlah, kualitas, komposisi, dan distribusi Pegawai Negeri Sipil pada setiap satuan kerja di lingkungan Kementerian Sosial perlu dilakukan analisis beban kerja yang berguna bagi perhitungan dan penyusunan kebutuhan pegawai yang riil pada masing-masing satuan kerja dengan memperhatikan tugas dan fungsi satuan kerja dimaksud. 3

4 Penghitungan kebutuhan pegawai yang tepat jumlah dan berkualitas di setiap satuan kerja dengan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan jabatan melalui teknik analisis beban kerja adalah cara untuk menentukan jumlah dan jenis pekerjaan suatu satuan kerja yang dilakukan secara sistematis menggunakan teknik analisis jabatan dengan memperhatikan teknik manajemen lainnya. Oleh karena itu, untuk pencapaian organisasi yang efektif dan efisien, Kementerian Sosial sebagai sebuah organisasi pemerintah, perlu menyusun Peraturan Menteri Sosial tentang Pedoman Analisis Beban Kerja di lingkungan Kementerian Sosial sebagai panduan mengenai langkah-langkah dan ketentuan dalam melakukan perhitungan kebutuhan dan penyusunan formasi pegawai melalui analisis beban kerja pada setiap satuan kerja di lingkungan Kementerian Sosial. B. Tujuan Sebagai pedoman bagi pejabat/pimpinan satuan kerja dalam melakukan analisis beban kerja di lingkungan Kementerian Sosial guna perhitungan dan penyusunan formasi dan kebutuhan pegawai di lingkungan Kementerian Sosial. C. Pengertian Dalam pedoman ini terdapat beberapa pengertian yang digunakan sebagai dasar. Pengertian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. 2. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. 4

5 3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. 4. Formasi adalah jumlah dan susunan pangkat PNS yang diperlukan dalam suatu satuan organisasi negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu. 5. Analisis kebutuhan pegawai adalah suatu metode untuk mengetahui jumlah pegawai di suatu unit kerja yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode analisis beban kerja dan/atau metode lainnya serta membandingkan kebutuhan PNS dengan persediaan yang ada sehingga dapat diketahui kebutuhan riil pegawai. 6. Analisis Beban Kerja adalah suatu teknik untuk menetapkan jumlah pegawai yang dibutuhkan dan waktu yang digunakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi. 7. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam suatu satuan organisasi. 8. Tugas adalah pekerjaan yang wajib dikerjakan oleh PNS yang merupakan bagian atau komponen dari suatu jabatan. 9. Uraian Tugas adalah tugas yang mencerminkan apa yang dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan dan mengapa dikerjakan. 10. Satuan hasil adalah hasil yang diperoleh dalam melaksanakan tugas pada setiap uraian tugas yang diisi dalam bentuk kata berupa rencana, kegiatan, surat, data, berkas, buku, atau laporan. 11. Waktu penyelesaian adalah jumlah waktu dalam menit yang dipergunakan oleh seorang pemangku jabatan untuk menyelesaikan pekerjaan secara wajar dan efektif sesuai dengan kondisi normal. 5

6 12. Waktu kerja efektif adalah waktu yang efektif digunakan untuk bekerja. 13. Beban Kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu. 14. Jam kerja formal adalah jam kerja yang ditentukan oleh Pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 58 Tahun 1964 tentang Jam Kerja Kantor Pemerintah jo. Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1972 jo. Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun Waktu luang adalah waktu kerja yang tidak dipergunakan untuk kegiatan produktif dan yang sifatnya pribadi seperti beribadah sebesar 30% dari jam kerja formal. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Analisis Beban Kerja Kementerian Sosial adalah PNS di lingkungan Kementerian Sosial yang menduduki jabatan struktural, jabatan fungsional tertentu, dan jabatan fungsional umum. II. METODE ANALISIS BEBAN KERJA Metode yang dipergunakan dalam menghitung kebutuhan pegawai adalah dengan mengidentifikasi beban kerja melalui: A. Pendekatan Hasil kerja Metode dengan pendekatan hasil kerja adalah menghitung formasi dengan mengidentifikasi beban kerja dari hasil kerja jabatan. Hasil kerja adalah produk atau output jabatan. Metode ini efektif dan mudah digunakan untuk jabatan yang hasil kerjanya satu jenis, bersifat fisik atau kebendaan atau hasil kerja non fisik tetapi dapat dikuantitatif. Dalam menggunakan metode ini, informasi yang diperlukan adalah: 1. wujud hasil kerja dan satuannya; 2. jumlah beban kerja yang tercermin dari target kerja yang harus dicapai; dan 6

7 3. standar kemampuan rata-rata untuk memperoleh hasil kerja Rumus menghitung dengan menggunakan pendekatan ini : Contohnya : Jabatan Hasi kerja Beban Kerja/Target hasil Standar kemampuan Perhitungannya adalah : Beban kerja X 1 orang Standar Kemampuan Rata-rata : Pengolah data : Data entrian : 100 data entrian setiap hari : 60 data per hari pengentrian 100 data entrian 60 data entrian X 1 orang = 1,66 orang = 2 orang B. Pendekatan Objek Kerja Metode dengan objek kerja adalah metode menghitung kebutuhan pegawai dengan berdasarkan pada jumlah objek yang dilayani dalam pelaksanaan pekerjaan. Metode ini dipergunakan untuk jabatan yang beban kerjanya berdasarkan pada jumlah objek yang dilayani. Dalam menggunakan metode ini, informasi yang diperlukan adalah: 1. wujud objek kerja dan satuannya; 2. jumlah beban kerja yang tercermin dari banyaknya objek yang dilayani; dan 3. standar kemampuan rata-rata untuk melayani objek kerja Rumus menghitung dengan pendekatan ini : Contoh : Jabatan Objek kerja Beban objek kerja Standar kemampuan Objek kerja X 1 orang Standar Kemampuan Rata-rata 7 : Dokter : Pasien : 90 pasien per hari : 20 pasien per hari

8 Perhitungannya adalah : 90 pasien per hari X 1 orang = 4,5 orang = 5 orang 20 pasien per hari C. Pendekatan Peralatan Kerja Metode dengan pendekatan peralatan kerja merupakan metode menghitung kebutuhan pegawai yang berdasarkan pada peralatan yang digunakan dalam bekerja. Metode ini digunakan untuk jabatan yang beban kerjanya bergantung pada peralatan kerja. Dalam menggunakan metode ini, diperlukan informasi : 1. satuan alat kerjanya; 2. jabatan yang diperlukan untuk pengoperasian alat; 3. jumlah alat kerja yang dioperasikan; dan 4. rasio jumlah pegawai per jabatan per alat kerja (RPK). Rumus menghitung dengan menggunakan pendekatan ini : Contoh : Peralatan kerja X 1 orang Rasio penggunaan alat kerja Satuan alat kerja Jabatan yang diperlukan untuk pengoperasian alat kerja Jumlah alat kerja yang dioperasikan Rasio pengoperasian alat kerja Jumlah pegawai yang dibutuhkan Bis Pengemudi bis Kernet bis Montir bis 10 bis 1 pengemudi 1 bis 1 kernet 1 bis 1 montir 5 bis Pengemudi bis 10 bis x 1 pengemudi = 10 pengemudi 1 bis Kernet bis 10 bis x 1 kernet = 10 kernet 1 bis Montir bis 10 bis x 1 montir = 2 montir 5 bis 8

9 D. Pendekatan Tugas Per Tugas Jabatan Metode ini digunakan untuk menghitung kebutuhan pegawai pada jabatan yang hasil kerjanya abstrak atau beragam. Hasil beragam diartikan dengan hasil kerja dalam jabatan yang banyak jenisnya. Informasi yang diperlukan untuk dapat menghitung dengan metode ini adalah : 1. uraian tugas beserta jumlah beban untuk setiap tugas; 2. satuan hasil; 3. waktu penyelesaian rata-rata setiap uraian tugas; 4. volume / beban kerja dari setiap uraian tugas; 5. waktu kerja efektif. Rumus menghitung dengan menggunakan pendekatan ini : Waktu Penyelesaian Tugas x Volume (beban kerja ) X 1 orang Waktu Kerja Efektif No Contoh : Uraian tugas 1 Menerima dan mencatat para tamu pimpinan sesuai dengan keperluannya untuk mengatur pertemuan dengan pimpinan 2 Menyampaikan surat masuk dan keluar yang telah didisposisikan sesuai tata naskah dinas kepada unit kerja yang terkait untuk diproses lebih lanjut Jabatan : Sekretaris Pimpinan Satuan Hasil Waktu Penyelesai an Ratarata WKE Beba n Kerja Pegawai Yang Dibutuhka n Tamu ,2 Surat ,3 Ket 9

10 3 Membuat jadwal kegiatan pimpinan pada papan tulis agenda kegiatan pimpinan sesuai agenda acara pimpinan dan prioritas untuk kelancaran pelaksanaan tugas 4 Menerima dan memberi informasi melalui telpon kepada pejabat yang terkait berdasarkan petunjuk pimpinan untuk kelancaran pelaksanaan tugas Kegiatan ,1 Kegiatan ,2 JUMLAH BEBAN TUGAS POKOK 0,8 5 Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh pimpinan Kegiata n JUMLAH TOTAL/PEMBULATAN 1 III. ASPEK-ASPEK PERHITUNGAN BEBAN KERJA Terdapat 3 (tiga) aspek dalam menghitung beban kerja, yaitu : A. Standar Waktu Penyelesaian Waktu rata-rata yang diukur dari satuan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas jabatan. Standar Waktu Penyelesaian dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain perangkat kerja, kondisi lingkungan kerja, prosedur kerja serta kompetensi pemegang jabatan. B. Waktu Kerja Efektif Untuk dapat melakukan analisis beban kerja secara objektif, baik dan benar, perlu ditetapkan alat ukur yang jelas sehingga pelaksanaannya dapat dilakukan secara transparan. Alat ukur yang digunakan dalam perhitungan analisis beban kerja harus memenuhi kriteria valid, konsisten serta universal sehingga laporan hasil analisis beban kerja benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. 10

11 Waktu Kerja Efektif adalah waktu kerja yang terdiri atas jumlah hari dan jam yang efektif untuk bekerja. Waktu Kerja Efektif merupakan jumlah waktu yang wajar dan benar-benar dipergunakan untuk menyelesaiakan suatu pekerjaan oleh pemegang jabatan. Waktu kerja efektif terdiri dari : 1. Hari Kerja Efektif Hari Kerja Efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari libur dan hari cuti. Dalam Keputusan Presiden Nomor 68 tahun 1995, ditetapkan bahwa hari kerja formal adalah 5 hari kerja dan 6 hari kerja. Perhitungan Hari Kerja Efektif adalah sebagai berikut : a. Untuk instansi/unit yang menerapkan 5 hari kerja : Jumlah hari dalam setahun 365 hari Jumlah hari Sabtu dan Minggu 104 hari Jumlah hari libur nasional 14 hari Jumlah cuti dalam 1 tahun 12 hari Total Hari Kerja Efektif 235 hari b. Untuk instansi/unit yang menerapkan 6 hari kerja Jumlah hari dalam setahun 365 hari Jumlah hari Minggu 52 hari Jumlah hari libur nasional 14 hari Jumlah cuti dalam 1 tahun 12 hari Total Hari Kerja Efektif Catatan : 287 hari Hari libur dapat berupa hari libur nasional dan hari libur kedaerahan. Oleh karena itu, bagi tiap-tiap daerah yang memiliki hari libur kedaerahannya dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan. 2. Jam Kerja Efektif Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal setelah dikurangi dengan waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja (waktu luang). a. Jam kerja formal Penetapan jam kerja formal mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 68 tahun 1995 yang menyatakan bahwa Jam Kerja Formal Pegawai Negeri Sipil adalah 37,5 jam per minggu. 11

12 b. Allowance Allowance atau waktu uang adalah waktu kerja yang diperkenankan untuk digunakan tidak produktif karena faktor kelelahan dasar, pengaruh tempat kerja dan untuk keperluan yang sifatnya pribadi seperti beribadah. Waktu luang yang digunakan paling banyak 30 % (tiga puluh persen). c. Jam Kerja Efektif untuk pola 5 hari kerja Jam Kerja Efektif per hari = 300 menit Jam Kerja Efektif per minggu = 1500 menit Jam Kerja Efektif per bulan = 6000 menit Jam Kerja Efektif per tahun = menit d. Jam kerja efektif untuk pola 6 hari kerja Jam Kerja Efektif per hari = 250 menit Jam Kerja Efektif per minggu = 1500 menit Jam Kerja Efektif per bulan = 6000 menit Jam Kerja Efektif per tahun = menit C. Karakter Pekerjaan Dalam melakukan perhitungan analisis beban kerja, terlebih dahulu harus mengetahui karakter dan jenis dari pekerjaan yang akan diukur beban kerjanya. Untuk kemudian akan dihitung beban kerjanya melalui beberapa metode pendekatan yang sesuai dengan dilihat karakteristik dari pekerjaan tersebut. IV. TEKNIK PELAKSANAAN ANALISIS BEBAN KERJA Analisis beban kerja dilaksanakan secara sistematis dengan beberapa tahapan yang meliputi : A. Pengumpulan Data Beban Kerja Proses awal sebelum dilakukan pengumpulan data beban kerja adalah proses pengkajian organisasi. Para analis harus melakukan pengkajian organisasi sehingga memperoleh gambaran yang jelas mengenai tugas pokok dan fungsi, rincian tugas dan rincian kegiatan. Setelah melakukan pengkajian organisasi, pelaksanaan pengumpulan data dapat dilakukan dengan : 12

13 1. Menyebarkan formulir isian beban kerja untuk kebutuhan pegawai. Formulir tersebut digunakan dalam rangka pengumpulan data untuk perhitungan analisis beban kerja; 2. Wawancara untuk memverifikasi tugas beserta dengan waktu penyelesaian tugas; dan 3. Observasi Formulir yang digunakan untuk pengumpulan dalam rangka perhitungan analisis beban kerja dijelaskan Lampiran II. FORMULIR BEBAN KERJA UNTUK KEBUTUHAN PEGAWAI 1. Nama Jabatan : 2. Kode Jabatan : (dikosongkan) 3. Unit kerja : 4. Eselon I : 5. Eselon II : 6. Eselon III : 7. Eselon IV : 8. Eselon V : 9. Ikhtisar Jabatan: No Uraian Tugas Satuan Hasil Waktu Penyelesaian Waktu Kerja Efektif Beban Kerja SALINAN Pegawai yang dibutuhkan Ket JUMLAH TOTAL / PEMBULATAN B. Pengolahan Data Beban Kerja Hasil isian formulir tersebut nantinya akan diolah untuk didapatkan jumlah pegawai yang dibutuhkan dalam jabatan tersebut. Pengolahan tersebut dapat didukung dengan wawancara dan observasi terhadap pemangku jabatan di setiap unit kerja masing-masing. C. Penelaahan Hasil Olahan Data Penelaahan hasil olahan data analisis beban kerja perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan objektif sehingga dapat menggambarkan kebutuhan Pegawai Negeri Sipil yang riil di lingkungan Kementerian Sosial. 13

14 Hasil penelaahan ini nantinya akan menghasilkan data rekapitulasi kebutuhan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Sosial di tiap-tiap unit termasuk Efektivitas unit kerja dan Prestasi Unit Kerja. Penelaahan hasil olahan data dilakukan oleh tim analis yang telah ditunjuk. Hasil penelaahan tersebut nantinya akan dievaluasi bersama dengan unit kerja yang telah dihitung analisis beban kerjanya sehingga mampu mendapatkan fakta di lapangan yang akan dilaporkan untuk ditindaklanjuti sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan tertentu. Hasil dari penelaahan dibuat dalam bentuk rekap analisis beban kerja di setiap unit kerja yang dijelaskan dalam anak lampiran 3 serta rekapitulasi jumlah kebutuhan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Sosial. PETUNJUK PENGISIAN ANALISIS BEBAN KERJA 1. Uraian tugas dari jabatan yang dimaksud 2. Satuan hasil diisi dengan satuan hasil dari uraian tugas yang dimaksud dalam kolom 2. Misalnya kegiatan, dokumen, laporan, data, buku, dll 3. Waktu Penyelesaian diisi dengan waktu ideal dalam menit yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas yang dimaksud dalam kolom 2. Misalnya 10 menit, 30 menit 4. Waktu Kerja Efektif diisi dengan waktu yang digunakan untuk melaksanakan tugas yang dimaksud dalam kolom 2. Untuk pola 5 hari kerja : pekerjaan harian (WKE = 300 menit), pekerjaan mingguan (WKE =1500 menit), pekerjaan bulanan (WKE = 6000 menit), pekerjaan tahunan (WKE = menit). Untuk pola 6 hari kerja : pekerjaan harian (WKE = 250 menit), pekerjaan mingguan (WKE = 1500 menit), pekerjaan bulanan (WKE = 6000 menit), pekerjaan tahunan (WKE = menit). 5. Beban kerja diisi dengan jumlah beban kerja dari tugas dimaksud pada kolom 2 yang harus diselesaikan dalam kurun waktu kerja efektif misalnya 2 laporan dalam kurun waktu tahunan. 14

15 6. Pegawai yang dibutuhkan dihitung dengan cara: Waktu Penyelesaian (Kolom 4) x Beban kerja (Kolom 6) Waktu Kerja Efektif (Kolom 5) 7. Keterangan diisi dengan hal-hal lain yang perlu dijelaskan. CONTOH FORMULIR BEBAN KERJA UNTUK KEBUTUHAN PEGAWAI 1. Nama Jabatan : Bendahara Pengeluaran 2. Kode Jabatan : - 3. Unit Kerja Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV 4. Ikhtisar Jabatan : Sekretariat Jenderal : Biro Organisasi & Kepegawaian : Kepala Bagian Formasi & Pengadaan Pegawai : Kepala Sub Bagian Tata Usaha : Melakukan kegiatan penataausahaan dokumen pelaksanaan anggaran dan realisasi pembayaran, pembukuan, dan pertanggungjawaban keuangan di unit kerja yang bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku 15

16 No Uraian Tugas 1 Melakukan penatausahaan dokumen pelaksanaan anggaran dan surat kuasa dengan mencatat dan menyimpannya, menyiapkan buku kas umum dan buku pembantu serta mengelompokkan bukti pembayaran beserta dokumen pendukungnya. 2 Menyiapkan spesimen tanda tangan Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara dan Penandatangan SPM baik ke kantor pembayar (KPPN) maupun ke Bank untuk kepentingan pencairan dana. 3 Mengambil, menghitung dan mendistribusikan uang sesuai dengan rencana operasional yang telah diajukan. 4 Meneliti bukti pertanggungjawaban penggunaan uang yang telah dikeluarkan berdasarkan pengajuan. 5 Menyusun laporan pertanggung jawaban pengelolaan keuangan secara periodik 6 Menyimpan uang ke dalam brankas, bukti-bukti pembayaran, dan dokumen lainnya pada tempat yang telah ditentukan. 7 Melakukan pembukuan dalam buku kas umum dan bukubuku pembantu lainnya sesuai dengan transaksi penerimaan atau pengeluaran. 8 Melaksanakan tugas kedinasan lainnya Satuan Hasil dok dok dok dok dok dok dok dok/ke g WPT (menit) WKE (menit) Beban Kerja Pegawai yang Dibutuhka n JUMLAH BEBAN KERJA POKOK Pegawai yang Dibutuhkan Untuk Jabatan Ini Pembulatan 1 Ket 16

17 REKAPITULASI ANALISIS BEBAN KERJA UNIT KERJA : NO NAMA JABATAN JUMLAH PEMANGKU JABATAN HASIL ABK KELEBIHAN/ KEKURANGAN D. Penetapan Hasil Pengukuran Beban Kerja Penetapan hasil pengukuran beban kerja adalah sebagai berikut: 1. Tim analis dan unit kerja yang membidangi analisis beban kerja wajib melakukan perhitungan analisis beban kerja dengan menggunakan prinsip koordinasi serta sinkronisasi yang baik dengan unit-unit di lingkungan Kementerian yang dianalisis. 2. Tim analisis beban kerja di Kementerian Sosial akan menyampaikan hasil olahan perhitungan analisis beban kerja kepada pimpinan unit organisasi setingkat eselon I yang dianalisis. Bagi UPT akan disampaikan kepada kepala panti. 3. Hasil olahan dan telaahan perhitungan analisis beban kerja tersebut akan dibuatkan surat pengantar yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial. 4. Surat keputusan penetapan tersebut kemudian akan disampaikan kembali kepada seluruh pimpinan unit organisasi yang telah dianalisis. 17

18 V. PENUTUP Demikan pedoman analisis beban kerja ini dibuat dengan bertujuan untuk menghitung beban kerja setiap jabatan sehingga didapatkan efektivitas dan efisiensi organisasi di lingkungan Kementerian Sosial. Kondisi tersebut akan dapat meningkatkan kualitas profesionalisme Pegawai Negeri Sipil yang ada di lingkungan Kementerian Sosial sehingga akan tercipta penataan organisasi yang semakin baik. Oleh karena itu, pedoman analisis beban kerja ini merupakan salah satu alat yang digunakan sebagai acuan dalam rangka peningkatan organisasi sehingga harus didukung oleh koordinasi yang baik serta kesepakatan dan komitmen yang kuat dari pimpinan untuk melaksanakannya secara konsisten. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. KHOFIFAH INDAR PARAWANSA 18

19 LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 113/HUK/2015 TENTANG : PEDOMAN ANALISIS BEBAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. PETA JABATAN NAMA INSTANSI :. PETA JABATAN. BEBAN KERJA KEKUATAN PEGAWAI (gol ruang - pendidikan) IV/e : III/d : II/c : I/b : IV/d : III/c : II/b : I/a : (gol ruang - pendidikan) IV/c : III/b : II/a : IV/b : III/a : I/d : IV/a : II/d : I/c :... ORANG TERDIRI DARI Es.I : Es.III : JFT : Es.II : Es.IV : JFU : Jabatan B K Jabatan B K Jabatan B K (gol ruang - pendidikan) (gol ruang - pendidikan) (gol ruang - pendidikan) (gol ruang - pendidikan) Jabatan B K Jabatan B K Jabatan B K Jabatan B K Jabatan B K Jabatan B K Jabatan B K Jabatan B K Jabatan B K Jabatan B K Jabatan B K Jabatan B K Catatan : JFT - Jabatan = Tulislah Nama Jabatan yang ada atau yang dibutuhkan Jabatan B K - B =Tulislah Jumlah Pegawai Yang Ada - K = Tulislah Jumlah Kebutuhan Pegawai yang didapat dari Analisis Beban Kerja MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. KHOFIFAH INDAR PARAWANSA 19

20 LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 113/HUK/2015 TENTANG : PEDOMAN ANALISIS BEBAN KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL. NAMA INSTANSI :.. JUMLAH KEBUTUHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL INSTANSI PUSAT NO NAMA JABATAN DATA KELEMBAGAAN KEBUTUHAN PEGAWAI *) MENURUT KELOMPOK JABATAN ESELON TENAGA STRUKTURAL PEJABAT TENAGA STRUKTURAL JUMLAH FUNGSI- JUMLAH I II III IV V Es. I Es. II Es. III Es. IV Es. V ONAL Es. I Es. II Es. III Es. IV Es. V Jumlah Seluruhnya DATA BEZETTING KEPEGAWAIAN TA 2010 MENURUT KELOMPOK JABATAN PEJABAT FUNGSI- ONAL JUMLAH KELEBIHAN / KEKURANGAN *) Kebutuhan Pegawai diisi berdasarkan hasil dari Analisis Beban Kerja MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. KHOFIFAH INDAR PARAWANSA 20